KAJIAN PUSTAKA
dayanya sendiri (WHO, 2007). Begitu juga yang dipaparkan dalam UU Nomor
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
alam, bencana non alam, bencana sosial. Bencana alam merupakan bencana yang
disebabkan oleh alam, diantaranya adalah gempa bumi, gunung meletus, angin
topan, kekeringan, tsunami, tanah longsor, dan banjir. Bencana non alam
merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rentetan peristiwa non
alam diantaranya berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
ditanggulangi dalam lima tahap, mulai dari pencegahan, mitigasi, keadaan darurat,
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik atau bisa juga
terjadinya bencana. Pada keadaan darurat setiap tindakan harus dilakukan dengan
segera guna mengatasi dampak buruk yang muncul pada kondisi bencana.
Rehabilitasi adalah proses pemulihan dan perbaikan semua aspek pada pelayanan
publik menuju tingkat yang memadai untuk melakukan pelayanan pada kondisi
yang serupa juga disampaikan dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 (2007), yaitu
bahwa profesional kesehatan dan personil terkait bersiap untuk menjaga stabilitas
dan integritas dan fungsi struktur dan sistem fisik (Slepski, 2005).
Saat ini, satu-satunya alat yang andal dan valid dalam literatur yang digunakan
inti tanggap darurat adalah EPIQ (Georgino et al., 2015). Pernyataan yang serupa
juga disampaikan oleh Garbutt, Peltier, & Fitzpatrick (2008); McKibbin, Sekula,
Colbert, & Peltier (2011); Baack & Alfred (2013), EPIQ adalah satu-satunya alat
Texas diikuti oleh 620 perawat, diperoleh hasil bahwa perawat merasa tidak siap
jika dihadapkan dalam situasi bencana. Penelitian ini menggunakan rancangan
bencana secara signifikan dikelompokkan dengan skor total EPIQ (Baack and
Alfred, 2013).
Seperti halnya penelitian di atas, pada penelitian yang dilakukan di Arab Saudi
dengan jumlah responden 252 orang, diketahui menggunakan EPIQ sebagai alat
ukur kesiapsiagaan bencana (Ibrahim, 2014). Alat ukur yang serupa juga
tidak memunculkan secara gamblang alat ukur yang digunakan untuk mengukur
menilai kesiapsiagaan respondennya. Alat ukur ini pertama kali digunakan oleh
kesiapsiagaan bencana pada responden. Delapan dimensi tersebut antara lain, (a)
sistem komando kejadian, (b) triase, (c), epidemiologi dan surveilans (d) isolasi,
dekontaminasi, dan karantina, (e) komunikasi, (f) masalah psikologis, (g) populasi
instrumen EPIQ sebagai salah satu bentuk usaha penyempurnaan instrumen EPIQ.
EPIQ adalah satu-satunya alat yang dijelaskan dalam literatur yang menilai secara
darurat. Hal terpenting adalah pada penelitian ini diketahui bahwa masing-masing
belum ada yang memaparkan apa saja yang termasuk di dalamnya. Determinan
yang sudah ada sebelumnya yang menggunakan perawat sebagai subjek penelitian
sebagai dasar untuk mengetahui determinan kesiapsiagaan bencana pada tenaga
kesehatan.
bencana secara signifikan dikelompokkan dengan skor total EPIQ (Baack and
Alfred, 2013).
Persepsi dapat didorong dari diri sendiri secara intrinsik untuk mampu mengambil
tindakan yang akan mendorong seseorang mencapai tujuan tertentu (Ryan and
Deci, 2000).
Hasil yang serupa ditampilkan pada penelitian yang dilakukan pada 1543
bencana. Pada penelitian ini ditemukan bahwa responden wanita merasa bahwa
mereka kurang dipersiapkan dalam skenario kesiapsiagaan bencana dari pada laki-
laki, sehingga kesiapsiagaan responden wanita lebih rendah dari pada laki-laki.
Selain itu, pengalaman sebelumnya pada situasi bencana juga menunjukkan hasil
umur ≥46 tahun, menunjukkan bahwa kesiapsiagaan pada kelompok umur ≥46
tahun memiliki kesiapsiagaan yang lebih tinggi daripada responden yang berusia
individu bahwa dia akan bisa melakukan tindakan tersebut (Rosenstock, 1974).
bencana (Moabi, 2009). Hasil yang serupa juga diperoleh pada penelitian yang
tanggap bencana (Ismail and Saiboon, 2012). Hasil yang konsisten juga
dipaparkan oleh Jiang et al (2015), temuan pada penelitiannya menunjukkan
potong lintang memperoleh hasil bahwa usia (OR 1.49; 95 % CI: 1.27-1.65) dan
lama kerja (OR 1.16; 95 % CI: 0.95-1.43) memiliki dampak pada kinerja perawat,
Kesiapsiagaan bencana penting dimiliki oleh setiap individu. Apa lagi bagi
tenaga kesehatan. Namun sayangnya belum ada penelitian yang menilai tingkat