Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KELUARGA DEWASA

OLEH KELOMPOK 6

1. DIYAH AHADYATUNNISA
2. I MADE MARGITA
3. I PUTU JAYA
4. JUWITA PUSPITA SARI
5. LIDYA SRI WARDANI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT penulis dapat


menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. Dalam pembuatan
makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
dosen pembimbing kami yang telah memberikan kesempatan dan memberi
fasilitas sehingga makalah ini dapat diselaikan dengan lancar sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik.. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Mataram, 30 Mei 2020

Penyusun

Kelompok 6
DAFTAR ISI

………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ……………………………………………

B. TUJUAN PENULISAN ………………………………………

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA ……………………………………………


1. PENGERTIAN ………………………………………………….
2. TIPE KELUARGA ……………………………………………..
3. FUNGSI KELUARGA ……………………………………………
4. …………………………..
5. PERAN PERAWAT KELUARGA ……………………………….
6. TINGKAT PENCEGAHAN ………………………………………
B. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA …………….
1. …………………..
2. TUGAS PERKEMBANGAN ……………………………………..
3. PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA …………..
4. PERTIMBANGAN KESEHATAN ……………………………….
C. ASUHAN KEPERAWATAN ………………………………………..
1. PENGKAJIAN ……………………………………………………
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN …………………………………
3. INTERVENSI KEPERAWATAN ………………………………
A. KESIMPULAN……………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah
setiap individu merupakan bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua
dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian
kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga.

Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu


menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima
oleh keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur
keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya dan
perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas
perkembangannya.

Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama
lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan
sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan
anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan dan
proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota
keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara
terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah
tangga mereka.

Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi
atau keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan
keluarga dewasa dimana orang tuanya akan merasa banyak kehilangan karena
perginya anak-anak dari rumah. Pada keluarga ini juga terdapat berbagai
masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan perawat sangat berperan
penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan kepada
keluarga.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum

Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan keluarga


dewasa pertengahan.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar keluarga.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga dewasa.
c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga dewasa.
BAB II

PEMBAHASAN
A. KONSEP KELUARGA

1. PENGERTIAN
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004).
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut
yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
mempunyai sebagaimana individu ( Illis, 2004 ). Keluarga adalah sebuah
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih masing-masing mempunyai
hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek.
(Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap
anggota keluraga.

Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa


dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga
bukan sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa individual. Keluarga
memiliki keragaman seperti anggota individunya dan klien memiliki nilai –
nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus dihormati. Keluarga sebagai
suatu kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai keluarga atau
jaringan individu yang mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa
melihat adanya hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).

Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada tradisi


dan digunakan sebagai referensi secara luas :

1. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan


perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu
rumah, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam
peran – peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki
– laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.
4. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

2. TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004).

Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :

1. Tipe keluarga tradisional


a. Keluarga Inti (The nuclear family)

Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau
angkat).

b. Keluarga Dyad

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

c. Single Parent  

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau
angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

d. Single adult living alone

Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.

e. The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan.

f. Keluarga Besar (The extended family)

Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain,


seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.

g. Commuter family

Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau hari libur saja.

h. Multi generation

Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama


dalam 1 rumah.

i. Kin-network family

Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan


menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang
sama.

j. Blended family

Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak
dari perkawinan sebelumnya.

k. Keluarga usila

Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut,
sedangkan anak sudah memisahkan diri.

2. Tipe keluarga non tradisional


a. Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage
mother).

Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b. The step parents family

Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune family

Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang
menggunakan fasilitas secara bersama.

d. The nonmarrital hetero seksual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

e. Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)

Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah


sebagaimana pasangan suami istri.

f. Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena


alasan tertentu.

g. Groupmarriage family

Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi


sesuatu termasuk seks dan membesarkan anak.

h. Group nertwork family

Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup
berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan
bertanggung jawab membesarkan anak.

i. Foster family

Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada  hubungan saudara


untuk waktu sementara.

j. Home less family

Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena


keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
k. Gang

Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari


ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

3. FUNGSI KELUARGA
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu

1. Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis


kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan
dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga. Dengan
demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :

a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling


mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang
mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain
maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan maningkat
yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal
dasar memberi hubungan dengan orang lain diliat keluarga atau
masyarakat.
b. Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan
tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek kehidupan
anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi
yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif
tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kabahagian
keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah kelurga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi

Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam


lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi dengan keluaarga.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber


daya manusia.

4. Fungsi ekonomi

Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan


makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan


yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota
keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga memberikan asuahan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan
kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

4. DIMENSI STRUKTUR KELUARGA


Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:

1. Pola dan proses komunikasi


Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
a. Bersifat terbuka dan jujur.
b. Selalu menyelesaikan konflik keluraga.
c. Berfikir positif.
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi:

a. Karakteristik pengirim:
1) Yakin dalam mengemukakan pendapat.
2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.
b. Karakteristik penerima :
1) Siap mendengar.
2) Memberikan umpan balik.
3) Melakukan validasi.
2. Struktur peran

Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi


sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri atau anak.

3. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari


individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
prilaku seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan antara lain :
a. Legitimate power/authority : Hak untuk mengatur seperti orang tua
pada anak.
b. Referent power : Seseorang yang ditiru.
c. Reword power : Pendapat ahli.
d. Coercive power : Dipaksakan sesuai keinginan.
e. Informational power : Pengaruh melalui persuasi.
f. Affectif power : Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.
4. Nilai –nilai dalam keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, memepersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyrakat bardasarkan sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

5. PERAN PERAWAT KELUARGA


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat.
Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan
tugas perawatan kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004). Peran perawat dalam
melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno,
2004) :

1. Pendidik

Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :

a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.


b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator

Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komperhensif


dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan.

3. Pelaksanaan

Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan


keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur


untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga

5. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah


kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat,
hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan
perawat dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara
terbuka dapat dipercaya.

6. Kolaborasi

Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan


anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang
optimal.

7. Fasilisator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial


ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan
kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.

8. Penemu kasus

Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat


sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan

Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun


masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.

6. TINGKAT PENCEGAHAN
Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut  sebagai tingkat
pencegahan, yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan
keluarga. Tingkat pencegahan tersebut mencakup seluruh spektrum kesehatan
dan penyakit, juga tujuan-tujuan yang sesuai untuk masing-masing tingkat.
Leavell dkk. (1965,  dalam  Friedman, 1998). Ketiga tingkatan tersebut
adalah adalah :

a. Pencegahan primer  yang meliputi peningkatan kesehatan ddan tindakan


preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari
penyakit dan cedera.
b. Pencegahan sekunder yang terdiri dari atas deteksi dini, diagnosa, dan
pengobatan.
c. Pencegahan tertier, yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi,
dirancang untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan
memaksimalkan tingkat fungsinya.

Ketiga tingkat pencegahan itu, merupakan tujuan dari keperawatan keluarga.


Tujuan -tujuan tersebut terdiri atas peningkatan, pemeliharaan, pemulihan
terhadap kesehatan (Hanson, 1987 dalam  Friedman, 1998). Peningkatan
kesehatan merupakan pokok terpenting dari keperawatan keluarga. Akan
tetapi, sudah tentu, pendeteksian secara dini, diagnosa dan pengobatan
merupakan tujuan penting pula. Pencegahan tertier atau rehabilitasi dan
pemulihan kesehatan secara khusus menjadi tujuan yang penting bagi
keperawatan keluarga saat ini, mengingat perkembangan keperawatan
kesehatan dirumah dan pravelensi penyakit – penyakit kronis, serta
ketidakberdayaan dikalangan lanjut usia yang populasinya semakin
meningkat dan cepat (Friedman, 1998)
B. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA

1. KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA


Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase usia
dewasa awal sebagai berikut:

1. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang


mulai menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
2. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling
produktif untuk memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan
memiliki peran baru sebagai orang tua.
3. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-masalah
baru yang berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya masalah
pernikahan.
4. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang
memiliki peluang terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu
seseorang berada pada wilayah baru dengan harapan-harapan baru, dan
kondisi lingkungan serta permasalahan baru.
5. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan
memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu,
hubungan dengan kelompok teman sebaya semakin renggang.
6. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan pola
hidup baru, dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat
komitmen-komitmen baru dalam kehidupan.
7. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan
kemandirian, ternyata masih banyak orang dewasa awal yang tergantung
pada pihak lain.
8. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh
anggota kelompok orang dewasa.
9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
10. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.
2. TUGAS PERKEMBANGAN
Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada waktu
orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan sosial
pada masa dewasa awal. Selama manusia berkembang maka akan terjadi
perubahan-perubahan yakni perkembangan-perkembagan yang dialami oleh
individu tersebut.

Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan
berpikir, motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi
masyarakat.  Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang bekurang harapan
hidupnyadisebut proses menjadi tua. Proses ini merupakan sebagian dari pada
keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-
faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi orang itu sendiri, yaitu  regulasi
diri sendiri.

Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi,


yaitu sebagai proses perubahan yang dinamis pada  masa dewasa berjalan
bersama keadaan menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga macam perubahan, yaitu
dalam tubuh orang yang menjadi tua, dalam kedudukan sosial, dan dalam
pengalaman batinnya.

Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus
terkait pada usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses
penuaan berbeda-beda pada orang yang satu dengan orang yang lain.

Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa, begitu
pula dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses menjadi tua.
Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat mengenai orang lanjut
usia tidak diwarnai oelh gambaran citra yang negatif seperti yang ada pada
masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks. 2006. 323-324)

Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa :

1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup

Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki


kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas
reproduksi, yaitu mampu melakukakn hubungan seksual denga lawan
jenisnya, asalkan memnuhi persyaratan yang sah (perkawinan yang
resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biolohid tersebut mungkin
akan ditahan terlebih dahulu.

Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk
kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria
usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai
persyaratan pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang
berbeda-beda.

2. Membina kehidupan rumah tangga

Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena


sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan
rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat
membentuk, membina, danmengembangkan kehidupan rumah tangga
dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.

3. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah


tangga

Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau


universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna
menerapkan ilmu dan keahliannya, mereka berupaya menekuni karier
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, sertamemberi jaminan
masa depan keuangan yang baik.

4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab

Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-
syarat untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh
seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di
masyarakat
3. PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa
tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses.

Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas


tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam
mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan
sifat masalah yaitu potensial atau aktual.

Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain:

a. Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga


b. Nasehat untuk hidup mandiri
c. Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

4. PERTIMBANGAN KESEHATAN
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama
minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada
resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir.
Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap penyakit kronis
tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia keturunan ( Price
dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis pada usus halus lebih
umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga meningkat pada
masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak klien
infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)

1. Masalah Fisiologis
a. Faktor Resiko
Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya
hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori
sebagai berikut ;

a. Kematian dan Cedera karena kekerasan

Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas pada


populasi dewasa awal. Kematian dan cedera dapat terjadi karena
serangan fisik, kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan
lain dan usaha bunuh diri.

Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan yang


mengakibatkan cedera atau kematian, yaitu :

a) Kemiskinan
b) Keretakan keluarga
c) Penganiayaan
d) Pengabaian anak

Penting sekali bila seseorang perawat melakukan pengkajian


psikososial secara keseluruhan termasuk faktor seperti : pola
perilaku, riwayat penganiayaan fisik dan peyalahgunaan zat,
pendidikan, riwayat pekerjaan dan system pendukung sosial untuk
mengetahui faktor risiko terhadap kekerasan personal dan
lingkungan.

b. Penyalahgunaan Zat

Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak langsung


berperan terhadap mortalitas dan morbilitas pada dewasa awal.
Intoksikasi pada dewasa awal dapat menyebabkan cedera berat
dalam kecelakaan kedaraan bermotor yang dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan permanen. Penyalahgunan pada obat
stimulan dan depresan yang (“upper”) dapat menekan system
kardiovaskuler dan persyarafan yang dapat meluas sehingga
menyebabkan kematian.
Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya pada
tahap awal. Informasi yang penting mungkin diperoleh dengan
membuat pertanyaan yang spesifik tentang masalah medis di masa
lalu, perubahan masukan makanan, pola tidur atau masalah labilitas
emosi. Laporan penangkapan karena mengemudi saat intoksikasi,
penganiayaan istri dan anak atau perilaku yang melanggar
peraturan untuk memeriksa kemungkinan penyalahgunaan obat
secara cermat (Winger, Hofmam dan Woods, 1992).

c. Kehamilan yang tidak diinginkan

Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum terjadi


pada masa remaja, sebanyak 55% kemamilan terjadi pada wanita
dewasa awal dan tengah (Alan Guttmacher Institute). Kehamilan
yang tidak direncanakan dapat mempunyai efek fisik dan
emosional jangka panjang pada masa awal dewasa. Kehamilan
yang tidak direncanakan adalah sumber stress yang berkelanjutan.
Sering kali dewasa awal yang mempunyai tujuan pendidikan,
karier dan mengutamakan perkembangan keluarganya. Gangguan
pada tujuan tersebut dapat mempengaruhi hubungan masa depan
dan hubungan orang tua-anak nantinya.

d. Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes


genital dan AIDS. Penyakit sekual menular mempunyai efek yang
cepat seperti keluarnya rabas, ketidaknyamanan dan infeksi. PMS
juga memicu gangguan kronis yang diakibatkan penyakit herpes
genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau bahkan kematian
yang disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi pada orang yang
aktif secara seksual dan diperkirakan hampir dua pertiga kasus
PMS terjadi pada individu berusia antara 15-24 tahun
(Killion,1994).
e. Faktor Lingkungan dan Pekerjaan

Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu : paparan


terhadap partikel udara yang dapat menyebabkan penyakit paru dan
kanker. Penyakit paru yang termasuk silikosis berasal dari inhalasi
bedak atau debu silikon dan emfisema karena  kanker disebabkan
paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru, hati, otak, darah
atau kulit. Pertanyaan tentang paparan pekerjaan terhadap bahan-
bahan berbahaya harus menjadi bagian rutin pengkajian perawat.   

2. Gaya Hidup

Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene
personal yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan.
Riwayat penyakit dalam keluarga seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin
atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga. Peran perawat dalam
meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor yang
meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.

Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular yang
diketahui dengan baik pada perokok dan orang yang menghisap asap
rokok. Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko kanker paru-paru,
emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin pada tembakau adalah
vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah meningkatkan
risiko penyakit angina, infark miokard dan arteri koroner. Nikotin juga
menyebabkan penyempitan vasokonstriksi perifer dan memicu masalah
vaskular.

Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh.
Pola latihan dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang
dilakukan terus-menerus meningkatkan frekuensi nadi selama 15 sampai
20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan
menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu
latihan menurunkan kecenderungan mudah lelah insomnia, ketegangan
dan iritabilitas. Perawat harus melakukan pengkajian muskuloskletal
secara menyeluruh, termasuk mobilitas sendi dan tonus otot, dan
pengkajian psikososial untuk meningkatkan toleransi terhadap stres
dalam menentukan efek-efek latihan.

Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada dewasa


awal dapat menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan makan dengan
seseorang yang mempunyai penyakit yang mudah menular meningkatkan
risiko penyakit. Higiene gigi yang buruk meningkatkan risiko penyakit
periodontal.

Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal pada risiko


berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau dewasa akhir.
Contohnya, seorang pria muda yang ayah dan kakek dari ayahnya yang
mempunyai infark miokard (serangan jantung), pada usia 50-an
mempunyai risiko infark miokard di masa depan. Adanya penyakit
kronik tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko bagi anggota
keluarga terhadap perkembangan penyakit itu. Risiko penyakit keluarga
jelas merupakan penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan untuk
pemeriksaan skrining rutin dapat menempatkan klien pada risiko
penyakit berat karena kegagalan deteksi dini.

3. Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada pria, wanita


atau pasangaN

C. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan
perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta
konsekuensi perkembangan baik psikologi dan biologis.

1. Perkembangan Psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20
tahun. Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui.
Perubahan fisik, kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada
wanita hamil dan keluarga usia subur sangat luas.

Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak


sesering kelompok usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala
fisik dan sering menunda dalam mencari perawatan kesehatan.
Karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati usia baya. Temuan
pengkajian umumnya dalam batas normal, kecuali klien mempunyai
penyakit.

Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil


manfaat dari pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat
membantu perawat dan klien mengidentifikasi kebiasaan yang
meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru, ginjal atau
penyakit kronik lainnya.

Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian


kepuasan hidup secara umum, yaitu:

a. Hobi dan Minat


b. Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan
penggunaan kafein, alcohol dan obat terlarang
c. Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi
kesehatan dan hewan peliharaan
d. Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan
terhadap fisik dan mental.
2. Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa
dewasa awal dan tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal,
pengalaman hidup secara umum dan kesempatan pekerjaan secara
dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah dan
keterampilan motorik.
Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas
utama dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan
pendidikannya, keahlian, bakat dan karakteristik kepribadian. Pilihan
pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya meraka akan lebih luas
dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal kekurangan sumber
dan system pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau
pengembangan keahlian yang diperluhkan untuk berbagai posisi
pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal mempunyai pilihan
pekerjaan yang terbatas
3. Perkembangan Psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan
kemampuan individu mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan
social. Dewasa awal kadang terjebak antara keinginan untuk
memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan
memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau
kecenderungan relatif dapat diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang
dewasa memperbaiki perpepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari
usia 29-34 tahun orang dewasa mengarahkan kelebihan
energinyaterhadap pencapaian dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-
43 tahun adalah waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan.
Perubahan telah dibuat dalam kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan.
Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan  “krisi usia baya” ketika
pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.
Selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian
pada pengejaran pekerjaan dan sosial. Selam periode ini individu
mencoba untuk membuktikan status sosialekonominya. Mobilitas yang
lebih tinggi didapat melalui pilihan karier. Akan tetapi adanya
kecenderungan saat ini terhadap pengecilan perusahaan menyebabkan
posisi yang tinggi lebih sedikit. Kemudian banyak dewasa awal
menghadapi peningkatkann stress karena persaingan yang lebih besar di
tempat kerja untuk mencapai dan mempertahankan status kelas-
menengah. Konseling karier dan kepribadian dapat membantu individu
mengidentifikasi pilihan karier dan menentukan tujuan yang realistik.
Faktor etnik dan jender mempunyai dampak sosiologis dan
psikologis dalam kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan
tantangan yang jelas bagi asuhan keperawatan. Dewasa awal harus
membuat keputusan mengenain kerier, pernikahan dan menjadi orang
tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut berdasarkan
faktor individu, perawat harus memahami prinsip umum yang tercangkup
dalam aspek pengembangan psikososial dewasa awal.
4. Stress Pekerjaan
Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu.
Kebanyakan dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres
situasi pekerjaan situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki
tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau seorang pekerja
diberi tanggung jawab baru atau besar. Kecenderungan terbaru pada
dunia bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan menurun, yang
memicu peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya lebih
sedikit dalam struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika
seseorang tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya. Karena
setiap individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor
bervariasi pada setiap klien. Pengkajian perawat pada dewasa awal harus
meliputi deskripsi pekerjaan yang biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini
jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan jam kerja,
durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda
peningkatan iritabilitas dan kegugupan.
5. Stress Keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang
dapat diprediksi untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan
keluarga berfungsi dan menjadi bagian efektif dalam masyarakat. Salah
satu peran penting adalah kepala keluarga. Bagi kebanyakan keluarga,
salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua orang tua
berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau
adakalanya seorang anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga.
Ketika perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi.
Perawat harus mengkaji faktor lingkungan dan keluarga termasuk sistem
pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota
keluarga.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga dewasa adalah :

1. Masalah Potensial
a. Gangguan proses keluarga
b. Gangguan penampilan
c. Gangguan proses berpikir
d. Gangguan pemeliharaan kesehatan
e. Gangguan peyalahgunaan zat
f. Gangguan pola seksual
g. Konflik peran keluarga
h. Konflik pengambilan keputusan
i. Ketidakefektifan koping keluarga
j. Hambatan interaksi social
k. Ketidakberdayaan
l. Defisit pengetahuan
m. Defisit  perawatan diri
n. Perubahan kebutuhan nutrisi
2. Masalah Resiko
a. Risiko perubahan peran orang tua
b. Risiko penularan infeksi
c. Risiko kesepian
d. Risiko cedera
3. Masalah Potensial
a. Potensial berkembangnya koping keluarga
b. Potensial pemeliharaan kesehatan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan
sumber psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan
rumah, pilihan karier
ANALISA DATA
Data Mayor :
a. Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau menerima
bantuan
b. Penggunaan mekanisme koping yang tidak sesuai
c. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
Data Minor :
a. Rasa khawatir, ansietas
b. Melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan
c. Ketidaefektifan partisipasi social
d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
e. Perubahan pola komunikasi yang biasa
Intervensi :
a. Kaji status koping individu saat ini
1) Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta
2) Dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak
mata, intonasi, dan intensitas suara
b. Berikan dukungan jika individu berbicara
1) Tenangkan bahwa perasaan yang dimulainya memang sulit
2) Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih member
harapan pandangan realistis
c. Dorong untuk melakukan evaluasi diri tentang perilakunya
1) Apa hal tersebut berguna bagi anda?
2) Bagaimana hal tersebut dapat membantu?
d. Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang
konstruktif
1) Apa yang menjadi masalah
2) Siapa yang akan bertanggungjawab terhadap masalah tersebut
3) Apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
e. Bicarakan alternative yang mungin timbul (misalnya membicarakan
dengan orang terdekat)
f. Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik
pelaksanaan stress (misalnya jogging, yoga)

2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota


keluarga (misalnya pernikahan)
ANALISA DATA
Data Mayor :
Tidak berkomunikasi secara terbuka dan efektif diantara anggota
keluarga
Data Minor :
a. Tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik, emosi,dan spiritual semua
anggota keluarga
b. Tidak dapat mengekspresikan atau menerima perasaan secara
terbuka
Intervensi :
a. Bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah
tersebut
b. Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah,
menyalahkan diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut
perasaannya dalam anggota keluarga
c. Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas
untuk mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan stress
d. Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga

3. Ketidakfektifan pemeliharan kesehatan berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang pencegahan penyakit
ANALISA DATA
Data Mayor :
Melaporkan atau memperlihatkan gaya hidup yang tidak sehat (misalnya
penggunaan obat-obatan, makan dalam jumlah yang berlebihan, diet
tinggi lemak)
Data Minor :
Melaporkan atau memperlihatkan :
a. Sistem pernapasan (sering terinfeksi, batuk kronis, dispnea saat
aktivitas)
b. Rongga mulut (sering sariawan, ompong pada usia dini)
c. Sistem pencernaan dan nutrisi (obesitas, anoreksia, kakeksia, anemia
kronis)
d. Sistem musculoskeletal ( tot sering tegang, sakit punggung, nyeri
leher)
e. Konstitusional (keletihan kronis, malaise, apatis)
f. Neurosensori (sakit kepala,adanya kerutan pada wajah)
g. Psikoemosional (emosi rapuh, gangguan perilaky, sering merasa
sanga kacau)

Intervensi :
a. Kaji pengetahuan tentang pencegahan primer
1) Diet yang sehat ( misalnya, “empat dasar”, rendah lemak dan
garam, tinggi karbohidrat kompleks, asupan vitamin, mineral
yang mencukupi, air 2-3 liter sehari)
2) Kontrol berat badan
3) Hindari penyalahguanaan zat (misalnya alcohol, obat-obatan,
tembakau)
4) Hindari penyakit hubungan seksual
5) Hygiene gigi/mulut (misalnya setiap hari, dokter gigi)
6) Imunisasi
7) Pola olahraga teratur
8) Penatalaksanaan stress
9) Bimbingan gaya hidup (misalnya seks aman, keluarga
berencana, ketermpilan menjadi orangtua, perencana keuangan)
b. Ajarkan pentingnya pencegahan sekunder
c. Tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi
penyakit
d. Kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia
(pemberi asuhan, keuangan, peralatan)

4. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan pertentangan


dalam system pendukung
ANALISA DATA
Data Mayor :
a. Mengungkapkan ketidakpastian tentang pilihan-pilihan dan
konsekuensi alternative tindakan yang diinginkan
b. Kebimbangan tentang alternative pilihan
c. Menunda pengambilan keputusan
Data Minor :
a. Mengungkapakan perasaan disstres saat mengupayakan suatu
keputusan
b. Berfokus pada diri sendiri tanda-tanda fisik disstres atau
keteganagan (peningkatan frekuensi jantung dan ketegangan otot,
gelisah)saat keputusan menjadi focus perhatian
c. Mempertanyakan nilai-nilai atau keyakinan pribadi saat
mengusahakan suatu pengambilan keputusan
Intervensi :
a. Jalin hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling
pengertian dan perhatian
b. Fasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
1) Bantu individu mengenlai apa masalahnya dan dengan jelas
mengidentifikasi keputusan yang harus dibuat
2) Gali apa yang akan timbul bila tidak membuat keputusan
3) Bantu mengidentifikasi kemungkinann hasil berbgaai alternative
4) Bantu individu untuk menghadapi ketakutan
5) Benahi kesalahan informasi
6) Bantu dalam mengevaluasi alternative berdasarakan pada
ancaman potensial atau actual terhadap nilai-nilai atau
keyakinan
7) Beri dorongan pada individu untuk membuata keputusan
c. Beri dorongan pada orang terdekat untuk terlibat dalam keseluruhan
proses pengambilan keputusan
d. Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya
ditangannya dan menjadi haknya untuk melakukan itu
e. Libatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengambilan
keputusan

5. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah


menikah dan pergi dari rumah)
ANALISA DATA
Data Mayor :
d. Pengungkapan rasa kesepian  karena telah melepaskan anak
yang  menikah
e. Ingin mencari suasana yang lebih ramai
Data Minor :
a. Cemas, gelisah
b. Sedih
c. Sering merenung
Intervensi :
a. Identifikasi factor penyebab dan penunjang
b. Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
c. Tingkatkan interksi social
1) Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
2) Rujuk pada penyuluhan keterampilan social
3) Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu
menampilkan diri pada orang lain
d. Kurangi hambatan kontak sosial
1) Tentukan ketersediaan transportasi dalam komunitas (umum,
yang berubngan dengan ibadah)
2) Identifikasi aktivitas yang membantu mempertahankan individu
tetap sibuk, terytama dalam periode risiko tinggi kesepian
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keluarga akan mengalami perubahan dan pertumbuhan sepanjang waktu.


Setiap tahap perkembangan memiliki tantangan, kebutuhan, dan sumber masing-
masing termasuk tugas yang perlu diselesaikan sebelum keluarga dapat meningkat
ke tahap berikutnya dengan sukses. Dengan asuhan keperawatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan telah membantu keluarga dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan dengan lancar sesuai dengan tahap perkembangan keluarga dewasa
awal (melepas anak sebagai dewasa) sehingga dapat menciptakan dan
mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan
sosial anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori


dan. Praktek. Jakarta : EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta :


EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta :


EGC

Perry and Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses,


dan praktik  Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa,
Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica
Ester. Jakarta : EGC

Setiawati, santun. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info


med

Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Suprayitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai