Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

DOSEN PENGAMPUH :

NS. GITA MAYASARI, M. KEP

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1. DINA ASTUTI APRILIA 2126010011


2. AMANDA PUTRI RAHAYU 2126010002
3. DWITA SUGARI 2126010026
4. YUNITA HARTATI 2126010030

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

1
2024

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Keperawatan
Keluarga”

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampuh yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dalam pembuatan makalah ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat dalam rangka
proses pembelajaran sekaligus untuk memenuhi tugas mata keperawatan keluarga.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak. Penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, 06 maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................................2
.........................................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Keluarga..........................................................................................................3
B. Tipe Keluarga................................................................................................................3
C. Tingkat Praktik Keperawatan Keluarga........................................................................5
D. Struktur Keluarga..........................................................................................................7
E. Struktur Kekuatan.........................................................................................................8
F. Struktur peran................................................................................................................9
G. Struktur nilai...............................................................................................................10
H. Fungsi Keluarga..........................................................................................................10
I. Stress dan Koping Keluarga........................................................................................11
J. Perkembangan Keluarga.............................................................................................11
K. Kesejahteraan keluarga...............................................................................................17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut (Smelzer,2012) Keluarga yaitu merupakan bagian kecil dari masyarakat
yang mempunyai peran penting dalam membentuk suatu tindakan dan perilaku
kesehatan. Yang dimulai dari pendidikan, komunikasi antar masyarakat dapat terjalin
sangat baik. Maka dari itu, suatu keluarga memiliki tempat yang strategis untuk
pelayanan kesehatan. karena kesehatan dalam keluarga saling berpengaruh terhadap
keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya.
Keluarga juga memiliki tugas yang sangat penting untuk memelihara kesehatan
semua anggota keluarganya. Tugas seorang kepala keluarga di bidang kesehatan harus di
pahami dan dilakukan yaitu untuk mengetahui suatu masalah kesehatan dari setiap
anggotanya, dan mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan tindakan
kesehatan,kemudian memberikan asuhan keperawatan pada anggota keluarganya yang
sedang sakit, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan keluarga yang ada
dilingkungan masyarakat bagi keluarga (Suprajitno, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Keluarga?
2. Bagaimana Tipe Keluarga?
3. Bagaimana Tingkat Praktik Keperawatan Keluarga?
4. Bagaimana Struktur Keluarga?
5. Bagimana Struktur Kekuatan?
6. Bagaimana Struktur peran?
7. Bagaimana Struktur nilai?
8. Apa saja Fungsi Keluarga?
9. Bagaimana Stress dan Koping Keluarga?
10. Bagimana Perkembangan Keluarga?
11. Bagaimana bentuk Kesejahteraan keluarga?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Keluarga

1
2. Untuk mengetahui Tipe Keluarga
3. Untuk mengetahui Tingkat Praktik Keperawatan Keluarga
4. Untuk mengetahui Struktur Keluarga
5. Untuk mengetahui Struktur Kekuatan
6. Untuk mengetahui Struktur peran
7. Untuk mengetahui Struktur nilai
8. Untuk mengetahui Fungsi Keluarga
9. Untuk mengetahui Stress dan Koping Keluarga
10. Untuk mengetahui Perkembangan Keluarga
11. Untuk mengetahui Kesejahteraan keluarga
D. Manfaat
Memberikan pengetahuan lebih tentang konsep keperawatan keluarga,
Diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat memberikan pemikiran-pemikiran
dalam penyelesaian penyakit osteomelitis. menambah pengetahuan masyarakat awam.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau
suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau ibunya dan anaknya (Menurut
UU nomor 52 tahun, 2009).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tediri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaan saling kebergantungan.
B. Tipe Keluarga
Dalam ilmu sosiologi, keluarga memerlukan pelayanan kesehatan yang berasal
dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perlu mengetahui bebagai tipe keluarga.
1. Tradisional
 The Nuclear Family (keluarga inti) Keluarga terbentuk karena pernikahan, peran
sebagai orang tua atau kelahiran.keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak, baik
dari sebab biologis maupun adopsi.
 The Dyad Family (keluarga tanpa anak) Keluarga terdiri suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam suatu rumah.
 The Childless Family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan mengejar karier /
pendidikan yang terjadi pada wanita.
 Keluarga Adopsi Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung jawab
dalam secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
 The Extended Family Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah, seperti nuclear familiy disertai paman, tante, orang tua (kakek-
nenek), keponakan, dan lain-lain.

3
 The Single-Parent Family (keluarga orang tua tunggal) Keluarga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses
perceraian, kematian, atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
 Commuter Family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa
berkumpul dengan anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada waktu-waktu
tertentu.
 Multigeneration Family Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
 Kin-Network Family Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dan lain-lain.
 Blended Family (keluarga campuran) Duda atau janda (karena perceraian) yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari
perkawinan sebelumnya.
 Dewasa lajang yang tinggal sendiri Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang
hidup sendiri karena pilihan atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau
ditinggal mati.
 Keluarga Binuklir Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai
dimana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga
inti, ibu dan ayah dari berbagai macam kerja sama antara kerduanya serta waktu
yang digunakan dalam setiap rumah tangga
2. Non Tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga yang sangat
berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non tradisional yang paling umum saat ini
adalah:
 The Unmaried Teenage Mother Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
 The Step Parent Family Keluarga dengan orang tua tiri.
 Commne Family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas

4
yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
 The Nonmarital Heterosexual Cohabiting family (Keluarga kumpul kebo
heterosexual). Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
 Gay and lesbian families Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup
bersama sebagai ‘marital partners’.
 Cohabitating Family Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
 Group-marrige family Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu termasuk seksual, yang membesarkan anaknya.
 Group Network Family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan berangbarang rumah
tangga bersama, pelayanan dan bertangguang jawab membesarkan anaknya.
 Foster Family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga / saudara
didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
 Homeless Family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi
atau problem kesehatan mental.
 Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
C. Tingkat praktik keperawatan keluarga
Tingkat keperawatan keluarga yang dipraktikkan bergantung pada bagaimana
perawat keluarag mengonseptualisasikan keluarga dan berkerja dengannya. Friedman
(2003) menyatakan terdapat lima tingkatan praktik keperawatan keluarga :
Tingkat I : keluarga sebagai konteks Ciri dari keluarga sebagai konteks diantaranya :
1. Keperawatan keluarga dikonseptualisasikan sebagai bidang dimana keluarga
dipandang sebagai konteks bagi klien atau anggota keluarga.

5
2. Asuhan keperawatan berfokus pada individu
3. Keluarga merupakan latar belakang atau fokus sekunder dan individu bagian terdepan
atau fokus primer yang berkaitan pengkajian dan intervensi.
4. Perawat dapat melibatkan keluarga hingga tingkatan tertentu.
5. Kebanyak area spesialis memandang keluarga sebagai lingkungan sosial yang krusial
dari klien. Dengan demikian, keluarga menjadi sumber dukungan utama. Ini disebut
asuhan berfokus pada keluarga.
Tingkat II : keluarga sebagai penjumlahan anggotanya
1. Keluarga dipandang sebagai kumpulan atau jumlah anggota keluarga secara individu.
Oleh karena itu, perawat diberikan kepada semua anggota keluarga.
2. Model ini dipraktikkan secara implisit dalam keperawatan kesehatan komunitas.
3. Dalam ikatan ini, garis depannya adalah masing-masing klien yang dilihat sebagai unit
yang terpisah dari unit yang berinteraksi.
Tingkat III : subsistem keluarga sebagai klien
1. Subsistem keluarga adalah fokus dan penerima pengkajian serta intervensi.
2. Keluarga inti, keluarga besar, dan subsistem keluarga lainnya adalah unit analisi dan
asuhan.
3. Fokus keperawatan adalah hubungan anak dan orang tua, interaksi perkawinan, isu-isu
pemberian keperawatan, dan perhatian (concern) pada bonding attachment.
Tingkat IV : keluarga sebagai klien
1. Keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian atau asuhan.
2. Keluarga menjadi bagian depan dan anggota keluarga secara individu sebagai latar
belakang atau konteks.
3. Keluarga dipandang sebagai sistem yang saling berinteraksi.
4. Fokus hubungan dan dinamika keluarga secara internal, fungsi, dan struktur keluarag
sama baik dalam berhubungan dengan subsistem keluarga dalam keseluruhan dan
dengan lingkungan luarnya.
5. Sistem keperewatan keluarga menggunakan pengkajian klinik lanjut (advanced) dan
keterampilan intervensi berdasarkan integrasi keperawatan, terapi keluarga, dan teori
sistem.

6
Tingkat V : keluarga sebagai komponen sosial
Pada tingkatan ini, keluarga digambarkan sebagai salah satu bagian (subsistem)
dari sistem yang lebih besar, yaitu komunitas (sosial). Keluarga di pandang sebagai salah
satu lembaga dasar dimasyarakat, seperti lembaga pendidikan, kesejahteraan, atau agama.
D. Struktur Keluarga
Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural fungsional.
Struktus keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun atau bagaimana unit-unit
ditata dan saling terkait satu sama lain. Beberapa ahli meletakan strutur pada bentu/tipe
keluarga, namun ada juga yang memandang struktur keluarga menggambarkan
subsistemsubsistemnya sebagai dimensi.
Struktur keluaraga menurut Friedman (2003)
1. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan dan ngungkapkan pengertian dalam keluarga. Komunikasi yang jelas dan
fungsional dalam keluarga merupakan sarana penting untuk mengembangkan makna
diri. Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi, seperti :
sender, channel-media, massage, environment, dan receinver. Komunikasi didalam
keluarga berfungsi adalah:
a. Karakteristik pengirim yang berfungsi : Karakteristik yang berfungsi ketika
menyampaikan pendapat, pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas,
meminta feedback dan mau menerima feedback.
b. Pengirim yang tidak berfungsi adalah :
 Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang
objektif )
 kspresi yang tidak jelas : contoh marah yang tidak diikuti ekpresi wajahnya.
 Jugmental expression, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan susuatu yang
tidak didasari pertimbangan yang matang.
 Tidak mampu mengemukkan kebutuhan
 Komunikasi yang tidak sesuai.
c. Karakteristik penerima yang berfungsi

7
 Mendengar
 Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
 Memvalidasi
d. Menerima yang tidak berfungsi
 Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
 Diskualifikasi
 Offensive (menyerang bersifat negatif)
 Kurang mengeplorasi (miskomunikasi)
 Kurang memvalidasi
e. Komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan keluarga.
Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan proses dua arah
yang dinamis sehingga tercipta interaksi fungsional.
 Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira.
 Komunikasi terbuka dan jujur
 Hierarki kekuatan dan peraturan keluarga
 Konflik keluarga dan penyelesaian
f. Pola komunikasi didalam keluarga yang tidak berfungsi adalah:
 Fokus pembicaraan hanya kepada seseorang tertentu
 Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
 Kurang empati
 Selalu mengulangi isu dan pemdapat sendiri
 Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
 Komunikasi tertutup
 Bersifat negatif
 Mengembangkan gossip
E. Struktur Keluarga
Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari
individu untuk mengontrol atau memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain
(anggota keluarganya) . Beberapa macam struktur kekuatan :

8
1. Legitimate power/authorty (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap anak
2. Referent power (seseorang yang ditiru)
3. Resource or oxpert power (pendapat, ahli, dan lain)
4. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
5. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
6. Information power (pengaruh yang dilalui melalui persuasu)
7. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui menipulasi dengan cinta kasih,
misalnya hubungan sexual).
F. Struktur Peran
Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen dalam
situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial. Peran biasanya menyangkut
posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial
tertentu.
1. Peran-peran formal dalam keluarga Peran formal berkaitan dengan posisi formal
keluarga, bersifat homogen. Peran formal yang standar dalam keluarga, antara lain:
pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, supir, tukang renovasi rumah,
tukang masak, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang untuk
memenuhi peran tersebut, maka anggota keluarga berkesempatan untuk memerankan
beberapa peran dalm waktu yang berbeda.
a. Peran parental dan perkawinan
b. Peran-peran dalam keluarga
c. Peran seksual perkawinan
d. Peran ikatan keluarga atau kinkeeping
e. Peran kakek/nenek Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang
antaranya :
 Ayah, Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyai peran sabagai pencari
nafkah, pendidikan, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga,
dan sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
 Ibu, Ibu sebagi pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga, dan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta
sebagai anggota masyarakat atau kelompok tertentu.

9
 Anak, Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2. Peran-peran informal keluarga
Peran-peran informal keluarga (peran tertutup) biasanya bersifat implisit, tidak
tampak permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional atau
untuk menjaga keseimbangan keluarga.
G. Struktur Nilai
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap, dan kenyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial tertentu. Sistem nilai dikeluarga dia anggap sangat memengaruhi
nilai-nilai masyarakat. Sebuah nilai keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam
menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai ini akan menentukan
bagaimana keluarga mengatasi masalah kesehatan dan stresor-stresor lain.
H. Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya interaksi yang
terus-menerus antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur didasari oleh organisasi
(keanggotaan dan pola hubungan yang terus menerus).
Fungsi keluaraga menurut Friedman (2003)
1. Fungsi efektif dan koping : keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota,
membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi
stress.
2. Fungsi sosialisasi : keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan
mekanisme kopig; memberikan feedback dan memberikan petunjuk dalam
penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi : keluarga melahirkan anaknya.
4. Fungsi ekonomi : keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan : keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan
lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbungan, perkebangan, dan istirahat juga
penyembuhan dari sakit.

10
I. Stres dan koping
keluarga Secara terus menerus, keluarga dihadapkan pada perubaha. Stimulus
untuk perubahan ini datang dari luar dan dalam. Stimulus ini disebut dengan stresor.
Stresor merupakan agen pencetus stres atau penyebab yang mengaktifkan stres, seperti
kejadian-kejadian dalam hidup yang cukup serius (lingkungan, ekonomi, sosial budaya)
yang menimbulkan perubahan dalam sistem keluarga (Hill dalam Friedman, 2003). Ada
tiga strategi untuk adaptasi menurut White dalam Friedman (2003), yaitu :
1. Mekanisme pertahanan
Mekanisme pertahanan merupakan cara-cara yang dipelajari, kebiasaan otomatis
untuk berespon yang bertujuan untuk menghindari masalah-masalah yang dimiliki
stresor dan biasanya digunakan apabila tidak ada penyelesaian yang jelas dalam
keluarga.
2. Strategi koping
Strategi koping merupakan perilaku koping atau upaya-upaya koping dan
merupakan strategi yang positif, aktif, serta khusus untuk masalah yang disesuaikan
untuk penyelesaian suatu masalah yang dihadapi keluarga.
3. Penguasaan
Penguasaan merupakan strategi adaptasi yang paling positif karena keadaan
koping benar-benar di atasi sebagai hasil dari upaya-upaya koping yang efektif dan
dipraktikkan dengan baik yang didasarkan pada kompetensi keluarga.
J. Perkembangan Keluarga
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat
melalui tahap tersebut dengan sukses. Tiap individu mempunyai tugas-tugas
perkembangan yang harus mereka capai agar mereka merasa puas selama tahap
perkembangan dan agar mereka mampu beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil.
Setiap tahap perkembangan keluarga pun punya tugas-tugas perkembangan yang spesifik.
Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh
keluarga selama setiap tahap perkembangan sehingga dapat memenuhi:
1. Kebutuhan biologis keluarga
2. Imperatif budaya keluarga
3. Aspirasi serta nilai-nilai keluarga.

11
 Tahap I : pasangan baru (begining family)
Tahap perkembangan keluarga dengan pasangan beru menikah berawal dari
perkawinan sepasang anak adam menandai bermulanya sebuah keluarga baru.
Keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status
lajang kehubungan baru yang intim. Masing-masing belajar hidup bersama serta
baradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya kebiasaan makan,
tidur, bangun pagi, dan sebagainya. Tugas perkembangan tahap ini diantaranya :
a. Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan Pada saat dua orang
diikat dalam ikatan pernikahan, perhatian awal mereka adalah menyiapkan suatu
kehidupan bersama yang baru. Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap
banyak hal kecil yang bersifat rutinitas. Misalnya, mereka harus mengembangkan
rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi, membersihkan rumah, menggunakan
kamar mandi bergantian, mencari rekreasi, dan sebagainya.namun banyak pasangan
mangalami masalah-masalah penyesuaian seksual, sering kali disebabkan oleh
ketidaktahuan dan informasi yang salah yang mengakibatkan kekecewaan dan
harapan-harapan yang tidak realistis.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial
Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis (membina hubungan
dengan keluarga pasangan, mertua, saudara ipar, dan lain-lain). Bersamaan dengan
itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu menjadi anggota keluarga dari
keluarga asal masing-masing, pada saat yang sama keluarga mereka sendiri baru
saja terbentuk. Pasangan tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari
keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagai hubungan dengan orang tua
mereka, sanak saudara, dan dengan ipar-ipar mereka karena loyalitas utama mereka
harus diubah untuk kepentingan hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangan
tersebut, hal ini menuntut pembentukan hubungan baru dengan setiap orang tua
masing-masing, yaitu hubungan yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan
kenikmatan satu sama lain, tapi juga otonomi yang melindungi pasangan baru
tersebut daricampur tangan pihak luar yang mungkin dapat merusak kesejahteraan
perkawinan yang bahagia.

12
c. Mendiskusikan rencana mempunyai anak (menjadi orang tua) keingina untuk
memiliki anak dan menentuan waktu untuk hamil merupaka suatu keputusan
keluarga yang sangat penting. Dalam friedman 2003 menekankan pentingnya
pertimbangan semua rencana kehamilan keluarga ketika seseorang bekerja dibidang
keperawtan maternitas. Tipe keprawatan kesehatan yang didapat keluarga sebagai
subuah unit selama masa prenatal sangat memengaruhi kemampuan keluarga dalam
mengatasi perubahan-perubahan yang luar biasa secara efektif setelah kelahiran
bayi. Masalah yang terjadi pada tahap ini: Masalah-masalah utama yang terjadi
pada tahap ini adalah penyesuaian seksuan dan peran perkawinan, penyuluhan dan
konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling prenatal dan komunikasi.
Kurangnya informasi sering kali mengakibatkan masalah-masalah seksual dan
emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan
penyakit-penyakit kehamilan sebelum ataupun sesudah perkawinan.
 Tahap II : keluarga “ child-bearing” (kelahiran anak pertama)
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama berlanjut sampai anak
pertama berusia 30 bulan. Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan
perubahan-perubahan bagi anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan.
kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui
beberapa tugas perkembangan yang penting diantaranya.
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarag : peran, interaksi, hubungan seksual,
dan kegiatan
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan pasangan.
Masalah yang terjadi pada tahap ini: Suami merasa diabaikan oleh sang istri. Kelahiran
bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya dalam memenuhi kebutuhan bayi. Pada tahap ini,
ditandai dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian
kedua pasangan tertuju pada bayi. Masalah kedua adalah sering terjadi peningkatan
perselisihan dan argumentasi antara suami dan istri serta terjadinya interupsi yang
kontiyu (begitu lelah sepanjang waktu). Peran utama perawat keluarga adalah

13
mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta
bagaimana bayi merespon.
 Tahap III : keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak usia 5 tahun. Pada tahap ini, keluarga tumbuh dengan baik dalam jumlah serta
kompleksitas fungsi dan permasalahan. Tugas perkembangan pada tahap anak
prasekolah yaitu:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi,
dan rasa aman.
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus dipenuhi.
d. Memepertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
Penambahan jumlah anggota keluarga dapat memicu timbulnya perubahan peran,
ketegangan peran, serta konflik peran antara suami dan istri akibat tugas sehingga
dapat mengancam stabilitas perkawinan. Orang tua mempunyai peran untuk
menstimulus perkembangan individu anak, khususnya kemandirian anak agar tugas
perkembangan anak pada fase ini tercapai. Permasalah yang dapat timbul pada tahap
ini adalah :
a. Kecelakaan pada anak yang terjadi di dalam rumah
b. Frustasi atau konflik peran orang tua sehingga timbul sikap proteksi dan disiplin
yang berlebih dapat menghambat kreativitas anak.
c. Frustasi terhadap prilaku anak atau permasalahan laian dalam keluarga yang
memicu tindakan kekerasan pada anak (child abuse).
d. Terjadinya kegagalan peran sehingga menyebabkan orang tua menolak
berpartisipasi dalam peran pengasuh anak sehingga terjadi penelantaran pada anak.
e. Masalah kesulitan makan pada anak.

14
f. Masalah kecemburuan dan persaingan antar anak.
 Tahap IV : keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada
usia 12 tahun. Pada fase ini, umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing
anak memiliki aktivitas dan minat sendiri.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak sekolah
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan lingkungan termasuk
meningkatkan prestasi anak sekolah dan mengembangan hubungan dengan teman
sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan keintiman dengan pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat kesehatan
anggota keluarga.
Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan
pada anak untuk bersosialisasi, baik aktivitas disekolah maupun diluar sekolah.
Masalah yang terjadi pada tahap ini: Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan
yang luar biasa dari komunitas diluar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai
sosiasi diluar keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka menyesuaikan diri
dengan standar-standar komunitas bagi anak. Hal ini cenderung memengaruhi
keluarga-keluarga kelas menengah untuk lebih menekankan nilai-nilai tradisional
pencapaian dan produktivitas. Selain itu resiko gangguan kesehatan pada anak akibat
pencemaran lingkungan dari berbagai proses kegiatan pembangunan makin meningkat,
misalnya makin meluas gangguan akibat paparan asap, emisi gas buang sarana
transportasi, kebisisngan, limbah industri dan rumah tangga serta gangguan kesehatan
akibat bencana.
 Tahap V : keluarga dengan anak remaja
Periode remaja dianggap penting karena terjadi perubahan fisik yang diikuti
dengan perkembangan mental yang cepat tak jarang, perkembangan mental pada
remaja yang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa menimbulkan
dampak negatif pada mental anak remaja sehingga diperlukan penyesuaian mental dan
pembentukan sikap, nilai dan minat baru tahap ini dimulai saat anak pertama berusia

15
13 tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan menberi
tanggung jawab pada tahap-tahap sebelumnya.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja
yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
b. Mempertahankan hubungan intim dala keluarga.
c. Memperthankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, menghindari
perdebatan, permusuhan, dan kecurigaan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
 Tahap VI : keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir. Lamanya tahap ini tergantung pada jumlah anak dalam keluarga
atau jika anak yang belom berkeluaga tetap tinggal bersama orang tua. Tahap utama
pada tahap ini adalah mengorganisasian kembali keluarga melepas anak untuk hidup
sendiri. Tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Memepertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit atau memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
 Tahap VII : keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir kali meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase
ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak, dan perasaan
gagal menjadi orang tua. Tugas perkembangan keluarga dengan usia pertengahan :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
 Tahap VIII : keluarga usia lanjut

16
Tahap terakhir perkembangan keluarga lanjut ini dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal.
Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai stresor dan kehilangan yang dialami keluarga. Stresor tersebut adalah
berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan
pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan.
Tugas perkembangan keluarga dengan usia lanjut
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan
pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan masyarakat sosial.
K. Kesejahteraan Keluarga
Berbagai definisi yang berkaitan dengan keluarga
1. Keluarga sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasakan perkawinan yang
sah, maupun memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa
kepada tuhan yang maha esa, memiliki hubungan yang sama, selaras, dan seimbang
antar anggota keluarga denga masyarakat dan lingkungan
2. Keluarga berencana
Upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hal reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
3. Keluarga berkualitas
Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang
sah dan bercirikan sejahtera, seha, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan kedepan, bertanjung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada tuhan yang
maha esa.
4. Ketahanan dan kesejahteraan keluarga
Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki
keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisi materil guna hidup

17
mandiri serta mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan kebahagian lahir dan batin.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau
suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau ibunya dan anaknya (Menurut
UU nomor 52 tahun, 2009).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tediri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaan saling kebergantungan.
B. Saran
Sekiranya para pembaca makalah ini dapat mengerti tentang apa yang telah dipaparkan
penulis dan dapat bermanfaat serta dapat mengaplikasikannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. A. H. (2011). Asuhan keperawatan komunitas: teori dan praktik. Jakarta: EGC.

Friedman, M. M., & Bowden, V. R. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga. EGC.

Graves, K. N., & Shelton, T. L. (2007). Family empowerment as a mediator between family-
centered systems of care and changes in child functioning: Identifying an important
mechanism of change. Journal of Child and Family studies, 16(4),
556–566.https://doi.org/10.1007/s10826-006- 9106-1/ diakses Agustus, 4, 2021

Harnilawati, S. K. (2013). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Pustaka As Salam.

Potter, Perry, S., & Hall, &. (2020). Dasar-dasar keperawatan. In D. D. Enie Novieastari,
Kusman Ibrahim, Sri Ramdaniati (Ed.) (9 ed.). Elsevier.

20

Anda mungkin juga menyukai