Anda di halaman 1dari 27

KELUARGADENGAN ANAK DEWASA

(ANAK 1 MENINGGALKAN RUMAH)

OLEH :
KELOMPOK 6

IKA AGUSTINA S (P07124318055)


DEVINTA WIDYA KENHAPSARI (P07124318004)
FURRY AGUSTINA (P07124318029)
MEYKE POTUTU (P07124318003)
SRIANDRI ANI TAMRIN (P07124318048)
ROSVIA ROSA (P07124318032)

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah yang merupakan bagian dari mata kuliah
“Asuhan Kebidanan Keluarga”. Makalah ini penulis susun dengan maksimal dan
merupakan penyatuan dari berbagai referensi yang kami dapat.

Terlepas dari segala hal tersebut, penulis menyadari bahwa terdapat


banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah


ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................1


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN ..........................................................................................................4
B. TUJUAN PENULISAN ..................................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN ................................................................................................................6
B. TIPE KELUARGA .........................................................................................................7
C. FUNGSI KELUARGA .................................................................................................10
D. DIMENSI DAN STRUKTUR KELUARGA ............................................................122
E. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA ..............................................................234
F. KONSEP DASAR KELUARGA PADA TAHAP DEWASA
(PELEPASAN) ...........................................................................................................236
G. KONSEP ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA ......................................................23
H. PERAN BIDAN ............................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.6
B. SARAN ....................................................................... Error! Bookmark not defined.6
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah
setiap individu merupakan bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua
dapat diekspresikan. Asuhan Kebidanan keluarga yaitu suatu rangkaian
kegitatan yang berkaitan dengan praktek kebidanan pada keluarga.

Asuhan kebidanan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan


masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan asuhan
kebidanan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh
keluarga, maka bidan harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga,
tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya dan perlu
paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya.

Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain.
Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan
sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan
anggota keluarga. Keluarga 1cenderung dalam pembuatan keputusan dan
proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota
keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara
terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah
tangga mereka.

Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi atau
keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan keluarga
dewasa dimana orang tuanya akan merasa banyak kehilangan karena perginya
anak-anak dari rumah. Pada keluarga ini juga terdapat berbagai masalah yang
dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan bidan sangat berperan penting dalam
memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan kepada keluarga.
Dari data yang sudah disajikan tentang keluarga pada dewasa pertengahan,
maka disini kelompok tertarik untuk membahas lebih spesifik tentang konsep
dan asuhan kebidanan keluarga pada dewasa dengan satu anak meninggalkan
rumah, agar dapat memenuhi kebutuhan akan informasi yang mengenai
kesejahteraan hidup dan khususnya kesehatan, yang nantinya akan kami
bahas secara rinci dan mendalam pada bab selanjutnya.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum

Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan kebidanan keluarga


dewasa dengan satu anak meninggalkan rumah.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar keluarga.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga dewasa.
c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan keluarga dewasa.

C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran di bidang pendidikan maupun bidang praktik asuhan
kebidanan keluarga.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Keluarga adalah
sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang dimiliki
tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai
sebagaimana individu. Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari
dua orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang
terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek, menguraikan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap
anggota keluraga.

Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan


anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga bukan
sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa individual. Keluarga memiliki
keragaman seperti anggota individunya dan klien memiliki nilai-nilai
tersendiri mengenai keluarganya yang harus dihormati. Keluarga sebagai
suatu kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai keluarga atau
jaringan individu yang mempengaruhi kehidupan masing-masing tanpa
melihat adanya hubungan biologis atau pun hukum.

Menurut (Friedman,1998), membuat defenisi yang berorientasi pada tradisi


dan digunakan sebagai referensi secara luas:

1. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan


perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu
rumah, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam
peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-
laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.
4. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

B. TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004).

Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :

1. Tipe keluarga tradisional


a. Keluarga Inti (The nuclear family)

Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau

angkat).

b. Keluarga Dyad

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

c. Single Parent

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau
angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

d. Single adult living alone

Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.

e. The childless

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan


karena mengejar karir atau pendidikan.

f. Keluarga Besar (The extended family)


Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.

g. Commuter family

Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau hari libur saja.

h. Multi generation

Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama


dalam 1 rumah.

i. Kin-network family

Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan


menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang
sama.

j. Blended family

Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak
dari perkawinan sebelumnya.

k. Keluarga usila

Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut,
sedangkan anak sudah memisahkan diri.

2. Tipe keluarga non tradisional


a. Keluarga orang tua tunggal tanpa menikah (The unmerrid teenage
mother).

Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari
hubungan tanpa nikah.

b. The step parents family

Keluarga dengan orang tua tiri.


c. Commune family

Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang
menggunakan fasilitas secara bersama.

d. The nonmarrital hetero seksual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

e. Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)

Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah


sebagaimana pasangan suami istri.

f. Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena


alasan tertentu.

g. Groupmarriage family

Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi


sesuatu termasuk seks dan membesarkan anak.

h. Group nertwork family

Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup
berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan
bertanggung jawab membesarkan anak.

i. Foster family

Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara


untuk waktu sementara.

j. Home less family

Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena


keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.

k. Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

C. FUNGSI KELUARGA
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:

1. Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis


kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan
dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga. Dengan
demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :

a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling


mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang
mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain
maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan maningkat
yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal
dasar memberi hubungan dengan orang lain diliat keluarga atau
masyarakat.
b. Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan
tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek kehidupan
anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi
yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif
tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kabahagian
keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah kelurga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi

Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam


lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi dengan keluaarga.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber


daya manusia.

4. Fungsi ekonomi

Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan


makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan


yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota
keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga memberikan asuahan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan
kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :


a. Mengenal masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

D. DIMENSI STRUKTUR KELUARGA


Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:

1. Pola dan proses komunikasi


Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
a. Bersifat terbuka dan jujur.
b. Selalu menyelesaikan konflik keluraga.
c. Berfikir positif.
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.

Karakter komunikasi keluarga yang berfungsi:

a. Karakteristik pengirim:
1) Yakin dalam mengemukakan pendapat.
2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.
b. Karakteristik penerima :
1) Siap mendengar.
2) Memberikan umpan balik.
3) Melakukan validasi.
2. Struktur peran

Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi


sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri atau anak.

3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
prilaku seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan antara lain :

a. Legitimate power/authority : Hak untuk mengatur seperti orang tua


pada anak.
b. Referent power : Seseorang yang ditiru.
c. Reword power : Pendapat ahli.
d. Coercive power : Dipaksakan sesuai keinginan.
e. Informational power : Pengaruh melalui persuasi.
f. Affectif power : Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.
4. Nilai-nilai dalam keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, memepersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyrakat bardasarkan sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

E. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan
Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I: Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah
membangun perkawinan yang saling memuaskan,
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
merencanakan keluarga berencana.
2. Tahap II: Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi
sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan
keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan
nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan.
3. Tahap III: Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak
tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga,
menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain
anak.

4. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua


usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugas sekolah.
5. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur
13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang
tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan
dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi
terbuka dua arah.
6. Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda
dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas
siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk
memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari
suami dan istri.

7. Tahap VII: Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau


pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu
pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia
45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arah
dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan
yang kokoh.
8. Tahap VIII: Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa
pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas
perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan
diri terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan
keluarga antara generasi.

F. KONSEP KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN


PADA DEWASA (PELEPASAN)
1. Pengertian Tahap Perkembangan Keluarga Pada Dewasa
(Pelepasan)
Tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa dimulai pada
saat anak pertama mulai meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada
tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan
dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Keluarga mempersipakan
anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir untuk lebih mandiri (Wahit Iqbal Mubarak,
dkk 2006).
Masa ini sering disebut adult, masa dewasa, masa dimana usia sudah
berkisar ke angka di atas 21 tahun. Masa dewasa merupakan periode
yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Selain itu masa dimana
mempersiapkan masa depan, penentu karier dan masa usia memasuki
dunia pekerjaan dan masa dunia perkarieran, masa mempersiapkan
punya keturunan dan masa usia matang, masa penentuan kehidupan,
dan prestasi kerja di masyarakat, masa merasa kuat dalam hal fisik,
masa energik, masa kebal, masa jaya dan masa merasakan hasil
perjuangan.
Masa dewasa ditandai kemampuan produktif dan kemandirian.
Menurut Prof. Dr. A.E Sinolungan (1997), masa dewasa dapat di bagi
dalam beberapa fase yaitu:
1. Fase dewasa awal
Fase dewasa awal (20/21-24 tahun), seorang mulai bekarya dan
mulai melepaskan ketergantungan kepada orang lain. Tugas-tugas
perkembangan pada masa dewasa awal yaitu:
a. mereka mendapat pengawasan dari orang tua
b. mereka mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan
hubungan yang intim di luar
c. mereka membentuk seperangkat nilai pribadi
d. mereka mengembangkan rasa identitas pribadi
e. mereka mempersiapkan untuk kehidupan kerja
2. Fase Dewasa tengah
Fase dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap
memilih teman hidup dan membangun keluarga. Dewasa tengah
menggunakan energy sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan
konsep diri dan citra tubuh terhadap realita fisiologis dan
perubahan pada penampilan fisik. Harga diri yang tinggi, citra
tubuh yang bagus dan sikap posiif terhadap perubahn fisiologis
muncul jika orang dewasa mengikuti latihan fisik diet yang
seimbang, tidur yang adekuat dan melakukan hygiene yang baik.
a. Teori-teori tentang masa dewasa tengah
1) Teori Erikson
Menurut teori perkembangan Erikson, tugas
perkembangan yang utama pada usia baya adalah
mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas
adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang
lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan
anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial
dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal
mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini
ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada
dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan
masyarakat.
2) Teori Havighurst
Teori perkembangan Havighurst telah diringkas dalam
tujuh perkembangan untuk orang dewasa tengah
(Havighurst, 1972). Tugas perkembangan tersebut
meliputi:
 Pencapaian tanggung jawab social orang dewasa
 Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan
 Membantu anak-anak remaja tanggung jawab dan
bahagia
 Mengembangkan aktivitas luang
 Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu
 Menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis
pada usia pertengahan
 Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah
lansia.

b. Tahap-tahap perkembangan
1) Perkembangan fisiologis
Perubahan ini umumnya terjadi antara usia 40-65 tahun.
Perubahan yang paling terlihat adalah rambut beruban,
kulit mulai mengerut dan pinggang membesar. Kebotakan
biasanya terjadi selama masa usia pertengahan, tetapi juga
dapat terjadi pada pria dewasa awal. Penurunan ketajaman
penglihatan dan pendengaran sering terlihat pada periode
ini.
2) Perkembangan kognitif
Perubahan kognitif pada masa dewasa tengah jarang terjadi
kecuali karena sakit atau trauma. Dewasa tengah dapat
mempelajari keterampilan dan informasi baru. Beberapa
dewasa tengah mengikuti program pendidikan dan
kejuruan untuk mempersiapkan diri memasuki pasar kerja
atau perubahan pekerjaan.
3) Perkembangan psikosial
Perubahan psikososial pada masa dewasa tengah dapat
meliputi kejadian yang diharapkan, perpindahan anak dari
rumah, atau peristiwa perpisahan dalam pernikahan atau
kematian teman. Perubahan ini mungkin mengakibatkan
stress yang dapat mempengaruhi seluruh tingkat kesehatan
dewasa.
3. Fase dewasa akhir
Fase dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya produktif,
sukses-sukses berprestasi dan puncak dalam karier. Sebagai
patokan, pada masa ini dapat dicapai kalau status pekerjaan dan
sosial seseorang sudah mantap.
Masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu:
a. Menurunnya keadaan jasmaniah
b. Perubahan susunan keluarga
c. Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan baru
dalam bidang pekerjaan atau perbaikan kesehatan yang lalu
d. Penurunan fungsi tubuh
2. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Tahap Anak Usia Dewasa
Tugas perkembangan keluarga menurut Setiadi, 2008 pada tahap ini
adalah :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anak
e. Menata kembali fasilitas dan sumbe ryang ada pada keluarga
f. Berperan suami/istri kakek/nenek
g. Menciptakan lingkunga rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anak
Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik, 1998, Duvall dan Miller,
1985 tugas perkemabangan keluarga meliputi:
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak
b. Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami/istri

3. Permasalahan Kesehatan Keluarga dengan Tahap Anak Usia


Dewasa Muda
a. Komunikasi kaum dewasa muda dengan orang tua mereka perlu
ditingkatkan.
b. Masalah dalam hal transisi peran bagi suami istri.
c. Masalah perawatan orang tua lanjut usia.
d. Munculnya masalah kesehatan yang bersifat kronis dan perubahan
situasi fisik (kolestrol tinggi, obesitas/kegemukan, tekanan darah
tinggi).
e. Masalah gaya hidup perlu mendapatkan perhatian antara lain,
kebiasaan minum alkohol, merokok, makan dan lain-lain.
4. Peran Bidan dalam Keluarga dengan Tahap Anak Usia Dewasa
Muda
Masalah utama kesehatan meliputi masalah komunikasi kaum
dewasa muda dengan orang tua mereka : masalah-masalah transisi
peran bagi suami-istri, masalah orang yang memberikan perawatan
(bagi orang tua lanjut usia) dan munculnya kondisi kesehatan kronis
dan faktor-faktor yang berpengaruh seperti kolestrol tinggi, obesitas,
dan tekanan darah tinggi. Keluarga berencana bagi remaja dan dewasa
muda tetap penting. Masalah-masalah menopause di kalangan wanita
umum terjadi. Efek-efek dikaitkan dengan kebiasaan minum, merokok
yang lama dan praktek diet semakin jelas. Terakhir, perlunya strategi
promosi kesehatan dan “gaya hidup sehat” menjadi lebih penting bagi
anggota keluarga yang dewasa (Friedman, 1998).
a. Memberikan pendidikan konseling pada keluarga.
b. Merawat orang tua lanjut usia dengan keluarga bermasalah
lainnya.
c. Mengkaji kebutuhan/permasalahan keluarga dan berupaya
menanggulanginnya.

G. KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA TAHAP PERKEMBANGAN


KELUARGA DENGAN DEWASA (PELEPAS)\
Asuhan kebidanan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga
adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap terpenting dalam proses keperawatan,
mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi
data yang ada pada keluarga. Oleh karena itu, perawat keluarga
diharapkan memahami betul lingkup, metode, alat bantu, dan format
pengkajian yang digunakan. Data-data yang dikumpulkan antara lain:
b. Data umum
c. Riwayat dan tahapan perkembangan
d. Lingkungan
e. Struktur keluarga
f. Fungsi keluarga
g. Stress dan koping keluarga
h. Harapan keluarga
i. Data tambahan
j. Pemeriksaan fisik
Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat diidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi keluarga.

2. Tahap perumusan diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan kumpulan pernyataan, uraian dari
hasil wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan
menunjukan status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi sampai
dengan masalah yang aktual. (Santun setiawan dkk,)

3. Tahap penyusunan rencana keperawatan


Apabila masalah kesehatan maupun masalah keperawatan telah
teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana
keperawatan sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana
keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan
oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan atau masalah kesehatan yang telah diidentifikasi.
(Mubarak dkk, 2011)
4. Tahap pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan merupakan salah satu dari proses kepearawatan keluarga
dimana perawat mendapat kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku yang hidup sehat.
(Mubarak dkk, 2011, )
5. Tahap evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian
dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil,
maka perlu disusun rencana baru yang sesuai. Sesuai tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilakuka dalam satu kali kunjungan ke
keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan ketersediaan keluarga. (Mubarak dkk, 2011)

H. PERAN BIDAN DALAM KELUARGA


Asuhan Kebidanan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat.
Fungsi bidan membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan
tugas asuhan kebidanan keluarga (Suprajitno, 2004). Peran bidan dalam
melakukan perawata n kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno,
2004):

1. Pendidik

Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :

a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara


mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator

Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komperhensif


dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan.

3. Pelaksanaan

Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan


keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur


untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga

5. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah


kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat,
hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan
perawat dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara
terbuka dapat dipercaya.

6. Kolaborasi

Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan


anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang
optimal.

7. Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial
ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan
kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.

8. Penemu kasus

Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat


sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.

9. Modifikasi lingkungan

Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun


masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keluarga akan mengalami perubahan dan pertumbuhan sepanjang waktu.
Setiap tahap perkembangan memiliki tantangan, kebutuhan, dan sumber
masing-masing termasuk tugas yang perlu diselesaikan sebelum keluarga
dapat meningkat ke tahap berikutnya dengan sukses. Dengan asuhan kebidana
yang diberikan oleh tenaga kesehatan dapat membantu keluarga dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dengan lancar sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga dewasa awal (melepas anak sebagai dewasa) sehingga
dapat menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga.
B. SARAN
Diharapkan kepada orang tua yang memiliki anak dewasa, dimana pada tahap
ini anak akan meninggalkan rumah untuk berbagai kepentingan. Dalam hal ini
keluarga diharapkan memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan
kebijakan terhadap anaknya, sebab anak usia dewasa sudah bisa mengambil
keputusan untuk kehidupannya sendiri tetapi masih berada dalam pengawasan
orngatua dan keluarga. Sehingga anak dalam menjalankan kehidupannya
menjadi lebih mandiri dan bertanggungjawab.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan.
Praktek. Jakarta : EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku . Jakarta : EGC

Ali. 2006. Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta : EGC

Perry and Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses,
dan praktik Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa,
Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica
Ester. Jakarta : EGC

Setiawati, santun. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info


med

Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Suprayitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai