DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9
1. RAYNALDI 20210910170086
2. SALLY SAVITRI 20210910170058
3. SEPTI DWI WAHYUNI 20210910170019
4. SILVIA NOVALIA 20210910170043
5. WIWIK PUJI RAHAYU 20210910170087
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,hidayah, dan
Adapun makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia”
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih semua yang telah membantu dan membimbing kami
dalam pemyusunan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil hikmah dan
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN................................................................ 3
A. Pengkajian .......................................................................... 29
B. Diagnosa Keperawatan........................................................ 36
C. Intervensi Keperawatan....................................................... 37
D. Implementasi....................................................................... 40
E. Evaluasi .............................................................................. 41
BAB VI : PENUTUP......................................................................... 42
A. Kesimpulan ........................................................................ 42
B. Saran ................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan
dengan kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu
merupakan bagiannya dari keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan
yang berarti. Keperawatan keluarga merupakan tingkat keperawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisisk yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin buruk gerakan lambat, dn figur tubuh yang tidak
proporsional. Saat ini, diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629
juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut
usia akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju, pertambahan populasi/penduduk
lansia telah diantisipasi sejak awal abad ke 20. Tidak heran bila masyarakat di negara
maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lansia dengan aneka
tantangannya.
Namun, saat ini negara berkembang pun mulai menghadapi masalah yang
sama. Fenomena diatas jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain
timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan
4
keperawatan, terutama kelainan degeneratif. Sering kali keberadaan lansia
dipersepsikan secra negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitar.
Lansia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang
sakit-sakitan.
B. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum
2 Tujuan Khusus
5
C. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi keperpustakaan dari
literatur yang ada baik di perpustakaan maupun dimedia internet sebagai pelengkap.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari IV Bab yang disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teoritis yang terdiri dari konsep dasar keperawatan keluarga,
konsep dasar keperawatan keluarga lansia
Bab III : Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Bab IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
6
BAB II
TINJUAN TEORI
1. Pengertian
a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah
dan ikatan adopsi.
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secra berpisah, mereka tetap menggangap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran
peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan
perempuan, saudara dan saudari
d. Keluarga sama-sma menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang di ambil
dari masyarakat dengan beberpa ciri unik tersendiri.
Whall (2006) dalam analisa konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu
dirawat dalam perawatan, ia mendefiniskan keluarga sebagai ”kelompok yang
mendefinisikan diri” dengan anggota sendiri terdiri dua individu atau lebih, yang
asosiasinya dicirikan oleh istilah istilah khusus, yang boleh jadi tidak di ikat oleh
7
hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap diri meraka sebagai sebuah keluarga. Mengingat siapakah individu-
individu yang diindetifikasikan sebagai anggota keluarga merupakan sebuah
komponen yang sangat penting dari definisi ini.
2. Tipe keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu,
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek/nenek,
paman/bibi) Tipe-tipe keluarga secara umum yang dikemukakan untuk
mempermudah pemahaman terhadap literatur tentang keluarga.
c. Keluarga inti (konjugal) merupakan keluarga yang menikah, sebagai orang
tua, atau pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari sumi, istri, dn ank
mereka-anak kandung, anak adopsi atau keduanya.
d. Keluarga orientasi (keluarga asal) merupakan unit keluarga yang di dalamnya
seseorang dilahirkan
e. Keluarga besar merupakan keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan
(oleh darah) yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah
satu teman keluarga inti, berikut ini termasuk “sanak keluarga” seperti kakek
atau nenek, tante, paman, dan sepupu.
8
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokn tipe keluarga selain tipe diatas berkembang
menjadi:
3. Fungsi keluarga
a. Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi,
fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan.
b. fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu
sebagai perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.
Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-
9
kebutuhan sosioemosional anggotanya, Mulai dari tahun-tahun awal
kehidupan individu dan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Pemenuhan
fungsi afektif merupakan basis sentral bagi pembentukan dna kelanjutan dari
unit keluarga.
c. Komponen fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan
kebutuhan- kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan
fungsi ini,. Maka keluarga menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama,
yaitu membentuk sifat-sifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin berhubungan secara lebih
akrab dan harga diri.
d. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain di luar rumah.
e. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dn menjaga kelangsungan keluarga.
f. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
g. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehatan.
10
maupun yang tidak disengaja. Relokasi berarti meninggalkan ikatan dan
persahabatan dilingkungan sekitar rumah yang telah memberikan rasa aman dan
stabilitas pada lansia, perpisahan dari warisan dan isyarat yang mendukung
ingatan/memori lama pada lansia (Lawton, 1980).
Lansia dengan angka harapan hidup meningkat akan meluangkan lebih
banyak waktu dengan masalah medis yang sangat banyak. Pasangan yang
memberikan asuhan dibandingkan pasangan yang tidak memberikan asuhan
cenderung merasa kesepian dan mengalami defresi ringan, kekhawatiran finansial,
dan kepuasan hidup yang rendah.
Menurut lindgreen (1993) perjalanan pasangan pemberi asuhan yang
merawat anggota keluarga mengidentifikasi tiga tahap :
1. Tahap menghadapi
Pemberi asuhan menyesuaikan terhadap dampak diagnosis, mempelajari
keterampilan, dan membuat perubahan gaya hidup
2. Tahap pertengahan yang sedang berlangsung
Ditandai dengan beratnya pekerjaan dan gangguan pekerjaan rutin
3. Tahap akhir
Tahap kehidupan keluarga inti dengan dua orang tua ( keluarga dalam tahun terakhir)
1. Tugas Perkembangan
a. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan
b. Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang
c. Mempertahankan hubungan pernikahan
d. Menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan
e. Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
f. Melanjutkan untuk merasionalisasi kehilangan keberadaan anggota
2. Perhatian pelayanan kesehatan
a. Disabilitas fungsional meningkat
b. Gangguan mobilitas
c. Penyakit kronik
d. Kekuatan dan fungsi fisik menghilang
e. Layanan perawatan dalam jangka panjang
f. Berduka/ depresi
g. Gangguan kognitif
11
5. Dimensi struktur dasar keluarga
12
kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, dan
kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan
(konstribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur(dalam waktu
tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarkatan,
juga berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan atau yayasasn sosial, keagamaan, kesenian, olahraga,
pendidikan dan lain sebagaianya.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah
dapat memenuhhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis, maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan
sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
13
B. Konsep Keperawatan Keluarga Lansia
1. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. WHO dan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada Bab I Pasal 1 Ayat 2
menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan
kematian.
Dalam buku ajar geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi
Martono (2004) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaikikeruskan
yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara
perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat
mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lansia, termasuk kehidupan seksualnya.
14
h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu
menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang
tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun
keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah
lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur
lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai
sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
a. Teori biologis
1) Teori genetik
15
terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti
selnya memiliki suatu jam genetik/ jam biologis sendiri dan setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi
tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati. Manusia
mempunyai umur harapan hidup nomor dua terpanjang setelah bulus. Secara
teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa
waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini penuaan terjadi krena adanya
mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan
dalam proses transkripsiu DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya akan
terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau
penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang
khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel (Suhana, 1994: Constantinides, 1994)
2) Teori nongenetik
Free radical theory. Dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam
mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak
stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat
reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai
kerusakan atau peruibahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas
16
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat
bergenerasi (Halliwel, 1944). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab
penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di
lingkungan seperti: asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet
makanan, radiasi, sinal ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan
pigmen dan kolagen pada proses menua.
b. Teori sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:
17
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor mengeluarlkan
biaya
2) Teori aktivitas atau kegiatan
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan banyak ikut-serta dalam kegiatan sosial
b) Lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
c) Pola hidup dilanjutkan pada cara hidup lansia
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan sampai lansia.
3) Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori
ini merupakan gabungan teori yang disebabkan pada seorang lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personalisa yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan
adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian,
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan
harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lansia.
4) Teori pembebasan penarikan diri (disangagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori yang
pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan
bahwa dengan bertambah lansia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan,
lansia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering lansia mengalami kehilangan ganda (triple loss) :
a) Kehilangan peran (loss of role)
b) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship)
c) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and
values).
18
3. Tipe Lansia
Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.L
Widyapratama menyebutkn bahwa (lansia) dalam literatur lama (Jawa) dibagi dua
golongan, yaitu :
a) Wong sepuh : orang tua yang sepi hawa nfsu, menguasai ilmu”dwi tunggal”,
yakni mampu membedakan antra baik dan buruk, sejati dan palsu, gusti
(Tuhan) dan kaula nya atau hambanya.
b) Wong Sepah : Lansia yang kosong, tidak tau rasa, bicaranya muluk-muluk
tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan serta memalukan.
Hidupnya menjadi hambar (kehilangan romantika dan dinamika hidup). Di
zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam
tipe lansia, antara lain :
c) Tipe arif bijaksana : lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap
ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
d) Tipe mandiri : lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
e) Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung menuntut, sulit dilayani
dan pengkritik.
f) Tipe pasrah : lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan
beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja yang dilakukan.
g) Tipe bingung : lansia yng kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
19
Lansia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya. Tipe ini antara lain :
a) Tipe optimis : lansia santai dan periang, penyesuain cukup baik, mereka
memandang masalah lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan
sebagai kesemptan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipen ini sering
disebut juga lansia tipe kursi goyang (the rock king chairman)
b) Tipe konstruktif : lnsia ini mempunyai intregits baik, dapat meniukamti
hidup, mempunyi tolernsi yang tinggi, humoristik, fleksibel dan tahu diri.
Biasanya, sift ini terlihat sejak muda. Mekeka dengan tenang menghadapi
proses menua dan menghadapi akhir.
c) Tipe ketergantungan : lansia ini masih dapat diterim ditengah msyarakat,
tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyi inisitif
dn bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang pensiun tidak suka berkerja
dan senang berlibur, banyak makan, banyak minum.
d) Tipe defensif : lansia biasnya mempunyai riwayat pekerjaan tau jbatn yang
tidak terkontrol, memegang teguh kebiasan, bersifat komplusif, anehnya
mereka tkut menghadapi menjadi tua dan menyenangi masa pensiun.
e) Tipe militan dan serius : lansia yang tidak mudah menyerah, serius senang
berjuang, bisa menjadi pnutan.
f) Tipe pemarah frustasi: lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian
yang buruk. Lansia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
g) Tipe bermusuhan: lansia yang selalu menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.
Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu
bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang
mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.
h) Tipe putus asa: membenci dan menyalahkan diri sendiri. Lansia ini bersifat
kritis dan menyalahkan diri sendiri. Tidak mempunyai ambisi, mengalami
penurunan sosio- ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Lansia tidak
hanya mengalami kemerahan, tetapi juga depresi, memandang lansia
sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya
20
perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci diri
sendiri dan ingin cepat mati.
Ciri-ciri Lansia :
21
a) Ekonomi ; menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara
substansial, mungkin kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan
ekonomi (ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah).
b) Perumahan ; sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan
kemudian dipaksa pindah ke tatanan institusi.
c) Sosial ; kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.
d) Pekerjaan ; keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan
perasaan produktifitas.
e) Kesehatan ; menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif ; memberikan
perawatan bagi pasangan yang kurang sehat.
4. Perkembangan Lansia
a. Perkembangan Fisik
Pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa
dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami
pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis. Kebanyakan
perubahan fisik pada lansia mengalami hal yang sama, misalnya rambut yang
memutih, kulit keriput, dan gigi yang tunggal. Pada periode ini penurunan fungsi
organ tampak jelas.
Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh
jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang
sehat. Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul,
jumlah darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangakan usia pada masa
dewasa. Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat
dapat menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan
menurun (Fozard, 1992). Meningkatnya tekanan darah yang terjadi akibat
bertambah kerasnya dinding pembuluh arteri aorta dan pusat merupakan gejala
umum bagi orang yang berusia lanjut.
Sistem pernafasan
22
Kapasitas paru-paru akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun
tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma
melemah. Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang dewasa lanjut
dapat memperbaiki fungsi paru paru dengan latihan-latihan memperkuat
diafragma.
Seksualitas
23
d. Perkembangan spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau
penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun
kesehatan mental.
24
bergairah. Gangguan kecemasan adalah gangguan psikologis yang dicirikan
dengan ketegangan motorik (seperti gelisah dan gemetar), hiperaktivitas
(pusing, jantung berdebar, atau berkeringat), dan pikiran yang mencemaskan.
Penelitian membuktikan bahwa orang usia lanjut memiliki kemungkinan yang
lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan daripada depresi (George
dkk, 1988)
25
Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan
semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara
tabungan/pendapatan berkurang
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga.
Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang
berlangsung dari pasangan. Contoh: mitos tentang aseksualitas
d. Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan
Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia
menyadari bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi
kesadaran akan kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi
fungsi keluarga secara total.
e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub.sosial, namun
keluarga menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.
a. Mitos konservatif
1) Konservaatif
2) Tidak kreatif
3) Menolak inovasi
4) Berorientasi ke masa silam
5) Merindukan masa lalu
6) Kembali ke masa kanak-kanak
7) Susah menerima ide baru
8) Susah berubah
9) Keras kepala
10) Cerewet Faktanya : tidak semua lansia bersikap, berfikiran, dan
berperilaku demikian.
26
Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang
disertai dengan berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai
proses menua (lansia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran).
Faktanya : memang proses menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh
dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit. Akan tetapi, saat ini telah
banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.
c. Mitos senilitas
d. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi
beban keluarganya. Faktanya: tidak demikian, banyak individu yang mencapai
kebenaran, kematangan, kemantapan, serta produktifitas mental dan material
dimas lanjut usia.
e. Mitos asektualitas
Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada
lkawan jenis. Faktanya: perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa,
perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lansia.
27
Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa
muda dan dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan
telah berhasil dilewatinya. Faktanya: lebih sering ditemukan stres karena
kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit, kecemasan,
kekhawatiran, depresi, paranoid, dan psikotik.
Jadi, ada keanekaragaman yang besar dalam proses menua, oleh karena itu
secara tipologi, lansia dikelompokan dalam berbagai tipe dalam menghadapi atau
menerima proses menua.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA
Diagnosis
keperawatan
keluarga
Analisis data • Validasi diagnosis
Merumuskan diagnosis • Prioritas
Perencanaan
1) Menetapkan tujuan
2) Identifikasi sumber daya keluarga
3) Memilih intervensi yang sesuai
kemampuan keluarga
4) Prioritas intervensi
28
Implementasi rencana melalui
pemanfaatan sumber-sumber
yang dimiliki keluarga
Evaluasi Keberhasilan
1) Kemampuan keluarga melakukan
lima tugas kesehatan keluarga
A. PENGKAJIAN 2) Tingkat kemandirian keluarga
3) Budaya hidup sehat keluarga
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang
perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya. Tahap
pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga
(Lyer et al, 1996).
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat, dan
sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengkajian harus dapat dipahami dan
didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan pemberi pelayanan
interdisipliner. Tujuan dari melakukan pengkajian adalah untuk menentukan
kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar untuk
membuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk
berkomunikasi.
Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, social, dan spiritual dengan
melakukan kegiatan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi
dokumentasi, dan pemeriksaan fisik. Melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang
mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Untuk itu, format pengkajian yang
digunakan adalah format pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan
keberadaan lansia. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas : data
dasar (identitas, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, dan suku bangsa); data
biopsikososialspiritual; lingkungan; status fungsional; fasilitas penunjang kesehatan
yang ada; serta pemeriksaan fisik.
Pengkajian fokus
Keluarga lansia:
29
1) Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja atau ditinggal pasangannya ?
2) Bagaimana kegiatan di rumah dan diluar rumah ?
3) Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, bagaimana frekuensi, dan berapa
frekuensi kunjungan anak ?
4) Adakah orang yang menemani setiap hari ?
5) Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua ?
6) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga ?
Genogram :
d) Tipe keluarga
Apakah tipe keluarga termasuk keluarga inti, keluarga besar (extended family),
single parent, dsb.
e) Suku bangsa
Latar belakang budaya
Bahasa sehari-hari yang digunakan
Pelayanan dan praktek kesehatan yang biasa digunakan oleh keluarga,
apakah menggunakan pelayanan kesehatan tradisional atau meyakini
budaya kesehatan tradisional.
30
f) Agama
Apakah agama atau kepercayaan yang dianut oleh keluarga
Adakah perbedaan dalam keyakinan agama dan prakteknya
Sejauhmana keaktifan keluarga dalam kegiatan keagamaan terutama lansia
g) Status sosial ekonomi
Penghasilan yang rendah dan sulit memungkinkan adanya konflik dalam
keluarga termasuk kebutuhan akan biaya perawatan dan pengobatan anggota
keluarga lansia yang sakit.
31
2) Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
3. Lingkungan
a) Tipe rumah, ruangan, status kepemilikan
b) Kondisi rumah
Faktor lingkungan rumah yang kurang aman dan membahayakan dapat
memperbesar peningkatan risiko jatuh pada lansia. Misalnya penggunaan
keset yang licin, lantai yang licin, pencahayaan yang kurang memadai, tangga
rumah yang teralu curam, tidak menggunakan alas kaki, tempat tidur yang
terlalu tnggi, tidak menggunakan alat bantu mobilitas yang tepat, tidak ada
pengaman atau pegangan dari lokasi-lokasi yang tepat, seperti kamar mandi.
c) Fasilitas dan pelayanan kesehtan
Ketidakefektifan keluarga dalam mengunjungi pelayanan kesehatan yang ada
dapat menimbulkan berbagai macam masalah yang dialami pada lansia. Dan
ketiadaan sarana transportasi menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke
pelayanan kesehatan sehingga memperburuk kondisi lansia.
d) Mobilitas geografis keluarga
Berapa lama keluarga tinggal di tempat tersebut, adakah sejarah pindah
rumah, dan darimana pindahnya.
e) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Apakah anggota keluarga mengetahui penggunaan pelayanan di
komunitas
Bagaimana frekuensi dan fasilitas apa yang didapat
Apakah keluarga memiliki perhatian terhadap pelayanan komunitas yang
sesuai dengan kebtuhan mereka
Apa perasaan keluarga terhadap kelompok atau organisasi yang memberi
bantuan dan bagaimana keluarga memandang komunitas.
4. Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Observasi dari seluruh anggota keluarga dalam berkomunikasi dan apakah
komunikasi berfungsi dengan baik. Dalam berkomunikasi biasanya lansia
cenderung ingin selalu didengarkan dan di pahami.
32
b) Struktur kekuatan keluarga
Siapa pembuat keputusan, yang mempunyai hak dalam menentukan masalah
dan kebutuhan dalam mengatasi masalah kesehatan di dalam keluarga.
c) Struktur peran
Gambarkan bagaimana anggota keluarga melaksanakan perannya masing-
masing. Peran antar keluarga menggambarkan perilaku interpersonal yang
berhubungan dengan masalah kesehatan dalam posisi dan situasi tertentu.
d) Nilai – nilai keluarga
Nilai-nilai kebudayaan yag dominan dianut oleh keluarga, nilai inti seperti
siapa yang berperan dalam mencari nafkah, bagaimana nilai-nilai
mempengaruhi kesehatan keluarga.
5. Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Pola kebutuhan respon keluarga: apakah anggota keluarga merasakan
kebutuhan individu lain dalam keluarga. Bagaimana sensitifnya anggota
keluarga dengan melihat tanda-tanda yang berhubungan dengan perasaan
dan kebutuhan di dalam keuarga.
Saling memperhatikan; sejauh mana anggota keluarga memberikan
perhatian satu sama lain dan bagaimana mereka saling mendukung.
b) Fungsi sosialisasi
Kaji bagaimana keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang
terdapat lansia baik yang sehat maupun sakit
Bagaimana lansia dihargai dalam keluarga
Apakah keluarga merupakan faktor risiko tinggi mendapat masalah dalam
perawatan lansia yang sakit, apakah lingkungan memberikan dukungan
dalam kesehatan lansia.
c) Fungsi perawatan kesehatan, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan perilaku
keluarga
Nilai yang diberikan keluarga untuk kesehatan : apakah ada konsistenan
anggota keluarga terhadap nilai-nilai kesehatan yang dianut, apakah
keluarga selalu terlibat dalam kegiatan peningkatan kesehatan di
keluarga.
33
Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat sakit bagi anggota keluarga
yang sakit, tanda-tanda yang menandakan sakit terutama pada lansia,
apakah keluarga dapat melaporkan tanda dan perubahan yang terjad pada
anggota keluarganya yang sakit.
Praktik diet keluarga: apakah diet keluarga memadai dan sesuai. Apakah
anggota keluarga memperhatikan diet makanan pada anggota keluarga
yang sakit terutama lansia.
Kebiasaan tidur dan istirahat: apakah jumlah jam tidur sesuai, biasanya
lansia mengalami sulit tidur
Peran keluarga dalam praktek perawatan diri; apakah yang dilakukan
keluarga untuk memperbaiki status kesehatannya, apa yang dilakukan
keluarga untuk mencegah terjadinya suatu penyakit, apa yang dilakukan
keluarga dalam merawat lansia yang sakit
d) Fungsi reproduksi
Kaji tahap status keluarga dalam sistem reproduksi, pada tahap ini keluarga
dengan tahap usia lanjut yang terdapat kemunduran dalam fungsi seksualitas.
7. Pemeriksaan Fisik
NAMA ANGGOTA
KOMPONEN
KELUARGA
Riwayat penyakit saat ini
Keluhan yang dirasakan
34
Riwayat penyakit sebelumnya
Tanda – tanda vital
Sistem kardiovaskuler
Sistem respirasi
Sistem pencernaan
Sistem persarafan
Sistem muskuloskeletal
Kesimpulan
8. Harapan Keluarga
Apakah harapan keluarga yang belum terpenuhi, dan bagaimana agar harapan
tersebut tercapai.
35
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga diagnosis keperawatan aktual,
potensial dan risiko.
1) Aktual
Menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan / proses kehidupan
yang benar nyata pada individu, keluarga, komunitas.
2) Potensial (mencakup promosi kesehatan/sejahtera/wellness)
Penilaian kinis dari motivasi seseorang, keluarga atau komunitas dan keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan mewujudkn potensi kesehatan manusia dan
menguatkan perilaku sehat secara khusus.
3) Risiko
Menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan / proses kehidupan
yang mungkin berkembang dalam kerentanan individu, keluarga atau komunitas.
PRIORITAS MASALAH
NO. KRITERIA BOBOT SKOR PEMBENARAN
Sifat masalah Sesuai label
Aktual (3)
1 1
Risiko (2)
Potensial (1)
2 Pengetahuan keluarga,
2 Kemungkinan masalah sumber daya yang
36
dapat diubah : dimiliki keluarga dan
Mudah (2) masyarakat, fasilitas
Sebagian (1) kesehatan yang
Tidak dapat diubah (2) tersedia
Potensi masalah dapat Tingkat keparahan
dicegah masalah : lamanya
3 Tinggi (3) 1 masalah terjadi,
Cukup (2) tindakan yang sedang
Rendah (1) dilakukan
Menonjolnya masalah Persepsi keluarga
Segera (2) dalam melihat
4 Tidak perlu diatasi 1 masalah.
segera (1)
Tidak dirasakan (0)
Total skor
C. INTERVENSI
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka
panjang/pendek), penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk
mengatasi masalah keluarga.
Perawat mengembangkan rencana pelayanan yang berhubungan dengan lansia dan
hal-hal lain yang berkaitan. Tujuan, prioritas, serta pendekatan keperawatan yang
digunakan dalam rencana perawatan termasuk di dalamnya kepentingan terapeutik,
promotif, preventif, dan rehabilitative.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana keperawatan:
1) Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik dimana diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan dasar
2) Libatkan klien dan keluarga dalam perencanaan
37
3) Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait
4) Tentukan prioritas. Klien mungkin sudah puas dengan kondisinya, bangkitkan
perubahan tetapi jangan dipaksakan, rasa aman dan nyaman adalah yang utama
5) Rencana tindakan disesuaikan dengan seberapa daya dan dana yang dimiliki oleh
keluarga dan mengarah kemandirian sehingga tingkat ketergantungan dapat
diminimalkan.
6) Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.
Rencana tindakan keluarga diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan
tindakan keluarga, sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi kenutuhan
kesehatan anggota keluarganya dengan bantuan minimal dari perawat.
38
a. Manajemen lingkungan
b. Dukungan perawatan diri : BAB/BAK
c. Terapi relaksasi
d. Terapi aktivitas
e. Manajemen nutrisi
5) Gangguan pola eliminasi
Intervensi :
a. Dukungan perawatan diri : BAB/ BAK
b. Latihan otot panggul
c. Manejemen eliminasi urine
d. Manajemen cairan
6) Gangguan mobilitas fisik
Intervensi :
a. Dukungan mobilisasi
b. Dukungan perawatan diri
c. Edukasi latihan fisik
d. Manajemen lingkungan
e. Manajemen program latihan
7) Risiko cedera
Intervensi :
a. Manejemen keselamatan lingkungan
b. Identifikasi risiko
c. Pencegahan cidera
d. Pemasangan alat pengaman
e. Pengenalan fasilitas
8) Isolasi social : menarik diri, harga diri rendah, cemas, reaksi berduka, marah, serta
penolakan proses menua
Intervensi :
a. Promosi sosialisasi
b. Terapi aktivitas
c. Dukungan proses berduka
d. Edukasi manajemen stress
e. Promosi dukungan keluarga
39
D. IMPLEMENTASI
Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga yaitu:
1) Tahap 1 : Persiapan
2) Tahap 2 : Intervensi
3) Tahap 3 : Dokumentasi
Perawat memberikan pelayanan kesehatan untuk memelihara kemampuan fungsional
lansia dan mencegah komplikasi serta menigkatkan ketidakmampuan. Tindakan
keperawatan berdasarkan rencana keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan
yang telah dibuat.
40
10) Memelihara keselamatan: usahakan agar lantai rumah tidak licin, cukup
penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan penyangga pada waktu berdiri jika
diperlukan.
E. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan.
Tahap evaluasi:
a. Evaluasi berjalan (sumatif)
b. Evaluasi akhir (formatif)
Metode evaluasi:
a. Observasi langsung
b. Wawancara
c. Memeriksa laporan
d. Latihan simulasi
Mengukur pencapaian tujuan keluarga
a. Kognitif (pengetahuan)
b. Afektif (status emosional)
c. Psikomotor
41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I.
Jakarta. DPP PPNI.
43