Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEPERAWTAN KELUARGA

( keluarga sebagai sasaran pembangunan kesehatan & 7 tipe keluarga)

DI SUSUN OLEH:

DEWI SRI WISUDAWATI

053 STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang “MAKALAH KEPERAWATAN
KELUARGA( sebagai sasaran kesehatan)”, semoga dengan makalah yang
kami susun ini kita sebagai mahasiswa dapat menambah dan memperluas
pengetahuan kita. Saya mengetahui makalah yang saya susun ini masih sagat
jauh dari sempurna, maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran
dari bapak/ibu selaku dosen-dosen pembimbing serta teman-teman sekalian,
karena kritik dan saran itu dpat membangun kami dari yang salah menjadi
benar. Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan nermanfaat
bagi kita, akhit kata saya mengucapkan terima kasih.

MATARAM

11 JUNI 2020

DEWI SRI WISUDAWATI

ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang.......................................................................................... 1
B.     Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi Keperawtan Keluarga............................................................... 2
B. Visi dan Misi KeperawatanKeluarga...................................................... 3
C. Keluarga Sebagai Sasaran kesehatan...................................................... 7
D. Tahap Perkembangan Keluarga ............................................................. 9
E. Fungsi Keperawatan Keluarga.............................................................. 11
F. Tipe Keluarga..........................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan keperawatan keluarga.................................................................13
BAB 1V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 24
B. Saran........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran/penyalur.
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para
anggotanya dan saling memelihara.
B.     Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih
mengetahui tentang :
1. Konsep Keluarga
2. Konsep Keperawatan Keluarga
3. Keluarga Sebagai sasaran pelayanan kesehatan dan tipe keluarga
4. Asuhan keperawatan keluarga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keperawatan Keluarga


Pengertian Keperawatn Keluarga Merupakan bidang kekhususan
spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai bidang keperawatan.
Prakti keperawatan keluarga di definisikan sebagai pemberian perawtan
yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota-
anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan praktik keperawatan
keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan, bersifat holistik, sistematik
dan interaksional, menggunakan kekuatan keluarga.
1. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
3. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi
b)  Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain
c)  Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
3

4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,


meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

B. Visi dan Misi Keperawtan Keluarga


VISI
Sebuah Gambaran Masa Depan yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dalam lingkungan yang sehat dan memiliki perilaku hidup sehat,
serta kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil, merata, sehingga akan memiliki derajat kesehatan setinggi
tingginya
Dalam konteks otonomi, Visi Indonesia Sehat 2010, kemudian hendaknya
di adopsi menjadi visi Kabupaten Sehat 2010, atau Kota Sehat 2010.
Kabupaten dan Kota adalah satuan wilayah pembangunan yang memiliki
kewenangan membangun warga penduduk didalamnya. Indonesia Sehat
2010 tentu merupakan hasil penjumlahan dari seluruh Kota dan Kabupaten
Sehat 2010.
Dalam aktualisasinya tiap kabupaten dan kota tidaklah memiliki kondisi
awal derajat atau kondisi kesehatan penduduk (start) yang sama
(mengingat adanya kesenjangan dan ke aneka ragaman tersebut diatas),
serta tidak perlu memiliki keseragaman prioritas masalah kesehatan.
Kondisi Kesehatan awal/start ( tahun 2000 ) Kabupaten Ciamis tidaklah
sama, serta lain permasalahannya dibanding kabupaten Banjarnegara,
ataupun Kotawaringin di Kalimantan. Namun indikator start atau baseline,
hendaknya sama sama mengacu kepada 3 “grand variables” visi
Kabupaten/Kota Sehat tersebut, yakni : (1). lingkungan yang sehat, (2).
perilaku hidup sehat, dan (3). aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan,
secara adil merata dan berkualitas.
Setiap kabupaten memiliki problem lingkungan khas dan prioritas sendiri
sendiri, memiliki masalah perilaku hidup sehat spesifik lokal, memiliki
geografis yang menentukan determinan kesehatan seperti lingkungan,
perilaku sehat penduduknya dan sekaligus keterjangkauan pelayanan
kesehatan (pelayanan medik sebuah kabupaten di daerah Maluku beda
4

dengan daerah Jawa). Yang terpenting tiga determinan tersebut


dioperasionalisasikan kedalam angka angka atau sasaran sasaran
pencapaian ( dan sekaligus monitoring pencapaiannya). Misalnya tahun
2004 80% penduduk Ternate akses air bersih, sedangkan Pemerintah
Soppeng boleh saja mentargetkan 90% masyarakatnya akses air bersih
pada tahun 2004. Demikian pula dengan perumahan sehat, penggunaan
obat generik, jumlah penduduk yang terjamin sistim pembiayaan
kesehatan (jaminan pemeliharaan kesehatan) atau jpk, jangkauan dan
cakupan imunisasi, pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Sekali lagi
setiap wilayah kabupaten atau kota memiliki angka sasaran dan jenis
sasaran berbeda satu sama lain, yang harus dicapai secara
berkesinambungan dan bertahap. Oleh sebab itu, Kabupaten Sehat 2010,
tidak perlu menjadi Kabupaten Sehat 2009 dstnya. Indonesia Sehat 2010
adalah ”trade name”, atau logo dari sebuah pendekatan pembangunan.
Bukan sebuah ”balapan” atau kompetisi.
Perlu digaris bawahi bahwa dalam menetapkan sasaran sasaran harus
menggunakan pendekatan baru, yakni harus ditetapkan secara bersama
dengan seluruh “stake holders” kota atau kabupaten tersebut, misalnya
DPRD, LSM setempat, organisasi profesi lintas sektor, dan tentu saja
Dinas Kesehatan.
Ada 4 pilar strategi untuk pencapaian visi Indonesia Sehat 2010, yang
berarti juga harus di adopsi oleh masing masing Kabupaten dan Kota
(menjadi visi Kabupaten dan visi Kota), yakni.
a. Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
b. Profesionalisme
c. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
d. Desentralisasi/Otonomi

a. Pembangunan Berwawasan Kesehatan.


Pembangunan berwawasan kesehatan adalah perencanaan dan
sekaligus pelaksanaan ( termasuk monitoring didalamnya)
pembangunan yang memasukkan pertimbangan dampak kesehatan
5

( baik positif maupun negatif). Dampak yang dimaksud adalah baik


terhadap perilaku penduduk, lingkungan hidup maupun accessibilitas
terhadap pelayanan kesehatan-yang pada akhirnya derajat kesehatan
penduduk seperti tercermin dalam angka – indikator.
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota bersama seluruh warga
penduduknya ( DPRD) serta LSM harus secara proaktif melakukan
telaah aspek kesehatan atau memberikan pertimbangan diminta atau
tidak diminta, secara formal maupun informal-Lobby, terhadap sebuah
prakarsa pembangunan diwilayahnya.
Contoh : kebijakan meningkatkan pemerataan pendidikan dan sosial
ekonomi akan berdampak positif baik terhadap perilaku hidup sehat
maupun pelayanan kesehatan. Pembangunan jalur transportasi akan
mempercepat aksesibilitas pelayanan medik (misalnya menurunkan
angka kematian ibu ). Sebaliknya penggunaan agrokimia secara
berlebihan memiliki potensi bahaya terhadap kesehatan bahan pangan
dan akan berdampak jangka panjang terhadap kesehatan reproduksi
penduduknya.
b. Profesionalisme.
Perencanaan dan pelaksanaan hendaknya didukung oleh sumberdaya
manusia yang profesional. Dengan demikian upaya upaya
meningkatkan profesionalsme yang memamahami permasalahan
wilayahnya amat dibutuhkan. Diharapkan sumberdaya manusia
kesehatan dalam setiap wilayah profesional dalam bidangnya. Hal ini
amat penting karena dengan desentralisasi pada jaman globalisasi, di
prediksi akan terjadi akselerasi internasionalisasi setiap wilayah
kabupaten/kota.
c. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Sistim Pembiayaan Kesehatan berupa Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
sebagai satu pendekatan untuk mobilisasi sumberdaya (khususnya
biaya). Untuk mendukung pembangunan bidang kesehatan, setiap
wilayah secara merata harus memiliki sistim pembiayaan kesehatan,
untuk menjamin pemerataan baik bidang kesehatan lingkungan,
6

kesehatan perilaku apalagi pelayanan kesehatan. Dewasa ini sedang


disusun sebuah sistim pembiayaan kesehatan secara nasional (JKN)
d. Otonomi.
Dilaksanakan ( Pelaksanaan dari pembangunan kesehatan tsb
dilakukan) secara ter-desentralisasi atau pelaksanaan otonomi
pembangunan bidang kesehatan. Setiap satuan wilayah pembangunan
( misal kabupaten) memiliki prioritas, masalah khas ( local specifity),
dengan sumberdaya yang dimilikinya.
MISI
Untuk dapat mewujudkan visi INDONESIA SEHAT 2010, ditetapkan 4
misi pembangunan kesehatan sebagai berikut:
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata
ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat
dipengaruhi oleh hasil kerja keras
serta kontribusi positif pelbagai sektor pembangunan lainnya.
Untuk optimalisasi hasil serta konstribusi positif tersebut, harus dapat
diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok
program pembangunan nasional.
2. Mendorong kemandirian masyrakat untuk hidup sehat
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan
oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk
secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang yang
akan dapat dicapai. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok
atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau mengandung makna bahwa salah satu
tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya
7

pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh


masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada di
tangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya
peran serta aktif segenap anggota masyarakat dan pelbagai potensi
swasta.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya mengandung makna bahwa tugas
utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan
kesehatan segenap warga negaranya, yakni setiap individu, keluarga
dan masyarakat Indonesia, tanpa meninggalkan upaya penyembuhan
penyakit dan atau pemulihan kesehatan.
Untuk terselenggaranya tugas ini penyelenggaraan upaya
kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersifat promotif dan
preventif yang didukung oleh
upaya kuratif dan atau rehabilitatif.
Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat diperlukan pula terciptanya lingkungan yang
sehat, dan oleh karena itu tugas-tugas penyehatan lingkungan harus
pula lebih diprioritaskan.

C. Keluarga sebagai sasaran pembangunan kesehatan.


Sasaran pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Indonesia
Sehat 2010 adalah:
1. Kerja sama lintas sektoral
Meningkatnya secara bermakna kerja sama lintas sektor dalam
pembangunan kesehatan, kontribusi positif sektor lain terhadap
kesehatan, upaya penanggulangan dampak negatif pembangunan
terhadap kesehatan, serta membaiknya perilaku dan lingkungan yang
8

kondusif bagi terwujudnya masyarakat yang memanfaatkan upaya


kesehatan swasta
2. Kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta
Meningkatnya secara bermakna kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan memperbaiki keadaan kesehatannya, serta
menjangkau pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan
kebutuhan. Meningkatnya secara bermakna upaya kesehatan yang
bersumber daya swasta serta jumlah anggota masyarakat yang
memanfaatkan upaya kesehatan swasta.
3. Perilaku hidup sehat
Meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang
memeriksakan diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan,
jumlah bayi yang memperoleh imunisasi lengkap, jumlah bayi yang
memperoleh ASI Eksklusif, jumlah anak balita yang ditimbang setiap
bulan, jumlah PUS peserta KB, jumlah penduduk dengan makanan
dengan gizi seimbang, jumlah penduduk buang air besar di jamban
saniter, jumlah penduduk yang memperoleh air bersih, jumlah
permukiman bebas vektor dan rodent, jumlah rumah yang memenuhi
syarat kesehatan, jumlah penduduk berolahraga dan istirahat teratur,
jumlah keluarga dengan komunikasi internal dan eksternal, jumlah
keluarga yang menjalan ajaran agama dengan baik, jumlah penduduk
yang tidak merokok dan tidak meminum minuman keras/obat zat
adiktif, jumlah penduduk yang tidak berhubungan seks diluar nikah
serta jumlah penduduk yang menjadi peserta JPKM.
4. Lingkungan sehat
Meningkatnya secara bermakna jumlah wilayah/kawasan sehat,
tempat-tempat umum sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja
sehat, rumah dan bangunan sehat, sarana sanitasi, sarana air minum,
sarana pembuangan limbah, lingkungan sosial termasuk pergaulan
sehat dan keamanan lingkungan, serta berbagai standar dan peraturan
perundang-undangan yang mendukung terwujudnya lingkungan sehat.
9

5. Upaya kesehatan
Meningkatnya secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang
bermutu, jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, penggunaan
obat generik dalam pelayanan kesehatan, penggunaan obat secara
rasional, pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif, biaya
kesehatan yang dikelola secara efisien, dan ketersediaan pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan.
6. Manajemen Pembangunan Kesehatan
Meningkatnya secara bermakna sistem informasi pembangunan
kesehatan, kemampuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi
pembangunan kesehatan, kepemimpinan dan manajemen kesehatan,
serta peraturan perundang-undangan yang mendukung pembangunan
kesehatan.
7. Derajat Kesehatan
Meningkatnya secara bermakna umur harapan hidup,
menurunnya angka kematian bayi dan ibu, menurunnya angka
kesakitan beberapa penyakit penting, menurunnya angka kecacatan
dan ketergantungan, meningkatnya status gizi masyarakat dan
menurunnya angka fertilitas. 

D. Tahap perkembangan keluarga.


Ada 8 tahapan perkembangan keluarga menurut Duvall (1957) yaitu:
1. Tahapan perkawinan (married couple)
Pada tahap ini, pria dan wanita akan saling melakukan penyesuaian
atas sifat dari masing-masing individu yang baru menjalani
pernikahan.
2. Tahapan mempunyai anak (childbearing family)
Tahap ini terjadi ketika pasangan suami-istri tengah menantikan
kelahiran anak pertamanya. Tahap perkembangan keluarga ini akan
berlangsung hingga anak kemudian lahir dan usia hingga 30 bulan..
3. Tahapan keluarga dengan anak sekolah (family with preschoolers)
10

Tahap perkembangan keluarga ini dimulai saat anak berusia 2,5


tahun hingga 5 tahun. Di fase ini, beberapa keluarga juga mulai
memiliki anak kedua sehingga orangtua harus membagi fokus antara
menyiapkan keperluan anak sekolah dengan kebutuhan anak kedua
yang masih bayi.
4. Tahapan keluarga dengan anak sekolah dasar (families with children)
Tahap ini bisa dibilang sebagai tahap perkembangan keluarga
dengan aktivitas paling sibuk. Saat ini, anak tertua akan berusia 6-12
tahun dengan aktivitas yang padat, begitu pula orangtua yang harus
bekerja atau beraktivitas dengan agendanya sendiri.
5. Tahapan keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Remaja disini adalah anak yang berusia mulai dari 13 tahun hingga
19-20 tahun. Tahap perkembangan keluarga ini bisa lebih singkat jika
anak pertama yang beranjak remaja memutuskan hidup terpisah
dengan orangtua, misalnya mengenyam pendidikan diluar kota.
6. Tahapan keluarga dengan anak dewasa (launching center families)
Tahap perkembangan keluarga ini dimulai saat anak pertama
memutuskan keluar dari rumah orangtua. Oleh karena itu, orangtua
bertugas membantu anak untuk mandiri sambil menata kembali peran
mereka didalam rumah tangga dengan anggota keluarga yang masih
ada.
7. Tahapan keluarga usia pertengahan (middle-aged families)
Tahap perkembangan keluarga memasuki masa-masa akhir ketika
anak terakhir telah meninggalkan rumah atau orangtua menjelang
waktu pensiun.
8. Tahapan keluarga usia lanjut (aging parents).
Terahir, tahap perkembangan keluarga akan masuk kategori usia
lanjut saat suami-istri telah pensiun hingga salah satunya meninggal
dunia.
11

E. Fungsi Keperawatan Keluarga


Adapun beberapa fungsi keperawatan keluarga yaitu :
1. Fungsi independent
Merupakan fungsi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya di lakukan secara sendiri
dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan
cairan, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan lain-lai), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan , pemenuhan
kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri.
2. Fungsi dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan
pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke
perawat pelaksana.
3. Fungsi interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kontak tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam
pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan
pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak
dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter
ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan
bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah
diberikan.
12

F. Tipe Keluarga
Berdasarkan tipe keluarga menurut (Friedman, 2010), antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari
orangtua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal
dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.
2. Keluarga Extended family, yaitu satu keluarga yang terdiri dari satu
atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling
menunjang satu sama lain.
3. Single parent family, yaitu satu keluarga yang di kepalai oleh satu
kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih
bergantung kepadanya
4. Nuclear dyed, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
5. Blended family, yaitu keluarga yang terbentuk dari perkawinan
pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak
hasil perkawinan terdahulu
6. Single adult living alone, yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri
dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya
7. Middle age atau elderly couple, yaitu keluarga yang terdiri dari
sepasang suami istri paruh baya.
13

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN (tanggal :__11 juni 2020_)


I. Data Umum
1. Kepala Keluarga KK : Tn. S
2. Alamat dan Telepon :PULUR
3. Pekerjaan KK : petani dan nelayan
4. Pendidikan KK : SMA
5. Komposisi Keluarga : Ayah, ibu dan dua orang anak

Status Imunisasi Ket.


HubKel. KK

Pendidikan
Jenis Kel.

Campak
Umur

Hepatiti
No Nama BC Polio DPT
s
G
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

1 Ny. P Ist 50 S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
M ri D

2 Tn. S L A 21 S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
na M
k K

3 Nn. P A 17 S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
H na M
k A

Genogram :

6. Tipe Keluarga :Tipe keluarga adalah keluarga inti dengan orang tua dan dua
anak kandung.
7. Suku Bangsa : Sasak
8. Agama : Islam
14

9. Status sosial ekonomi keluarga :Tn S merupakan pencari nafkah di keluarga,


ia bekerja sebagai petani dan nelayan Status ekonomi tergolong sederhana.
10. Aktivitas rekreasi keluarga : Pada hari libur, biasanya keluarga Tn.S
berkumpul di rumah untuk membersihkan kebun kecil dibelakang rumah,
halaman depan rumah dan menonton televisi bersama.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. S dalam tahap keluarga dengan usia pertengahan

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn. S mengatakan bahwa beliau memiliki riwayat penyakit hipertensi dan
sudah terdiagnosa sejak 5 tahun yang lalu.

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Tn. S mengatakan bahwa almarhumah ibunya juga memiliki riwayat
penyakit hipertensi.

III. Data lingkungan


1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh keluarga merupakan rumah sendiri, ukuran 9x7
meter. 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, dan dapur.

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Lingkungan di mana keluarga Tn. S tinggal merupakan tempat hunian yang
padat. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lainnya hanya kurang
dari 1 meter. Terdapat banyak rumah petak disekitar rumah Ny. M. Antar
tetangga sangat rukun.

3. Mobilitas geografis keluarga (lama keluarga tinggal di dusun atau pindahan)


Sejak menikah, mereka sudah tinggal di lingkungan yang saat ini mereka
tempati dan tidak pernah pindah rumah.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Hubungan keluarga dengan masyarakat sangat baik

5. Sistem pendukung keluarga


15

Dukungan dari keluarga sangat membantu. Apabila ada salah satu anggota
keluarga yang sakit, maka anggota keluarga yang lain akan membantu
pekerjaan rumah dan yang lainnya.

IV. Struktur keluarga


1. Struktur peran
Tn. S: Ayah dan suami, ia merupakan pencari nafkah dan merupakan
pemimpin keluarga. Ny. M : Ibu dan istri, merupakan ibu rumah tangga. Tn.
S: Merupakan anak pertama. Menurut Ny. M, Tn. S merupakan tumpuan
harapan keluarga. Tn. S setiap bulan sering membagi atau memberi uang
untuk kedua orang tuanya dan adiknya Nn. H

2. Nilai dan norma kleuarga


Nilai yang mereka anut adalah nilai-nilai suku sasak karena mereka berasal
dari suku sasak. Norma yang dianut adalah norma agama. Apabila menurut
agama tidak baik, maka mereka tidak akan melakukan hal tersebut.

3. Pola komunikasi keluarga


Komunikasi antara Tn. S dan Ny. M tidak mengalami kesulitan, apabila
terdapat hal yang penting dibicarakan biasanya mereka langsung
membicarakannya.

4. Struktur kekuasaan keluarga (siapa pengambil keputusan)


Di keluarga Tn. S, kekuasaan dibagi menurut peran masing-masing. Tetapi
apabila ada kesulitan mereka akan saling membantu satu sama lain.

V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Tn. S dan Ny. M selalu memperlihatkan kasih sayang baik antara mereka
berdua maupun anak-anaknya. serta komunikasi di lakukan sangat terbuka

2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi keluarga dengan lingkungan sekitar berjalan dengan baik. Begitu
juga dengan anak-anak mereka.

3. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan


a. Mengenal masalah kesehatan
16

Keluarga tn.S mengatakan bahwa beliau tidak tau apa penyebab sakitnya
serta tidak tau apa saja yang harus ia hindari agar penyakitnya tidak
kambuh lagi.

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan


Keluarga tn. S mengatakan bahwa beliau dan istrinya yang mengambil
keputusan dalam masalah kesehatan.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit


Tn. S tidak mengetahui penyebab dari hipertensi, selain itu Tn. S tidak
mengetahui tanda dan gejala hipertensi selain pusing dan berat pada
tengkuk. Keluarga tidak langsung membawa ke palayanan kesehatan. Tn.
S hanya istirahat dan meminum obat warung. Ny. M mengatakan keluhan
akan hilang dengan sendirinya.

d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang


kuat
Bangunan rumah sangat kokoh tetapi dapur dan wc sedikit kotor

e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehat


Keluarga tn. S mengatakan bahwa keluarganya memiliki kartu jaminan
kesehatan. Seperti BPJS

4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi
Ny. M mengatakan bahwa suaminya bekerja sebagai Petani dan ny. M
sebagai IRT.

VI. Stres dan koping keluarga


1. Stresor jangka pendek dan panjang
Keluarga tidak merasakan adanya stressor saat ini.

2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor


Dukungan keluarga sangat kuat. Dan memiliki pola komunikasi yang baik
dalam keluarga.

3. Strategi koping yang digunakan


Tn. S mengatakan bahwa Ny. M yang menangani apabila ada masalah
kesehatan dalam keluarganya.
17

4. Strategi adaptasi disfungsional (pengambinghitaman,penggunaan


ancaman,dll)
Keluarga mengatakan belum pernah melakukan adaptasi disfungsional

VII. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga (menggunakan


table)
No. Prosedur Hasil Pemeriksaan

1. Pemeriksaan umum

a. Penampilan umum Saat ini Tn. S berusia 55 tahun. cara berpakaian rapi,
tubuh dan pakaian terlihat bersih.

b. Status mental Status emosi Tn. S normal, orientasi baik, cara bicara
normal dan dapat dimengerti.

2. Pemeriksaan kulit, kuku dan rambut

Kulit Kulit terlihat bersih, turgor kulit elastis, warna kulit


sawo matang

Rambut dan kulit kepala Rambut Sedikit beruban dan kulit kepala terlihat bersih

Kuku Kuku bersih

3. Pemeriksaan kepala dan leher

Kepala Kepala terlihat simetris, Tn. S mengatakan kepala


terasa pusing.

Muka Wajah terlihat simetris, warna kulit sawo matang

Telinga Teling tidak ada kelainan

Mata Mata simetris, konjungtiva berwarna merah muda,


sklera berwarna putih.

Hidung dan sinus Hidung terlihat simetris, tidak ada lesi maupun cairan.

Mulut dan tenggorokan Mukosa bibir lembab

Leher Leher terlihat simetris, tidak ada benjolan. Tn. S


mengatakan terasa berat pada tengkuk.

4. Pemeriksaan dada

Pernapasan Pernapasana normal, 18 kali per menit, Tn. S tidak


mengalami gangguan pernapasan. Tidak terdengar
18

suara atau bunyi napas tambahan.

Kardiovaskuler TD 140/80 mmHg, nadi 85 kali per menit.

5. Pemeriksaan abdomen

Simetris, turgor elastis.

6. Pemeriksaan ekstremitas

Ekstremitas tidak ada kelainan

VIII. Harapan keluarga


Ny.M mengatakan sangat mengharapkan bahwa dalam anggota keluarganya
agar selalu sehat dan bisa kumpul bersama keluarganya

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA

I. Analisis dan sintesis data


No Data Masalah Penyebab

1 Subjektif : Nyeri pada keluarga Ketidakmampuan


Tn. S khususnya Tn. S keluarga mengenal
a. Tn. S mengatakan
masalah hipertensi
kepalanya terasa
pusing, terasa berat
pada tengkuk
b. Tn. A dan Ny. M
tidak mengetahui
penyebab hipertensi
c. Sudah didiagnosis
hipertensi sejak 5
tahun lalu
d. Tn. S dan Ny. M
tidak mengetahui
tanda dan gejala
hipertensi selain
pusing dan berat
pada tengkuk
e. Menurut Ny.M dan
19

Tn. S tidak terlalu


mengkhawatirkan
karena keluhan
akan hilang dengan
sendirinya
Objektif :

a. TD 140/90 mmHg
b. Nadi 85 kali per
menit

II. Perumusan diagnosis keperawatan


1 Nyeri pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2 Penilaian (Skoring) diagnosis keperawatan
Diagnosa : Nyeri pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal hipertensi

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah: aktual 1 1

2 Kemungkinan untuk diubah: 2 2


mudah

3 Potensial untuk dicegah: cukup 2 1

4 Menonjolnya masalah: masalah 1 1


ada tetapi tidak perlu segera
ditangani

Total 6 5

Penetapan Skoring Prioritas Diagnosa Perawatan


20

_________ x Bobot 5 = 15

3 Prioritas diagnosis keperawatan


Prioritas Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor

1 Nyeri pada keluarga Tn. S khususnya Tn. 6


S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah hipertensi

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosa Keperawatan : Nyeri pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S berhubungan
dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

Tujuan Kriteria Evaluasi Kriteria Rencana Intervensi


Umum/Khusus Kriteria / Standar EvaluasiKriteria/Standa
r

Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon verbal a. Diskusi bersama keluarga


intervensi intervensi selama 2x45 mengenai pengertian
a. Hipertensi adalah
keperawatan menit, keluarga hipertensi
keadaan di mana
selama 2x45 mampu: b. Jelaskan pada keluarga
tekanan darah di atas
menit, keluarga mengenai penyebab
1. Mengenal masalah 130/80 mmHg
dapat merawat hipertensi
a. Mejelaskan b. Penyebab hipertensi
anggota keluarga c. Jelaskan tanda dan gejala
kembali pengertian antara lain pola hidup
yang menderita hipertensi
hipertensi yang tidak sehat, rokok,
hipertensi d. Jelaskan kepada keluarga
b. Menjelaskan alhokol, obesitas,
mengenai dampak bila
kembali penyebab keturunan, dll
seseorang terkena
hipertensi c. Tanda gejala
hipertensi
c. Menjelaskan hipertensi adalah sakit
e. Beri kesempatan kepada
kembali tanda dan kepala, suing, telinga
keluarga untuk bertanya
gejala hipertensi berdengung, mata
f. Bantu keluarga untuk
d. Menjelaskan berkunang.
21

kembali dampak d. Dampak hipertensi mengulangi apa yang


yang dapat terjadi lebih lanjut adalah telah didiskusikan
bila seseorang gagal ginjal kronik dan g. Beri pujian atas perilaku
menderita stroke. yang benar
hipertensi

D. IMPLEMENTASI
No. Tanggal & waktu No Diagnosa Keperawatan Implementasi

Nyeri pada keluarga Tn. S a. Mendiskusikan bersama


khususnya Tn. S berhubungan keluarga mengenai
1. 11 JUNI 2020
dengan ketidakmampuan keluarga pengertian hipertensi
mengenal masalah hipertensi b. Menjelaskan pada keluarga
mengenai penyebab
hipertensi
c. Menjelaskan tanda dan
gejala hipertensi
d. Menjelaskan kepada
keluarga mengenai dampak
bila seseorang terkena
hipertensi
e. Memberi kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
f. Membantu keluarga untuk
mengulangi apa yang telah
didiskusikan
g. Memberi pujian atas perilaku
yang benar
22

E. EVALUASI

No. Tanggal Diagnosa


Implementasi
& waktu Keperawatan

1. 11 juni Nyeri pada S:


2020 keluarga Tn. S
- Tn. S dan Ny. M mengatakan ia sekarang mengerti
khususnya Tn. S
mengenai apa itu hipertensi, penyebab, tanda dan gejala,
berhubungan
serta dampak dari hipertensi
dengan
O:
ketidakmampuan
keluarga mengenal - Tn. S dan Ny. M menjelaskan kembali mengenai apa itu
masalah hipertensi hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, serta dampak
dari hipertensi
23

- Tn. S dan Ny. M sebelumnya terlihat kurang antusias


saat dijelaskan mengenai hipertensi, namuan setelah
diskusi, Tn.S dan Ny. M kemudian mau bertanya
mengenai hipertensi
A:

- masalah teratasi sebagian

P:

- Lakukan pemantauan terhadap kegiatan Tn. S melalui


keluarga
- Menganjurkan Merendam kaki di air hangat di pagi hari
untuk menurunkan tekanan dara atau menurunkan
hipertensi
BAB 1V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran/penyalur. Untuk dapat mencapai tujuan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam
pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
Proses keperawatan keluarga terdiri pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang selalu
terdokumentasi.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan ada kritik dan saran yang
dapat membangun sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://ilmukeperawatan.wordpess.com/2008/04/07/keperawatan-
keluarga-sebuah-pengantar/
2. http://ppnilumajang.wordpress.com/asuhan-keperawatan-keluarga/
3. http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/01/diagnosis-keperawatan-4/
4. http://samuelsiagian.blogspot.com/2009/08/proses-keperawatan-
keluarga.html
5. http://ventykusuma.blogspot.com/p/visi-misi-dan-sasaran.html
6. http://mediabelajarkeperawatan.blogspot.com/2012/05/konsep-
keperawatan-keluarga.html
7. http://serlinawatipakpahan.blogspot.com/2012/03/paradigma-
keperawatan-keluarga.html
8. Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset,
Teori dan Praktek. Jakarta : EGC
9. Ginintasasi, R. 2015. Makalah Keluarga.
10. (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/MAKALAH_KELUARGA.pdf, diakses
tanggal 08 April 2020)
11. Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga . Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
12. Hetharia, M. dkk. 2016. Keluarga (Family). Makalah. Dalam: memenuhi
tugas mata kuliah Tingkah Laku Manusia dalam Lingkungan Sosial di
Bandung Agustus 2016
13. (https://www.academia.edu/31213359/MAKALAH_KELUARGA_FMIL
Y.pdf, diakses tanggal 08 April 2020)
14. Nurjanah, M. 2019. Teori Keluarga: Studi Literatur. (Online).
15. (https://www.researchgate.net/publication/334454369_TEORI_KELUAR
GA, diakses tanggal 08 April 2020)
16. http://eprints.umm.ac.id/41826/3/BAB%20II.pdf
17. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67914/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y,
26

18. http://ilmukeperawatan.wordpess.com/2008/04/07/keperawatan-
keluarga-sebuah-pengantar/
19. http://ppnilumajang.wordpress.com/asuhan-keperawatan-keluarga/

http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/01/diagnosis-keperawatan-4/
20. Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga. Jogjakarta:
Graham ilmu
21. Sudiharto. 2007. Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan
keperawatan transkultural. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai