Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA II

TEORI ILMU SOSIAL KELUARGA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5 KEP 6A

Amelia Gustri 1914201007


Fadila Putri 1914201015
Resti Perdana Sari 1914201034
Sesra Med Madurisa 1914201039
Tiara 1914201041

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Tomi Jepisa, S.Kep. M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN AJAR 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Teori ilmu sosial keluarga dengan
tepat waktu.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf bila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Padang, 18 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

A. Latar belakang........................................................................................................
B. Tujuan penulisan....................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................................

A. Teori Struktural Fungsional....................................................................................


B. Teori Sistem............................................................................................................
C. Teori Perkembangan Keluarga ..............................................................................
D. Teori Iterkasional Keluarga....................................................................................
E. Teori Stress Keluarga.............................................................................................
F. Teori Berubah.........................................................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan
yang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah
pendidikan kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya
dan perilaku sehat dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai
posisi yang strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah
kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota
keluarga, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat
yang ada disekitarnya. Ditambahkan oleh Pitts yang dikutip oleh Kingsbury dan Scanzoni
(Boss et al. 1993) bahwa tujuan dari terbentuknya keluarga adalah sebagai suatu struktur
yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anggotanya dan untuk memelihara
masyarakat yang lebih luas. Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 21 Tahun 1994 menyebutkan adanya delapan fungsi yang harus dijalankan oleh
keluarga meliputi fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik yang terdiri atas fungsi
keagamaan, sosial-budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan
pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan (BKKBN 1996). Menurut United
Nation (1993) fungsi keluarga meliputi fungsi pengukuhan ikatan suami istri, prokreasi
dan hubungan seksual, sosialisasi dan pendidikan anak, pemberian nama dan status,
perawatan dasar anak, perlindungan anggota keluarga, rekreasi dan perawatan emosi, dan
pertukaran barang dan jasa. Menurut Mattensich dan Hill (Zeitlin et al., 1995) fungsi
pemeliharaan fisik sosialisasi dan pendidikan, akuisisi anggota keluarga baru melalui
prokreasi atau adopsi, kontrol perilaku sosial dan seksual, pemeliharaan moral keluarga
dan dewasa melalui pembentukan pasangan seksual, dan melepaskan anggota keluarga
dewasa.
Burgest dan Locke (1960) mengemukakan 4 (empat) ciri keluarga yaitu (a) Keluarga
adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan (pertalian antar
suami dan istri), darah (hubungan antara orangtua dan anak) atau adopsi; (b) Anggota-
anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap dan merupakan
susunan satu rumahtangga. Tempat kos dan rumah penginapan bisa saja menjadi
rumahtangga, tetapi tidak akan dapat menjadi keluarga, karena anggota-anggotanya tidak
dihubungkan oleh darah, perkawinan atau adopsi, (c) Keluarga merupakan kesatuan dari
orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan
sosial bagi si suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-
laki dan saudara perempuan; Peranan-peranan tersebut diperkuat oleh kekuatan tradisi
dan sebagian lagi emosional yang menghasilkan pengalaman; dan (d) Keluarga adalah
pemelihara suatu kebudayaan bersama yang diperoleh dari kebudayaan umum. Stephens
mendefiniskan keluarga sebagai suatu susunan sosial yang didasarkan pada kontrak
perkawinan termasuk dengan pengenalan hak-hak dan tugas orangtua; tempat tinggal
suami, istri dan anak-anak; dan kewajiban ekonomi yang bersifat reciprocal antara suami
dan istri (Eshelman 1991).
B. Tujuan penulisan

1. Menjelaskan Tentang Teori Struktural fungsional

2. Menjelaskan Tentang Teori Sistem

3. Menjelaskan Tentang Teori perkembangan keluarga

4. Menjelaskan Tentang Teori Internasional Keluarga

5. Menjelaskan Tentang Teori Stres Keluarga

6. Menjelaskan Tentang Teori Berubah

7. Menjelaskan Tentang Teori Transisi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Struktural fungsional
Kerangka struktural fungsional mendefinisikan keluarga sebagai sebuah sistem sosial dan
oleh beberapa ahli teori kelaurga dianggap sebagai bentuk paling awal dari teori system
(broderick, 1993 ). Fokus utamanya adalah pada bagaimana pola keluarga dikaitkan dengan
lembaga masyarakat lain dan dengan keseluruhan struktur dalam masyarakat (Nye &Bererdo,
1981). Penekanan diletakkan pada fungsi dasar keluarga, yaitu ekonomi, reproduksi,
perlindungan, budaya, sosialisasi, pewarisan status, hubungan dan fungsi kesehatan. Isu utama
teori struktural fungsional adalah seberapa baik struktur keluarga memungkinkan keluarga
melaksanakan fungsinya. Asumsi perpektif ini mencakup :
1. Keluarga adalah suatu sistem sosial dengan kebutuhan fungsi
2. Keluarga adalah suatu kelompok kecil yang memiliki gambaran umum yang biasa ada
pada semua kelompok kecil
3. Sistem sosial seperti keluarga memenuhi fungsi melayani individu selalin fungsi
melayani masyarakat
4. Individu bertindak sesuai dengan serangkaian norma dan nilai yang terinternalisasi yang
dipelajari terutama dalam keluarga melalui sosialisasi

Penyakit yang dialami satu anggota keluarga menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
keluarga. Pengkajian termasuk menentukan apakah perubahan akibat penyakit mempengaruhi
kemampuan keluarga menjalankan fungsi dalam keluarga. Kekuatan utama pendekatan
pendekatan struktural fungsional bagi praktik keperawatan keluarga adalah bahwa pendekatan
ini bersifat komprehensif dan memandang keluarga dalam konteks komunitas yang lebih luas.
Sementara itu, kelemahan utama pendekatan ini adalah pandangan statisnya, yang cenderung
memandang keluarga pada satu waktu bukan sebagai sebuah sistem yang berubah seiring
dengan waktu.

B. Teori Sistem
Pendekatan untuk memahami keluarga ini dipengaruhi oleh teori yang berasal dari teori fisika
dan biologi oleh von Bertalanffy ( 1950, 1968, dalam Mercer, 1989 ). Sebuah sistem terdiri
dari serangkaian unsur serangkaian unsur yang saling terkait; setiap sistem dikenali sebagai
suatu yang berbeda dari lingkungan tempat munculnya sistem tersebut. Asumsi perspektif
sistem yang diterapkan pada sistem keluarga meliputi :
1. Sistem keluarga lebih besar daripada dan berbeda dari jumlah bagiannya.
2. Terdapai hierarki dalam sistem keluarga dan antara subsistem dan keluarga serta
komunitas.
3. Terdapat batasan dalam sistem keluarga dan batasan tersebut dapat terbuka, tertutup, atau
acak.
4. Sistem keluarga mengalami peningkatan kompleksitas sepanjang waktu, yang terjadi
guna memungkinkan kemampuan adaptasi, toleransi terhadap perubahan, dan
pertumbuhan melalui diferensiasi yang lebih besar.
5. Sistem keluarga berubah secara konstan sebagai respon terhadap stres dan ketegangan
dari lingkungan dalam maupun luar.
6. Hubungan sebab akibat dimodofikasi oleh umpan balik; oleh karena itu hubungan sebab
akibat linear tidak pernah terdapat dalam dunia nyata
7. Pola sistem keluarga berbentuk sirkualar dan bukan linear, oleh karena itu perubahan
harus diarahkan pada bentuk siklus
8. Sistem keluarga adalah suatu keseluruhan yang terorganisir dengan indiviu dalam
keluarga menjadi saling bergantung dan berinteraksi
9. Sistem keluarga memiliki gambaran homeostasis untuk mempertahankan pola stabil ynag
dapat bersifat adaptif maupun maladaptif

Perawat ynag menggunakan perspektif ini mengkaji pengaruh penyakit atau cedera terhadap
keseluruhan sistem keluarga dan pengaruh timbal balik keluarga terhadap penyakit atau
cedera ( Wright dan leahey, 2000). Perspektif ini berfokus pada keseluruhan sistem bukan
individu. Teori ini melihat proses di dalam keluarga bukan konteks dan hubungan antara
bagian keluarga. Dua keterbatasan pemakaian orientasi teoritis ini adalah :

1. Teori ini sangat luas dan umum, dan harus disusun konsep dan pedoman praktik yang
lebih spesifik dari luar teori
2. Pendekatan ini mungkin tidak terlalu membantu seperti teori yang ditujukan untuk
individu guna membahas masalah klien individu
C. Teori perkembangan keluarga
Tahap perkembangan diperkenalkan oleh Freud dan dikembangkan oleh Erikson, Piaget dan
lainnya. Asumsi dasar model perkembangan meliputi :
1. Tugas yang berbasis perkembangan terjadi pada periode tertentu
2. Keberhasilan pencapaian tugas perkembangan mengarah pada kebahagiaan dan
keberhasilan tugas selanjutnya
3. Kegagalan pencapaian tugas perkembangan mengarah pada ketidakbahagiaan, penolakan,
atau kesulitan dalam mencapai tugas selanjutnya

Konsep perkembangan meliputi perpindahan ke tingkat fungsi yang lebih tinggi, yang
menyiratkan kemajuan satu arah. Kelompok kecil yang disebut keluarga memiliki riwayat
kehidupan yang dapat ditebak yang ditunjukkan oleh beberapa tahap.

Teori perkembangan adalah suatu upaya untuk memperluas kerangka struktural fungsional
dan interaksional. Tujuannya adalah untuk menggabungkan analisis berskala kecil dan besar
dari dua buah pendekatan lainnya pada saat memangdang keluarga sebagai sebuah sistem
terbuka dalam hubungannya dengan konfigurasi lain di masyarakat ( Jones & Dimond, 1982 ).
Perawat keluarga harus mengenali bahwa dalam setiap keluarga terdapat tugas perkembangan
individu dan keluarga yang perlu dicapai pada setiap tahap siklus kehidupan keluarga. Asumsi
dasarnya terdiri dari :

1. Keluarga berubah dan berkembang dalam cara yang berbeda karena stimulasi/tuntutan
internal dan lingkungan
2. Tugas perkembangan adalah tujuan yang diupayakan dicapai dan bukan tugas tertentu
yang diselesaikan sesegera mungkin
3. Setiap keluarga memiliki komposisi dan kompleksitas yang unik dalam hal harapan peran
dan posisi menurut usia
4. Individu dan keluarga adalah sebuah fungsi pada lingkungan riwayat mereka dan pada
konteks sosial saat ini.
5. Keluarga memiliki kesamaan yang cukup banyak meskipun mereka memiliki keunikan
untuk menggambarkan perkembangan keluarga selama rentang kehidupan
6. Keluarga dapat mencapai tingkat perkembangan yang sama melalui proses yang cukup
berbeda
Kekuatan utamanya adalah pendekatan tersebut meberikan dasar untuk merupakan apa yang
akan dialami keluarga pada suatu periode dalam siklus kehidupan keluarga. Sementara itu
kelemahan utamanya adalah fakta bahwa model tersebut dikembangkan pada saat keluarga
inti tradisional masih ditekankan. Karena terdapat perbedaan penting mengenai tahap dan isu
perkembangan keluarga dalam berbagai bentuk keluarga, perawat keluarga harus
menggunakan model perkembangan yang tepat untuk keluarga tertentu dalam mengevaluasi
fungsi keluarga.

D. Teori Internasional Keluarga


Blumer ( 1969, hal.2 ) membuat tiga buah asumsi dasar yang sangat penting untuk teori
interaksi simbolik, yaitu :
1. Manusia melakukan hal tindakan berdasarkan pada makna hal tersebut pada mereka
2. Makna dari tindakan tersebut berasal dari interaksi sosial yang dimiliki seseorang dengan
kawannya
3. Makna ini ditangani dan dimodifikasi malalui sebuah proses interpretasi yang digunakan
seseorang dalam mengahadapi sesuatu yang ia temui

Pendekatan interaksional menekankan kelenturan dan kemungkinan peran ( Klein & White,
1996 ). Pendekatan ini mengasumsikan bahwa individu tidak sekadar menjalankan sebuah
peran tapi menciptakan peran mereka sendiri melalui interaksi dengan orang lain ( Turner,
1970 ). Anggota keluarga membangun peran mereka sendiri melalui harapan peran yang telah
mereka pelajari dan melalui interaksi dengan orang lain tentang harapan peran.

Pengkajian keluarga di dalam suatu kerangka interaksional menekankan pengkajian


interaksi/komunikasi antara dan diantara anggota keluarga; peran keluarga dan analisis
kekuatan; koping keluarga; hubungan antara pasangan menikah/orang dewasa, saudara
kandung, orang tua, dan anak-anak; dan pola sosialisasi keluarga.

E. Teori Stres Keluarga


Model stres keluarga berhubungan dengan situasi pelayanan kesehatan karena penyebaran
penyakit yang berkaitan dengan stres yang dialami keluarga ( Artinian, 1994 ). Definisi
keluarga tentang peristiwa menentukan bagaimana peristiwa tersebut dihadapi oelh keluarga
dan seberapa besar stres yang ditimbulkan peristiwa tersebut bagi keluarga. Poin terakhir ini
penting karena kadangkala perawat tidak dapat memahami dari sudut realita situasi alasan
mengapa keluarga dapat bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu peristiwa. Asumsi
model stres keluarga terdiri atas ( Artinian, 1994 ) :
1. Peristiwa yang tidak diharapkan atau tidak direncanakan biasanya dianggap sebagai
peristiwa yang menimbulkan stres
2. Peristiwa dalam keluarga, seperti penyakit serius dan peristiwa yang didefinisikan
sebagai peristiwa yang menimbulkan stres, dapat lebih mengganggu daripada stresor
yang terjadi diluar keluarga, seperti perang, banjir, atau depresi.
3. Kurangnya pengalaman terdahulu dalam menghadapi peristiwa yang menimbulkan stres
menyebabkan peningkatan persepsi stres
4. Peristiwa yang menimbulkan stres yang ambigu dapat lebih membuat stres dibandingkan
peristiwa non-ambigu

Kekuatan utama kerangka ini adalah bahwa kerangka teori ini cukup mudah dipahami dan
kerangka tersebut sesuai dengan apa yang dilihat dan dilakukan perawat dalam lingkungan
klinis. Model ini menekankan bahwa persepsi terhadap stresor lebih penting daripada realita
objektif dan dengan mengidentifikasi sumber dan kekuatan, dapat dibangun pendekatan
keperawatan keluarga yang memberdayakan keluarga.

F. Teori Berubah
Perawat keluarga bekerja dengan keluarga untuk memfasilitasi perubahan dan, oleh karena
itu, perlu untuk memahami penerapan teori berubah karena toeri tersebut akan diterapkan
pada keluarga, baik dalam hal perubahan struktur keluarga maupun dalam hal perubahan
perilaku kesehatan keluarga. Maturana ( 1978 ) menyatakan bahwa perubahan adalah suatu
perubahan dalam struktur keluarga yang terjadi sebagai kompensasi akibat munculnya
kecemasan dan bertujuan untuk mempertahankan struktur.
Wright & Leahey ( 2000 ) menawarkan sejumlah konsep yang berhubungan dengan teori
berubah yang membantu perawat keluarga dam melaksanakan praktiknya.
1. Perubahan bergantung pada persepsi terhadap masalah
2. Perubahan ditentukan oleh struktur
3. Perubahan bergantung pada ruang lingkup
4. Perubahan bergantung pada tujuan penyerta terapi
5. Pemahaman itu sendiri tidak menyebabkan perubahan
6. Perubahan tidak terjadi tidak terjadi secara sama pada seluruh anggota keluarga
7. Perawat bertanggung jawab untuk memfasilitasi perubahan
8. Perubahan terjadi dengan adanya “ kesesuaian “ antara pemberian terapi ( intervensi )
dari perawat dan struktur biopsikososial-spiritual anggota keluarga.
9. Perubahan dapat disebabkan oleh banyak sekali penyebab.

Banyak teori perubahan perilaku kesehatan menunjukkan bahwa keluarga adalah pengaruh
utama baik pada status kesehatan maupun pada perilaku kesehatan anggota keluarga. Selain
itu, banyak teori perubahan perilaku kesehatan menyatakan bahwa dukungan keluarga adalah
unsur penting dalam keberhasilan individu anggota keluarga dalam melakukan dan
mempertahankan perilaku kesehatan baru.

G. Teori Transisi
Berfokus pada pemahaman dan memperkirakan pengalaman keluarga transisi dengan
mengkobinasikan teori peran, teori perkembangan keluarga, dan teori alur kehidupan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori ilmu sosial keluarga terdiri dari beberapa teori yaitu diantaranya teori fungsi struktural
yang fokusnya adalah pada keluarga bsebagai sebuah institusi dan bagaimana mereka
berfungsi untuk memelihara keluarga dan jaringan sosial, teori interaksi simbolis , teori
perkemabnagan, teori sitem keluarga, teori stress keluarga, teori perubahan dan teori transisi
yang berfokud pada pemahaman dan memperkirakan pengalaman keluarga transisi dengan
mengkombinasikan beberapa teori.
B. Saran
Sebagai perawat profesional diharapkan untuk lebih mengetahui dan memahami teori ilmu
sosial keluarga agar dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga bisa berjalan dengan
lancar. Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies,
Ditelusuri tanggal 17 desember 2010”http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing”

Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts,Theories, Research


and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies

Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care.Ditelusuri tanggal17desember


2010 dari “http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing”

Transcultural NursingModels ; Theory and Practice, Ditelusuri tanggal 17 september 2006dari :

“http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing”

http://www.google.com/rnc.org/info.konsep dasar transculturalnursing”

http://www.google.com/rnc.org/sosial budaya dan proyeksinya”

Anda mungkin juga menyukai