METODE PENELITIAN
1
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan pengertian mengenai variabel-
variabel yang dinamai didalam kerangka konsep dan dikembangkan
lagi dikembangkan oleh peneliti (Sucipto, 2020)
2
1 2 3 4 5 6 7
3.6.2. Sampel
Sampel adalah Sebagian dari unit populasi yang menjadi objek
suatu penelitian dan dijadikan sumber untuk semua data yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian (Sucipto,
2020). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh populasi penelitian yaitu Perawat di Puskemas Sungai
Tabuk Kabupaten Banjar sebanyak 30 perawat
5
3.7.2. Waktu Penelitian
Penelitiaan ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2022.
Nilai pada setiap aspek : Ya diberi nilai 1 dan Tidak diberi nilai 0.
Perhitungan dari hasil pengukuran observasi yaitu dengan
menggunakan hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus
distribusi frekuensi (Rachmat, 2012):
IK =
= 26 – 0
3
= 8,6
Dengan demikian, maka kesiapsiagaan perawat dikategorikan :
Baik : 0 – 9
Cukup : 10 – 17
Kurang Baik : 18 – 26
3.8.3 Kuesioner Pengetahuan Perawat
Instrumen kuesioner pengetahuan perawat diadaptasi dari skripsi
Alif Purwoko (2015). Instrumen yang digunakan terdiri dari 5
parameter diantaranya : (1) Tahu (2) Memahami (3) Aplikasi (4)
Sintesis. Kuesioner ini memiliki 15 pertanyaan. Kuesioner
pengetahuan perawat dalam menghadapi bencana banjir ini dengan
kisi-kisi sebagai berikut
Nilai pada setiap aspek : Ya diberi nilai 1 dan Tidak diberi nilai 0.
Perhitungan dari hasil pengukuran observasi yaitu dengan
menggunakan hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus
distribusi frekuensi (Rachmat, 2012):
IK =
= 15 – 0
3
=5
Dengan demikian, maka pengetahuan perawat dikategorikan :
Tinggi : 0 – 5
Sedang : 6 – 10
Rendah : 11 – 15
3.9 Uji Validasi dan Rehabilitas
3.9.1. Uji Validitas
Alat dan cara pengumpulan data yang baik diperlukan dalam
pengumpulan data pada suatu penelitian untuk memperoleh data
yang valid, reliable dan akurat (Nursalam, 2017).
Misalnya :
a. Apabila r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, artinya terjadi
hubungan bertolak belakang antara variabel X dan variabel Y,
bila variabel X naik, maka variabel Y turun.
b. Apabila r = 1 artinya korelasi positif sempurna, artinya terjadi
hubungan searah variabel X dan variabel Y, bila variabel X
naik, maka variabel Y naik.
17
Untuk wilayah pegunungan banyak dimanfaatkan sebagai lahan
tambang batu bara. Oleh karena itu, Kabupaten Banjar selain dikenal
sebagai penghasil intan namun juga dikenal sebagai penghasil batu
bara. Kabupaten Banjar berada di kaki pegunungan meratus, sehingga
berpotensi terdapat sumber daya mineral berupa bahan-bahan tambang
diantaranya nikel, kromit, emas, intan, kaolin, batu gunung, batu bara,
mangan dan besi. Bagian barat Kabupaten Banjar merupakan wilayah
datar dan daerah pasang surut yang sebagian diantaranya
diperuntukkan sebagai lahan pertanian sawah barat. Sedangkan di
bagian timur berupa daerah berbukit, kebanyakan di tumbuhi padang
alang-alang, semak belukar dan hutan primer dan sebagian
diantaranya diperuntukkan sebagai lahan sawah timur.
Frekuensi Persentase
No. Usia
(f) (%)
1. 20 - 25 tahun 3 12%
2. 26 - 35 tahun 5 20%
3. 36 - 45 tahun 17 68%
Jumlah 25 100%
Frekuensi Persentase
No. Jenis Kelamin
(f) (%)
1. Laki-Laki 9 36%
2. Perempuan 16 64%
Jumlah 25 100%
Frekuensi Persentase
No. Masa Kerja
(f) (%)
1. Baru (< 6 tahun) 5 20%
2. Sedang (6 - 10 tahun) 6 24%
3. Lama (> 10 tahun) 14 56%
Jumlah 25 100%
4.2.1.4 Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian untuk pendidikan perawat di
puskesmas 1,2,3 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar
sebagai berikut :
Frekuensi Persentase
No. Pendidikan Terakhir
(f) (%)
1. Diploma 14 56%
2. Ners 11 44%
Jumlah 25 100%
4.2.1.5 Pelatihan
Berdasarkan hasil penelitian untuk pelatihan perawat di
puskesmas 1,2,3 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar
sebagai berikut :
Frekuensi Persentase
No. Pelatihan Banjir
(f) (%)
1. Tidak 7 28%
2. Ya 18 72%
Jumlah 25 100%
4.2.1.6 Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian untuk pengetahuan perawat
di puskesmas 1,2,3 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten
Banjar sebagai berikut :
Frekuensi Persentase
No. Pengetahuan
(f) (%)
1. Cukup 8 32%
2. Baik 17 68%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, menunjukan bahwa pengetahuan
perawat tentang kesiapsiagaan pada saat dilakukan penelitian
dengan data yang paling banyak adalah baik sebanyak 17
perawat dengan persentase 68%
Frekuensi Persentase
No. Kesiapsiagaan Perawat
(f) (%)
1. Cukup Baik 7 28%
2. Baik 18 72%
Jumlah 25 100%
Uji ini menggunakan uji korelasi Sperman Rho, kemudian hasil uji ini
akan menentukan apakah hipotesis di terima atau di tolak. Hasil
analisis bivariat antara kedua variabel secara lengkap yaitu sebagai
berikut :
4.2.2.1 Hubungan antara Usia dengan Kesiapsiagaan Perawat
Hubungan antara usia dengan kesiapsiagaan perawat di
puskesmas 1,2,3 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar
adalah sebagai berikut :
Dari table 4.8 diatas, didapatkan hasil bahwa data yang paling banyak
adalah perawat dengan rentang usia 36-45 tahun dan memiliki tingkat
kesiapsiagaan yang baik yaitu sebanyak 17 perawat (76%). Hasil uji statistic
sebesar 0,161 yang berarti lebih besar dari 0,05 sebagai taraf signifikasi
yang telah ditentukan (p value >α), sehingga dapat diartikan bahwa tidak
ada hubungan antara usia dengan kesiapsiagaan perawat.
Dari uji statistik juga didapatkan koefisien korelasi sebesar -0,289 yang
artinya kekuatan hubungan antara usia dengan kesiapsiagaan perawat lemah.
Untuk jenis hubungan yang terbentuk nilai negative (-0,289) yang berarti
hubungannya tidak searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin
bertambahnya usia seseorang maka semakin menurun kesiapsiagaan
seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubugan yang signifikan antara usia
dengan kesiapsiagaan perawat serta memiliki kekuatan hubungan yang
lemah dan tidak searah
4.2.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kesiapsiagaan Perawat
Hubungan antara jenis kelamin dengan kesiapsiagaan perawat di
puskesmas 1,2,3 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar adalah
sebagai berikut :
Dari table 4.9 diatas, didapatkan hasil bahwa data yang paling banyak
adalah perawat dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 10 perawat
(76%). Hasil uji statistic sebesar 0,453 yang berarti lebih besar dari 0,05
sebagai taraf signifikasi yang telah ditentukan (p value >α), sehingga dapat
diartikan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kesiapsiagaan perawat.
Dari uji statistik juga didapatkan koefisien korelasi sebesar -0,157 yang
artinya kekuatan hubungan antara jenis kelamin dengan kesiapsiagaan
perawat sangat lemah.
Untuk jenis hubungan yang terbentuk nilai negative (-0,157) yang berarti
hubungannya tidak searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa
semakin banyak perawat perempuan maka tingkat kesiapsiagaannya
semakin menurun
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubugan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan kesiapsiagaan perawat serta memiliki kekuatan hubungan
yang sangat lemah dan tidak searah
4.2.2.3 Hubungan antara Lama Kerja dengan Kesiapsiagaan Perawat
Hubungan antara lama kerja dengan kesiapsiagaan perawat di puskesmas
1,2,3 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar adalah sebagai berikut :
Dari table 4.10 diatas, didapatkan hasil bahwa data yang paling banyak
adalah perawat dengan lama kerja diatas 10 tahun dan memiliki
kesiapsiagaan baik sebanyak 10 perawat (71%). Hasil uji statistik sebesar
0,428 yang berarti lebih besar dari 0,05 sebagai taraf signifikasi yang telah
ditentukan (p value >α), sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada
hubungan antara lama kerja dengan kesiapsiagaan perawat.
Dari uji statistik juga didapatkan koefisien korelasi sebesar -0,166 yang
artinya kekuatan hubungan antara lama kerja dengan kesiapsiagaan
perawat sangat lemah.
Untuk jenis hubungan yang terbentuk nilai negative (-0,166) yang berarti
hubungannya tidak searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa
semakin lama seseorang bekerja maka tingkat kesiapsiagaannya semakin
menurun.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubugan yang signifikan antara lama
kerja dengan kesiapsiagaan perawat serta memiliki kekuatan hubungan
yang sangat lemah dan tidak searah
4.2.2.4 Hubungan antara Pendidikan dengan Kesiapsiagaan Perawat
Hubungan antara pendidikan dengan kesiapsiagaan perawat di puskesmas
1,2,3 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar adalah sebagai berikut :
Dari table 4.11 diatas, didapatkan hasil bahwa data yang paling banyak
adalah pendidikan terakhir perawat Sarjana dan memiliki kesiapsiagaan
baik sebanyak 11 perawat (100%). Hasil uji statistic sebesar 0,004 yang
berarti lebih kecil dari 0,05 sebagai taraf signifikasi yang telah ditentukan
(p value >α), sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan antara
pendidikan dengan kesiapsiagaan perawat.
Dari uji statistik juga didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,553 yang
artinya kekuatan hubungan antara pendidikan dengan kesiapsiagaan
perawat cukup.
Untuk jenis hubungan yang terbentuk nilai negative (0,553) yang berarti
hubungannya searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang maka tingkat kesiapsiagaannya semakin baik
Dari table 4.12 diatas, didapatkan hasil bahwa data paling banyak yang
pernah mengikuti pelatihan dan memiliki kesiapsiagaan baik sebanyak 16
perawat (89%). Hasil uji statistic sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil
dari 0,05 sebagai taraf signifikasi yang telah ditentukan (p value >α),
sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan antara pelatihan dengan
kesiapsiagaan perawat.
Dari uji statistik juga didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,603 yang
artinya kekuatan hubungan antara pelatihan dengan kesiapsiagaan perawat
kuat.
Untuk jenis hubungan yang terbentuk nilai negative (0,603) yang berarti
hubungannya searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa seseorang
yang pernah mengikuti pelatihan maka tingkat kesiapsiagaannya semakin
baik.
Dari table 4.13 diatas, didapatkan hasil bahwa data paling banyak yang
berpengetahuan baik dan memiliki tingkat kesiapsiagaan baik sebanyak 16
perawat (94%). Hasil uji statistic sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil
dari 0,05 sebagai taraf signifikasi yang telah ditentukan (p value >α),
sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
kesiapsiagaan perawat.
Dari uji statistik juga didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,718 yang
artinya kekuatan hubungan antara pelatihan dengan kesiapsiagaan perawat
kuat.
Untuk jenis hubungan yang terbentuk nilai negative (0,718) yang berarti
hubungannya searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa seseorang
yang berpengetahuan baik maka tingkat kesiapsiagaannya semakin baik.
Hal ini sejalan dari penelitian Wahudah et al. 2016. Dengan beberapa
penelitian dimungkinkan karena petugas kesehatan tidak hanya diukur
berdasarkan lama bekerja, namun juga dengan berfokus pada faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhinya, seperti peraturan diri dan
suasana di pelayanan kesehatan
Hal ini sejalan dengan penelitian Harnindita et. al, 2015 yang
memiliki hubungan dengan kesiapsiagaan perawat dalam menghadapi
bencana ialah pendidikan. Pendidikan merupakan proses untuk
merubah sikap seseorang atau kelompok, selain itu juga usaha untuk
mendewasakan seseorang melalui pengajaran dan pelatihan baik
secara formal maupun informal
Hal ini sejalan dengan Penelitian dilakukan oleh Radhi (2015) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
kesiapsiagaan perawat karena dengan semakin tingginya tingkat
pendidikan akan memberikan perubahan seperti bertambahnya
informasi, perubahan dalam pola pikir seseorang dan pendidikan akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang yang juga akan meningkatkan
upaya kesiapsiagaan.
Dari uji statistik juga didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,718 yang
artinya kekuatan hubungan antara pelatihan dengan kesiapsiagaan
perawat kuat.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut :
5.1.1 Penelitian yang dilakukan bahwa karakteristik perawat di puskesmas
sungai tabuk 1,2,3 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar
Sebagian besar berusia dewasa akhir 68%, sebagian besar berjenis
kelamin perempuan 64%, sebagian besar bekerja diatas 10 tahun 56%,
sebagian besar berpendidikan diploma 56%, Sebagian besar pernah
mengikuti pelatihan 72%, Sebagian besar lagi berpengetahuan yang
baik 68%.
5.1.2 Kesiapsiagaan perawat di puskesmas sungai tabuk 1,2,3 Kecamatan
Sungai Tabuk 1,2,3 Kabupaten Banjar dengan kategori baik 72%.
5.1.3 Dari hasil Analisa didaptkan peneliti bahwa ada hubungan karakteristik
pendidikan (p value = 0,004), pelatihan (p value = 0,001), dan
pengetahuan (p value = 0,000) dengan kesiapsiagaan perawat dalam
menghadapi bencana banjir. Dan tidak ada hubungan usia (p value =
0,161), jenis kelamin (p value = 0,453), lama kerja (p value = 0,428)
dengan kesiapsiagaan perawat dalam menghadapi bencana banjir
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Responden Perawat
Perawat diharapkan dapat terus meningkatkan pelatihan yang sudah
dimiliki dan untuk perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan agar
mengikutinya, dari pelatihan pengetahuan yang dimiliki juga akan lebih
meningkat karena pengetahuan yang baik akan memuat kesiapsiagaan
bencana lebih baik.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi kepustakaan dan acuan bagi pembaca untuk
memperkaya wawasan tentang kesiapsiagaan perawat dalam
menghadapi banjir serta mengembangkan ilmu pengetahuan
tentang riset keperawatan di Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
5.2.3 Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang karakteristik
dengan kesiapsiagaan perawat dalam menghadapi banjir, serta mampu
menganalisis hubungan karakteristik dengan kesiapsiagaan.
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal bagi peneliti
selanjutnya. Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar dapat lebih
mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan hubungan
karakteristik dengan kesiapsiagaan perawat dengan menggunakan
metode penelitian yang berbeda.
5.2.5 Bagi Instansi Terkait
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kesiapsiagaan
perawat dalam menghadapi bencana di puskesmas agar dapat
meningkatkan kesiapsiagaan dengan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, B., Rahimi Foroushani, A., Tanha, N., Bolban Abad, A. M.,
& Asadi, H. (2016). Study of Functional Vulnerability Status of
Tehran Hospitals in Dealing With Natural Disasters. Electronic
Physician, 8 (11), 3198–3204. http://doi.org/10.19082/3198
48
Hikmah, Febrianty, Haksama.(2021). Faktor Individu Tenaga
Kesehatan Puskesmas Dalam Kesiapsiagaan Bencana Banjir
Bengawan Solo Bojonegoro.