Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN BENCANA

EVIDENCE BASED PRACTICE PADA KEPERAWATAN BENCANA


DISUSUN OLEH :
Ameyuza Mega 1914201008
Indah Anggina Marito Nst 1914201018
Melisa Andora 1914201019
Muthia Helmi 1914201022
Nur Havifah Hasanah 1914201027
Vella Febrina Efita 1914201042
Keperawatan VII A

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep
2.1 Definisi Evidance Baced Practice (EBP)
Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah menurut Institute of Medicine dalam Glasner
(2019) Evidence Based adalah integrase hasil penelitian berdasarkan bukti ilmiah dengan keahlian klinis dan nilai
nilai pasien.
2.2 Hierarki evidance Based Practice (EBP)
 Hierarki dalam penelitian ilmiah terdapat hieraraki dari tingkat kepercayaannya yang paling rendah hingga
yang paling tingi. Dibawah ini mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi :
 Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temuai sehari-hari
 Studi kasus
 Studi lapangan atau laporan deskriptif
 Studi percobaan tanpa penggunaan tekhnik pengambilan sampel secara acak (random)
 Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok pembanding, dan menggunakan sampel
secara acak
 Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau meta-analisa yaitu pengkajian berbagai penelitian yang ada
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
2.3 Bencana
 UU No. 24 tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”. Definisi bencana seperti dipaparkan diatas
mengandung tiga aspek dasar, yaitu:
 Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard).
 Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari masyarakat.
 Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasi dengan
sumber daya mereka.
 Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan
merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat.
2.4 Penanggulangan Bencana
Kesadaran akan pentingnya upaya pengurangan risiko bencana mulai muncul pada dekade 1900-1999 yang
dicanangkan sebagai Dekade Pengurangan Risiko Bencana Internasional. Di dalam Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana terdapat Ketentuan Umum yang mendefinisikan penyelenggaraan
Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahaan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Undang-
Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dalam Pasal 1 ayat (6) menyebutkan bahwa
penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
2.5 Organisasi Penanggulangan Bencana
Berikut ini merupakan organisasi penanggulangan bencana:
 Tingkat Nasional = Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana
 Tingkat Propinsi = Satuan Koordinasi Penanggulangan Bencana
 Tingkat Kabupaten Satuan Laksana Penanggulangan Bencana
2.6 Evidance Based Practice
Penggunaan istilah perspektif yang digunakan dalam tulisan ini adalah suatu cara bagaimana dan mengapa individu
memberikan penilaian terhadap bencana begitu juga potensi kerusakan yang ditimbulkannya. Hal ini terkait dengan
upaya pemenuhan hak keadilan sosial kepada masyarakat untuk mengetahui informasi kebencanaan secara akurat dan
mendetail. Makna bencana sebagai kejadian (events) diartikan sebagai kejadian luar biasa (extraordinary events) yang
memiliki pengaruh terhadap instabilitas manusia. Bencana sendiri dapat dikategorikan menjadi 3 macam yakni fisik
(physical), waktu (temporal), dan sosial (social). Terdapat dua paradigma penting dalam membahas mengenai
pentingnya masyarakat sebagai community dalam penanggulangan risiko bencana. Yang pertama, adalah model crunch,
Model kedua yakni release model, model ini berkebalikan dengan model crunch yang memposisikan manusia harus
beradaptasi dengan bencana sehingga dapat mereduksi bahaya kerentanan terhadap bencana.
Thank you...

Anda mungkin juga menyukai