Anda di halaman 1dari 19

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun Oleh :

1. Apriwan 8. M. Febri R
2. Anis Ma’rifah 9. Nurhalimah
3. Chika Indah 10. Ratri Puspaningsih
4. Erviana Yulianti 11. Siti Asiyah
5. Fanny Fatmawaty 12. Tutri Wulandari
6. Fika Novianti 13. Wahyudian K
7. Mertisa Angra 14. Yopita Sari

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karna atas berkat dan rahmatnya yang telah
diberikan, kelompok dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Anatomi dan
Fisiologi Sistem Persyarafan” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Kelompok
berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin, tetapi suatu karya tidaklah lepas
dari sebuah kekurangan sehingga kelompok mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi penyempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami dan yang membacanya sehingga menambah wawasan dan
pengetahuan tentang mata kuliah ini.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Jakarta, Oktober 2020

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN........................................................1

A. Definisi............................................................................................................................1

B. Susunan Sistem Saraf......................................................................................................3

C. Klasifikasi Sel Saraf........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

2
BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN

A. Definisi
Sistem saraf adalah pusat kontrol tubuh, pengaturan dan jaringan komunikasi. Dia
mengarahkan fungsi organ dan sistem tubuh. Pusat dari semua aktivitas mental, meliputi
pemikiran, pembelajaran, dan memori (Chalik Raimundus, 2016).

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf
pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan (Feriyawati, 2012).
Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil dari organ dalam tubuh,
tetapi merupakan bagian yang paling kompleks.

Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi tiga tahap. Suatu
stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-organ sensorik akan menginduksi
pembentukan impuls yang berjalan ke arah susunan saraf pusat (SSP) (impuls afferent),
terjadi proses pengolahan yang komplek pada SSP (proses pengolahan informasi) dan
sebagai hasil pengolahan, SSP membentuk impuls yang berjalan ke arah perifer (impuls
efferent) dan mempengaruhi respons motorik terhadap stimulus (Bahrudin,2013).

Sistem saraf bersama-sama dengan sistem endokrin dalam mengatur dan mempertahankan
homeostasis (lingkungan internal tubuh kita) dengan mengontrol kelenjar endokrin utama
(hipofisis) melalui hipotalamus otak. Melalui reseptornya, sistem saraf membuat kita
berhubungan dengan lingkungan kita, baik eksternal dan internal. Seperti sistem lain
dalam tubuh, sistem saraf terdiri dari organ, terutama otak, sumsum tulang belakang, saraf,
dan ganglia, yang pada gilirannya, terdiri dari berbagai jaringan, termasuk saraf, darah,
dan jaringan ikat yang secara bersama melaksanakan kegiatan yang kompleks dari sistem
saraf. Tiga fungsi yang tumpang tindih, diilustrasikan dengan contoh dari orang yang haus
melihat dan kemudian mengangkat segelas air: (Gambar 1) (Chalik Raimundus, 2016).
1. Fungsi Sensorik
Sistem saraf menggunakan jutaan reseptor sensorik nya untuk memantau perubahan
yang terjadi baik di dalam dan luar tubuh. Informasi yang dikumpulkan disebut input
sensorik.

3
2. Fungsi Integritas
Sistem saraf memproses dan menafsirkan input sensorik kemudian memutuskan apa
yang harus dilakukan pada setiap saat. Proses ini disebut integrasi.
3. Fungsi Motorik
Sistem saraf mengaktifkan organ efektor, (otot dan kelenjar) untuk menimbulkan
respon. Proses ini disebut output motorik.

Sistem saraf dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama (Gambar 2. Bagan sistem
saraf). Sistem saraf pusat (SSP) yang merupakan pusat kontrol untuk seluruh sistem dan
pusat integrasi saraf tubuh. Ini terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Menerima
informasi yang masuk (impuls saraf), analisis dan mengorganisasikannya, dan memulai
tindakan yang tepat. Semua sensasi tubuh dan perubahan lingkungan eksternal kita harus
disampaikan dari reseptor dan organ perasa ke SSP untuk ditafsirkan (apa yang mereka
maksud). Dan kemudian, jika perlu, bertindak atas (seperti menjauh dari sumber rasa sakit
atau bahaya).

4
Gambar 2. Bagan Sistem Saraf

B. Susunan Sistem Saraf


Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat (otak dan medula
spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara fisiologi yaitu saraf otonom
dan saraf somatik (Bahrudin, 2013).
1. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tengkorak. Bagian utama otak adalah
otak besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak tengah (Khanifuddin, 2012).
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak besar ini
dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Tiap belahan tersebut terbagi
menjadi 4 lobus yaitu frontal, parietal, okspital, dan temporal. Sedangkan disenfalon
adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari talamus, hipotalamus, dan epitalamus
(Khafinuddin, 2012). Otak belakang/ kecil terbagi menjadi dua subdivisi yaitu
metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan
cereblum. Sedangkan mielensefalon akan menjadi medulla oblongata (Nugroho, 2013).
Otak tengah/ sistem limbic terdiri dari hipokampus, hipotalamus, dan amigdala
(Khafinuddin, 2012). Gambar 3.
5
Gambar 3. Bagian-bagian Otak

Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan serebrospinalis. Cairan
cerebrospinalis ini mengelilingi ruang sub araknoid disekitar otak dan medula spinalis.
Cairan ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan ini menyerupai plasma darah dan cairan
interstisial dan dihasilkan oleh plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel epindemal yang
mengelilingi pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral medula spinalis.
Fungsi cairan ini adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak otak dan medula
spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah
dan otak serta medula spinalis (Nugroho, 2013).

2. Medula Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)


Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai
dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum
tulang belakang terbagi menjadi dua lapis yaitu lapisan luar berwarna putih (white area)
dan lapisan dalam berwarna kelabu (grey area). Lapisan luar mengandung serabut saraf
dan lapisan dalam mengandung badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang
terdapat saraf sensorik, saraf motorik dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai
penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks
(Khafinuddin, 2012).

6
C. Sistem Saraf Tepi
Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang merupakan garis
komunikasi antara SSP dan tubuh . SST tersusun dari semua saraf yang membawa pesan
dari dan ke SSP (Bahrudin, 2013). Berdasarkan fungsinya SST terbagi menjadi 2 bagian
yaitu:
1. Sistem Saraf Somatik (SSS)
a. Saraf Kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa dari
saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun
dari serabut sensorik dan motorik. Kedua belas saraf tersebut dijelaskan pada
gambar 4.
b. Saraf Spinal
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan
ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan sensorik,
membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan melalui
eferen. Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna vertebra
tempat munculnya saraf tersebut. (gambar 5)

7
Gambar 4. Distribusi Saraf Kranial

Gambar 5. Saraf Spinalis (31 pasang) beserta nama dan letaknya

8
2. Sistem Saraf Otonom (SSO)
Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari. Jaringan
dan organ tubuh yang diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan
jantung. Sistem ini terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Fungsi dari kedua sistem saraf ini adalah saling berbalikan, seperti pada (Gambar 6)
dibawah ini.

Gambar 6. Sistem Saraf Otonom (Parasimpatik-Simpatik)

SST berdasarkan divisinya juga dibagi menjadi dua bagian yaitu:


1. Divisi sensori (afferent) yaitu susunan saraf tepi dimulai dari receptor pada kulit atau
otot (effector) ke dalam pleksus, radiks, dan seterusnya kesusunan saraf pusat. Jadi
besifat ascendens.
2. Divisi motorik (efferent) yang menghubungkan impuls dari SSP ke effector (Muscle
and Glands) yang bersifat desendens untuk menjawab impuls yang diterima dari
reseptor di kulit dan otot dari lingkungan sekitar (Bahrudin, 2013).

D. Klasifikasi Sel Saraf


Jaringan saraf terdiri dari kelompok sel saraf atau neuron yang mengirimkan informasi
disebut impuls saraf dalam bentuk perubahan elektrokimia, dan merupakan sel konduksi.

9
Neuron adalah sel saraf yang sesungguhnya. Jaringan saraf juga terdiri dari sel-sel yang
melakukan dukungan dan perlindungan. Sel-sel ini disebut neuroglia atau sel glial. Lebih
dari 60% dari semua sel otak adalah sel neuroglia. Neuroglia ini bukan sel konduksi.
Mereka adalah jenis khusus dari "jaringan ikat" untuk sistem saraf (Chalik Raimundus,
2016).
Neuron (Sel Saraf)
Neuron atau sel-sel saraf adalah unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Mereka
adalah sel halus yang khusus untuk menghasilkan dan mengirimkan impuls saraf. Neuron
dapat bervariasi dalam ukuran dan bentuk, tetapi mereka memiliki banyak ciri-ciri yang
umum. Neuron bersifat amitotik. Ini berarti bahwa jika neuron mengalami kerusakan,
tidak dapat digantikan karena neuron tidak mengalami mitosis. Neuron memiliki dua
karakteristik fungsional yang unik: iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas adalah
kemampuan untuk menanggapi rangsangan dengan membentuk impuls saraf.
Konduktivitas adalah kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf sepanjang akson ke
neuron lain atau sel efektor. Karakteristik ini memungkinkan berfungsinya sistem saraf.
Pensinyalan atau sinyal lewat melalui baik sarana listrik dan kimia. Neuron memiliki tiga
bagian:
a. Badan Sel
b. Satu atau lebih dendrit
c. Satu akson

Gambar 3. Neuron dan bagian-bagiannya

10
1. Badan Sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Setiap badan sel
saraf mengandung inti tunggal (gambar 3). Inti ini merupakan pusat kontrol sel. Badan
sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.
Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi,
lisosom. Dalam sitoplasma badan sel, ada retikulum endoplasma kasar Reticulum
Endoplasmic Rough (RER). Dalam neuron, ER kasar memiliki struktur granular
disebut sebagai badan Nissl, juga disebut zat chromatophilic, dan merupakan tempat
sintesis protein.
2. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang, seperti cabangcabang
pohon. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Ini adalah daerah reseptif neuron.
Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
3. Akson
Akson adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan penjuluran sitoplasma badan
sel. Akson hilock, adalah prosesus panjang atau serat yang dimulai secara tunggal tetapi
dapat bercabang dan pada ujungnya memiliki banyak perpanjangan halus disebut
terminal akson yang kontak dengan dendrit dari neuron lainnya. Benang-benang halus
yang terdapat di dalam akson disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa
lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk
mempercepat jalannya rangsangan. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak
disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel
Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf
mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah
melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang merupakan celah
sempit dan tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi
mempercepat penghantaran impuls. Fungsi neuron secara fungsional dan struktual:

a. Sel Penyokong atau Neuroglia (Sel Glia)


Sel glia adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan
ikat (Nugroho, 2013). Selain itu juga berfungsi mengisolasi neuron, menyediakan
kerangka yang mendukung jaringan, membantu memelihara lingkungan interseluler,
dan bertindak sebagai fagosit. Jaringan pada tubuh mengandung kira-kira 1 milyar

11
neuroglia, atau sel glia, yang secara kasar dapat diperkirakan 5 kali dari jumlah
neuron (Feriyawati, 2012). Sel glia lebih kecil dari neuron dan keduanya
mempertahankan kemapuan untuk membelah, kemampuan tersebut hilang pada
banyak neuron. Secara bersama-sama, neuroglia bertanggung jawab secara kasar
pada setengah dari volume sistem saraf. Dengan demikian klasifikasi sel-sel
neuroglia dibagi menjadi dua jenis:
1) Sel neuroglial sentral,
2) Sel neuroglial tepi (perifer).

1) Astrosit (Astroglia)
Sel berbentuk bintang yang membungkus sel-sel saraf untuk membentuk jaringan
pendukung di otak dan sumsum tulang belakang. Astrosit juga bergabung dengan
epitel pembuluh darah untuk membentuk sawar darah otak, yang melindungi
neuron dengan mengatur secara ketat pertukaran material antara darah dan
neuron.
2) Oligodendrosit (Oligodendrolia)
Terlihat seperti astrosit kecil. Mereka juga memberikan dukungan dengan
membentuk baris semikaku seperti jaringan ikat antara neuron di otak dan
sumsum tulang belakang. Mereka menghasilkan selubung mielin berlemak pada
neuron otak dan sumsum tulang belakang dari ssp, tetapi mereka tidak
membentuk neurilemma. Kurangnya neurilemma adalah salah satu faktor yang
berkontribusi terhadap ketidakmampuan akson dalam otak dan sumsum tulang
belakang untuk regenerasi setelah cedera. Sel glia yang bertanggung jawab
menghasilkan mielin dalam susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan
dengan substansi lemak mengelilingi penonjolan atau sepanjang sel saraf
sehingga terbentuk selubung mielin. Mielin pada susunan saraf tepi dibentuk oleh
sel Schwann. Sel ini membentuk mielin maupun neurolemma saraf tepi. Mielin
menghalangi ion natrium dan kalium melintasi membran neuronal dengan hampir
sempurna. Serabut saraf ada yang bermielin ada yang tidak. Transmisi impuls
saraf disepanjang serabut bermielin lebih cepat daripada serabut yang tak
bermielin, karena impuls berjalan dengan cara meloncat dari nodus ke nodus yang
lain disepanjang selubung mielin (Feriyawati, 2012). Peran dari mielin ini
sangatlah penting, oleh sebab itu pada beberapa orang yang selubung mielinnya

12
mengalami peradangan ataupun kerusakan seperti pada pasien GBS maka akan
kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot-ototnya sehingga terjadi
kelumpuhan pada otot-otot tersebut.
3) Sel Mikroglia
Sel kecil yang melindungi SSP (tersebar di seluruh SSP) berperan untuk menelan
dan menghancurkan mikroba seperti bakteri dan kotoran selular.
4) Sel Ependimal
Melapisi ventrikel otak yang berisi cairan. Sebagian memproduksi cairan
serebrospinal dan lain-lain dengan silia mengerakkan cairan melalui SSP. Sel
Schwann membentuk selubung mielin yang mengelilingi serat saraf di SST.

Tabel 1. Jenis, lokasi, dan fungsi sel glia


Jenis Sel Lokasi Deskripsi Fungsi Utama
Astrosit SSP Berbentuk bintang; banyak - Mengikat pembuluh darah ke
menjalarkan prosesus saraf, mengatur komposisi
dengan ujung bulat untuk cairan di sekitar neuron.
pelekatan. - Dalam sawar darah otak
mencegah senyawasenyawa
toksik yang akan memasuki
otak.
Sel Epindemal SSP Sel kolomnar dengan silia. - Berperan aktif dalam
pembentukan dan sirkulasi
CSS.
- Membentuk lapisan rongga di
otak dan sumsum tulang
belakang.
Mikroglia SSP Sel kecil dengan prosesus Bertindak sebagai fagosit dalam
panjang, makarofag SSP, berkumpul dimanapun
dimodifikasi. cedera atau infeksi terjadi.
Oligodendroglia/ SSP Sel kecil dengan jumlah - Membentuk selubung mielin di
oligodendrosit sedikit, tapi panjang, sekitar akson.
prosesus yang - Memberikan dukungan dan
membungkus akson koneksi.

13
Sel Schwann SST Sel glia utama pada SST - Membetuk selubung mielin di
Sel datar, panjang, prosesus sekitar akson pada SST.
datar yang membungkus di - Berperan aktif dalam
sekitar akson pada SST, regenerasi serat saraf.
memiliki neurilemma.
Sel Satellite SST Terdapat pada permukaan Mendukung badan sel saraf
luar neuron SST Sel datar, dalam ganglia.
mirip dengan sel Schwann.

Neuroglia pada Sistem Saraf Tepi (SST)


Neuron pada sistem saraf tepi biasanya berkumpul jadi satu dan disebut ganglia
(tunggal: ganglion). Akson juga bergabung menjadi satu dan membentuk sistem
saraf tepi. Seluruh neuron dan akson disekat atau diselubungi oleh sel glia. Sel glia
yang berperan terdiri dari sel satelit dan sel Schwann.
- Sel Satelit
Badan neuron pada ganglia perifer diselubungi oleh sel satelit. Sel satelit berfungsi
untuk regulasi nutrisi dan produk buangan antara neuron body dan cairan
ektraseluler. Sel tersebut juga berfungsi untuk mengisolasi neuron dari rangsangan
lain yang tidak disajikan di sinap.
- Sel Schwann
Setiap akson pada saraf tepi, baik yang terbungkus dengan mielin maupun tidak,
diselubungi oleh sel Schwann atau neorolemmosit. Plasmalemma dari akson
disebut axolemma: pembungkus sitoplasma superfisial yang dihasilkan oleh sel
Schwann disebut neurilemma (Bahrudin, 2013).

Dalam penyampaian impuls dari reseptor sampai ke efektor perifer caranya berbeda-
beda. Sistem saraf somatik (SSS) mencakup semua neuron motorik somatik yang
meng-inervasi otot, badan sel motorik neuron ini terletak dalam SSP, dan akson-
akson dari SSS meluas sampai ke sinapsis neuromuskuler yang mengendalikan otot
rangka. Sebagaian besar kegiatan SSS secara sadar dikendalikan. Sedangkan sistem
saraf otonom mencakup semua motorik neuron viseral yang menginervasi efektor
perifer selain otot rangka. Ada dua kelompok neuron motorik viseral, satu kelompok

14
memiliki sel tubuh di dalam SSP dan yang lainnya memiliki sel tubuh di ganglia
perifer (Bahrudin, 2013).

Neuron dalam SSP dan neuron di ganglia perifer berfungsi mengontrol efektor di
perifer. Neuron di ganglia perifer dan di SSP mengontrolnya segala bergiliran.
Akson yang memanjang dari SSP ke ganglion disebut serat preganglionik. Akson
yang menghubungkan sel ganglion dengan efektor perifer dikenal sebagai serat
postganglionik. Susunan ini jelas membedakan sistem (motorik visceral) otonom
dari sistem motorik somatik. Sistem motorik somatik dan sitem motorik visceral
memiliki sedikit kendali kesadaran atas kegiatan SSO. Interneuron terletak diantara
neuron sensori dan motorik. Interneuron terletak sepenuhnya didalam otak dan
sumsum tulang belakang. Mereka lebih banyak daripada semua gabungan neuron
lain, baik dalam jumlah dan jenis. Interneuron bertanggung jawab untuk
menganalisis input sensoris dan koordinasi motorik output. Interneuron dapat
diklasifikasikan sebagai rangsang atau penghambat berdasarkan efek pada membran
post sinaps neuron (Bahrudin, 2013).

b. Pengelompokkan Jaringan Saraf


Dalam sistem saraf, sejumlah istilah digunakan untuk menggambarkan organisasi
jaringan saraf. Hal ini penting untuk memahami arti dari istilah-istilah ini. Substansi
putih merujuk pada kelompok akson bermielin (mielin memiliki warna keputihan)
dari banyak neuron didukung oleh neuroglia. Substansi putih membentuk traktus
saraf dalam SSP. Daerah abu-abu dari sistem saraf disebut subastansi abu-abu, yang
terdiri dari badan sel saraf dan dendrit. Hal ini juga dapat terdiri dari bundel akson
tak bermielin dan neuroglia mereka. Substansi abu-abu pada permukaan otak disebut
korteks.

Sebuah saraf adalah bundel dari serat-serat yang terletak di luar SSP. Sebagian besar
saraf adalah substansi putih. Badan sel saraf yang ditemukan di luar SSP umumnya
dikelompokkan bersama untuk membentuk ganglia. Karena ganglia terdiri terutama
dari badan sel saraf yang tak bermielin, mereka dikelompokkan substansi abu-abu.
Dua istilah lainnya yang penting: inti (nukleus) adalah massa badan sel saraf dan
dendrit di dalam SSP, yang terdiri dari substansi abu-abu; tanduk (horn) adalah
daerah materi abu-abu di sumsum tulang belakang. Neuron dikelompokkan
15
berdasarkan struktur dan fungsinya. Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi tiga,
yaitu neuron aferen, neuron eferen dan interneuron (gambar 5; tabel 2).

Gambar 5. Tiga kelompok neuron. Tanda panah menunjukkan arah transmisi


aktivitas saraf. Neuron aferen dimana SST umumnya menerima input pada reseptor
sensorik. Komponen eferen dari SST dapat berakhir pada otot, kelenjar, neuron, atau
sel efektor lainnya. Keduanya komponen aferen dan eferen dapat terdiri dari dua
neuron, tidak satu seperti yang ditunjukkan di sini.

Tabel 2. Karakteristik Tiga Jenis Fungsional Neuron


1. Neuron Aferen
a. Menyampaikan informasi ke SSP dari reseptor di ujung perifer nya.
b. Prosesus tunggal dari badan sel membelah menjadi prosesus perifer panjang
(akson) yang berada di SSO dan prosesus pusat pendek (akson) yang berada di
SSP.
2. Neuron Eferen
a. Menyampaikan informasi dari SSP ke sel efektor, utamanya sel otot, kelenjar,
dan sel lainnya
b. Badan sel dengan beberapa dendrit dan segmen kecil akson berada di SSP,
sebagian besar akson berada di SSO
3. Interneuron
a. Berfungsi sebagai integrator dan pengubah sinyal
b. Terletak seluruhnya dalam SSP
b. Berjumlah > 99 % dari semua neuron

Secara struktur ada tiga jenis neuron, yaitu: multipolar, bipolar, dan unipolar pada
gambar 6.
16
1) Neuron multipolar. Memiliki beberapa dendrit dan satu akson yang memanjang dari
badan sel. Sebagian besar neuron yang badan selnya terletak di otak dan sumsum
tulang belakang adalah neuron multipolar.
2) Neuron bipolar. Hanya memiliki dua prosesus: dendrit dan akson, memanjang dari
ujung yang berlawanan dari badan sel. Neuron bipolar terdapat pada bagian sensorik
dari mata, telinga, dan hidung.
3) Neuron unipolar. Memiliki satu prosesus yang memperpanjang dari badan sel.

Gambar 6. Jenis struktural neuron. (a) Neuron multipolar. (b) Neuron bipolar. (c)
Neuron unipolar (pseudounipolar).

c. Sinapsis
Sinapsis merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang
lain. Peristiwa ini terjadi dari ujung percabangan akson (terminal akson) dengan
ujung dendrit neuron yang lain. Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain
disebut dengan celah sinapsis. Loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion terjadi
dalam celah sinapsis, baik ion positif dan ion negatif. Di dalam sitoplasma sinapsis,
terdapat vesikel sinapsis. Ketika impuls mencapai ujung neuron (terminal akson),
vesikel akan bergerak, lalu melebur dengan membran prasinapsis dan melepaskan
neurotransmiter. Neurotranmiter berdifusi melalui celah sinapsis, lalu menempel
pada reseptor di membran pascasinapsis Gambar 7.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, M., 2013. Neurologi Klinis. Edisi Pertama, Malang, Universitas


Muhammadiyah Malang Press, hal 53-55.

Chalik, Raimundus. 2016. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Feriyawati, Lita. 2012. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi
Kontraksi Otot Rangka. Yogyakarta: Nuha Medika.

Khafinudin, Ahmad. 2012. Organ Pada Sistem Saraf. Jakarta: Bintang Medika.

Nugroho. 2013. Anatomi Fisiologi Sistem. Jakarta: Sagung Seto.

18

Anda mungkin juga menyukai