Disusun:
THESSALONIKA BERNANDA
215140053
Gambar
- Cairan serebrospinal
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang
disebut pleksus koroideus, menyekresi cairan serebrospinal
(cerebrospinal fluid─CSF) yang jernih dan tidak berwarna, yang
merupakan bantal cairan pelindung di sekitar SSP. CSF terdiri
atas air, elektrolit, gas oksigen dan karbondioksida yang terlarut,
glukosa, beberapa leukosit (terutama limfosit), dan sedikit
protein. Cairan ini berbeda dari cairan ekstraseluler lainnya
karena cairan ini mengandung kadar natrium dan klorida yang
lebih tinggi, sedangkan kadar glukosa dan kaliumnya lebih
rendah.
i. Medula spinalis
Medula spinalis merupakan bagian dari sistem susunan saraf pusat.
Medula spinalis terdiri atas 31 segmen jaringan saraf dan masing-
masing memiliki sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis
vertebralis melalui foramina intervertebrales. Terdapat 8 pasang saraf
servikal (dan hanya 7 vertebra servikalis), 12 pasang saraf torakalis, 5
pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf sakralis, dan 1 pasang saraf
koksigeal. Saraf spinal dilindungi oleh tulang vertebra, ligament,
meningen spinal, dan CSF.
k. Sistem Ventrikular
Sistem ventricular terdiri dari empat ventriculares; dua ventriculus
lateralis (I & II) di dalam hemispherii telencephalon, ventriculus tertius
pada diencephalon dan ventriculus quartus pada rombencephalon (pons
dan med. oblongata). Kedua ventriculus lateralis berhubungan dengan
ventriculus tertius melalui foramen interventriculare (Monro) yang
terletak di depan thalamus pada masing-masing sisi. Ventriculus tertius
berhubungan dengan ventriculus quartus melalui suatu lubang kecil,
yaitu aquaductus cerebri (aquaductus sylvii). Sesuai dengan perputaran
hemispherium ventriculus lateralis berbentuk semisirkularis, dengan taji
yang mengarah ke caudal. Dibedakan beberapa bagian: cornu anterius
pada lobus frontalis, yang sebelah lateralnya dibatasi oleh caput nuclei
caudate, sebelah dorsalnya oleh corpus callosum; pars centralis yang
sempit (cella media) di atas thalamus, cornu temporale pada lobus
temporalis, cornu occipitalis pada lobus occipitalis (Satyanegara et al,
2010).
LCS terdapat dalam suatu system yang terdiri dari spatium liquor
cerebrospinalis internum dan externum yang saling berhubungan.
Hubungan antara keduanya melalui dua apertura lateral dari ventrikel
keempat (foramen Luscka) dan apetura medial dari ventrikel keempat
(foramen Magendie). Pada orang dewasa, volume cairan cerebrospinal
total dalam seluruh rongga secara normal ± 150 ml; bagian internal
(ventricular) dari system menjadi kira-kira setengah jumlah ini. Antara
400-500 ml cairan cerebrospinal diproduksi dan direabsorpsi setiap hari
(Satyanegara et al, 2010).
6. Kemungkinan Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul dari IVH antara lain:
a. Hidrosefalus. Hal ini merupakan komplikasi yang sering dan
kemungkinan disebabkan karena obstruksi cairan sirkulasi serebrospinal
atau berkurangnya absorpsi meningeal. Hidrosefalus dapat berkembang
pada 50% pasien dan berhubungan dengan keluaran yang buruk.
b. Perdarahan ulang (rebleeding), dapat terjadi setelah serangan hipertensi.
c. Vasospasme. Beberapa laporan telah menyimpulkan hubungan antara
intraventricular hemorrhage (IVH) dengan kejadian dari vasospasme
serebri, yaitu: 1). Disfungsi arteriovena hipotalamik berperan dalam
perkembangan vasospasme intrakranial. 2). Penumpukkan atau jeratan
dari bahan spasmogenik akibat gangguan dari sirkulasi cairan
serebrospinal.
b. Magnetic resonance
Gangguan mobilitas
fisik
C. B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengkajian Umum
- Identitas pasien
Nama, Umur dan tanggal lahir: dapat terjadi pada semua usia,
resiko meningkat pada usia tua
Jenis kelamin: bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan
Suku bangsa: bisa terjadi pada semua suku bangsa
Pekerjaan: bisa terjadi pada semua pekerjaan, resiko meningkat
pada pekerjaan yang meimbulkan stress dan memicu
meningkatnya tik
Pendidikan:
Status menikah:
Identitas penaggung jawab meliiputi nama, umur, tanggal lahir,
jenis kelamin, alamat.
b) Alasan MRS dan Keluhan Utama: Tanyakan kepada pasien adanya
keluhan seperti nyeri kepala, pernah pingsan sebelumnya
c) Riwayat penyakit sekarang: tanyakan pada pasien atau keluarga
keluhan muncul sejak kapan, hal-hal yang telah dilakukan oleh
pasien dan keluarga untuk mengatasi keluhan tersebut sebelum
MRS. Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi
mengenai peningkatan TIK dan perdarahan otak, trauma pada
kepala, riwayat gejala penyakit hipertensi.
d) Riwayat penyakit dahulu: riwayat penyakit hipertensi, kebiasaan
sehari-hari pasien mengkonsumsi rokok, alkohol, stroke, diabetes
melitus penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti kougulan, aspirin,
vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan
e) Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga
pasien ada yang mengalami hal yang sama dengan pasien atau
apakah keluarga ada yang mengalami penyakit degeneratif seperti
stroke, Diabetes Mellitus.
f) Riwayat psikososial dan spiritual Peranan pasien dalam keluarga,
status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah
pasien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
g) Aktivitas sehari-hari
h) Nutrisi: pasien makan sehari-hari apakah sering makan makanan
yang mengandung lemak, makanan apa yang ssering dikonsumsi
oleh pasien, misalnya : masakan yang mengandung garam, santan,
goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus, bagaimana nafsu
makan pasien.
i) Minum: Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba,
minum yang mengandung alkohol.
j) Eliminasi: Pada pasien didapatkan pola eliminasi BAB yaitu
konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana
eliminasi BAK apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa
jumlahnya, karena pada pasien stroke mungkn mengalami
inkotinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik
dan postural.
k) Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum:
- TTV: TD (S >140 mmHg, D> 80 mmHg), Nadi (>100X/menit),
RR (biasanya naik), Suhu (biasanya naik)
- Tingkat kesadaran: Menurun (E<4, M<5, V<6)
- Kepala: Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya
hemato atau riwayat operasi. : kaji kondisi kepala dan rambut
meliputi inspeksi warna rambut, jenis rambut, bentuk kepala,
ada tidaknya lesi dan ketombe, ada tidaknya memar, kondisi
rambut apakah kotor dan berbau. Palpasi apakah terdapat nyeri
tekan, apakah terdapat rambut rontok.
- Mata: Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan
nervus optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola
mata (nervus III), gangguan dalam memotar bola mata (nervus
IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral
(nervus VI)
- Hidung: Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu
pada nervus olfaktorius (nervus I).
- Mulut: Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan
nervus vagus, adanya kesulitan dalam menelan.
- Dada:
Inspeksi: Bentuk simetris
Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.
Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
Auskultasi: Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suaram
jantung I dan II murmur atau gallop.
- Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.
Palpas: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
- Ekstremitas: Pada pasien IVH biasnya ditemukan hemiplegi
paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu
juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5 Pengukuran
kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan
pada sendi.
Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa
melawan grafitasi.
Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat
melawan tekanan pemeriksaan.
Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan
tetapi kekuatanya berkurang.
Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
kekuatan penuh
- Data Spiritual: data apakah pasien atau keluarga memiliki
kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan IVH
adalah
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
b) Pola nafas tidak efektif (D.0005)
c) Gangguan pertukaran gas (D.000)
d) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial (D.0066)
e) Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
3. Perencanaan keperawatan (tujuan, kriteria hasil, intervensi, rasional)
1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Produksi sputum menurun Manajemen jalan napas (I.01011)
efektif (D.0001) selama 3x24 jam, Frekuensi napas membaik Observasi:
bersihan nafas kembali Pola napas membaik - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas
efektif - Monitor bunyi napas
- Monitor sputum
Terapeutik:
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan
chin lift
- Posisikan fowler atau semi fowler
- Lakukan fisioterapi dada
- Lakukan pengisapan lendir
- Berikan oksigen
Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
2. Penurunan kapasitas adaptif Setelah dilakukan asuhan Tingkat kesadaran meningkat Manajemen peningkatan tekanan intrakranial (D.06194)
intrakranial (D.0066) selama 3x24 jam, Tekanan darah membaik Observasi:
kapasitas adaptif Tekanan nadi membaik - Identifikasi penyebab peningkatan TIK
intrakranial terpenuhi Respon pupil membaik - Monitor tanda dan gejala
- Monitor MAP
- Monitor status pernapasan
- Monitor intake output cairan
Terapeutik:
- Berikan posisi semi fowler
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari pemberian cairan intavena hipotonik
- Pertahankan suhu tubuh normal
- Atur ventilator agar PCO2 optimal
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan
3. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan Kekuatan otot meningkat Dukungan mobilisasi (I.05173)
(D.0054) selama 3x24 jam, Pergerakan ekstermitas Observasi:
gangguan mobilitas fisik meningkat - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
teratasi Kelemahan fisik menurun - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan monilisasi
Terapeutik:
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
- Fasilitas melakukan pergerakan
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
DAFTAR PUSTAKA
Brust, John C.M. 2012. Current Diagnosis & Treatment Neurology. 2nd edition. United
States: Mc Graw-Hill companies Bulecheck, Gloria M et al. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC). Amsterdam: Elsevier Mosby
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Dewanto, et al. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta:EGC
Dey Mahua, Jaffe Jannifer, Stadnik Agniezka, Awad Issam A. Journal of External
Ventricular Drainage for Intraventricular Hemorrhage. 2012. [serial online]
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22002766 [Diakses 02 Januari 2021]
Herdman, T Heather. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Persyarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/353/351 [diakses 02
januari 2021]
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Satyanegara et al. 2010. Anatomi susunan saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Werner, Kahle. 2000. Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia : Sistem Syaraf dan Alat-
alat Sensoris. Jilid 3, edisi. 6. Jakarta: Penerbit Hippocrates