OLEH KELOMPOK 6
1. DIYAH AHADYATUNNISA
2. I MADE MARGITA
3. I PUTU JAYA
4. JUWITA PUSPITA SARI
5. LIDYA SRI WARDANI
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
Kelompok 6
DAFTAR ISI
………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah
setiap individu merupakan bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua
dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian
kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama
lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan
sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan
anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan dan
proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota
keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara
terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah
tangga mereka.
Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi
atau keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan
keluarga dewasa dimana orang tuanya akan merasa banyak kehilangan karena
perginya anak-anak dari rumah. Pada keluarga ini juga terdapat berbagai
masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan perawat sangat berperan
penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan kepada
keluarga.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar keluarga.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga dewasa.
c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP KELUARGA
1. PENGERTIAN
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004).
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut
yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
mempunyai sebagaimana individu ( Illis, 2004 ). Keluarga adalah sebuah
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih masing-masing mempunyai
hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek.
(Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap
anggota keluraga.
2. TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004).
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau
angkat).
b. Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
c. Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau
angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
e. The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan.
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau hari libur saja.
h. Multi generation
i. Kin-network family
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak
dari perkawinan sebelumnya.
k. Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut,
sedangkan anak sudah memisahkan diri.
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b. The step parents family
c. Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang
menggunakan fasilitas secara bersama.
f. Cohabitating couple
g. Groupmarriage family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup
berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan
bertanggung jawab membesarkan anak.
i. Foster family
3. FUNGSI KELUARGA
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu
1. Fungsi afektif
3. Fungsi reproduksi
4. Fungsi ekonomi
a. Mengenal masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
a. Karakteristik pengirim:
1) Yakin dalam mengemukakan pendapat.
2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.
b. Karakteristik penerima :
1) Siap mendengar.
2) Memberikan umpan balik.
3) Melakukan validasi.
2. Struktur peran
3. Struktur kekuatan
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, memepersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyrakat bardasarkan sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
1. Pendidik
3. Pelaksanaan
4. Pengawas kesehatan
5. Konsultan
6. Kolaborasi
7. Fasilisator
8. Penemu kasus
6. TINGKAT PENCEGAHAN
Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut sebagai tingkat
pencegahan, yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan
keluarga. Tingkat pencegahan tersebut mencakup seluruh spektrum kesehatan
dan penyakit, juga tujuan-tujuan yang sesuai untuk masing-masing tingkat.
Leavell dkk. (1965, dalam Friedman, 1998). Ketiga tingkatan tersebut
adalah adalah :
Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan
berpikir, motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi
masyarakat. Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang bekurang harapan
hidupnyadisebut proses menjadi tua. Proses ini merupakan sebagian dari pada
keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-
faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi orang itu sendiri, yaitu regulasi
diri sendiri.
Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus
terkait pada usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses
penuaan berbeda-beda pada orang yang satu dengan orang yang lain.
Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa, begitu
pula dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses menjadi tua.
Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat mengenai orang lanjut
usia tidak diwarnai oelh gambaran citra yang negatif seperti yang ada pada
masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks. 2006. 323-324)
Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk
kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria
usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai
persyaratan pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang
berbeda-beda.
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-
syarat untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh
seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di
masyarakat
3. PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa
tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses.
4. PERTIMBANGAN KESEHATAN
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama
minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada
resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir.
Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap penyakit kronis
tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia keturunan ( Price
dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis pada usus halus lebih
umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga meningkat pada
masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak klien
infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)
1. Masalah Fisiologis
a. Faktor Resiko
Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya
hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori
sebagai berikut ;
a) Kemiskinan
b) Keretakan keluarga
c) Penganiayaan
d) Pengabaian anak
b. Penyalahgunaan Zat
2. Gaya Hidup
Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene
personal yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan.
Riwayat penyakit dalam keluarga seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin
atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga. Peran perawat dalam
meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor yang
meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.
Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular yang
diketahui dengan baik pada perokok dan orang yang menghisap asap
rokok. Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko kanker paru-paru,
emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin pada tembakau adalah
vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah meningkatkan
risiko penyakit angina, infark miokard dan arteri koroner. Nikotin juga
menyebabkan penyempitan vasokonstriksi perifer dan memicu masalah
vaskular.
Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh.
Pola latihan dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang
dilakukan terus-menerus meningkatkan frekuensi nadi selama 15 sampai
20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan
menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu
latihan menurunkan kecenderungan mudah lelah insomnia, ketegangan
dan iritabilitas. Perawat harus melakukan pengkajian muskuloskletal
secara menyeluruh, termasuk mobilitas sendi dan tonus otot, dan
pengkajian psikososial untuk meningkatkan toleransi terhadap stres
dalam menentukan efek-efek latihan.
3. Infertilitas
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan
perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta
konsekuensi perkembangan baik psikologi dan biologis.
1. Perkembangan Psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20
tahun. Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui.
Perubahan fisik, kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada
wanita hamil dan keluarga usia subur sangat luas.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga dewasa adalah :
1. Masalah Potensial
a. Gangguan proses keluarga
b. Gangguan penampilan
c. Gangguan proses berpikir
d. Gangguan pemeliharaan kesehatan
e. Gangguan peyalahgunaan zat
f. Gangguan pola seksual
g. Konflik peran keluarga
h. Konflik pengambilan keputusan
i. Ketidakefektifan koping keluarga
j. Hambatan interaksi social
k. Ketidakberdayaan
l. Defisit pengetahuan
m. Defisit perawatan diri
n. Perubahan kebutuhan nutrisi
2. Masalah Resiko
a. Risiko perubahan peran orang tua
b. Risiko penularan infeksi
c. Risiko kesepian
d. Risiko cedera
3. Masalah Potensial
a. Potensial berkembangnya koping keluarga
b. Potensial pemeliharaan kesehatan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan
sumber psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan
rumah, pilihan karier
ANALISA DATA
Data Mayor :
a. Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau menerima
bantuan
b. Penggunaan mekanisme koping yang tidak sesuai
c. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
Data Minor :
a. Rasa khawatir, ansietas
b. Melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan
c. Ketidaefektifan partisipasi social
d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
e. Perubahan pola komunikasi yang biasa
Intervensi :
a. Kaji status koping individu saat ini
1) Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta
2) Dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak
mata, intonasi, dan intensitas suara
b. Berikan dukungan jika individu berbicara
1) Tenangkan bahwa perasaan yang dimulainya memang sulit
2) Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih member
harapan pandangan realistis
c. Dorong untuk melakukan evaluasi diri tentang perilakunya
1) Apa hal tersebut berguna bagi anda?
2) Bagaimana hal tersebut dapat membantu?
d. Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang
konstruktif
1) Apa yang menjadi masalah
2) Siapa yang akan bertanggungjawab terhadap masalah tersebut
3) Apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
e. Bicarakan alternative yang mungin timbul (misalnya membicarakan
dengan orang terdekat)
f. Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik
pelaksanaan stress (misalnya jogging, yoga)
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan tentang pencegahan primer
1) Diet yang sehat ( misalnya, “empat dasar”, rendah lemak dan
garam, tinggi karbohidrat kompleks, asupan vitamin, mineral
yang mencukupi, air 2-3 liter sehari)
2) Kontrol berat badan
3) Hindari penyalahguanaan zat (misalnya alcohol, obat-obatan,
tembakau)
4) Hindari penyakit hubungan seksual
5) Hygiene gigi/mulut (misalnya setiap hari, dokter gigi)
6) Imunisasi
7) Pola olahraga teratur
8) Penatalaksanaan stress
9) Bimbingan gaya hidup (misalnya seks aman, keluarga
berencana, ketermpilan menjadi orangtua, perencana keuangan)
b. Ajarkan pentingnya pencegahan sekunder
c. Tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi
penyakit
d. Kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia
(pemberi asuhan, keuangan, peralatan)
PENUTUP
A. KESIMPULAN