Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN KELUARGA II

“ ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. R DENGAN


KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL “

OLEH :

TIARA (1914201041)

LOKAL 6A

DOSEN PEMBIMBING :

Ns.Helmanis Suci M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan keluarga psikososial pada ibu
hamil “

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah


keperawatan keluarga yang telah membimbing kami dalam penyusunan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas


kepada pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita
semua.

Padang 28 Mei 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I (PENDAHULUAN)

1.1 Latar belakang..............................................................................................


1.2 Tujuan ..........................................................................................................
BAB II (TINJAUAN TEORITIS)

A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA..................................................

B. KONSEP TEORITIS IBU HAMIL ..............................................................

BAB III (ASUHAN KEPERAWATAN)

BAB IV ( PENUTUP )

A.Kesimpulan.........................................................................................................

B.Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rentang akan kekurangan gizi
karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan janin yang dikandungnya. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa efek
terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang
pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin. Salah satu masalah gizi yang banyak
terjadi pada ibu hamil adalah anemia. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok penderita
anemia. Angka anemia pada ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan
pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan
2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1%
(Amirudidin, 2007). Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat
anemia dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu hamil, angka premature, BBLR dan
angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus
memengetahui gejala anemia pada ibu hamil seperti cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan menurun (anoreksia), konsentrasi
hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan mual nutah pada kehamilan muda.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisienasi besi dan perdarahan akut
bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Saifussin, 2002). Menurut Mochtar
(1998) penyebab anemia pada uumnya adalah sebagai berikut : 1. Kurang gizi (malnutrisi).
2. Kurang zat besi dalam diit. 3. Malabsorbsi. 4. Kehilangan darah banyak seperti
persalinan yang lalu, haid dan lain-lain. 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru,
cacing usus, malaria dan lain-lain. Dari uraian diatas penyusun merasa tertarik untuk
mengambil kasus anemia pada ibu hamil ini, karena mengingat masih tinggiya angka
anemia pada ibu hamil di Indonesia, dan dengan mengetahui asuhan keperawatan pada ibu
hamil dengan anemia ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dari profesi
keperawatan.

B. Tujuan Penelitian
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui konsep medis ibu hamil dan asuhan
keperawatan keluarga psikososial pada ibu hamil.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar keluarga

Keluarga merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan.
Dimana keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam memulai kehidupan dan
berinteraksi antar anggotanya. Keluarga adalah institusi terkecil dari suatu masyarakat yang
memiliki struktur sosial dan sistem tersendiri dan yang merupakan sekumpulan orang yang
tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan
darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya Invalid source
specified. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Keluarga adalah unit terkecil dalam institusi sosial.
Dimana didalam keluarga setiap anggotanya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing,
dan setiap anggota tersebut harus melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut dan
mencapai tujuan bersama. Selain itu jika anggota keluarga ada yang tidak dapat menjalankan
tugas ataupun fungsinya dengan baik sehingga sistem di dalam keluarganya akan terganggu
dan dapat menganggu tugas dan fungsi anggota lainnya, sehingga dapat menimbulkan konflik
di keluarga karena adanya sistem yang terganggu.

` 1. Tipe dan Bentuk Keluarga

a. Beberapa tipe keluarga menurut Friedman (2010) dalam

(Kurniawan, 2016) , antara lain adalah sebagai berikut:

1. Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak
yang masih menjadi tanggunganya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari
sanak keluarga lainnya.
2. Extended Family (keluarga besar), yaitu satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua
keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.
3. Single parent family (keluarga orang tua tunggal), yaitu satu keluarga yang dikepalai
oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih
bergantung kepadanya.
4. Nuclear dyed, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tinggal dalam satu rumah yang sama.
5. Blended family, yaitu suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang
masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.
6. Three generation family, yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek,
nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
7. Single adult living alone, yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang
dewasa yang hidup dalam rumahnya.
8. Middle age atau elderly couple, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
paruh baya.
b. Beberapa bentuk keluarga menurut Sussman (2010) dalam

(Kurniawan, 2016) antara lain adalah sebagai berikut:

1. Keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dari suami (pencari nafkah), seorang istri
(Ibu rumah tangga), dan anak-anak.
2. Keluarga besar tradisional, yaitu bentuk keluarga yang pasangan suami istri sama-
sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga dengan orang tua, sanak
saudara, dan kerabat lain dalam keluarga tersebut.
3. Keluarga dengan orang tua tunggal, yaitu keluarga ini hanya memiliki satu kepala
rumah tangga, ayah atau ibu (duda/janda/belum menikah)
4. Individu dewasa yang hidup sendiri, yaitu bentuk ini banyak terdapat di masyarakat.
Mereka hidup berkelompok seperti dip anti wreda, tetapi ada juga yang menyendiri.
Mereka ini membutuhkan layanan kesehatan dan psikososial karena tidak
mempunyai sistem pendukung.
5. Keluarga dengan orang tua tiri, orang tua menghadapi 3 masalah yang paling
menonjol, yaitu pendisiplinan anak, penyesuaian diri dengan kepribadian anak,
penyesuaian diri dengan kepribadian anak, dan kebiasaan serta penerimaan terhadap
pemikiran hati.
6. Keluarga binuklear, yaitu keluarga merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai
sehingga anak menjadi anggota dari suatu sistem keluarga yang terdiri dari dua
rumah tangga inti.
7. Bentuk variasi keluarga nontradisional, yaitu bentuk variasi nontradisional meliputi
bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain, baik dalam struktur maupun
dinamikanya.

2. Peran Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam situasi
sosial tertentu agar dapat memenuhi harapanharapan. Peran keluarga adalah tingkah laku
spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam kontks keluarga, jadi peran keluarga
menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Menurut Setiadi
(2008) dalam (Rahayu, 2016) setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai
pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga
sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelaku
psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual. Keluarga
memegang peranan penting bagi tumbuh kembang balita apalagi pada usia tiga tahun
pertama atau batita. Pertama kali bayi berinteraksi dengan orang tuanya. Mereka
memberikan berbagai respon bimbingan dan pendidikan baik yang berdampak negatif
maupun positif bagi tumbuh kembang anak. Orang tua sangat berpengaruh dalam
terbentuknya kepribadian anak dan juga potensi anak agar bakatnya berkembang. Stimulus
yang tepat sesuai tahapan usia perlu diberikan untuk mencapai dan melewati
perkembangannya dengan normal. Juga di kemukakan bahwa peranan adalah bagaimana
seseorang bertingkah laku terhadap orang lain, sebagian lagi tergantung pada sifat-sifat
struktur kelompok dan peranannya di dalam struktur tersebut. Keterkaitan orang tua dalam
hal ini sangat penting, apalagi kalau dilihat dalam proses belajar mengajar, orang tua harus
kreatif (Rahayu, 2016).

3. Fungsi Keluarga
Telah disebutkan bahwa para anggota yang terdapat dalam satu keluarga bersepakat
untuk saling mengatur diri sehingga memungkinkan berbagai tugas yang terdapat dalam
keluarga diselenggarakan secara efektif dan efisien. Kemampuan untuk mengatur dan atau
melaksanakan pembagian tugas tersebut pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang
menentukan baik atau tidaknya fungsi yang dimiliki oleh satu keluarga. Keluarga berfungsi
parental mitra dinamis hanyalah mempunyai satu akibat tidak langsung pada perilaku
pelanggaran (Rahayu, 2016).
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (2010) dalam (Rahayu, 2016) adalah sebagai
berikut :

1. Fungsi afektif (the affective function)

Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama atau berkaitan dengan kasih sayang
dan berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga lainnya.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.

a. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function)
Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Jadi fungsi sosialisasi
adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir akan
menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang di sekitarnya. Saat beranjak balita anak mulai
belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan
penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
dalam interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi keluarga.
b. Fungsi Reproduksi (the reproduction function)
Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga. Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.

1. Fungsi Ekonomi (the economic function)

Fungsi ekonomi merupakan fungsi afektif keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti memenuhi
kebutuhan akan makan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan yang bercerai karena
penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri.

2. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function)

Keluarga juga berperan atau berfungsi melaksanakan praktek asuhan keperawatan,


yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan, dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. Jadi
fungsi reproduksi yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan


Adapun tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2010) dalam (Kurniawan, 2016)
adalah sebagai berikut:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat

c. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan


perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.

5. Tujuan Keperawatan Keluarga


Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan
umum dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Tujuan khusus dari keperawatan keluarga adalah keluarga
mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan mampu menangani
masalah kesehatannya berikut ini.
a. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga. Kemampuan keluarga
dalam mengenal masalah kesehatan seluruh anggota keluarga. Contohnya, apakah keluarga
mengerti tentang pengertian dan gejala kencing manis yang diderita oleh anggota
keluarganya?.

1. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk membawa anggota keluarga ke
pelayanan kesehatan. Contoh, segera memutuskan untuk memeriksakan anggota keluarga
yang sakit kencing manis ke pelayanan kesehatan.
2. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Contoh, keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang sakit kencing manis, yaitu memberikan diet DM,
memantau minum obat antidiabetik, mengingatkan untuk senam, dan kontrol ke pelayanan
kesehatan.
3. Memodifikasi lingkungan yang kondusif. Kemampuan keluarga dalam mengatur
lingkungan, sehingga mampu mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan
serta perkembangan setiap anggota keluarga. Contoh, keluarga menjaga kenyamanan
lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh anggota keluarga termasuk anggota keluarga
yang sakit.
4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan perawatan anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan. Contoh, keluarga memanfaatkan Puskesmas,
rumah sakit, atau fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk anggota keluarganya yang sakit.
6. Sasaran Keperawatan Keluarga

a. Keluarga sehat Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak
mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi terkait dengan siklus
perkembangan manusia dan tahapan tumbuh kembang keluarga. Fokus intervensi
keperawatan terutama pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan,
jika satu atau lebih anggota keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki kebutuhan
untuk menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan anggota keluarga dan keluarga
dengan faktor risiko penurunan status kesehatan.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
merupakan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut
pelayanan keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca hospitalisasi penyakit kronik,
penyakit degeneratif, tindakan pembedahan, dan penyakit terminal.

7. Peran Perawat Dalam Keperawatan Keluarga

Peran dan fungsi perawat di keluarga adalah sebagai berikut (Kholifah & Widagdo,
Keperawatan keluarga dan komunitas, 2016)

1. Pelaksana Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan


pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, mulai pengkajian sampai
evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat promotif, preventif, kuratif,
serta rehabilitatif.

2. Pendidik Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi


kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan
pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri.

3. Konselor Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan


konseling atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu untuk membantu mengatasi masalah
kesehatan keluarga.

4. Kolaborator Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan


kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah kesehatan di
keluarga
B. KONSEP TEORITIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

1. konsep ibu hamil

Ibu hamil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami


kehamilan. Kehamilan didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan sebuah
sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang terpisah, tetapi ada suatu rangkaian
kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu ialah pembentukan gamet (telur dan
sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam
uterus. Jika peristiwa ini berlangsung baik, maka proses perkembangan embrio dan janin
dapat dimulai

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita,
yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan
proses persalinan. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya
diagnosis kehamilan tidak dapat diabaikan (Cunningham, 2006).

KONSEP KEHAMILAN DENGAN RESIKO TINGGI

1. Pengertian

Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor resiko yang dapat
mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam jiwa ibu dan janin

Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami risiko atau bahaya yang
lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan, bila dibandingkan dengan Ibu Hamil
yang normal.

a. Kriteria Ibu Hamil dengan Faktor Resiko, yaitu :

1) Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

2) Paritas primipara (kehamilan pertama) atau kehamilan telah lebih dari empat.

3) Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun

4) Tinggi badan kurang dari 142 cm

5) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm pada trimester III

b. Ibu Hamil Yang Tergolong Resiko Tinggi yaitu :


1) Ibu hamil yang sering pusing berat, penglihatan kabur, kaki bengkak dan kenaikan
tekanan darah
2) Ibu hamil dengan kelainan letak (sungsang atau lintang

3) Ibu hamil yang diperkirakan bayinya kembar

4) Riwayat kehamilan jelek

5) Ibu dengan riwayat penyakit jantung, ginjal, TBC, liver, hipertensi dan penyakit
berat lainnya.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS KELUARGA
1. Kepala Keluarga
a. Nama : TN . B
b. Umur : 34 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Buruh
g. Alamat : Kebon Jeruk LK. II RT 6 Pinang Jaya

2. Komposisi Keluarga
No. Nama Umur L/P Agama Hubungan Dgn Pendidikan Pekerjaan

KK
1 Tn. B 34 thn L Islam Kepala Keluarga SMA Buruh
2 Ny. R 29 thn P Islam Istri SMA IRT
3 An. G 7 thn L Islam Anak Kandung TK -

3. Genogram
Keterangan :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Perempuan
= Garis Pernikahan
= Garis Keturunan
= Tinggal serumah

4. Tipe Keluarga

Keluarga inti

5. Latar Belakang Budaya

Semua anggota keluarga berasal dari suku Jawa dengan kultur budaya Jawa. Bahasa
yang digunakan

6. Identifikasi Budaya

Bapak “B” mengatakan keluarganya adalah asli suku Jawa yang berkebangsaan
Indonesia serta tidak ada kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan.

7. Identifikasi Agama

Tn. Bmengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada perbedaan keyakinan semua
beragama islam. Keluarga selalu menjalankan sholat 5 waktu, Tn. B mengatakan
agama sangat penting karena agama merupakan bekal kita untuk kehidupan di
akhirat nantinya.
8. Rekreasi Keluarga

Keluarga berekreasi dengan menonton TV sambil bercengkerama, kalau ada waktu


luang biasanya pergi berkebun.

B. RIWAYAT KESEHATAN KELUAGA

1. Riwayat Kesehatan dalam 6 bulan terakhir

Ny. R mengatakan usianya saat ini 29 tahun dan sedang hamil 7 bulan. Ny. R
mengatakan sudah kali memeriksakan kehamilannya ke puskesmas dan bidan
terdekat. Ny. R mengatakan saat memeriksakan kehamilannya dianjurkan untuk
makan sayur-sayuran serta lauk-pauk selama kehamilannya.

2. Pemeriksaan Fisik

Nama Anggota Keluarga


No Variabel
Tn. B Ny. R An. G
1. Riwayat penyakit saat Sehat Sedang hamil 28 Sehat
ini minggu
2. Keluhan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada
diraasakan
3 Tanda & gejala Tidak ada tanda konjungtiva Tidak ada tanda
& gejala yang ananemis, sklera & gejala yang
membuat Tn.K putih. membuat An.L
sakit sakit
4 Riwayat Peny. Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sebelumnya
5 Tanda-tanda vital TTV : TTV : TD: TTV : : 85 x/i,
TD : 120/70 100/70 N : 24 x/i,
mmHg, mmHg, R : 36,7ºC,
N : 80x/i, N : 88x/i, S : 12 kg,
R : 20x/i, R : 18x/i, BB
S : 36,5ºc, S : 36,8ºC,
BB : 64 kg. BB : 58 kg,
LILA : 25 cm
TB : 160 cm.
6 Sis.Kardiovaskular Suara jantung Suara jantung Suara jantung
normal, tidak normal, tidak ada normal, tidak ada
ada bunyi bunyi tambahan bunyi tambahan
tambahan

7 Sis.Respirasi Normal Normal Normal


8 Sis.Gastro intestinal Bising usus Bising usus Bising usus
normal normal normal
9 Sis.Persyarafan Ada respon Ada respon Ada respon
terhadap terhadap terhadap
rangsangan rangsangan rangsangan
10 Sis.muskuloskletal Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan
11 Sis.Genitalia Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji
C. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Keluarga Tn. B berada pada tahap perkembangan keluarga dengan ibu hamil, ini
ditandai oleh istri Tn. B yang sedang Hamil 7 bulan.

2. Tugas perkembangan yang belum terpenuhi

Keluarga Tn. B saat ini sudah memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga saat ini.

3. Riwayat keluarga inti

Tn. B mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan ataupun penyakit


menular seperti kencing manis, TBC, jantung, hepatitis, hipertensi. Apabila anggota
keluarga sakit, keluarga biasanya berobat ke bidan desa atau puskesmas.
4. Riwayat keluarga sebelumnya

Tn. B mengatakan, keluarga Tn. B ataupun Ny. R tidak mempunyai riwayat penyakit
yang berbahaya seperti kencing manis, TBC, Jantung, hipertensi, hepatitis.

D. LINGKUNGAN

1. Karateristik Rumah

Luas rumah 100 m2 , tipe rumah semi permanen, dimana terdapat 2 kamar tidur, 1
dapur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi dan mempunyai 1 kamar
tidur untuk anak. Dimana ventilasi dari tiap ruangan dimanfaatkan setiap hari
dengan ada jendela setiap ruangan, kecuali ruangan tamu mempunyai 2 jendela,
sehingga cahaya dapat masuk ke ruangan pada siang hari. Penerangan rumah dengan
menggunakan lampu listrik, lantai rumah menggunakan plesteran, sedangkan lantai
dapur memakai plesteran. Kondisi rumah secara keseruhan cukup bersih, status
rumah masih milik orang tua (menumpang), mempunyai kamar mandi dan WC. Tn.
B mengatakan mandi di kamar mandi. Sumber air minum keluarga adalah air sumur.

Denah rumah Tn. B adalah sebagai berikut :

Keterangan :
Kand ang KM
Halaman

RT : Ruang Tamu

RM KT RM : Ruang Makan
KT : Kamat Tidur
RK
Dapur

KM : Kamar Mandi

: sUMUR
RT

KT
2. Karateristik Terangga dan Komunitas

Tn. B mengatakan bahwa hubungan seluruh anggota keluarga dengan masyarakat


lainnya cukup harmonis, dalam melakukan suatu kegiatan dilakukan dengan gotong
royong, jarak rumah dengan tetangga cukup dekat, disini tidak ada budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.

3. Mobilitas geografis Keluarga

Tn. B mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai kebiasaan berpindah tempat


karena keluarga memiliki rumah tetap.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Tn. B mengatakan sering berkumpul dan berinteraksi pada malam hari setelah
makan malam sambil menonton TV. Dan pada sore hari keluarga jarang berkumpul
karena bekerja. Dalam keluarga tidak ada mengalami masalah serta konflik dalam
berinteraksi.

5. Sistem Pendukung Keluarga

Tn. B mengatakan seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat, istri Tn. B sedang
hamil. Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah tempat tinggalnya berupa Puskesmas.

E. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola dan proses komunikasi keluarga

Tn. B mengatakan bahwa anggota keluarga berkomunikasi dengan menggunakan


bahasa Jawa. Komunikasi berlangsung dengan baik dan keluarga menyelesaikan
masalah dengan membicarakan terlebih dahulu dengan angota keluarga dan
pengambilan keputusan oleh kepala keluarga yang sudah dimusyawarahkan
sebelumnya.
2. Struktur Kekuatan keluarga

Tn. B mengatakan apabila ada masalah maka akan dirundingkan dengan istri.

3. Struktur peran

Tn. B mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah, Ny Ysebagai
ibu rumah tangga dan juga ikut mencari nafkah serta sebagai anggota masyarakat.

F. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi afektif

Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan mereka saling


membutuhkan satu sama lain, serta saling memberikan dukungan satu sama lain.
Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatan dalam rumah tangganya dan
setiap malam selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anggota
keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi

Tn. B mengatakan bahwa hubungan semua anggota keluarga baik, norma budaya
dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di keluarga dan yang
berlaku di masyarakat.

3. Fungsi Ekonomi

Tn. B mengatakan dari penghasilan setiap bulan cukup untuk memenuhi


kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. Keluarga Tn.
B memiliki tabungan atau simpanan uang tapi kadang-kadang simpanan tersebut
bisa habis digunakan untuk keperluan mendadak seperti : apabila ada anggota
keluarga yang sakit jadi diperlukan biaya untuk membawanya ke pelayanan
kesehatan. Dimana Tn. B bekerja sebagai buruh dan jika ada waktu luang Tn. B
sering pergi ke kebun.
4. Fungsi perawatan Keluarga

a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Keluarga mengatakan setiap masalah kesehatan yang ada masih belum mampu
ditangani dengan segera dan apabila ada salah satu dari anggota keluarga yang
sakit keluarga memutuskan untuk membawa ke pelayanan kesehatan seperti
bidan atau puskesmas kalau tidak bisa ditangani dirumah.

c. Kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga mengatakan selama ini sudah cukup mampu merawat anggota


keluarga yang sakit dengan membuatkan jamu kalau ada salah satu anggota
keluarganya yang sakit. Kalau tidak berhasil baru kemudian mengajak berobat
ke bidan atau puskesmas.

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan

Keluarga mengatakan tahu akan kepentingan kesehatan lingkungan yang dapat


memenuhi kesehatan seperti menyediakan wc (jamban). Kondisi rumah
keluarga cukup bersih, membuang limbah rumah tangga di kebun belakang
rumahnya.

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

Keluarga mengatakan jika salah satu dari anggota keluarga yang sakit selalu
dibawa ke fasilitas kesehatan, yang dapat dijangkau oleh keluarga seperti
bidan desa atau puskesmas.

5. Fungsi Reproduktif

Ny. R mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun karena saat ini Ny.
R dalam keadaan hamil. Setelah anaknya lahir, Ny. R berharap ingin ikut KB
tetapi belum tahu KB apa yang akan digunakan nantinya.
G. MASALAH KESEHATAN SPESIFIK

1. Kesehatan ibu dan anak

a. Ibu hamil

Riwayat kehamilan Ny. R G2 P1 AO, (kehamilan kedua, partus pernah dan


abortus tidak pernah). Usia kehamilan saat ini 7 bulan, Ny. R mulai hamil di
usia tahun. Ny. R mengatakan sudah tiga kali rnemeriksakan kehamilanya ke
bidan dan sudah mendapat imunisasi TT se-kali, penambahan BB ± 4 kg dan
pada waktu memeriksakan kehamilanya ke bidan pernah mendapat obat
penambah darah yang menurut anjuran bidan harus diminum sehari sekali
namun sekarang obatnya telah habis.

Ny. R mengatakan tidak mengetahui tentang bagaiman perawatan


kehamilannya, ia mengatakan kadang-kadang perutnya terasa sakit namun
tanpa diobati sakitnya dapat hilang sendiri dan kadang-kadang Ny. R
mengeluh cepat lelah dan pusing. Ibu sudah biasa merasakan hal seperti ini
dan ibu hanya menganggap ini sebagai akibat dari kehamilannya.

1) Inspeksi muka:

a) Tidak ditemukan chloasma gravidarum, ditemukan adanya konjungtiva


anemis, tidak ada oedema pada muka.
b) Dada (Tidak dikaji)

c) Pada tungkai tidak ditemukan farises maupun oedema

2) Palapasi abdomen:

a) Leopold I

TFU setinggi pusat usia janin 30 minggu (tujuh bulan), pada fundus
teraba keras, bulat dan lunak (bokong).

b) Leopold II

Punggung janin tcrletak di bagiart perut kanan dan bagian keci-kecil


(ekstremitas), teraba pada perut sebelah kiri
c) Leopold III

Teraba bulat, melenting dan keras (kepala) dan bagian terbawah masih
dapat digoyang-goyangkan.

d) Leopold IV

Kepala janin belum masuk PAP.

H. STRESSOR DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor

a. Stressor Jangka Pendek

Tn. B mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menghadapi masalah yang


berkepanjangan, sehingga membuat keluarganya menjadi khawatir, bingung
dan cemas. Bila ada masalah keluarga, mereka selalu menyelesaikan secara
kekeluargaan.

b. Stressor Jangka Panjang

Saat ini keluarga Tn. B sedang memikirkan ekonomi keluarganya agar dapat
terus meningkat.

2. Koping

Tn. B mengatakan bahwa keluarga tidak pernah melakukan hal-hal yang


menyimpang dalam menghadapi segala masalah yang ada seperti menyelesaikan
masalah dengan menggunakan kekerasan dengan bersama-sama dan selalu
menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.
I. HARAPAN KELUARGA

Keluarga mengatakan senang bila ada petugas kesehatan yang melakukan kunjungan
rumah, keluarga sangat berharap masalah yang berhubungan dengan kesehatan yang
dialami keluarga dapat teratasi dengan diberikannya informasi yang dibutuhkan oleh
keluarganya serta keluarga juga berharap agar Ny. R bisa melahirkan dengan selamat.

ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan Etiologi
Ds : Perubahan Gaya hidup yang

- Ny. R mengatakan suaminya pemeliharaan kesehatan tidak sehat (merokok)

perokok

Do :

- Ny.R hamil anaknya yang ke-2

- Ny.M sudah memasuki trimester


ke-3

Ds : Resiko cedera Kurangnya kesadaran

- Ny. R mengatakan rumahnya terhadap bahaya

lantai rumahnya lantai plesteran. lingkungan

Do :

- Kamar mandi klien agak licin

- Halaman depan rumah licin

- Ny.R hamil anaknya yang ke-2

- Ny.M sudah memasuki trimester


ke-3

Ds : Ansietas pada Ibu M Kurangnya


pengetahuan keluarga
- Ny. R mengatakan belum keluarga bapak B tentang pengguanaan
mengikuti KB dan hanya kontra sepsi( KB )
melakukan pantan berkala

Do :

- Ny.R hamil anaknya yang ke-2

- Jarak kelahiran lebih dari 2 tahun


- Anak pertama 7 tahun

- Ny.M sudah memasuki trimester


ke-3

K. PRIORITAS MASALAH
1. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak
sehat (merokok)
Kriteria Bobot Pembenaran
1. Sifat masalah : resiko Peningkatan gaya hidup sehat
Skala dengan tidak merokok
Potensial :1
Resiko :2 2/3X 1 = 2/3
Aktual :3

2. Kemungkinan masalah dapat di Keluarga bapak B menyadari


ubah : mudah pentingnya gaya hidup sehat
Skala
Mudah :2 2/2 X 2 = 2
Sebagian :1
Tidak dapat :0
3. Potensi masalah untuk di cegah : Kurangnya kesadaran
segera ditangani keluarga bapak B dalam
Skala menerapkan gaya hidup sehat
Segera ditangani :2 2/2X 1 = 1
Tdk perlu segera ditangani :1
Masalah tidak dirasakan :0

4. Potensi masalah untuk di cegah : Keluarga merasa bahwa hal


segera ditangani tersebut bukan masalah serius
Skala yang tidak perlu penanganan
Segera ditangani :2 2/2 X 1 = 1 cepat
Tdk perlu segera ditangani :1
Masalah tidak dirasakan :0

Total skor 4 2/3

2. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam


memodifikasi lingkungan
Kriteria Bobot Pembenaran
1. Sifat masalah : Ancaman 2/3X 1 = 1 Peningkatan kesadaran
Skala terhadap bahaya lingkungan
Potensial :1
Resiko :2
Aktual :3

2. Kemungkinan masalah dapat di 2/2 X 2 = 2 Keluarga bapak B


ubah : mudah menyadari pentingnya
Skala tentang bahaya lingkungan
Mudah :2
Sebagian :1
Tidak dapat :0
3. Potensi masalah untuk di cegah : 2/2X 1 = 1 Tingkat kesadaran keluarga
cukup bapak B terhadap bahaya
Skala lingkungan
Tinggi :3
Cukup :2
Rendah :1

4. Potensi masalah untuk di cegah : 2/2 X 1 = 1 Keluarga merasa bahwa


segera ditangani hal tersebut bukan masalah
Skala serius yang tidak perlu
Segera ditangani penanganan cepat
Tdk perlu segera ditangani :2
Masalah tidak dirasakan :1
:0
Total skor 4 2/3

Ansietas pada Ibu R keluarga bapak B b/d Ketidakmampuan keluarga tentang


pengguanaan kontrasepsi( KB )
Kriteria Bobot Pembenaran
1. Sifat masalah : potensial Peningkatan Pengetahuan
Skala tentang kontrasepsi
Potensial :1
1/3X 1 = 1
Resiko :2
Aktual :3

2. Kemungkinan masalah dapat di 2/2 X 2 = 2 Keluarga bapak A


ubah : mudah menyadari pentingnya
Skala konsultasi tentang KB
Mudah :2
Sebagian :1
Tidak dapat :0

3. Potensi masalah untuk di cegah : Tingkat kesadaran


tinggi keluarga bapak A tentang
Skala penggunaan kontrasepsi
Tinggi :3 2/2X 1 = 1 masih minim
Cukup :2
Rendah :1

4. Potensi masalah untuk di cegah : Keluarga merasa bahwa


segera ditangani hal tersebut bukan masalah
Skala serius yang tidak perlu
Segera ditangani :2 2/2 X 1 = 1 penanganan cepat
Tdk perlu segera ditangani :1
Masalah tidak dirasakan :0

Total skor 4 1/3

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat
(merokok)

2. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi


lingkungan

3. Ansietas pada Ibu S keluarga bapak W b/d Ketidakmampuan keluarga tentang


pengguanaan kontrasepsi( KB )
L. RENCANA KEPERAWATAN
No. Evaluasi
Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
Dx. Kriteria Standar
1 Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal 1. Keluarga dapat 1. Tingkatkan pemahaman keluarga tentang perilaku
penyuluhan, kunjungan selama 5 x, menyebutkan atau kebiasaan yang tidak sehat :
keluarga akan keluarga dapat : kembali
dapat 1. Menguraikan tentang pengertian dengan 2. Berikan informasi tentang resiko-resiko yang akan
meningkatkan gaya hidup yang tidak singkat timbul dari kebiasaan yang tidak sehat
sehat setelah diberikan 2. Keluarga a. Resiko terhadap yang
pemeliharaan
penjelasan menyebutkan bersangkutan
kesehatan dengan
dampak dari gaya b. Resiko terhadap orang lain
merubah gaya
2. Menyebutkan tentang hidup c. Keuntungan merubah perilaku tidak sehat
hidup yang tidak yang tidak sehat
dampak dari gaya
sehat dengan hidup yang tidak sehat 3. Keluarga 3. Diskusikan bersama keluarga strategi-strategi
mengoptimalkan setelah menyebutkan yang dapat digunakan untuk merubah
sumber-sumber diberikan penjelasan sumber-sumber kebiasaan yang tidak sehat
daya yang dalam keluarga
dimiliki 3. Mengidentifikasi yang dapat 4. Berikan dukungan dan dorongan pada keluarga
sumber- dimanfaatkan untuk mencapai keberhasilan
sumber yang dapat untuk perubahan
dimanfaatkan untuk pemeliharaan 5. Bantu klien untuk mengupayakan lingkungan
perubahan kesehatan yang dapat mendukung perubahan kebiasaan yang
pemeliharaan kesehatan 4. Keuarga tidak sehat
setelah menyatakan
diberikan penjelasan sanggup untuk
6. Berikan penyuluhan kesehatan
merubah
pemeliharaan
4. Menyatakan 7. Bantu keluarga mengidentifikasi sumbersumber
kesehatan
kesanggupan untuk dalam keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk
(kebiasaan
merubah pemeliharaan perubahan pemeliharaan kesehatan
kesehatan setelah merokok)
diberikan
penjelasan

2. Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal 1. Keluarga dapat 1. Bantu keluarga untuk mampu merasakan
penyuluhan, kunjungan selama 5 x, menyebutkan “kerentanan” terhadap bahaya lingkungan
keluarga akan keluarga dapat : kembali dengan 2. Anjurkan keluarga untuk meningkatkan tanggung
dapat melakukan 1. Menyebutkan resiko benar resiko dari jawab diri keluarga dalam mencegahan stressor
pencegahan dan bahaya lingkungan bahaya lingkungan dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan
terhadap akibat yang ada setelah 2. Keluarga dapat lingkungan
yang akan timbul diberikan penjelasan menyebutkan 3. Beri penjelasan tentang cara mencegah resiko :
dari bahaya 2. Menjelaskan kembali dengan - Memberikan penjelasan tentang bahaya
lingkungan yang pencegahan benar pencegahan merokok terhadap BUMIL dan janin
ada pencegahan yang dapat akibat bahaya - Menganjurkan suami dan ayah untuk tidak
dilakukan setelah lingkungan merokok disekitar istri yang sedang hamil
diberikan penjelasan Keluarga bersedia - Menganjurkan keluarga untuk menyediakan
untuk menjaga tempat untuk pembuangan abu
lingkungan dalam
keluarga yang
kondusif
3 Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunjungan Verbal 1. Keluarga dapat 1. Kaji tingkat kecemasan
penyuluhan, selama 5 x, keluarga dapat : Pengetahuan menjelaskan kembali
keluarga akan dapat 1. Menjelaskan program KB program KB yang akan 2. Anjurkan Keluarga mengikuti
mencegah terjadinya yang akan diikuti diikuti program KB
ansietas pada saat
kehamilan 2. Menjelaskan tentang 2. Keluarga dapat 3. Berikan penyuluhan tentang
kehamilan menyebutkan kembali ibu hamil
tentang penjelasan
3. Menjelaskan asupan gizi kehamilan 4. Memberikan asupan gizi ibu
saat hamil hamil
3. Keluarga dapat
4. Mengurangi ansietas pada menjelaskan kembali 5. Mengurangi ansietas pada ibu
saat hamil asupan nutrisi saat hamil hamil

5. Menjelaskan cara 4. Keluarga dapat 6. Berikan penyuluhan tentang


breastcare pada saat mengatasi ansietas yang breastcare pada saat pasca
pasca melahirkan terjadi melahirkan

5. Keluarga dapat
mendemonstrasikan
kembali cara breastcare
yang benar
M. IMPLEMENTASI & EVALUASI
No. Dx. Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi
1 Sabtu/25 1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
Mei 2013 perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat.
S Ny. R mengatakan mengerti tentang
2. Memberikan informasi tentang resikoresiko yang
perilaku hidup sehat Ny. R mengatakan
akan timbul dari kebiasaan yang tidak sehat -
tidak akan melakukan kebiasaan yang
a. Resiko terhadap yang bersangkutan
- tidak sehat
b. Resiko terhadap orang lain
c. Keuntungan merubah perilaku tidak sehat O: Rumah Ny. R bebas asap rokok Suami Ny.
3. Mendiskusikan bersama keluarga strategi- R merokok di luar rumah
strategi yang dapat digunakan untuk merubah
Keluarga masih melakukan kebiasaan tidak
kebiasaan yang tidak sehat A:
sehat ( suami Ny. R masih merokok)

Diskusikan tentang pemahaman keluarga


P: tentang perilaku atau kebiasaan yang tidak
sehat.
-
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan.
Dimana keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam memulai kehidupan dan
berinteraksi antar anggotanya. Keluarga adalah institusi terkecil dari suatu masyarakat yang
memiliki struktur sosial dan sistem tersendiri dan yang merupakan sekumpulan orang yang
tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan
darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya Invalid source
specified. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Keluarga adalah unit terkecil dalam institusi sosial.
Dimana didalam keluarga setiap anggotanya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing,
dan setiap anggota tersebut harus melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut dan
mencapai tujuan bersama. Selain itu jika anggota keluarga ada yang tidak dapat menjalankan
tugas ataupun fungsinya dengan baik sehingga sistem di dalam keluarganya akan terganggu
dan dapat menganggu tugas dan fungsi anggota lainnya, sehingga dapat menimbulkan konflik
di keluarga karena adanya sistem yang terganggu.

B. Saran

Perawat harus mampu mengenali gejala awal anemia pada ibu hamail , dan perawat juga
harus memahami lebih dalam pada ibu hamil tentang kebutuhan pikososial .
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


Effendy, N. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Friedman, M. Marilyan.(1998). Family NURSING Research, Theory, & Practice. Stamford:
Appleton & Lange.
Friedman, M. Marilyan. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka
As Salam.
Kozier, Erb. Berman. Snyder. (2004). Fudamental of nursing: Concepts, process, and
practice. Seventh Edition. New Jersey : Pearson Education. Inc.
http://www.tadikaislam.com/forum/index.php?action=vthread&forum=1&topic=4
Sumijatu, D. (2005). Konsep Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalan Praktik. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai