Anda di halaman 1dari 6

MENGOMPOL ATAU ENURESIS PADA ANAK

Oleh Istiqomah Nurul Fauziah

A. Pengertian
Enuresis adalah pengeluaran urine involunter di waktu siang atau malam hari pada anak yang
berumur lebih dari empat tahun, tanpa ada kelainan fisik maupun penyakit organic. Menurut
Behrman (2000), enuresis adalah pengeluaran air kemih yang terjadi diluar kemauan serta
kendali penderita, yang timbul setelah usia pencapaian penguasaan kandung kemih.
Berdasarkan waktu, enuresis dibagi menjadi nocturnal enuresis (sleep wetting/bedwetting)
yaitu enuresis yang terjadi pada malam hari, dan diurnal enuresis (awake wetting) yaitu
enuresis pada siang hari. Sedangkan berdasarkan awal terjadinya enuresis dibagi menjadi
enuresis primer, bila terjadi sejak lahir dan tidak pernah ada periode normal dalam
pengontrolan buang air kecil, serta enuresis sekunder yang terjadi setelah enam bulan sampai
satu tahun dari periode dimana kontrol pengosongan urin sudah normal. (Hockenberry &
Wilson, 2007)

B. Anatomi dan Fisiologi Berkemih

Kandung kemih adalah organ muskular berongga yang berfungsi sebagai penyimpanan urin.
Pada laki-laki terletak tepat dibelakang simphisis pubis dan didepan rektum, sedangkan
kandung kemih wanita terletak dibawah uterus dan didepan vagina. Kapasitas normal
kandung kemih sebanyak 400-500 ml (Tanagho, 2008).

Struktur kandung kemih berupa:

1. Dinding, dengan empat lapisan, yaitu:


a. Serosa, merupakan lapisan terluar yang berupa perpanjangan lapisan peritoneal
rongga pelvis.
b. Otot detrusor, yaitu lapisan tengah yang tersusun dari berkas-berkas otot polos yang
membentuk sudut agar kontraksi kandung kemih serentak ke segala arah. Otot
detrusor ini terdiri dari serat-serat otot polos, yaitu lapisan dalam berupa longitudinal,
tengah sirkular, dan luar longitudinal (Tanagho, 2008).
c. Submukosa, berupa jaringan ikat dibawah mukosa dan berhubungan dengan
muskularis.
d. Mukosa, yaitu lapisan terdalam berupa epitel transisional
2. Trigonum vesicae merupakan area halus, triangular, dan relatif tidak dapat berkembang
yang terletak secara internal dibagian dasar kandung kemih. Sudut-sudutnya terbentuk
dari tiga lubang yaitu dua disudut atas berupa muara ureter dan satu pada apex berupa
uretra.
Gambar 1: Anatomi kandung kemih

Persarafan kandung kemih diurus oleh saraf yang berasal dari plexus vesicalis dan plexus
prostaticus yang merupakan bagian hypogastrium inferior. Persarafan ini terdiri dari:

• Serabut motoris yang bersifat parasimpatis untuk persarafan otot destrusor melalui nervus
erigentes. Preganglion neuron parasimpatis berlokasi pada nervus parasimpatis sakral di
medula spinalis pada level sakral-2 sampai dengan sakral-4.
• Serabut sensoris yang bersifat simpatis melalui nervus hypogastricus akan terangsang
pada peregangan kandung kemih sehingga memberi rasa penuh, terbakar dan sesak
kencing. Inervasi simpatis pada kandung kemih dan uretra berasal dari intermediolateral
nuclei di region torakolumbal (torakal-10 sampai dengan lumbal-2) pada medula
spinalis.
• Serabut simpatis untuk mempersarafi pembuluh darah. Inervasi somatik pada
rhapdospinkter uretra dan beberapa otot perineal yang diatur oleh nervus pudendal.
Serabut-serabut ini berasal dari sfingter motor neuron yang berlokasi di cabang ventral
medula spinalis sakral (sakral-2 sampai dengan sakral-4) yang disebut nukleus onufis.
• Refleks detrusor memulai kontraksi involunter dari otot kandung kemih karena
peregangan dinding dan terjadi melalui serabut aferen dan eferen system parasimpatis
dari nervus splanchnicus pelvicus. Refleks detrusor menjadi aktif bila terisi 100-150 cc
urin. (Sherwood, 2007)

Refleks berkemih terjadi dengan cara:

• Impuls pada medulla spinalis dikirim ke otak dan menghasilkan impuls parasimpatis
yang menjalankan melalui saraf splanknik pelvis ke kandung kemih.
• Refleks perkemihan menyebabkan otot detrusor kontraksi dan relaksasi sfingter internal
dan eksternal.

Pada anak-anak, miksi merupakan sebuah refleks lokal spinal dimana pengosongan kandung
kemih dengan pencapaian tekanan kritis. Sedangkan pada dewasa, refleks ini dibawah
kontrol volunter sehingga dapat diinhibisi oleh otak. Selama miksi, proses yang terjadi
berupa:

• Refleks detrusor meregang, mencetuskan refleks kontraksi dari otot-otot tersebut


sehingga timbul keinginan untuk miksi. Relaksasi otot puborectalis sehingga kandung
kemih akan turun sedikit sehingga penghambatan uvula menurun dan segmen bagian
pertama uretra melebar.
• Relaksasi otot sfingter uretra eksterna memungkinkan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya dan dapat dibantu dengan tindakan valsava.
• Pada akhir proses miksi, kontraksi kuat dari otot sfingter uretra eksterna dan dasar
panggul akan mengeluarkan sisa urin dalam uretra, setelah itu otot detrusor relaksasi
kembali untuk pengisian urin selanjutnya.

Gambar 2: Persarafan kandung kemih

Adapun usia perkembangan kandung kemih, yaitu:


• Neonatus, berkemih terjadi secara spontan dan merupakan refleks medula spinalis. Bila
jumlah urin bertambah, kandung kemih mengembang dan terjadi refleks yang
menimbulkan kontraksi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter eksternum kandung
kemih.
• Usia 1-2 tahun, kapasitas kandung kemih bertambah serta maturasi lobus frontalis dan
parietalis otak. Sehingga anak sudah menyadari bila kandung kemih penuh tapi belum
mampu mengendalikan miksi.
• Usia 2,5 tahun, anak sudah tahu cara dan guna miksi sehingga anak sudah dapat
mengendalikan kandung kemih sesuai tempat dan waktu miksi.
• Usia 3 tahun, anak akan pergi ke kamar mandi bila ingin miksi dan sudah dapat menahan
miksi dalam waktu yang cukup lama, terutama saat bermain dan biasanya akan miksi
sekitar 8-14 kali / hari. Pada usia ini usia ini anak sudah dapat mengendalikan miksi pada
siang hari, pada malam hari 75% anak usia 3,5 tahun sudah tidak mengalami nocturnal
enuresis (mengompol).
• Usia 4,5 tahun, anak sudah dapat mengendalikan kandung kemih secara lengkap.
• Usia 5 tahun, anak akan miksi sebanyak 5-8 kali / hari dan akan menolak miksi bukan
ditempatnya. (Hockenberry & Wilson, 2007)

C. Tanda dan Gejala


Diagnosa dapat ditegakkan pada anak yang mengalami enuresis menurut DSM-IV (American
Psychiatric Assosiation, 1994) apabila:
- Buang air kecil yang berulang pada siang dan malam hari di tempat tidur atau pada
pakaian.
- Sebagian besar tidak disengaja, tetapi kadang-kadang disengaja. Sekurang-kurangnya
terjadi 2 kali dalam 1 minggu selama lebih dari 3 bulan, atau harus menyebabkan
kesulitan yang signifikan di bidang social, akademik atau fungsi penting lainnya.
- Anak tersebut mencapai usia dimana berkemih secara normal seharusnya telah tercapai,
yaitu usia kronologis paling sedikit 5 tahun. Sedangkan pada anak dengan keterlambatan
perkembangan usia paling sedikit 5 tahun.
- Tidak berhubungan dengan efek fisiologis dari suatu zat atau kondisi kesehatan secara
umum.

D. Etiologi dan Patofisiologi Enuresis


1. Genetik
Berdasarkan penelitian, terdapat gen yang dominan di kromosom 13 pada anak yang
menderita enuresis. Apabila ditemukan riwayat enuresis pada salah satu orangtuanya,
maka kemungkinan timbulnya enuresis pada anaknya sekitar 40-44%, sedangkan bila
kedua orang tuanya memiliki riwayat enuresis maka insiden enuresis pada anaknya
meningkat menjadi 77%. Bila tidak ditemukan riwayat enuresis pada kedua orang tuanya,
hanya sekitar 15% anaknya yang menderita enuresis. Sekitar 67% penderita enuresis juga
mempunyai saudara sekandung yang mengompol.

2. Faktor Sosial dan Psikologis


Anak dengan keadaan social ekonomi yang rendah, keluarga yang broken home lebih
sering mengalami enuresis. Menurut Feehan dkk (2010) timbulnya enuresis nocturnal
sekunder biasanya juga disebabkan oleh karena kelahiran saudara kandung, kematian
dalam keluarga, atau memiliki orang tua yang bercerai. Munculnya enuresis memiliki
profil psikologis yang normal atau sedikit peningkatan minor dalam tingkah lakunya.
Enuresis dapat disebabkan oleh adanya gangguan emosi pada anak. Anak dengan
enuresis merasa harga dirinya berkurang dan kurang percaya diri terutama pada anak
besar dan anak perempuan. Merosotnya rasa percaya diri penderita enuresis dapat
diperberat oleh sikap orang tua yang kurang toleran terhadap keadaan anaknya.

3. Faktor Tidur
Orang tua dari anak enuresis sering melaporkan bahwa anak biadanya tidur lelap dan
cenderung sulit untuk dibangunkandengan bantuan EEG dan sistometri dapat diketahui
adanya hubungan antara kedalaman tidur dengan gambaran sistometri. Pada anak dengan
enuresis didapatkan pola tidur terlalu lelap terutama pada kasus-kasus yang resisten
terhadap pengobatan. Penelitian juga menunjukkan bahwa laki-laki ternyata memiliki
gangguan tidur yang lebih berat. Watanabe dan Kawauchi menemukan salah satu lokus
dalam jaringan saraf yang disebut Locus Coerulus (LC) yang bertanggung jawab
terhadap aktifitas pusat bangun (arousal). Neuron LC dapat diaktifkan oleh berbagai
rangsangan antara lain sentuhan, cubitan, suara, cahaya dan distensi kandung kemih.
Pada anak dengan enuresis rangsangan oleh peregangan kandung kemih baru terjadi pada
awal tidur lelap, sedangkan pada tidur ringan tidak terjadi.

4. Kapasitas Kandung Kemih


Enuresis nocturnal terjadi apabila kapasitas fungsional dari kandung kemih tercapai.
Kapasitas kandung kemih pada anak-anak cukup bervariasi. Anak dengan enuresis
biasanya mempunyai kapasitas kandung kemih yang lebih kecil.

5. Prematuritas (Kerusakan Minor Neurologi)


Prematuritas merupakan salah satu factor resiko yang signifikan sebagai penyebab
enuresis. Anak-anak ini juga biasanya mempunyai kondisi comorbid seperti ADHD
(Attention Deficit Hyper-activity Disorder)
Referensi:

Behrman, Richard E. & Vaughan, Victor C. (2000). Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Hockenberry & Wilson. (2007). Wong’s Nursing care of Infants and Children 8th ed. St Louis
Missouri: Elsevier.

Klukylo, William M. & Kay, Jerald. (2005). Clinical child psychiatry 2nd ed. West Sussex:
Wiley.

Makmur, A.H., dkk. (2001). Buku ajar kesehatan anak jilid 1. Jakarta: Penerbit FKUI.

Sherwood, Lauree. (2007). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai