OLEH :
Kelompok 9
1. Vani Putri
2. Vivi Claudia Effendi
Tingkat : 3C
SUMATERA BARAT
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuahan keperawatan keluarga
dengan masalah Trauma (Kekerasan)” mata kuliah Keperawatan Keluarga.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar
menjadi lebih baik lagi.
Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
KELOMPOK 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. PENDAHULUAN...........................................................................................................3
B. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................4
C. METODE PENULISAN.................................................................................................4
BAB II KONSEP KELUARGA................................................................................................5
A. PENGERTIAN................................................................................................................5
B. TIPE KELUARGA.........................................................................................................6
C. FUNGSI KELUARGA...................................................................................................8
D. DIMENSI STRUKTUR KELUARGA.........................................................................10
E. PERAN PERAWAT KELUARGA..............................................................................12
F. TINGKAT PENCEGAHAN.........................................................................................13
BAB III KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA...........................................15
A. KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA..............................................................15
B. TUGAS PERKEMBANGAN.......................................................................................16
C. PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA................................................17
D. PERTIMBANGAN KESEHATAN..............................................................................18
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................................22
A. PENGKAJIAN..............................................................................................................22
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................25
C. INTERVENSI KEPERAWATAN................................................................................25
BAB V PENUTUP...................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan
individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah setiap individu merupakan bagian dari
keluarga dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu
rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit
dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu
penyakit dan status kesehatan anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan
dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota keluarga. Keluarga
merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga,
atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai
rumah tangga mereka.
Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi atau keluar
meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan keluarga dewasa dimana orang tuanya
akan merasa banyak kehilangan karena perginya anak-anak dari rumah. Pada keluarga ini juga
terdapat berbagai masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan perawat sangat berperan
penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan kepada keluarga.
Dari data yang sudah kami sajikan tentang keluarga pada dewasa pertengahan, maka disini
kelompok tertarik untuk membahas lebih spesifik tentang konsep dan asuhan keperawatan
keluarga pada dewasa pertengahan , agar dapat memenuhi kebutuhan akan informasi yang
mengenai kesejahteraan hidup dan khususnya kesehatan, yang nantinya akan kami bahas secara
rinci dan mendalam pada bab selanjutnya.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dewasa pertengahan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar keluarga.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga dewasa.
c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga dewasa.
C. METODE PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini tim penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, diskusi
kelompok, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.
BAB II
KONSEP KELUARGA
A. PENGERTIAN
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen yang saling
berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004). Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan
yang komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-
masing mempunyai sebagaimana individu ( Illis, 2004 ). Keluarga adalah sebuah kelompok yang
terdiri dari dua orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ),
menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluraga.
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan anak yang hidup
bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga bukan sekedar gabungan dan jumlah dari
beberapa individual. Keluarga memiliki keragaman seperti anggota individunya dan klien memiliki
nilai – nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus dihormati. Keluarga sebagai suatu
kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai keluarga atau jaringan individu yang
mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa melihat adanya hubungan biologis atau pun
hukum (Perry, 2009, hal 202).
Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai
referensi secara luas :
1. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan
adopsi.
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah, atau jika
mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah
mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran sosial
keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak perempuan, saudara dan
saudari.
4. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari
masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
B. TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikuti. Agar
dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat
perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004).
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
b. Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
c. Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
e. The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar karir
atau pendidikan.
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi,
kakek, nenek dan lain-lain.
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau hari libur
saja.
h. Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1 rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan
barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
k. Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut, sedangkan anak sudah
memisahkan diri.
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari hubungan tanpa
nikah.
b. The step parents family
c. Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang menggunakan fasilitas
secara bersama.
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah sebagaimana pasangan
suami istri.
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu.
g. Groupmarriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu termasuk seks
dan membesarkan anak.
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling
menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.
i. Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu
sementara.
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi
atau problem kesehatan mental.
k. Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional,
berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
C. FUNGSI KELUARGA
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu :
1. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga.
Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan
melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga. Dengan demikian kelurga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari
anggota yang lain maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan maningkat
yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan
intim didalam keluarga merupakan modal dasar memberi hubungan dengan orang lain
diliat keluarga atau masyarakat.
b. Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan
dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka
fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan
anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuian pada berbagai
aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi yang
positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kabahagian keluarga keretakan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah kelurga timbul karena fungsi
afektif keluarga tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi
atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi
dengan keluaarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan makanan, tempat
tinggal dan lain sebagainya.
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah
terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan
keluarga memberikan asuahan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
a. Mengenal masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
a. Karakteristik pengirim:
1) Yakin dalam mengemukakan pendapat.
2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.
b. Karakteristik penerima :
1) Siap mendengar.
2) Memberikan umpan balik.
3) Melakukan validasi.
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan.
Yang dimaksud dengan posisi atau status individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami
atau istri atau anak.
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah prilaku seseorang kearah positif. Tipe
struktur kekuatan antara lain :
a. Legitimate power/authority : Hak untuk mengatur seperti orang tua pada anak.
b. Referent power : Seseorang yang ditiru.
c. Reword power : Pendapat ahli.
d. Coercive power : Dipaksakan sesuai keinginan.
e. Informational power : Pengaruh melalui persuasi.
f. Affectif power : Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
memepersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman prilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola
perilaku yang baik, menurut masyrakat bardasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya
adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan
untuk menyelesaikan masalah.
1. Pendidik
2. Koordinator
3. Pelaksanaan
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan
menggunakan metode keperawatan.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur untuk
mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga
mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik,
kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara terbuka dapat
dipercaya.
6. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain
untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi, sehingga
perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana
sehat.
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat sehingga menghindari
dari ledakan kasus atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta
lingkungan sehat.
F. TINGKAT PENCEGAHAN
Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut sebagai tingkat pencegahan, yang
digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan tersebut
mencakup seluruh spektrum kesehatan dan penyakit, juga tujuan-tujuan yang sesuai untuk masing-
masing tingkat. Leavell dkk. (1965, dalam Friedman, 1998). Ketiga tingkatan tersebut adalah
adalah :
Ketiga tingkat pencegahan itu, merupakan tujuan dari keperawatan keluarga. Tujuan -tujuan
tersebut terdiri atas peningkatan, pemeliharaan, pemulihan terhadap kesehatan (Hanson, 1987
dalam Friedman, 1998). Peningkatan kesehatan merupakan pokok terpenting dari keperawatan
keluarga. Akan tetapi, sudah tentu, pendeteksian secara dini, diagnosa dan pengobatan merupakan
tujuan penting pula. Pencegahan tertier atau rehabilitasi dan pemulihan kesehatan secara khusus
menjadi tujuan yang penting bagi keperawatan keluarga saat ini, mengingat perkembangan
keperawatan kesehatan dirumah dan pravelensi penyakit – penyakit kronis, serta ketidakberdayaan
dikalangan lanjut usia yang populasinya semakin meningkat dan cepat (Friedman, 1998)
BAB III
1. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai menerima
tanggungjawab sebagai orang dewasa.
2. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif untuk memiliki
keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan memiliki peran baru sebagai orang tua.
3. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-masalah baru yang berbeda
dengan masalah sebelumnya, diantaranya masalah pernikahan.
4. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang memiliki peluang
terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu seseorang berada pada wilayah baru
dengan harapan-harapan baru, dan kondisi lingkungan serta permasalahan baru.
5. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan memasuki dunia kerja
dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu, hubungan dengan kelompok teman sebaya
semakin renggang.
6. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan pola hidup baru, dengan
memikul tanggungjawab baru dan memuat komitmen-komitmen baru dalam kehidupan.
7. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan kemandirian, ternyata
masih banyak orang dewasa awal yang tergantung pada pihak lain.
8. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota kelompok orang
dewasa.
9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
10. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.
B. TUGAS PERKEMBANGAN
Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada waktu orang mencapai
kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama
manusia berkembang maka akan terjadi perubahan-perubahan yakni perkembangan-perkembagan
yang dialami oleh individu tersebut.
Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan berpikir, motif-motif
dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi masyarakat. Perubahan fisik yang
menyebabkan seseorang bekurang harapan hidupnyadisebut proses menjadi tua. Proses ini
merupakan sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi orang itu sendiri, yaitu regulasi diri sendiri.
Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi, yaitu sebagai proses
perubahan yang dinamis pada masa dewasa berjalan bersama keadaan menjadi tua. Dalam hal ini
ada tiga macam perubahan, yaitu dalam tubuh orang yang menjadi tua, dalam kedudukan sosial,
dan dalam pengalaman batinnya.
Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus terkait pada usia
tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses penuaan berbeda-beda pada orang yang satu
dengan orang yang lain.
Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa, begitu pula dirasa sulit
untuk menunjukkan kapan dimulainya proses menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting
bila pendapat mengenai orang lanjut usia tidak diwarnai oelh gambaran citra yang negatif seperti
yang ada pada masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks. 2006. 323-324)
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan
fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu
melakukakn hubungan seksual denga lawan jenisnya, asalkan memnuhi persyaratan yang sah
(perkawinan yang resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biolohid tersebut mungkin akan
ditahan terlebih dahulu.
Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan
dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka
akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai
persyaratan pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan
sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari
itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah
tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya
dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya, mereka
berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, sertamemberi jaminan
masa depan keuangan yang baik.
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai,
dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-syarat untuk menjadi warga negara yang baik
harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di masyarakat
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas
perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya masalah
keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.
D. PERTIMBANGAN KESEHATAN
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama minimum. Akan tetapi
gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada resiko penyakit atau kecacatan selama masa
dewasa tengah atau akhir. Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap penyakit
kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia keturunan ( Price dan Wilson,
1992). Penyakit crohn, radang kronis pada usus halus lebih umum terjadi pada usia 15-35 tahun.
Insiden infertalitas juga meningkat pada masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat
lain, banyak klien infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)
1. Masalah Fisiologis
a. Faktor Resiko
Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup dan riwayat
keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori sebagai berikut ;
Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas pada populasi dewasa
awal. Kematian dan cedera dapat terjadi karena serangan fisik, kecelakaan kendaraan
bermotor atau kecelakaan lain dan usaha bunuh diri.
Kemiskinan
Keretakan keluarga
Penganiayaan
Pengabaian anak
Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya pada tahap awal. Informasi
yang penting mungkin diperoleh dengan membuat pertanyaan yang spesifik tentang
masalah medis di masa lalu, perubahan masukan makanan, pola tidur atau masalah
labilitas emosi. Laporan penangkapan karena mengemudi saat intoksikasi, penganiayaan
istri dan anak atau perilaku yang melanggar peraturan untuk memeriksa kemungkinan
penyalahgunaan obat secara cermat (Winger, Hofmam dan Woods, 1992).
Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum terjadi pada masa remaja,
sebanyak 55% kemamilan terjadi pada wanita dewasa awal dan tengah (Alan
Guttmacher Institute). Kehamilan yang tidak direncanakan dapat mempunyai efek fisik
dan emosional jangka panjang pada masa awal dewasa. Kehamilan yang tidak
direncanakan adalah sumber stress yang berkelanjutan. Sering kali dewasa awal yang
mempunyai tujuan pendidikan, karier dan mengutamakan perkembangan keluarganya.
Gangguan pada tujuan tersebut dapat mempengaruhi hubungan masa depan dan
hubungan orang tua-anak nantinya.
Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes genital dan AIDS.
Penyakit sekual menular mempunyai efek yang cepat seperti keluarnya rabas,
ketidaknyamanan dan infeksi. PMS juga memicu gangguan kronis yang diakibatkan
penyakit herpes genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau bahkan kematian yang
disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi pada orang yang aktif secara seksual dan
diperkirakan hampir dua pertiga kasus PMS terjadi pada individu berusia antara 15-24
tahun (Killion,1994).
Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu : paparan terhadap partikel udara
yang dapat menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit paru yang termasuk
silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema karena kanker
disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru, hati, otak, darah atau
kulit. Pertanyaan tentang paparan pekerjaan terhadap bahan-bahan berbahaya harus
menjadi bagian rutin pengkajian perawat.
2. Gaya Hidup
Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene personal yang buruk
meningkatkan risiko penyakit di masa depan. Riwayat penyakit dalam keluarga seperti
kardiovaskular, ginjal, endokrin atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga. Peran
perawat dalam meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor yang meningkatkan
risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.
Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular yang diketahui dengan baik
pada perokok dan orang yang menghisap asap rokok. Inhalasi polutan rokok meningkatkan
risiko kanker paru-paru, emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin pada tembakau adalah
vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah meningkatkan risiko penyakit angina,
infark miokard dan arteri koroner. Nikotin juga menyebabkan penyempitan vasokonstriksi
perifer dan memicu masalah vaskular.
Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh. Pola latihan dapat
mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang dilakukan terus-menerus meningkatkan
frekuensi nadi selama 15 sampai 20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi
kardiopulmonal dengan menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu
latihan menurunkan kecenderungan mudah lelah insomnia, ketegangan dan iritabilitas.
Perawat harus melakukan pengkajian muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk mobilitas
sendi dan tonus otot, dan pengkajian psikososial untuk meningkatkan toleransi terhadap stres
dalam menentukan efek-efek latihan.
Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada dewasa awal dapat menjadi
faktor risiko. Meminjamkan peralatan makan dengan seseorang yang mempunyai penyakit
yang mudah menular meningkatkan risiko penyakit. Higiene gigi yang buruk meningkatkan
risiko penyakit periodontal.
Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal pada risiko berkembangnya
penyakit pada masa dewasa tengah atau dewasa akhir. Contohnya, seorang pria muda yang
ayah dan kakek dari ayahnya yang mempunyai infark miokard (serangan jantung), pada usia
50-an mempunyai risiko infark miokard di masa depan. Adanya penyakit kronik tertentu
dalam keluarga meningkatkan risiko bagi anggota keluarga terhadap perkembangan penyakit
itu. Risiko penyakit keluarga jelas merupakan penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan untuk
pemeriksaan skrining rutin dapat menempatkan klien pada risiko penyakit berat karena
kegagalan deteksi dini.
3. Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada pria, wanita atau pasangan.
BAB IV
Genogram
Keterangan:
Genogram Keluarga:
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah- masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
2. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan.
3. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status ekonomi sosial keluarga ditentukan
pula oleh kebutuhan- kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang
dimiliki oleh keluarga.
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan
radio juga merupakan aktifitas rekreasi.
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. Contoh:
Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7 tahun dan anak
kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada tahapan perkembangan
keluarga dengan usia anak sekolah.
7. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga seta pengalaman pengalaman terhadap pelayanan kesehatan (boleh
dibuat tabel : Nama, Umr, BB, keadaan kes, imunsasi, masalah kesehatan, tindakan yang
telah dilakukan)
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
Keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan asalnya; hubungan masa silam dan
saat dengan orang tua (nenek-kakek) dari orang tua mereka.
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah.
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi
kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan pendduduk setempat, budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.
12. Mobilitas geografis keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keuarga adalah jumlah anggota keluarga yang
sehat, fasilitas fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
Menjelaskan peran dari masin masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
18. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan
dengan kesehatan.
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauhnya anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
Ibu. X An. D
Kepala
Leher
Telinga
Mata
Mulut
Hidung
Abdomen
Reproduksi
Sistem muskuloskeletal
Bb dan tb
Ttv
Capillary refill
Asam urat
Gds
A. ANALISA DATA
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Keluarga akan mengalami perubahan dan pertumbuhan sepanjang waktu. Setiap tahap
perkembangan memiliki tantangan, kebutuhan, dan sumber masing-masing termasuk tugas
yang perlu diselesaikan sebelum keluarga dapat meningkat ke tahap berikutnya dengan
sukses. Dengan asuhan keperawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan telah membantu
keluarga dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan lancar sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga dewasa awal (melepas anak sebagai dewasa) sehingga dapat
menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis,
dan sosial anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan. Praktek.
Jakarta : EGC
Perry and Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan praktik
Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [et all];
editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Jakarta : EGC