Anda di halaman 1dari 99

PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP PERUBAHAN

TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG DILAKUKAN


HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

SKRIPSI

Oleh:

Muhammad Aldy Sa’bani


1814201110035

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP PERUBAHAN
TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG DILAKUKAN
HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Kelulusan Pada Program Studi S.1 Keperawatan

Oleh

Muhammad Aldy Sa’bani

NPM. 1814201110035

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN

BANJARMASIN 2022

2
3
4
5
6
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Muhammad Aldy Sa’bani
NPM : 1814201110035
Prodi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas


Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, yang turut serta mendukung pengembangan ilmu
pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan. Hak Bebas Royalti atas karya
ilmiah saya yang berjudul :

“Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada


Pasien Gagal Ginjal yang dilakukan Hemodialisa di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin Tahun 2022”.

Dengan adanya Hak Bebas Royalti ini maka, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan mempunyai kebebasan secara penuh untuk
menyimpan, melakukan editing, mengalihkan ke format/media yang berbeda,
melakukakn kelolaan berupa database, serta melakukakn publikasi tugas akhir saya ini
dengan pertimbangan dengan tetap mencantumkan nama penulis/pencipta dengan
sebagai pemilik Hak Cipta dengan segala perangkat yang ada (bila diperlukan).
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Banjarmasin
Pada Tanggal : 15 Juli 2022

Saya yang menyatakan,

Muhammad Aldy Sa’bani

7
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-
Nya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Terapi Relaksasi Benson
Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Gagal Ginjal yang Dilakukan Hemodialisa di
Rumah Sakit Islam Banjarmasin”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Bersamaan ini perkenankan saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
dengan hati yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Bapak Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep. MB selaku Dekan S1 Fakultas Keperawatan
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu Izma Daud, Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhmmadiyah Banjarmasin.
4. Ibu Linda, Ns.,M.Kep selaku Pembimbing I yang banyak memberikan bimbingan,
masukan, petunjuk maupun saran kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak H.Khairir Rizani, S.ST.,M.Kes selaku Pembimbing II yang banyak
memberikan bimbingan metodologi penelitian sekaligus saran serta arahan
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Hanura Aprilia, Ns.,M.Kep selaku Penguji III yang memberikan masukan,
petunjuk maupun saran kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada peneliti.
8. Terimakasih Staf Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah membantu
dalam kelancaran segala urusan dalam skripsi ini.

8
9. Terimakasih Kepada Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang telah memberikan
kesempatan, izin, dan data kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Terimakasih kepada kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi dan cintai
bapak Hafip Daudi dan Mila susanty, AMd.Keb yang selalu mendoakan saya,
mendukung, memfasilitasi, memberikan pendidikan dan menyemangati anaknya
sehingga sampai pada titik ini.
11. Terimakasih kepada teman-teman serta sahabat saya yang selalu membantu,
memberikan saran dan mau direpotkan oleh saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Terimakasih kepada diri saya sendiri karna sudah berjuang hingga sampai dititik
ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya
memohon maaf atas segala kesalahan, kekurangan dan ketidaksopanan yang mungkin
telah saya perbuat dan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap
langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya
untuk kita semua. Aamiin.

Banjarmasin, 15 juli 2022

Penulis

(Muhammad Aldy Sa’bani)

9
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
Skripsi, 17 Juni 2022

Muhammad Aldy Sa’bani


1814201110035

Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada


Pasien Gagal Ginjal Yang Dilakukan Hemodialisa di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin Tahun 2022

ABSTRAK

Penyakit ginjal ditemukan pada penyakit lain seperti tekanan darah tinggi, cara terapi
non farmakologi dapat dilakukan dengan relaksasi benson untuk menimbulkan perasaan
menjadi lebih tenang dan nyaman pada pasien yang dilakukan hemodialisa. Tujuan
Mengetahui pengaruh terapi relaksasi benson terhadap perubahan tekanan darah pada
pasien gagal ginjal yang dilakukan hemodialisa. Desain Pre-experiment yaitu bentuk
design exsperiment menggunakan one group pretest-posttest design. Sampel penderita
Gagal ginjal yang dilakukan hemodialisa yang berjumlah 31 orang dengan metode
porpusive sampling. Analisa menggunakan skala likert dengan menggunakan lembar
observasi. Hasil penelitian ini di dapatkan tekanan darah sebelum dilakukan intervensi
relaksasi benson yang terbanyak yaitu pada tekanan darah 140 – 159/70 – 79 mmHg
sebanyak 13 responden (21%). Dan tekanan darah sesudah dilakukan intervensi
relaksasi benson yang terbanyak yaitu pada tekanan darah 120 – 139/50 – 69 mmHg
sebanyak 13 responden (21%). Kesimpulan Karena nilai sig (p) 0,000 atau dibawah α=
0,05 (p <0,05) maka dapat disimpulkan terdapat penurunan tekanan darah sebelum dan
sesudah diberikan intervensi relaksasi benson pada pasien yang menjalani hemodialisa
di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

Kata Kunci : Terapi relaksasi benson, Tekanan darah, Gagal ginjal, Hemodialisa

10
DAFTAR ISI

Pengajuan..................................................................................................................ii
Persetujuan pembimbing proposal.........................................................................iii
Persyaratan Orisinalitas..........................................................................................iv
Pengesahan proposal................................................................................................v
Persetujuan pembimbingan skripsi........................................................................vi
Pernyataan persetujuan publikasi..........................................................................vii
Kata pengantar.........................................................................................................viii
Abstrak......................................................................................................................x
Daftar isi....................................................................................................................xi
Daftar tabel...............................................................................................................xiv
Daftar lampiran........................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6
1.5 Penelitian Terkait.......................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
2.1 Konsep Gagal ginjal..................................................................................8
2.1.1 Pengertian Gagal ginjal....................................................................8
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Gagal ginjal..............................8
2.1.3 Etiologi Gagal ginjal........................................................................9
2.1.4 Tanda dan Gejala Gagal ginjal.........................................................9
2.1.5 Klasifikasi Gagal ginjal....................................................................11
2.1.6 Komplikasi Gagal ginjal..................................................................12
2.1.7 Patofisiologi Gagal ginjal.................................................................14
2.1.8 Pemeriksaan penunjang Gagal ginjal...............................................15
2.1.9 Penatalaksanaan...............................................................................16

11
2.2 Konsep Hipertensi.....................................................................................18
2.2.1 Pengertian Hipertensi.......................................................................18
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hipertensi.................................18
2.2.3 Etiologi Hipertensi...........................................................................19
2.2.4 Tanda dan Hipertensi.......................................................................22
2.2.5 Klasifikasi Hipertensi.......................................................................23
2.2.6 Komplikasi Hipertensi.....................................................................24
2.2.7 Patofisiologi Hipertensi....................................................................25
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi..................................................26
2.2.9 Penatalaksanaan Hipertensi..............................................................28
2.3 Konsep Hipotensi......................................................................................29
2.3.1 Pengertian Hipotensi........................................................................29
2.3.2 Faktr-faktor yang mempengaruhi Hipotensi....................................29
2.3.3 Etioogi Hipotensi.............................................................................30
2.3.4 Tana dan Gejala Hipotensi...............................................................32
2.3.5 Klasifikasi Hipotensi........................................................................32
2.3.6 Komplikasi Hipotensi.......................................................................32
2.3.7 Patoisiologi Hipotensi......................................................................33
2.3.8 Pemriksaan Penunjang Hipotensi.....................................................34
2.3.9 Penaalaksanaan Hipotensi................................................................35
2.4 Konsep Teknik relaksasi benson...............................................................35
2.4.1 Pengertian Relaksasi benson............................................................35
2.4.2 Manfaat............................................................................................37
2.4.3 Prosedur............................................................................................38
2.5 Kerangka Konsep.......................................................................................39
2.6 Hipotesis....................................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................40
3.1 Desain Penelitian.......................................................................................40
3.2 Definisi Operasional..................................................................................40
3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling...............................................................41

12
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................42
3.5 Instrumen...................................................................................................43
3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................................44
3.7 Teknik Pengolahan Data............................................................................44
3.8 Etika Penelitian..........................................................................................46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................49
4.1 Gambaran tempat penelitian.......................................................................49
4.2 Hasil penelitian...........................................................................................50
4.3 Analisis Univariat.......................................................................................52
4.4 Analisis Bivariat.........................................................................................52
4.5 Pembahasan................................................................................................53
4.6 Keterbatasan Penelitian..............................................................................57
4.7 Implikasi Penelitian Dalam Bidang Keperawatan......................................57
BAB V SARAN DAN KESIMPULAN...................................................................58
5.1 Kesimpulan.................................................................................................58
5.2 Saran...........................................................................................................58
Daftar Pustaka.........................................................................................................60
Lampiran.................................................................................................................65

13
DAFTAR TABEL

2.1 Tabel klarifikasi gagal ginjal......................................................................11


2.5 Tabel kerangka konsep...............................................................................39
3.1 Tabel definisi operasional variebel penelitian............................................41
3.6 Tabel kisi-kisi relaksasi benson..................................................................43
4.1 Tabel usia responden..................................................................................50
4.2 Tabel jenis kelamin.....................................................................................50
4.3 Tabel Pendidikan responden.......................................................................51
4.4 Tabel pekerjaan responden.........................................................................51
4.5 Tabel tekanan darah sebelum intervensi.....................................................52
4.6 Tabel tekanan darah sesudah intervensi.....................................................52
4.7 Tabel uji normalitas tekanan darah sistolik................................................52
4.9 Tabel uji beda tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi...................53

14
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar observasi Penelitian........................................................................66


2. Izin studi pendahuluan.................................................................................67
3. Izin penelitian...............................................................................................68
4. Uji etik..........................................................................................................69
5. Informed consent..........................................................................................70
6. Dokumentasi penelitian................................................................................72
7. Rekapan data................................................................................................73

15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar iBelakang


Gagal ginjal kronik (GGK) adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan
keseimbangan dan integritas tubuh yang muncul secara bertahap sebelum terjun ke
fase penurunan faal ginjal tahap akhir. Sindrom gagal ginjal kronik (GGK)
merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan angka kejadiannya masih cukup
tinggi, saat ini ada sekitar 70 ribu penderita gagal ginjal kronik yang memerlukan
cuci darah. Meski demikian, angka ini tidak mencerminkan keadaan sebenarnya,
masih ada lebih banyak penderita yang tidak diketahui dan tidak tercatat (Gatot,
2003 dalam Suryarinilsih, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 mengemukakan


bahwa angka kejadian gagal ginjal di seluruh dunia mencapai 10% dari populasi,
sementara itu pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis diperkirakan
mencapai 1,5 juta orang di seluruh dunia. Angka kejadiannya diperkirakan
meningkat 8% setiap tahunnya. Gagal ginjal menempati penyakit kronis dengan
angka kematian tertinggi ke-20 di dunia. Berdasarkan National Chronic Kidney
Disease Fact Sheet, (2017) di Amerika Serikat, terdapat 30 juta orang dewasa (15%)
memiliki penyakit gagal ginjal. Berdasarkan Center for Disease Control and
prevention, prevalensi gagal ginjal di Amerika Serikat pada tahun 2012 lebih dari
10% atau lebih dari 20 juta orang.

Hemodialisis merupakan salah satu terapi bagi penderita penyakit ginjal kronis
disamping peritonial dialisis dan transplantasi ginjal. Hemodialisis merupakan
prosedur yang cukup aman dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita
penyakit ginjal kronis namun komplikasi akibat hemodialisis sering terjadi, dengan
semakin lamanya penderita menjalani hemodialisis maka semakin sering terpapar
oleh efek samping dari hemodialisis baik akut maupun kronis seperti dialysis

1
disequilibrium syndrome dan hipertensi (Lee & Ganiesh, 2011 dalam Rustanti,
2012).World Health
3

Organization (WHO) tahun 2008 dan Global Burden of Disease (GDB) menyatakan
penyakit ginjal menyebabkan 163.275 kematian setiap tahunnya (Lolyta, dkk,
2011).

Penyakit Hipertensi dan gagal ginjal kronik menjadi salah satu masalah serius bagi
dunia kesehatan baik skala internasional, nasional maupun lokal di mana angka
kejadian penyakit ini semakin meningkat setiap tahunnya. Penyakit hipertensi
merupakan penyakit tidak menular. Selain itu, seseorang berusia di atas 65 tahun
dan mempunyai penyakit bawaan seperti diabetes dan gangguan ginjal juga berisiko
lebih tinggi mengalami hipertensi. Global Burden of Disease Study (2015)
menguraikan penyakit gagal ginjal menduduki peringkat ke-12 penyebab kematian
di dunia, dengan angka mortalitas sebesar 31,7% selama 10 tahun terakhir.

Hipertensi merupakan penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi dalam masalah
kesehatan dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2015 menyatakan bahwa
sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi, yang berarti setiap 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis hipertensi, dan hanya 36,8% di antaranya yang
mengkonsumsi obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi dan setiap tahunnya ada 9,4 juta orang yang meninggal akibat hipertensi
dan komplikasinya.

Menurut kemenkes RI Pravelensi hipertensi pada Riset Kesehatan Dasar


RISKESDAS (2018) menunjukkan angka pravelensi hipertensi pada penduduk usia
>18 tahun sebesar 34,11% dan pada tahun 2019 angka hipertensi rentan umur 31-44
tahun terdapat 31,6%, umur 45-54 tahun terdapat 45,3% sedangkan Pada tahun 2020
mengalami kenaikan 6-15% atau sekitar 55,5% dan pada tahun 2021 sampai 2025
penderita hipertensi akan tambah meningkat sekitar 1,5 Miliar orang dan
diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
4

komplikasinya (kemenkes 2018,2019,2020, Ridha Hidayat dan Yoana Agnesia


2021).

Menurut (Inrig et al 2009) sebanyak 213 dari 1718 pasien (12,2%) mengalami
hipertensi intradialisis dengan peningkatan tekanan darah sistolik >10 mmHg dari
predialisis ke post dialisis. Salah satu tindakan dalam mengatasi pengaruh
perubahan tekanan darah pada pasien yang menjalani hemodialisa adalah dengan
melakukan intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan meliputi intervensi
mandiri maupun kolaboratif. Intervensi mandiri antara lain berupa pemberian
relaksasi, sedangkan intervensi kolaboratif berupa pemberian farmakologis.

Teknik relaksasi pertama kali dikemukan oleh Dr. Herbert Benson (1976). Ia telah
menemukan, bahwa meditasi akan mengarah pada pengaturan perubahan fisiologik
dalam menghadapi respon fight-or-flight, meliputi penurunan konsumsi oksigen,
denyut jantung, frekuensi pernafasan dan laktat darah. Penanganan keperawatan
dengan teknik ini akan menurunkan efek endokrin dari stres kronik (Craven and
Hirnie, 2000; Xu Yu, 2004 dalam Ekowati, 2008). Pelatihan relaksasi dapat
menimbulkan keadaan tenang dan rileks dimana gelombang otak mulai melambat
sehingga akhirnya membuat seseorang menjadi tenang dan nyaman (Guyton, 2007;
Benson, 2000 dalam Dewi, 2014).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa relaksasi Benson dapat mengatasi berbagai


permasalahan. Penelitian Purwati et al tahun 2012 menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan pada tekanan darah sebelum dan sesudah terapi relaksasi Benson,
demikian pula penelitian Riska et al tahun 2015 bahwa relaksasi Benson dapat
menurunkan cemas pada pasien kanker servik secara signifikan (Riska et al, 2015).

Relaksasi Benson adalah salah satu cara Non-Pharmacological Treatment yaitu


suatu teknik pengobatan untuk menghilangkan nyeri, insomnia (tidak bisa tidur)
atau kecemasan yaitu mengkombinasikan teknik relaksasi progresif otot dengan
5

relaksasi religius untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Benson, 2000 dalam
Oktavianty, 2015).

Latihan relaksasi Benson terbukti memodulasi stres terkait kondisi seperti marah,
cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi, hipertensi dan insomnia serta
menimbulkan perasaan menjadi lebih tenang (Benson, 2000 dalam Dewi, 2014).
Teknik pengobatan ini sangat fleksibel dapat dilakukan dengan bimbingan mentor,
bersama-sama maupun sendirian (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

Dalam pelaksanaannya, relaksasi Benson memiliki empat komponen penting antara


lain mempersiapkan lingkungan yang tenang, perangkat mental (kata/kalimat
singkat yang diucapkan berulang), sikap yang pasif (mengabaikan pikiran-pikiran
yang mengacaukan), dan posisi yang nyaman selama tindakan berlangsung
(berbaring) (Dewi, 2014).

Relaksasi Benson mengkombinasikan teknik relaksasi progresif otot dengan


relaksasi religius untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Oktaviany, 2015).
Terapi dzikir dan do’a dengan pernapasan yang teratur dapat mempengaruhi kerja
otak terutama pada cortek otak. Korteks otak juga mempengaruhi mental, tingkah
laku, berdzikir dengan pernapasan teratur dapat menstabilkan korteks cereberi dan
berdampak pada kemampuan menurunkan depresi. Dzikir mampu mempengaruhi
gelombang otak dan getar-getar religi mampu menata motivasi, Serta manfaat
rohani menghilangkan kesedihan, stress, gelisah dan depresi (Marshonah, 2011;
Milatina, 2008 dalam Prayitno, 2015).

Berdasarkan data dari Rumah sakit islam Banjarmasin pada tahun 2021, data pasien
yang melakukan kunjungan hemodialisa pada bulan Januari sampai dengan bulan
Desember jumlah penderita gagal ginjal sebanyak 464 orang. untuk jumlah
kunjungan pada pasien hemodialisa yang menggunakan BPJS rawat inap sebanyak
6

102, untuk jumlah kunjungan pada pasien BPJS rawat jalan sebanyak 314,
sedangkan jumlah kunjungan pada pasien umum/perusahaan/asuransi sebanyak 48
pasien di ruangan hemodialisa Rumah sakit islam Banjarmasin.

Berdasarkan iuraian idiatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan


judul “Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada
Pasien Gagal Ginjal Yang dilakukan Hemodialisa di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“apakah terdapat Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Pasien Gagal Ginjal yang Dilakukan Hemodialisa Di Rumah Sakit
Islam Banjarmasin”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh terapi relaksasi benson terhadap perubahan tekanan
darah pada pasien gagal ginjal yang dilakukan hemodialisa

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien gagal ginjal sebelum
diberikan terapi relaksasi benson
1.3.2.2 Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien gagal ginjal sesudah
diberikan terapi relaksasi benson
1.3.2.3 Menganalisa pengaruh terapi terhadap perubahan tekanan darah pada
pasien gagal ginjal yang dilakukan hemodialisa sebelum dan sesudah
diberikan terapi relaksasi benson
7

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penulis berharap penelitian ini dapat menambah wawasan dan mampu
mengaplikasikan dilapangan serta memahami teori yang sudah didapatkan
selama proses perkuliahan berlangsung tentang apakah terdapat perbedaan
tekanan darah pada pasien gagal ginjal sebelum dan sesudah hemodialisa
setelah diberikan terapi relaksasi benson

1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti


Penulis berharap penelitian ini dapat menambah wawasan dan mampu dan
menerapkan dalam praktik keperawatan. adanya perbedaan tekanan darah
pada pasien gagal ginjal sebelum dan sesudah hemodialisa setelah diberikan
terapi relaksasi benson

1.4.3 Manfaat Bagi Akademik


Penulis berharap penelitian ini menjadi informasi tambahan untuk Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin dalam keperawatan tentang adanya perbedaan
tekanan darah pada pasien gagal ginjal sebelum dan sesudah hemodialisa
setelah diberikan terapi relaksasi benson

1.4.4 Manfaat Bagi Pasien


Manfaat bagi pasien adalah dapat meningkatkan pengetahuan tentang adanya
perbedaan tekanan darah pada pasien gagal ginjal sebelum dan sesudah
hemodialisa setelah diberikan terapi relaksasi benson

1.5 Penelitian Terkait


1.5.1 Febriyanti (2021), Dalam “Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap
Tekanan Darah Sistole Pada Lansia Dengan Hipertensi “, Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi Benson terhadap
tekanan darah sistole pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Lubuk
8

Lintah RW I Kecamatan Kuranji Padang. Jenis penelitian ini menggunakan


desain penelitian pre eksperimen dengan rancangan one group pretest
posttest, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengolahan
data dengan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
terapi Benson terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang mengalami
hipertensi dengan nilai p-value 0,00. Lansia diharapkan mampu mengontrol
tekanan darahnya sendiri terutama yang dengan menerapkan pola hidup sehat
dan melakukan terapi relaksasi Benson.

1.5.2 Indah Handayani Sukarno (2021), dalam “Terapi Relaksasi Benson


Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Intradialitik di RS
Panti wilasa Dr. CIPTO Semarang” Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh terapi relaksasi benson terhadap tekanan darah pasien dengan
hipertensi intradialitik di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang. Rancangan
penelitian dengan menggunakan quasi eksperimental design dengan model
non equivalent control group design. Jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 30 responden yang terbagi dalam 15 responden kelompok intervensi
dan 15 responden kelompok kontrol dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Hasil uji Independen T-Test didapatkan
nilai pada tekanan sistole p value = 0,000(p value<0,05) dan nilai pada
tekanan diastole p value = 0,006(p value<0,05). Kesimpulan dari penelitian
ini adalah terdapat pengaruh terapi relaksasi benson terhadap tekanan darah
pasien dengan hipertensi intradialitik di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gagal ginjal kronik


2.1.1 Pengertian Gagal ginjal kronik
Menurut (Dewi, 2015). Penyakit gagal ginjal adalah penyakit dimana
fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga tidak mampu bekerja
sama sekali dalam hal penyaringan dan pembuangan elektrolit tubuh,
tidak mampu menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh, seperti
sodium, kalium dalam darah atau tidak mampu dalam memproduksi urin.

Sedangkan menurut (Rizqiea, 2017) Gagal Ginjal Kronis atau Chronic


Kidney Disease merupakan perburukan fungsi ginjal yang lambat,
progresif dan irreversible yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal
untuk membuang produk sisa dan mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit,

Adapun (National Kidney Foundation, 2018) mengungkapkan bahwa


Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang ditandai oleh hilangnya
fungsi ginjal secara gradual dalam jangka waktu yang lama.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang mempengaruhi gagal ginjal


Menurut (Khairunnisa, 2016), Pola makan dan kebiasaan-kebiasaaan
buruk dapat memicu berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit
gagal ginjal kronik.

sedangkan menurut (CDC, 2019) mengungkapkan bahwa diabetes dan


hipertensi merupakan penyebab dua utama Gagal ginjal.

9
10

2.1.3 Etiologi gagal ginjal


Menurut Perhimpunan Nefrogi Indonesia (PERNEFRI 2012) faktor
penyebab penyakit GGK adalah hipertensi (35%) dan nefropati diabetika
(26%). Penyakit ginjal hipertensi menjadi penyebab GGK paling tinggi.
Penyebab lain dari GGK yang juga sering antara lain glomerulopati
primer (12%), nefropati obstruksi (8%), pielonefritis kronik (7%),
nefropati asam urat (2%), nefropati lupus (1%), ginjal polikistik (1%),
belum diketahui (2%) dll (6%).

Sedangkan menurut (Black & Hawks, 2014). Penyebab GGK bervariasi.


Salah satunya adalah penyakit sistemik, seperti diabetes melitus,
hipertensi, lupus eritematosus, poliarteritis, penyakit sel sabit, dan
amyloidosis. Selain itu, glomerulonefritis kronis, gagal ginjal akut,
penyakit ginjal polikistik, obstruksi, pielonefritis berulang, dan
nefrotoksik juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit gagal ginjal
kronik.

Menurut (Lemone, Burke, & Bauldoff, 2016) etiologi gagal ginjal kronik
adalah Nefrosklerosis hipertensi, Nefropati diabetic, Pielonefritis kronik,
Glomerulonefritis kronik, Eritematosa lupus sistemik, dan Penyakit ginjal
polisistik

2.1.4 Tanda gejala gagal ginjal


Tanda dan Gejala Gagal ginjal kronik menurut (Robinson, 2014),
(Prabowo & Pranata, A. E. 2014), dan (Nuari & Widayati, 2017)
a. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan
metabolisme protein didalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat
11

metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metal gaunidin, serta


sembabnya mukosa
b. Hematologi
a) Anemia karena kekurangan produksi eritropoetin.
b) Kulit pucat dan kekuningan akibat anemia dan penimbunan
urokrom.
c) Gatal-gatal akibat toksis uremik
d) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
e) Gangguan fungsi kulit (fagositosis dan kematosis berkurang).
c. Kardiovaskuler
a) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam
b) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial,
penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini,
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan
c) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan
elektrolit, dan klasifikasi metastatic
d) Edema akibat penimbunan cairan
d. Endokrin
a) Gangguan seksual/libido, fertilitas dan penurunan seksual pada
laki-laki serta gangguan menstruasi pada wanita.
b) Gangguan metabolisme glukosa retensi insulin dan gangguan
sekresi insun.
e. Sistem saraf dan otot
a) Restless leg syndrome Klien merasa pegal pada kakinya sehingga
selalu digerakkan.
b) Burning feet syndrome Penderita merasa kesemutan dan seperti
terbakar, terutama ditelapak kaki.
c) Ensefalopati metabolik Penderita tampak lemah, tidak bisa tidur,
gangguan konsentrasi, tremor, mioklonus, kejang.
12

d) Penderita tampak mengalami kelemahan dan hipotrofi otot-otot


terutama otot-otot ekstremitas proximal.

Sedangkan menurut (Depkes, 2018), Tanda dan gejala yang timbul


karena penyakit Ginjal sangat umum dan dapat ditemukan pada penyakit
lain seperti tekanan darah tinggi, perubahan frekuensi buang air kecil
dalam sehari, adanya darah dalam urin, mual dan muntah serta bengkak,
terutama pada kaki dan pergelangan kaki.

2.1.5 Klasifikasi Gagal ginjal kronik


Menurut Natoinal Kidney Foundation Classification of Chronic Kidney
Disease, GGK dibagi dalam lima stadium (Tabel 1) dalam (Bayhakki,
2012).

Stadium Deskripsi Istilah lain GFR


(Ml/min/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal Beresiko ≥ 90
2 dengan GFR Normal 60-89
3 Kerusakan ginjal Infusiensi
4 dengan GFR Turun Ginjal Kronik 30-59
5 Ringan (IGK)
Kerusakan ginjal IGK, gagal 15-29
dengan GFR Turun ginjal kronik
Sedang <15(ataumenjala

Kerusakan ginjal Gagal ginjal ni dialisis)

dengan GFR Turun kronik


Berat
Gagal ginjal Gagal ginjal
tahap akhir
(End stage
13

renal disease)
Sumber:(Bayhakki, 2012)

Sedangkan menurutn Klasifikasi Ginjal Kronik (M.A. et al., 2013) Gagal


Ginjal Kronik (GGK) dibagi menjadi 5 tingkatan, berdasarkan pada Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) sesuai dengan ada atau tidaknya kerusakan
pada ginjal. Pada tingkatan 1 – 3 umumnya belum ada terlihat gejala
apapun 6 (Asimptomatik). Kondisi klinis fungsi ginjal menurun dapat
dilihat pada tingkatan 4 – 5

Tingkatan LFG Deskripsi


1 ≥ 90 Kerusakan ginjal dengan LFG
normal atau meningkat
2 60 – 89 Kerusakan ginjal dengan LFG
menurun ringan
3 45 – 59 Kerusakan ginjal dengan LFG
menurun dari ringan sampai
4 30 – 44 sedang
Kerusakan ginjal dengan LFG
5 15 – 29
menurun dari sedang sampai
berat
≤ 15
Kerusakan ginjal dengan LFG
menurun berat
Gagal ginjal
Sumber: (M.A. et al., 2013)

2.1.6 Komplikasi
Menurut (Prabowo, 2014), Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh
gagal ginjal kronik adalah:
14

a) Penyakit Tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan deklafisikasi matriks tulang, sehingga tulang akan
menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan
menyebabkan fraktur pathologis.
b) Penyakit Kardiovaskuler
Ginjal sebagai control sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan
kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
c) Anemia
Selain dalam fungsi sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritroprotri yang mengalami difisiensi
di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
d) Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering
mengalami penurunan dan terjadi impotensi pada pria, pada wanita
dapat terjadi hiperprolaktinemia.

Sedangkan menurut (Nuraini, 2015) dan (Isroin, 2016), Pada pasien


Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama
dan dapat menganggu proses hemodialisa. Komplikasi Gagal Ginjal
Kronik terdiri dari:
a. Hiperkalemi
Terjadi karena adanya penurunan katabolisme, ekskresi, asidosis
metabolik serta masukan diit yang berlebihan.
b. Perikarditis
Terjadi karena adanya efusi pericarditis serta tamponade jantung
yang mengakibatkan retensi produksi sampah uremik serta dialysis
tidak adekuat.
15

c. Hipertensi
Terjadi karena adanya retensi cairan dalam natrium dan malfungsi
sistem renin angiotensin, serta aldosterone.
d. Anemia
Terjadi karena adanya penurunan eritropoetin, penurunan rentang
usia sel darah merah, hingga perdarahan gastrointestinal akibat dari
iritasi.
e. Penyakit tulang
serta klasifikasi metastatic yang disebabkan oleh retensi fosfat kadar
kalium serum yang rendah.

2.1.7 Patofisiologi Gagal ginjal kronik


Menurut LeMone dkk, 2015), Perjalanan GGK beragam, berkembang
selama periode bulanan hingga tahunan. Pada tahap awal, seringkali
disebut penurunan cadangan ginjal, nefron yang tidak terkena
mengkompensasi nefron yang hilang. GFR sedikit turun dan pada pasien
asimtomatik disertasi BUN dan kadar kreatinin serum normal. Ketika
penyakit berkembang dan GFR (Glomelulaar Filtration Rate) turun lebih
lanjut, hipertensi dan beberapa manifestasi insufisiensi ginjal dapat
muncul. Serangan berikutnya pada ginjal ditahap ini (misalnya infeksi,
dehidrasi, atau obstruksi saluran kemih) dapat menurunkan fungsi dan
memicu awitan gagal ginjal atau uremia nyata lebih lanjut. Kadar serum
kreatinin dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi oguria, dan
manifestasi uremia muncul. Pada (ESRD), tahap akhir GGK, GFR
kurang dari 10% normal dan tetapi penggantian ginjal diperlukan untuk
mempertahankan hidup.
Sedangkan menurut Menurut (Nuari & Widayati, 2017) patofisiologi
Gagal Ginjal Kronik antara lain:
a) Penurunan GFR
16

akibat dari penurunan GFR, maka klirens kreatinin akan mengalami


penurunan, sehingga membuat kreatinin mengalami peningkatan
serta nitrogen urea darah (BUN) juga mengalami peningkatan.
b) Gangguan klirens Renal
Pada penyakit gagal ginjal banyak masalah yang muncul sebagai
akibat dari penurunan jumlah glomeruli, yang mengakibatkan
penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal).
c) Retensi cairan natrium
Untuk mengencerkan urine secara normal, ginjal kehilangan
kemampuannya. Karena terjadi penahanan cairan serta natrium,
sehingga resiko terjadinya edema, hipertensi dan gagal jantung
kongestif mengalami peningkatan.

2.1.8 Pemeriksaan Gagal ginjal


Menurut (Bayhaki, 2012), (Prabowo & Pranata, 2014), dan (Priscilla
LeMone, 2016) ada beberapa pemeriksaan diagnostik untuk gagal ginjal
kronik antara lain:
a. Pemeriksaan laboratorium
Penilaian GGK dengan gangguan yang serius dapat dilakukan dengan
pemeriksaan laboratorium, seperti kadar serum sodium/natrium dan
potassium atau kalium, pH, kadar serum fosfor, kadar Hb, hematokrit,
kadar urea nitrogen dalam arah (BUN) serum dan konsentrasi
kreatinin urin urinalisis.
b. Pemeriksaan radiologi
a) Flat-flat radiografi keadaan ginjal, ureter dan vesika urinaria
untuk mengidentifikasi bentuk, ukuran, posisi dan klasifikasi dari
ginjal.
17

b) Computer Tomography Scan yang digunakan untuk melihat


secara jelas anatomi ginjal yang penggunaannya dengan memakai
kontras atau tanpa kontras.
c) Intervenous Pyelography (IVP) dugunakan untuk mengevaluasi
keadaan fungsi ginjal dengan memakai kontras.
d) Arteriorenal Angiography digunakan untuk mengetahui sistem
arteri, vena dan kapiler ginjal dengan menggunakan kontras.
e) Magnetig Rosonance Imaging (MRI) digunakan untuk
mengevaluasi kasus yang disebabkan oleh obstruksi uropathy,
ARF, proses infeksi ginjal serta post transplantasi ginjal.
c. Biopsi ginjal
Untuk mendiagnosa kelainan ginjal dengan mengambil jaringan ginjal
lalu dianalisa. Biasanya biopsi dilakukan pada kasus
glomerulonefritis, sindrom nefrotik, penyakit ginjal bawaan dan
perencanaan transplantasi ginjal.
d. Biokimiawi
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan keratin
plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal
adalah dengan analisa creatinine clearance (klirens kreatinin).
e. Urinalisasi
Dilakukan untuk menapis ada atau tidaknya infeksi ginjal atau
perdarahan aktif akibat infamasi pada jaringan ginjal.
f. Ultrasonografi ginjal
Memberikan informasi yang mendukung meenegakkan diagnosis
gagal ginjal.

2.1.9 Penatalaksanaan Gagal ginjal


Menurut (Muttaqin, 2011) dan (Isroin, 2016)
a. Dialisis
18

Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal


yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan
kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
b. Hemodialisis
Hemodialisis atau HD adalah jenis dialisis dengan menggunakan
mesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini,
darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser.
Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui
proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk
dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan, darah 31 dialirkan
kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di
rumah salit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
c. Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah
dengan bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi,
darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan
disaring oleh mesin dialisis.
d. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus diingat
adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan
darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG.
Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian
infus glukosa.
e. Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
19

diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat


meninggikan Hb. Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada
indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi coroner.
f. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada
permulaan 100 32 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-
lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis
peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
g. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi
harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi
natrium.
h. Transplantasi ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik,
maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

2.2 Konsep Tekanan darah Hipertensi


2.2.1 Pengertian Hipertensi
Menurut (Ardiansyah M., 2012). Hipertensi merupakan tekanan darah
tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga
kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi
apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.

Sedangkan menurut (Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016), Hipertensi


adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
20

Menurut (American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes,


2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam macam pada setiap individu dan hamper sama dengan
penyakit lain.

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi


Menurut (Aulia & Dwi 2017 ) Faktor-faktor yang berhubungan secara
signifikan dengan kejadian hipertensi adalah riwayat keluarga, konsumsi
kalium, aktifitas fisik, dan stres. Faktor-faktor yang tidak berhubungan
secara signifikan adalah umur, jenis kelamin, konsumsi garam, obesitas
dan merokok.
Menurut Aulia, R. (2017), faktor yang mempengaruhi hipertensi dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu Faktor yang tidak dapat diubah dan Faktor
yang dapat diubah, Untuk Faktor yang tidak dapat diubah seperti Riwayat
keluarga, usia, jenis kelamin, rasa tau etnis. Sedangkan Faktor yang dapat
diubah kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi
antara lain yaitu merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi alcohol,
kebiasaan minum kopi, kebiasaan mengkonsumsi makanan mengandung
banyak garam, kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak.

2.2.3 Etiologi Hipertensi


Menurut (Ardiansyah M., 2012) Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi
menjadi 2 golongan:
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya:
a) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih
tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
21

b) Jenis kelamin dan usia


Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c) Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduan.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu:
a) Coarctationaorta
yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.
Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi
sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan
c) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah
ke ginjal
22

Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi


disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur
serta fungsi ginjal.
d) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen)
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini,
tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan
penghentian oral kontrasepsi.
e) Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate hypertension
disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan
katekolamin.
f) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga
g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu
h) Kehamilan
i) Luka bakar
j) Peningkatan tekanan vaskuler
k) Merokok

Sedangkan menurut (Aspiani, 2014) Berdasarkan penyebabnya hipertensi


terbagi menjadi dua golongan menurut:
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
a) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
23

b) Jenis kelamin dan usia


Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi.
c) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
d) Berat badan
menjaga berat badan dalam keadaan normal atau ideal.
e) Gaya hidup
Yaitu dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu
hipertensi yaitu merokok, dan menghindari alkohol agar tekanan
darah pasien.
b. Hipertensi sekunder
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang
terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat ateros klerosis. Stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan
angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan
darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
danreabsorbsi natrium.

2.2.4 Tanda dan gejala Hipertensi


Menurut (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
24

b. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu:
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun

Sedangkan Menurut (Aspiani, 2014) dan Kemenkes RI (2018) tanda dan


gejala hipertensi yaitu:
a. Sakit kepala Gelisah
rasa sakit atau nyeri di kepala, yang bisa muncul secara bertahap
atau mendadak. Sedangkan Gelisah adalah suatu kondisi yang
menggambarkan ketidakmampuan tubuh dan pikiran untuk
beristirahat, rileks, atau berkonsentrasi.
b. Jantung berdebar-debar
Jantung berdebar adalah kondisi ketika seseorang merasakan sensasi
jantungnya berdenyut terlalu kuat, terlalu cepat, atau tidak beraturan.
c. Pusing
Pusing adalah sensasi seperti melayang, berputar, atau merasa akan
pingsan.
d. Penglihatan kabur
25

Mata kabur adalah hilangnya ketajaman penglihatan dan


ketidakmampuan untuk melihat suatu benda secara mendetail.
e. Rasa sakit di dada
Nyeri dada adalah kondisi di mana seseorang merasakan rasa sakit
pada bagian dada.
f. mudah Lelah
Kelelahan adalah kondisi di mana seseorang merasa capek dan
kehabisan energi.

2.2.5 Klasifikasi Hipertensi


menurut (Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan
darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi
merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin,
usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus
hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya
hipertensi sekunder antara lain yaitu penggunaan kontrasepsi oral,
kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan stress.

Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A.2016)


klasifikasi hipertensi adalah Tekanan darah normal yaitu bila sistolik
kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama
dengan 90 mmHg.Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila
sistolik141-149 mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.Tekanan darah tinggi
(hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
26

Menurut Menurut (WHO, 2018) Seseorang yang dikatakan hipertensi


bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 90 mmHg.

2.2.6 Komplikasi Hipertensi


Menurut (Ardiansyah, M. 2012) dan (Aspiani,2014)
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi
di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak
yang terpajan tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila
membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah
melewati pembuluh darah.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.
Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot
jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut
dekompensasi
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Merusak
e. sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat
zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah
dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
f. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna
(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan
yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium
diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya
terjadi koma dan kematian.
27

2.2.7 Patofisiologi Hipertensi


Menurut (Triyanto, 2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri
bisa
rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri
besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya
telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara yang
sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi,
yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut
karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya
darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga
tekanan darah juga meningkat.

Sedangkan menurut (Danuyanti, 2014). Perubahan struktural dan


fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung pada perubahan
tekanan darah yang terjadi. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya), mengakibatkan
penurunan curah jantunng dan meningkatkan tahanan perifer.
28

2.2.8 Pemeriksaan Hipertensi


Menurut (junaedi, Sufrida, &Gusti,2013) pemeriksaan hipertensi yaitu:
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa
obat-obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini,
perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan
menjalani perilaku hidup sehat seperti:
a) Pembatasan asupan garam dan natrium
b) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
c) Olahraga secara teratur
d) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
e) Mengurangi/ tidak merokok
f) menghindari stress
g) menghindari obesitas
h) Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
b. Terapi Farmakologi
selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal
yang utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan
dalam pegobatan, antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta
bloker, antagonis kalsium, dan penghambat konfersi enzim
angiotensi.
a) Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang
pengeluaran garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan
terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh darah dan
menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.
b) Beta blocker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam
memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa
oleh jantung.
29

c) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh


darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah
dan menurunkan tekanan darah.
d) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan
merelaksasikan pembuluh darah
c. Terapi Herbal
obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai
obat hipertensi sebai berikut:
a) Daun seledri
seledri berkasiat menurunkan tekanan darah (hipotensis atau anti
hipertensi). Sebuah cobaan perfusi pembuluh darah menunjukan
bahwa apigenin mempunyai efek sebagai vasodilator perifer
yang berhubungan dengan efek hipotensifnya. Percobaan lain
menunjukkan efek hipotensif herbal seledri berhubungan dengan
integritas sistem saraf simpatik.

Sedangkan menurut (Nurarif dan kusuma, 2015) dan (Aspiani, 2016)


Pemeriksaan Hipertensi antara lain yaitu:
a. Laboratorium
a) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
c) Darah perifer lengkap
d) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
a) Hipertrofi ventrikel kiri
b) Iskemia atau infark miocard
c) Peninggian gelombang P
d) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
30

a) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
b) Pembendungan, lebar paru
c) Hipertrofi parenkim ginjal
d) Hipertrofi vascular ginjal

2.2.9 Penatalaksanaan Hipertensi


Menurut (Annisa, Wahiduddin, dan Jumriani, 2013) dan (Aspiani, 2014)
Penatalaksanaan hipertensi yaitu
a. Pengaturan diet Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet
rendah garam dan rendah lemak
b. menghindari konsumsi makanan awetan dalam kaleng karena
meningkatkan kadar natrium dalam makanan. Modifikasi gaya hidup
yang dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler.
c. Menejemen Stres Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, rasa
marah, murung, dendam, rasa takut, rasa bersalah.
d. Mengontrol kesehatan Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu
memonitor tekanan darah.
e. Olahraga teratur Olahraga secara teratur dapat menyerap atau
menghilangkan endapan kolestrol pada pembuluh darah nadi.

2.3 Konsep Tekanan Darah Hipotensi


2.3.3 Pengertian Hipotensi
menurut (Prasetyono, 2016) Hipotensi sendiri merupakan sebuah
keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah jika
dibandingkan dengan tekanan darah normal (normal 120/80 mmHg)
sehingga menyebabkan beberapa gejala.

Sedangkan menurut (M Askar, 2020) Hipotensi adalah Keadaan dimana


tekanan darah dibawah nilai 90/60 mmHg. Hipotensi pada umumnya
tidak berbahaya dan dapat dialami oleh siapa saja. Namun pada beberapa
31

orang, hipotensi dapat menyebabkan seseorang mengalami lemas dan


pusing. Tekanan darah normal berkisar antara 90/60 mmHg. Jadi bila
tekanan darah dibawah rentang tersebut maka dapat dikatakan seseorang
mengalami kondisi hipotensi. Meskipun hipotensi tida berbahaya, namun
hipotensi dapat merupakan gejala dari suatu penyakit yang diderita oleh
seseorang.

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi hipotensi


Menurut (Ignacak, 2017) Hipotensi Intradialisis disebabkan karena
banyak faktor, faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan IDH
tergantung pada pasien: menggunakan obat antihipertensi, keberadaan
penyakit kardiovaskular, kenaikan berat badan, serta pada cara aplikasi
HD (konsentrasi natrium, kalsium, osmolaritas dari dialyzed, suhu cairan
dialisis dan jenis buffer yang digunakan dalam dialisis), dan pada faktor-
faktor tambahan, seperti anemia, hipoksia atau infeksi yang terjadi
bersamaan.

Sedangkan Menurut penelitian (Septimar & Nurmalahayati, 2019) faktor


yang dapat mempengaruhi hipotensi intradialisis adalah usia, tekanan
darah, obat anti hipertensi, anemia, dan yang tidak mempengaruhi adalah
jenis kelamin.

Menurut (M Askar, 2020) Hipotensi dapat terjadi pada siapa saja, namun
ada beberapa factor yang menyebabkan seseorang mengalami hipotensi
atau tekanan darah rendah, yaitu usia, pengobatan, dan cuaca. Cuaca
udara yang lebuh panas bisa membuat tekanan darah menjadi rendah
begitupun seseorang yang sedang relaks ataupun rajin berolahraga pada
umumnya juga mempunyai tekanan darah yang lebih rendah.

2.3.5 Etiologi Hipotensi


32

Menurut (Benjamin C. Wedro, MD, FAAEM 2015) Jika tekanan darah


rendah menyebabkan gejala klinis, penyebabnya akan berada di salah
satu dari tiga kategori umum. Entah jantung tidak memompa dengan
tekanan yang cukup, dinding arteri terlalu melebar, atau tidak ada cukup
cairan intravaskular (pembuluh intra = dalam + vaskular = darah) dalam
sistem.

Sedangkan menurut (M Askar, 2020) etiologi hipotensi yaitu:


a. Dehidrasi
Ketika kekurangan cairan atau mengalami dehidrasi, volume darah
juga dapat berkurang. Kondisi ini dapat memicu penurunan tekanan
darah.
b. Efek Obat-obatan.
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek menurunnya tekanan
darah, di antaranya adalah furosemide, atenolol, propranolol,
levodopa, dan sildenafil.

c. Anemia
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan
sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak
berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat
cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan
mudah lelah.
d. Ketidakseimbangan hormone
Beberapa penyakit, seperti diabetes dan penyakit tiroid,
menyebabkan penurunan kadar hormon dalam darah, dan berdampak
pada menurunnya tekanan darah.
e. Syok dan cedera serius.
33

Kehilangan darah dalam jumlah besar akibat cedera dapat


menurunkan volume dan aliran darah ke berbagai jaringan tubuh,
sehingga tekanan darah menurun drastis.
f. Penyakit jantung
Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami
gangguan. Beberapa penyakit, seperti diabetes dan penyakit tiroid,
menyebabkan penurunan kadar hormon dalam darah, dan berdampak
pada menurunnya tekanan darah.
g. Tekanan darah wanita yang sedang hamil
Tekanan darah selama masa kehamilan akan menurun seiring
berkembangnya sirkulasi darah dalam tubuh ibu hamil.
h. Reaksi Alergi
Beberapa pemicu alergi (alergen) dapat menimbulkan alergi parah
(anafilaksis) yang berdampak pada menurunnya tekanan darah
i. Hipotensi ortostatik.
Hipotensi ortostatik adalah tekanan darah rendah yang dipicu oleh
perubahan posisi tubuh saat hendak berdiri. Hipotensi ortostatik
umumnya merupakan gejala dari kondisi atau penyakit lain.

2.3.6 Tanda dan gejala Hipotensi


Menurut (Muhtadi, 2013) tanda dan gejala dari hipotensi yaitu
menyebabkan pusing, lemas dan letih, sakit kepala ringan, napas pendek
dan nyeri dada, denyut jantung yang tidak beraturan, mual dan muntah,
sangat haus, merasa badan dingin dan berkeringat, pandangan kabur,
bingung dan sulit berkonsentrasi sampai dapat terjadi pingsan.

Sedangkan menurut (Hidayati, Paryono, Wibowo, 2019) hipotensi


ortostatik dihasilkan dari hipoperfusi serebral atau hipoperfusi retina dan
aksi berlebihan dari kompensasi otonom. Hal ini akan menyebabkan
34

nggliyer (dizziness), perasaan pusing/melayang, gangguan visual atau


auditori, susah konsentrasi, fungsi kognisi melambat, presinkop dan
sinkop. Gejala prodomal adalah pucat, berkeringat, mual, perut tidak
nyaman, menguap, mendesau atau hiperventilasi mendahului respons dari
sinkop. Keluhan umum lainnya adalah lemah, kelelahan, tungkai kaki
ditekuk, nyeri kepala, nyeri leher, atau nyeri dada.

2.3.7 Klasifikasi Hipotensi


Menurut M Askar (2020) Tekanan darah dibawah 90/60 mmHg
dikategorikan sebagai hipotensi (Hypotension) atau tekanan darah
rendah.

Sedangkan menurut Low, PA. & Tomalia, VA. (2015), Tekanan darah
normal berkisar antara 90/60 mmHg dan 120/80 mmHg. Ketika tekanan
darah berada di bawah rentang tersebut, maka seseorang dapat dikatakan
menderita hipotensi.

2.3.8 Komplikasi Hipotensi


Menurut Menurut M Askar (2020) dan Steinbaum, SR. WebMD (2017)
Pusing dan lemas yang disebabkan hipotensi berisiko menimbulkan
cedera pada penderita akibat terjatuh. Sedangkan hipotensi berat hingga
menimbulkan syok, dapat membuat tubuh kekurangan oksigen. Kondisi
ini berdampak pada terganggungnya fungsi berbagai organ, seperti otak
dan jantung.

2.3.9 Patofisiologi Hipotensi


Menurut (ow. PA and Tomalia dan Ringer, 2015), (SL dan Joseph,
2017), dan (Matthew, dan Lappin, 2019), Keadaan hipovolemia dapat
mengalami hipotensi ortostatik karena berkurangnya secara signifikan
volume plasma. Keadaan ini juga dapat terjadi pada kondisi venous
35

pooling yang berlebihan. The splanchnic mesenteric bed juga sangat


penting karena banyaknya volume cairan yang ada serta respons
barorefleks yang dimilikinya. Volume Splanchnic-mesenteric meningkat
hingga 200–300% setelah makan dan peningkatan kapasitansi vena ini
menyebabkan terjadinya fenomena venous pooling dengan luaran berupa
hipotensi ortostatik post-prandial pada subjek yang rentan. Posisi berdiri
akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan tekanan nadi seseorang.
Oleh karena akan terjadi poling 300 ml hingga 800 ml darah pada
ekstremitas bawah, kondisi ini akan ditangkap oleh jalur aferen
baroreseptor di sinus karotis, arkus aorta sinaps, serabut saraf vagal
nonmyelinated (untuk baroreseptor tekanan rendah), yang bersinapsis di
sistem saraf pusat, terutama nukleus traktus solitarius. Jalur ini kemudian
akan diteruskan oleh barorefleks vagal menuju nukleus ambigus dan
mengirimkan sinyal eferen ke nodus sinoatrial untuk meningkatkan
denyut jantung. Sedangkan jalur barorefleks adrenergik dari nukleus
traktus solitarius akan menuju kaudal ventrolateral medula dan kemudian
akan berlanjut ke rostral ventrolateral medula. Kemudian, sinyal eferen
simpatis terus berlanjut ke intermediolateral column of the thoracic spinal
cord, lalu ke ganglia otonom dan ke jantung, arteriol, dan venula.
Mekanisme ini akan menghasilkan sistem resistensi sistemik untuk
meningkatkan tekanan darah atau hipertensi.

2.3.10 Pemeriksaan Hipotensi


Menurut (Nur arif dan kusuma, 2015), (Aspiani, 2016) dan (National
Institute of Health, 2017)
a. Laboratorium
a. Darah perifer lengkap
b. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
36

b. Iskemia atau infark miocard


c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
c. Tes darah
Pemeriksaan ini dilakukan dokter untuk memeriksa kadar gula dan
kadar hormon di dalam darah pasien.
d. Elektrokardiografi (EKG)
Elektrokardiografi bertujuan untuk mendeteksi struktur jantung yang
tidak normal dan detak jantung yang tidak beraturan.
e. Ekokardiogram
Tes ini dilakukan untuk memeriksa fungsi jantung dan mendeteksi
kelainan yang terjadi pada jantung.
f. Uji latih jantung (stress test)
Tes ini dilakukan untuk menilai fungsi jantung saat melakukan
aktivitas, dengan cara membuat jantung bekerja lebih keras, misalnya
dengan meminta pasien berjalan atau berlari di atas treadmill atau
memberikan obat tertentu yang meningkatkan kerja jantung.
g. Manuver Valsalva
Tes ini dilakukan dengan meminta pasien mengambil napas panjang,
kemudian menutup hidung dan membuang napas melalui mulut. Tes
ini bertujuan untuk memeriksa kondisi saraf dalam sistem pernapasan.
h. Meja miring tes (Tilt table test)
Tes ini dilakukan terhadap pasien hipotensi ortostatik untuk melihat
perbedaan tekanan darah saat berbaring dan berdiri. Dalam
pemeriksaan ini, pasien akan dibaringkan di atas meja yang bisa
digerakkan ke posisi tegak dan melintang dengan kecepatan tertentu.

2.3.11 Penatalaksanaan Hipotensi


Menurut (Insan dan Kurniawaty, 2016) Pertolongan pertama jika
mengalami tekanan darah rendah, yaitu:
37

a. Pada saat berbaring, posisikan kaki lebih tinggi dari jantung yang
tujuannya agar darah dapat mengalir ke tubuh bagian atas dengan
cepat.
b. Penderita hipotensi akan dianjurkan untuk menambah konsumsi
garam dapur dan memakan makanan yang banya mengandung natrium
untuk meningkatkan tekanan darah.
c. Banyak mengkonsumsi air putih (8-10 gelas perhari). Tekanan darah
rendah dialami oleh seorang juga dapat diatasi dengan cara, yaitu
minum kopi untuk meningkatkan tekanan darah, karena kandungan
yang terdapat di kopi yaitu kafein.

2.4 Konsep Teknik Relaksasi Benson


2.4.3 Pengertian Relaksasi Benson
Menurut (Craven and Hirnie, 2000 dalam Novitasari, 2014) Teknik
relaksasi pertama kali dikemukan oleh Dr. Herbert Benson pada 1976.
Ia telah menemukan, bahwa meditasi akan mengarah pada pengaturan
perubahan fisiologik dalam menghadapi respon fight- or-flight, meliputi
penurunan konsumsi oksigen, denyut jantung, frekuensi pernafasan dan
laktat darah. Penanganan keperawatan dengan teknik ini akan
menurunkan efek endokrin dari stres kronik.

Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku. Relaksasi


Benson merupakan teknik relaksasi dengan melibatkan unsur keyakinan
dalam bentuk kata-kata keyakinan yang dianut oleh pasien (Fikri,2018).

Oleh (Gemilang, 2013) dan (Oktavianti, 2015) menurut orang awam


relaksasi seringkali diartikan dengan rileks yaitu suatu tindakan yang
digunakan untuk melepas ketegangan atau kelelahan. Relaksasi adalah
tehnik yang dapat digunakan semua orang untuk menciptakan
mekanisme batin dalam diri seseorang dengan membentuk pribadi yang
38

baik, menghilangkan berbagai bentuk pikiran yang kacau akibat


ketidakberdayaan seseorang dalam mengendalikan stress dan emosi
yang dimilikinya, mempermudah seseorang mengontrol diri,
menyelamatkan jiwa dan memberikan kesehatan dan kecantikan bagi
tubuh

Menurut (Benson, 2000) dalam (Oktavianty, 2015) Relaksasi Benson


yaitu suatu tehnik pengobatan untuk menghilangkan nyeri, insomnia
(tidak bisa tidur) atau kecemasan yaitu mengkombinasikan teknik
relaksasi progresif otot dengan relaksasi religius untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Cara pengobatan ini merupakan bagian
pengobatan spiritual. Pada tehnik ini pengobatan sangat fleksibel dapat
dilakukan dengan bimbingan mentor, bersama–sama atau sendiri.
Tehnik ini merupakan upaya untuk memusatkan perhatian pada suatu
fokus dengan menyebut berulang–ulang kalimat ritual dan
menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu. Tehnik pengobatan
ini dapat dilakukan 10 sampai 20 menit (Green & Setyawati, 2005).
Frekuensi dilakukan pengobatan ini dapat dilakukan 5 sampai 10 sesi
pelatihan sebelum klien dapat meminimalkan nyeri dengan efektif
(Carney, 1983 dalam Potter & Perry, 2006 dalam Oktavianti, 2015).

2.4.4 Manfaat Relaksasi Benson


Menurut (Benson & Proctor, 2000 dalam Dervis, 2013) Latihan relaksasi
Benson terbukti memodulasi stres terkait kondisi seperti marah, cemas,
disritmia jantung, nyeri kronik, depresi, hipertensi dan insomnia serta
menimbulkan perasaan menjadi lebih tenang (Benson, 2000 dalam Dewi,
2014). Manfaat dari Relaksasi Benson terbukti memodulasi stres terkait
kondisi seperti marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi,
39

hipertensi dan insomnia serta menimbulkan perasaan menjadi lebih


tenang dan nyaman.

Relaksasi Benson adalah salah satu cara Non-Pharmacological


Treatment yaitu suatu teknik pengobatan untuk menghilangkan nyeri,
insomnia (tidak bisa tidur) atau kecemasan yaitu mengkombinasikan
teknik relaksasi progresif otot dengan relaksasi religius untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Benson, 2000 dalam Oktavianti,
2015).

(Benson, 2000 dalam Dewi, 2014). Latihan relaksasi Benson terbukti


memodulasi stres terkait kondisi seperti marah, cemas, disritmia jantung,
nyeri kronik, depresi, hipertensi dan insomnia serta menimbulkan
perasaan menjadi lebih tenang.

(Benson dan Proctor, 2002) dalam (Riska, 2012) menjelaskan bahwa


relaksasi Benson akan menghambat aktifitas saraf simpatis yang dapat
menurunkan konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot
tubuh menjadi relaks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan
nyaman.

Dalam penelitian (Oktavianti, 2015) tentang pengaruh terapi tehnik


relaksasi Benson terhadap nyeri pada lansia penderita penyakit reumatik
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan
Selatan Banjarbaru menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan dalam
pemberian terapi tehnik relaksasi Benson terhadap nyeri pada penderita
penyakit reumatik. Sejalan dengan penelitian (Oktavianti, penelitian
Riska, 2012) juga menunjukan perbedaan yang signifikan antara
kecemasan pretest dan posttest pada kelompok eksperimen yang
40

diberikan relaksasi Benson dalam penelitian pengaruh relaksasi Benson


terhadap penurunan kecemasan pada pasien kanker serviks.

Dapat disimpulkan bahwa relaksasi Benson dapat menimbulkan perasaan


senang dan tenang serta suasana nyaman dan dapat mengatasi masalah-
masalah seperti:
a. Marah
b. Cemas
c. Disritmia jantung
d. Nyeri kronik
e. Depresi
f. Hipertensi
g. Insomnia

2.5.3 Prosedur Teknik Relaksasi Benson


Menurut (Dewi, 2014) Dalam pelaksanaannya, relaksasi Benson memiliki empat
komponen penting antara lain mempersiapkan lingkungan yang tenang,
perangkat mental (kata/kalimat singkat yang diucapkan berulang), sikap yang
pasif (mengabaikan pikiran-pikiran yang mengacaukan), dan posisi yang
nyaman selama tindakan berlangsung (berbaring)

Menurut (Oktavianti, 2015) langkah-langkah respon relaksasi ini dapat


dilakukan sebagai berikut :
a. Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan
b. Berbaring dengan rileks
c. Tutup mata.
d. Kendorkan otot-otot.
e. Bernapaslah secara alamiah. Mulai mengucapkan kalimat spiritual yang
dibaca secara berulang-ulang dan khidmat.
f. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan pikiran.
41

g. Lakukan 10 sampai 20 menit.


h. Berbaring dan istirahat buka pikiran mengenai hal-hal baik.

Menurut Benson, yang menemukan tehnik ini, cara ini bisa diubah misalnya
tidak dengan posisi duduk tapi dilakukan sambil melaksanakan gerakan jasmani
(Oktavianti, 2015)

2.5 Kerangka konsep

TEKANAN DARAH
SEBELUM RELAKSASI
BESON

Teknik Relaksasi
Benson

TEKANAN DARAH
SESUDAH RELAKSASI
2.6 Hipotesis BESON
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu “ada
pengaruh terapi relaksasi benson terhadap perubahan tekanan darah pada pasien
gagal ginjal sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi benson di Rumah
Sakit Islam Banjarmasin”
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian Pre-experiment yaitu bentuk design
exsperiment dengan rancangan one group pretest-posttest design yaitu sebuah
rancangan yang digunakan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal)
terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah itu diberikan intervensi,
kemudian dilakukan postest (pengamatan akhir) (Hidayat,2014). Dimana
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi Benson
terhadap tekanan darah saat hemodialisa

O1 X O2

Keterangan:
O1: Pretest (tekanan darah sebelum dilakukan intervensi)
X : Intervensi (terapi tehnik relaksasi Benson)
O2: Posttest (tekanan darah sesudah dilakukan intervensi)

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah pengertian secara operasional mengenai variabel-
variabel yang diamati di dalam kerangka konsep yang dikembangkan oleh
peneliti (Sucipto 2020).
Definisi Instrumen Skala
No. Variabel Parameter Hasil
Operasional Penelitian Data
1 Bebas Terapi Relaksasi Prosedur relaksasi Lembar - -
Benson adalah Benson Observasi
Terapi upaya untuk a. Durasi :
memusatkan
Relaksasi 5 menit
perhatian pada suatu
Benson fokus dengan b. Frekuensi:
menyebut berulang- 5-10 sesi
ulang kalimat ritual pelatihan (Carney,
dan menghilangkan 1983 dalam
berbagai pikiran Oktavianti 2015;
yang mengganggu Green &
Setyawati, 2005)
43

2. Terikat Tekanan darah 1. Normal, Lembar Ordinal 1. Normal bila


yang diukur sistolik <120 Observasi, tekanan darah
Tekanan sebelum dan mmHg dan Stigmomano diastoliknya
darah sesudah diastolik <80 meter, <120 mmHg
Hemodialisa mmHg Stetoscope dan
2. Hipotensi diastoliknya
sistolik <80 mmHg
<90mmHg 2. Hipotensi bila
dan diastolik tekanan darah
<60 mmHg sistolik
3. Hipertensi bila <90mmHg
tekanan darah dan diastolic
sistolik ≥140 <60 mmHg
mmHg dan 3. Hipertensi bila
diastolik ≥90 tekanan darah
mmHG sistolik ≥140
mmHg dan
diastolik ≥90
mmHG

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling


3.3.1 Populasi pada penelitian ini adalah 36 pasien Gagal ginjal yang
berkunjung di Rumah Sakit Islam Banjarmasin pada bulan Februari 2022.

3.3.2 Sampel pada penelitian ini adalah 31 penderita Gagal ginjal di Rumah
sakit islam kota Banjarmasin. Kriteria Inklusi dan Ekslusi pada penelitian
ini adalah:
3.3.2.1 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang dimiliki oleh
subjek penelitian dari target populasi yang ingin diteliti.
a. Pasien gagal ginjal yang dilakukan hemodialisa
b. Pasien dengan tingkat kesadaran compos mentis
c. Bersedia menjadi responden
d. Pasien kunjungan ulang
e. Pasien dalam keadaan sadar, dewasa, dapat baca tulis, dan
mampu berkomunikasi.
44

3.3.2.2 Kriteri Eksklusi


Kriteria ekslusi adalah subjek penelitian yang dikeluarkan karena
adanya alasan.
a. Pasien Gagal ginjal dengan komplikasi selain hipertensi

3.4.3 Teknik pengambilan sampel


Teknik pegambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


3.5.1 Tempat
Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Islam, Kecamatan Banjarmasin
Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

3.5.2 Waktu penelitian


Waktu pembuatan skripsi mulai tanggal 29 Desember 2021, kemudian
waktu penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2022,
dan hasil sidang akhir skripsi dilakukan pada bulan Juli 2022.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan adalah monitor tekanan darah dan
pengumpulan data variabel teknik relaksasi Benson adalah lembar observasi.
Adapun kisi-kisi teknik relaksasi Benson yang diobservasi adalah sebagai
berikut:

No. Indikator No. Item Jumlah Item


1 Memilih kalimat spiritual 1 1
2 Berbaring rileks 2 1
3 Menutup mata 3 1
4 Mengendorkan otot 4 1
5 Bernafas secara alamiah dan 5 1
mengucapkan kalimat spiritual
6 Memfokuskan pikiran 6 1
7 Durasi relaksasi 7 1
8 Berbaring dan istirahat buka pikiran 8 1
mengenai hal-hal baik
Jumlah 8
45

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Langkah-Langkah Relaksasi Benson

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses mengumpulkan pendekatan dan
karakteristik dari subjek yang diperlukan untuk penelitian (Nurasalam 2016).
3.7.1. Persiapan
1. Melakukan prosedur permohonan izin ke bagian akademik prodi S1
keperawatan
2. Peneliti pada tanggal 11 februari 2022 meminta surat izin Studi
Pendahuluan dari Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Peneliti meminta surat izin penelitian pada tanggal 14 februari 2022
ke Rumah sakit islam Banjarmasin.
4. Memilih responden sesuai kriteria sampel.
5. Meminta izin dan melakukan kontrak waktu kepada 2 responden
untuk melakukan studi pendahuluan
6. Melakukan studi pendahuluan pada 2 responden sesuai dengan
kontrak waktu yang telah di sepakati.

3.7.2. Pelaksanaan
1. Melakukan prosedur surat permohonan uji etik dan permohonan izin
penelitian
2. Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti mengumpulkan data sesuai
dengan focus penelitian dan tujuan penelitian.
3. Peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan seperti lembar
observasi dan kuisioner, alat tulis dan inform consent.

3.8 Teknik Pengolahan Data


3.8.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan suatu cara atau proses dalam memperoleh
atau mengumpulkan data untuk penelitian. Tahapan dalam pengolahan
data, yaitu: (Masturoh dan Temesvari 2018).
3.8.1.1 Editing
46

Langkah dalam melihat pengisian yang lengkap, adanya


kesalahan, konsisten, dan relavan dari jawaban yang diberikan
oleh responden dalam pengisian lembar observasi disebut editing.

Lembar observasi yang sudah dikumpulkan peneliti harus dicek


kembali kelengkapan jawabanya. Semua data yang terisi benar
dan juga lengkap merupakan hasil yang di dapatkan dari editing,
tetapi bila tidak memugkinkan, jawaban dari pertanyaan yang
tidak lengkap tidak diolah atau data tersebut dimasukan dalam
pengolahan “data missing” (Nursalam,2016).

3.8.1.2 Coding
Setelah melakukan editing pada lembar observasi, selanjutnya
data diberikan kode atau proses coding. Proses coding ialah
proses mengubah data yang semula berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data dalam bentuk angaka atau bilangan.

3.8.1.3 Tabulating
Langkah ini dilakukan setelah langkah editing dan coding selesai.
Setelah semua data dikumpulkan, selanjutnya akan dilakukan
tabulasi dan dikupulkan sesuai variabel yang ada.

3.8.1.4 Data Entry


Dalam langkah ini data hasil penelitian dimasukan dalam tabel
dan kemudian diolah diaplikasi komputer.

3.8.1.5 Data Entry (Processing)


Data Entry merupakan proses dengan mengisi kolom dengan
kode angka atau bilangan sesuai dengan jawaban responden atas
pertanyaan yang disediakan agar mudah untuk dianalisis. Untuk
menghindari kesalahan pada proses data entry, peneliti merekap
jawaban responden kemudian dimasukkan ke dalam program
komputer untuk dianalisa. Data yang dianalisa yaitu data hasil
47

observasi dan data hasil wawancara melalui aplikasi pengolahan


data di komputer, yaitu aplikasi SPSS.

3.8.2 Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis bivariat.
Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan dengan
mempertimbangkan sifat – sifat dari dua variabel dalam hubungan satu
sama lain, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari analisisnya. Data
observasi pasien gagal ginjal dan wawancara berdasarkan skala likert yang
bersifat skala ordinal, sehingga merupakan data kategorik dan disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase.

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan komputerisasi untuk


menganalisis adanya hubungan antara dua variabel yang digunakan yaitu
Adanya perbedaan Tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
Hemodialisa dengan menggunakan uji beda Wilcoxon (Hardani., 2020).

3.9 Etika Penelitian


Etika adalah usaha manusia atau seperangkat prinsip yang harus dipatuhi agar
pelaksanaan suatu kegiatan oleh seseorang atau sebuah profesi dapat berjalan
secara benar. Etika merupakan aturan yang harus dipegang oleh peneliti dalam
melakukan penelitian. Dalam ranah penelitian, etika lebih merujuk ke prinsip
etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian.

Beberapa etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (Komisi
Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017; Indar, Aminuddinsyam & Arifin, 2020) :

3.9.1 Respect for Persons


Setiap orang memiliki hak otonomi (hak untuk memilih) atas sebuah
keputusan yang akan diambilnya. Subjek sangat diperlukan dalam sebuah
penelitian, dimana untuk menentukan andil seseorang dalam menjadi
subjek penelitian dengan memegang hak otonomi diperlukan sebuah
48

informed consent. Informed consent adalah lembar persetujuan yang


diberikan oleh individu kompeten yang telah menerima informasi
tertentu, telah cukup memahami dan membuat keputusan tanpa
mengalami paksaan, pengaruh yang tidak semestinya atau bujukan,
bahkan intimidasi.

Informed consent diberikan dan harus dipahami oleh orang lain (subjek)
sehingga dapat memberdayakan subjek untuk membuat keputusan
tentang mengikuti atau tidak dalam penelitian secara sukarela. Jika
subjek bersedia menjadi menjadi responden dalam penelitian, maka
subjek harus bersedia untuk menandatangani lembar persetujuan dan jika
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden dalam
memilih.

3.9.2 Beneficience (Asas Manfaat)


Prinsip dasar asas manfaat adalah suatu penelitian dapat meminimalkan
risiko yang merugikan dan meningkatkan manfaat bagi subjek. Penelitian
juga harus dilakukan dengan mempertimbangkan risiko dan keuntungan
bagi subjek dan partisipasinya dalam penelitian tidak digunakan dalam
hal – hal yang merugikan bagi subjek.

Peneliti diharuskan untuk memberikan informasi yang jelas dan desain


penelitian harus memerhatikan keselamatan dan kesehatan subjek
penelitian. Manfaat penelitian ini bagi subjek, yaitu mengetahui adanya
pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah hemodialisa pada pasien
gagal ginjal di rumah sakit islam banjarmasin.

3.9.3 Anonimity (Tanpa Nama) dan Confidentally (Kerahasiaan)


Masalah ini merupakan masalah etika, dimana peneliti memberikan
jaminan kerahasiaan akan informasi respondennya dengan tidak
menampilkan dan memberikan informasi mengenai identitas responden
baik nama ataupun informasi lain yang bersifat pribadi pada lembar
49

kuesioner dan instrumen lainnya untuk menjaga anonimitas dan


kerahasiaan.

Peneliti hanya menuliskan kode berupa nomor (identification number)


atau inisial pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan sebagai pengganti identitas responden dengan menggunakan
koding.

3.9.4 Justice (Keadilan)


Prinsip keadilan bermakna akan keterbukaan dan adil. Prinsip keadilan
menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan keuntungan
dan beban secara merata kepada subjek atau menurut kebutuhan,
kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas dari responden yang dijadikan
sebagai subjek. Dalam penelitian ini, peneliti tidak boleh
mendiskriminasi dan membedakan suku, ras, agama maupun budaya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Tempat Penelitian


4.1.1. Profil Rumah Sakit
4.1.1.1. Lokasi Tempat Penelitian
a. Nama : Rumah Sakit Islam Banjarmasin
b. Kelas : Tipe C
c. Status : Swasta
d. Kepemilikan : Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Kalimantan Selatan
e. Alamat : Jl. S. Parman No. 88 Banjarmasin 70115
f. Kecamatan : Banjarmasin Tengah
g. Kabupaten/Kotamadya : Banjarmasin
h. Propinsi : Kalimantann Selatan
i. Luas tanah : 11. 350 M2
j. Jumlah Tempat Tidur : 115 TT
k. Nomor Telpon : (0511) 3354896, 3350332, 3350335
l. Nomor Fax : (0511) 3351690
m. Terakreditasi : KARS-SERT/384/IV/2017 (Perdana)
4.1.1.2. Visi
Mewujudkan Rumah Sakit Islam Banjarmasin sebagai rumah sakit yang
profesional, bermutu dan menjadi pilihan dan kebanggaan masyarakat
4.1.1.3. Misi
Rumah Sakit Islam Banjarmasin didirikan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat, membantu pasien untuk memperoleh kesehatan jasmani dan
rohani juga sebagai media dakwah islamiah
4.1.1.4. Moto
C : Cepat dalam pelayanan
I : Islami dalam pengabdian
N : Nyaman bagi pelanggan
T : Tepat dalam tindakan
A : Aman dan bermutu
4.1.1.5. Tujuan
51

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tanpa membedakan suku,


agama, ras, aliran serta membentuk mental spiritual yang Islami

4.2. Hasil Penelitian


Hasil dari penelitian yang dilakukan di ruang hemodialisa Rumah Sakit Islam
Banjarmasin tahun 2022 mengenai pengaruh terapi relaksasi benson terhadap perubahan
tekanan darah pada pasien gagal ginjal yang dilakukan hemodialisa, yaitu :
4.2.1. Usia Responden
Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik responden menurut usia pada pasien hemodialisa di
Rumah Sakit Islam Barmasin tahun 2022

No. Usia Frekuensi (f) Persentase (%)


1. 26 – 35 tahun 1 3,2%
2. 36 – 45 tahun 4 12,9%
3. 46 – 55 tahun 11 35,5%
4. 56 – 65 tahun 12 38,7%
5. 66 – 75 tahun 3 9,7%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik usia responden
terbanyak adalah 56 – 65 tahun sebanyak 12 responden (38,7%).

4.2.2. Jenis Kelamin Responden


Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2
sebagai berikut :
Tabel 4.2 Karakteristik responden menurut jenis kelamin pada pasien hemodialisa
di Rumah Sakit Islam Barmasin tahun 2022
No.Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Laki-Laki 20 64,5%
2. Perempuan 11 35,5%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa karakteristik jenis kelamin responden
terbanyak adalah laki-laki sebanyak 20 responden (64,5%).

4.2.3. Pendidikan Responden


52

Tabel 4.3 Karakteristik responden menurut pendidikan pada pasien hemodialisa


di Rumah Sakit Islam Barmasin tahun 2022

No. Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)


1. SD 9 29%
2. SMP 3 9,7%
3. SMA 10 32,3%
4. Perguruan Tinggi 9 29%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa karakteristik pendidikan responden
terbanyak adalah SMA sebanyak 10 responden (32,3%).

4.2.4. Pekerjaan Responden


Tabel 4.4 Karakteristik responden menurut pekerjaan pada pasien hemodialisa di
Rumah Sakit Islam Barmasin tahun 2022

No. Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)


1. Tidak Bekerja 8 25,8%
2. Swasta 13 41,9%
3. Wiraswasta 2 6,5%
4. PNS 9 25,8%
Total 31 100%
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa karakteristik pekerjaan responden
terbanyak adalah swasta sebanyak 13 responden (41,9%).

4.3. Analisis Univariat


4.3.1. Tekanan Darah Sebelum Intervensi
Tabel 4.5 Tekanan Darah Sebelum Terapi pada Kelompok Intervensi pasien
hemodialisa di Rumah Sakit Islam Barmasin tahun 2022

No Tekanan Darah Sebelum Terapi F %


1 120 – 139/50-69 mmHg 1 1,6%
2 140 – 159/70-79 mmHg 13 21%
3 160 – 179/80-89 mmHg 11 17,7%
4 180 – 200/90-99 mmHg 6 9,7%
Total 31 100
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan tekanan darah sebelum dilakukan intervensi
relaksasi benson data yang terbanyak yaitu pada tekanan darah 140 – 159/70 – 79
mmHg yang masuk dalam kategori hipertensi sebanyak 13 responden (21%)
53

4.3.2. Tekanan Darah Sesudah Intervensi


Tabel 4.6 Tekanan Darah Sesudah Terapi pada Kelompok Intervensi pasien
hemodialisa di Rumah Sakit Islam Barmasin tahun 2022

No Tekanan Darah Sesudah Terapi F %


1 120 – 139/50-69 mmHg 13 21%
2 140 – 159/70-79 mmHg 8 12,9%
3 160 – 179/80-89 mmHg 7 11,3%
4 180 – 200/90-99 mmHg 3 4,8%
Total 31 100
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan tekanan darah sesudah dilakukan intervensi
relaksasi benson data yang terbanyak yaitu pada tekanan darah 120 – 139/50 – 69
mmHg yang masuk dalam kategori normal sebanyak 13 responden (21%).

4.4. Analisis Bivariat


4.4.1. Uji Normalitas Tekanan Darah Sistolik
Tabel 4.7. Uji Normalitas Data Tekanan Darah Pasien Hemodialisa di Rumah
Sakit Islam Banjarmasin tahun 2022

Tekanan Darah Sig


Sebelum (Pre) 0,000
Setelah (Post) 0,000
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan hasil uji normalitas dengan nilai p-value (sig)
0,000 atau di bawah α = 0,05 (p < 0,05) pada kelompok tekanan darah sistolik
sebelum diberikan intervensi p value (sig) 0,000 atau dibawah α = 0,05 (p <0,05)
pada kelompok tekanan darah sesudah diberikan intervensi. Dengan demikian
karena p-value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tekanan darah sistolik
pasien hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan intervensi tidak berdistribusi
normal.

4.4.2. Uji Beda Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Intervensi


Tabel 4.9 Uji Beda Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pre – Post Intervensi
Relasksasi Benson pada Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Banjarmasin

Mean Median
Variable N P-value
Min-Max
Tekanan Darah Pre 31 160,32/80,10 0,000
161/80
Intervensi 133-198/69-95
Tekanan Darah Post 152,42/75 149/75
54

Intervensi 124-192/56-91
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa tekanan darah pada pasien hemodialisa
sebelum dilakukan terapi berada pada rentang 133 – 198 mmHg (sistolik) dan 69 –
95 mmHg (diastolik) dengan nilai rata-rata tekanan darah yaitu 160-80 mmHg dan
setelah dilakukan terapi, tekanan darah pasien berada pada rentang 124 – 192
mmHg (sistolik) dan 56 – 91 mmHg (diastolik) dengan nilai rata-rata tekanan
darah 149/75 mmHg. Hasil uji Wilcoxon pada kelompok Tekanan Darah Pre - Post
dengan signifikansi 0,000 < 0,050. Karena nilai sig (p) 0,000 atau dibawah α= 0,05
(p <0,05) maka dapat disimpulkan terdapat penurunan tekanan darah sebelum dan
sesudah diberikan intervensi relaksasi benson pada pasien yang menjalani
hemodialisa.

4.5. Pembahasan
4.5.1. Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Intervensi Terapi Relaksasi Benson
Tekanan darah pada pasien hemodialisa sebelum diberikan intervensi relaksasi
benson, ditunjukan data yang terbanyak berdasarkan tabel 4.5 yaitu pada rentang
140 – 159/70 – 79 mmHg sebanyak 13 (21%).

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Darmawan (2014) “dengan judul
pengaruh relaksasi benson terhadap perubahan tekanan darah pada pasien
hipertensi di puskesmas Denpasar”, dalam penelitiannya mengatakan Rata-rata
tekanan darah sistolik pasien hipertensi sebelum diberikan relaksasi benson
adalah 143,45 mmHg dan tekanan darah diastoliknya adalah sebesar 87,67 mmHg
dan dapat disimpulkan bahwa tekanan darah pasien lebih tinggi sebelum
dilakukan terapi relaksasi benson.

Menurut Aulia, R. (2017), faktor yang mempengaruhi hipertensi dibagi menjadi 2


kelompok, yaitu Faktor yang tidak dapat diubah dan Faktor yang dapat diubah,
Untuk Faktor yang tidak dapat diubah seperti Riwayat keluarga, usia, jenis
kelamin, rasa tau etnis. Sedangkan Faktor yang dapat diubah kebiasaan gaya
hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain yaitu merokok,
kurang aktivitas fisik, konsumsi alcohol, kebiasaan minum kopi, kebiasaan
mengkonsumsi makanan mengandung banyak garam, kebiasaan mengkonsumsi
makanan berlemak.
55

Menurut asumsi Peneliti yang sudah melakukan penelitian dan sesuai dengan
fakta di lapangan menyatakan bahwa memang benar terdapat tingginya tekanan
darah atau tidak ada perubahan tekanan darah pada pasien sebelum dilakukan
intervensi terapi relaksasi benson pada pasien hemodialisa di rumah sakit islam
banjarmasin.

Tekanan darah 120 – 139/50-69 mmHg yang masuk dalam kategori normal
sebanyak 1 responden (1,6%). Tekanan darah 160 – 179/80-89 mmHg yang
masuk dalam kategori hipertensi sebanyak 11 responden (17,7). Tekanan darah
180 – 200/90-99 mmHg yang masuk dalam kategori hipertensi sebanyak 6
responden (9,7%). Dari hasil data penelitian ini dapat dilihat bahwa ada 1
responden dengan tekanan darah masuk kategori normal, ada 17 responden
dengan tekanan darah masuk kategori hipertensi. Hal itu diakibatkan karena
kurangnya pola hidup sehat dari responden yang berdampak jika hipertensi tidak
segera diatasi akan muncul penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal, dimana dari
hasil penelitian yang saya lakukan banyaknya responden yang mengalami
hipertensi saat dilakukan hemodialisa. Salah satu cara untuk menurukan
hipertensi dengan menggunakan terapi relaksasi benson.

4.5.2. Tekanan Darah Sesudah Dilakukan Intervensi Terapi Relaksasi Benson


Tekanan darah pada pasien hemodialisa sesudah diberikan intervensi relaksasi
benson, ditunjukan data yang terbanyak berdasarkan tabel 4.6 yaitu pada rentang
120 – 139/50 – 69 mmHg sebanyak 13 responden (21%).

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Darmawan (2014) “dengan judul
pengaruh relaksasi benson terhadap perubahan tekanan darah pada pasien
hipertensi di puskesmas Denpasar”, dalam penelitiannya Rata-rata tekanan darah
sistolik pasien hipertensi sesudah diberikan relaksasi benson adalah sebesar
133,67 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik adalah sebesar 82,33 mmHg.
dan dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami penurunan tekanan darah saat
sesudah dilakukan terapi relaksasi benson.
56

Menurut (Dewi, 2014) dan (Dervis, 2013). Latihan relaksasi Benson terbukti
memodulasi stres terkait kondisi seperti marah, cemas, disritmia jantung, nyeri
kronik, depresi, hipertensi dan insomnia serta menimbulkan perasaan menjadi
lebih tenang. Manfaat dari Relaksasi Benson terbukti memodulasi stres terkait
kondisi seperti marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi, hipertensi
dan insomnia serta menimbulkan perasaan menjadi lebih tenang dan nyaman.

Menurut asumsi Peneliti yang sudah melakukan penelitian dan sesuai dengan
fakta di lapangan menyatakan bahwa memang benar terdapat penurunan terhadap
tekanan darah atau atau dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan tekanan
darah pada pasien sesudah dilakukan intervensi terapi relaksasi benson pada
pasien hemodialisa di rumah sakit islam banjarmasin.

Tekanan darah 120 – 139/50-69 mmHg yang masuk dalam kategori normal
sebanyak 13 responden (8%). Tekanan darah 160 – 179/80-89 mmHg yang
masuk dalam kategori hipertensi sebanyak 7 responden (4,8%). Tekanan darah
180 – 200/90-99 mmHg yang masuk dalam kategori hipertensi sebanyak 3
responden (4,8%). Dari hasil data dapat dilihat setelah dilakukan terapi relaksasi
benson terjadi penurunan tekanan darah yang awalnya normal hanya 1 responden
menjadi 13 responden dan responden yang mengalami hipertensi dari 17
responden menjadi 10 responden. Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa
terapi relaksasi benson dapat mempengaruhi tekanan darah.

4.5.3. Perbedaan Analisa sebelum dan sesudah intervensi


Terdapat Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien Hemodialisa Sebelum dan
Sesudah Diberikan Intervensi Relaksasi Benson. Dikatakan sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi terapi relaksasi tekanan darah pasien tidak berdristribusi
normal dengan nilai p-value (sig) 0,000 atau di bawah α = 0,05 (p < 0,05).
Tekanan darah pada pasien hemodialisa sebelum dilakukan terapi berada pada
rentang 133 – 198 mmHg (sistolik) dan 69 – 95 mmHg (diastolik) dengan nilai
rata-rata tekanan darah yaitu 160-80 mmHg dan setelah dilakukan terapi, tekanan
darah pasien berada pada rentang 124 – 192 mmHg (sistolik) dan 56 – 91 mmHg
(diastolik) dengan nilai rata-rata tekanan darah 149/75 mmHg. Hasil uji Wilcoxon
pada kelompok Tekanan Darah Pre - Post dengan signifikansi 0,000 < 0,050.
57

Karena nilai sig (p) 0,000 atau dibawah α= 0,05 (p <0,05) maka dapat disimpukan
terdapat penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan intervensi
relaksasi benson pada pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin.

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Darmawan (2014) “dengan judul
pengaruh relaksasi benson terhadap perubahan tekanan darah pada pasien
hipertensi di puskesmas Denpasar”, dalam penelitiannya terdapat perbedaan yang
signifikan antara tekanan darah pasien hipertensi sebelum dan sesudah diberikan
relaksasi benson dengan nilai p=0.000 dimana terjadi penurunan rata-rata tekanan
darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi yang diberikan relaksasi
benson. Rata-rata tekanan darah sistolik turun sebesar 9,89 mmHg dan tekanan
darah diastolik rata-rata turun sebesar 5,34 mmHg maka dari itu dapat
disimpulkan terdapat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan relaksasibenson
dengan hasil adanya penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Menurut (Oktavianti, 2015) dan (Dewi, 2014). Relaksasi Benson adalah salah
satu cara Non-Pharmacological Treatment yaitu suatu teknik pengobatan untuk
menghilangkan nyeri, insomnia (tidak bisa tidur) atau kecemasan yaitu
mengkombinasikan teknik relaksasi progresif otot dengan relaksasi religius untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Latihan relaksasi Benson terbukti memodulasi
stres terkait kondisi seperti marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi,
hipertensi dan insomnia serta menimbulkan perasaan menjadi lebih tenang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil Hipotetis peneliti yaitu, ada perbedaan
tekanan darah pada pasien gagal ginjal sebelum dan sesudah diberikan terapi
relaksasi benson di rumah sakit islam banjarmasin. Dibuktikan hasil uji Wilcoxon
pada kelompok Tekanan Darah Sistolik Pre - Post dengan signifikansi 0,000 <
0,050. dan pada kelompok Tekanan Darah Diastolik Pre – Post dengan
signifikansi 0,000. Karena nilai sig (p) 0,000 atau dibawah α 0,050 (p <0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah sebelum dan
sesudah diberikan intervensi relaksasi benson pada pasien yang menjalani
hemodialisa di rumah sakit islam banjarmasin.
58

4.6. Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam menyusun skripsi ini adalah dalam
pengumpulan data peneliti harus sabar dan menunggu apabila responden sedang istirahat
atau tidur pada saat hemodialisa dan atau saat ingin melakukan penelitian pada
responden.

4.7. Implikasi Penelitian Dalam Bidang Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar perawat dalam menurunkan tekanan
darah pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa. Perawat dapat
menginformasikan dan mengajarkan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa agar
dapat melakukan terapi relaksasi benson baik sebelum dan sesudah melakukan
hemodialisa agar pasien dapat tetap tenang dan rileks sehingga berdampak pada
penurunan tekanan darahnya.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
5.1.1. Ada pengaruh tekanan darah sebelum diberikan intervensi relaksasi benson pada
pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
5.1.2. Ada pengaruh tekanan darah sesudah diberikan intervensi relaksasi benson pada
pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
5.1.3. Ada pengaruh pemberian terapi relaksasi benson terhadap tekanan darah pada
pasien yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

5.2. Saran
5.2.1. Bagi Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan mampu
mengaplikasikan terapi relaksasi benson dilapangan dimana hasil penelitian ini
terdapat perbedaan tekanan darah pada pasien gagal ginjal sebelum dan sesudah
hemodialisa setelah diberikan terapi relaksasi benson.
5.2.2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan mampu dan diterapkan dalam
praktik keperawatan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan untuk
penelitian selanjutnya mengenai terapi relaksasi benson atau terapi lainnya dalam
penurunan tekanan darah pada pasien gagal ginjal yang mengalami hemodialisa.
5.2.3. Bagi Akademik
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan untuk Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin dalam bidang keperawatan tentang adanya
perbedaan tekanan darah pada pasien gagal ginjal sebelum dan sesudah
hemodialisa setelah diberikan terapi relaksasi benson.
5.2.4. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pasien untuk
meningkatkan pengetahuan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa
tentang adanya perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah hemodialisa
setelah diberikan terapi relaksasi benson.

59
DAFTAR PUSTAKA

AHA (american heart association). (2017). Hypertension : The Silent Killer :


Updated JNC-8 Guideline Recommendations. Alabama Pharmacy Association.
https://doi.org/0178-0000-15-104-H01-P
Andri, J., Padila, P., Sartika, A., Andrianto, M. B., & Harsismanto, J. (2021).
Changes of Blood Pressure in Hypertension Patients Through Isometric
Handgrip Exercise. https://doi.org/10.31539/josing.v1i2.2326
Annisa A.F.N, Wahiduddin, Ansar J. (2013). Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Berobat Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Pattingalloang Kota
Makassar. Makassar : Universitas Hasanuddin
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info
Media
Aulia & Dwi (2017). Jurnal Ilmiah kesehatan, 9(1). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada lansia di upt puskesmas cileungsi kabupaten
bogor tahun 2016
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialih bahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria.
Benjamin C. Wedro, MD, FAAEM. 2015. Asuhan Keperawatan Hipotensi. STIKES
An Nur Purwodadi. (https://www.academia.edu/29454
170/makalah_hipotensi.docx) diakses 17 Februari 2020
Benson, H., & Proctor, W. (2002). Dasar-dasar respon relaksasi: bagaimana
menggabungkan respon relaksasi dengan keyakinan pribadi anda (alih bahasa
oleh Nurhasan). Bandung: Kaifa.
CDC (2018) Chronic Kidney Disease in the United States. Centers for Disease
Control and Prevention. Atlanta, GA: US Department of Health and Human
Services. Available at https://www.cdc.gov/kidneydisease/publ ications-
resources/2019-national-facts.ht ml
Danuyanti, I., Kristinawati, E. & Resnhaleksmana, E. (2014) „Hubungan Kadar Nitrit
Oksida (NO) dalam Darah Terhadap Resiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2
dengan Hipertensi di RSUP NTB‟, Jurnal Kesehatan Prima, 8(1), pp. 1207–1215.

60
61

Depkes. 2018. Cegah dan Kendalikan Penyakit Ginjal dengan CERDIK dan PATUH.
http://www.depkes.go.id
Dewi, S. P. (2015). Hubungan Lamanya Hemodialisa dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogjakarta: PENERBIT
DEEPUBLISH
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan (2022). Profil dinas kesehatan provinsi
Kalimantan selatan tahun 2019,2020,2021; Kalimantan selatan.
Fikri, M. K. (2018). Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Desa Sukosari Wilayah Kerja Puskesmas
Dagangan Kabupaten Madiun. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun, 10(2), 1–15.
Fitriani, N., & Nilamsari, N. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tekanan Darah Pada Pekerja Shift Dan Pekerja Non-Shift Di PT. X Gresik.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2il.948
Grece, F. R., Luck, T. K., & Mulyadi. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Di Rsup. Prof. Dr. R.D. Kandou
Dan Rs Tk.Iii R.W. Mongisidi Teling Manado. e-Journal Keperawatan (e-Kp).
Handayani, R. S., & Rahmayati, E. 2016. Faktor faktor Yang Berhubungan Dengan
Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Yang Menjalani
Hemodialisis. Keperawatan, IX (2), 238–245.
Hendrawan.A Sampurno.B;Cahyandi.K. 2019. Gambaran Tingkat Pengetahuan
Tenaga Kerja PT “X” Tentang Undang-Undang Dan Peraturan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja. Jurnal Delima Harapan:Vol.6 No.2.
Hidayati, N., Paryono, & Wibowo, S. (2019). Hipotensi ortostatik pada pasien dengan
diabetes: Strategi pengobatan secara komprehensif. Berkala Neurosains, 18(2),
63–70.
Ignacak, E., Cieniawski, D., Bętkowska-Prokop, A., Osuch, C., Kuźniewski, M., &
Sułowicz, W. (2017). Beneficial effect of kidney transplantation from a deceased
donor on severe chronic refractory intradialytic hypotension–a case report. BMC
nephrology, 18(1), 248. DOI : h-y
Inrig JK, Patel UD, Toto RD, Reddan DN, Himmelfarb J, Lindsay RM. Decreased
pulse pressure during hemodialysis is associated with improved 6-month
outcomes. Kidney Int. 2009;76(10).
62

Insan & Kurniawaty, (2016). Pengaruh kopi terhadap hipertensi, Fakultas


kedokteran,https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/
viewFile/1069/908
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 210-224 Pengukuran Kualitas Hidup
Pasien Hemodialisis Gagal Ginjal Kronik di RSUD Ulin banjarmasin
Menggunakan Instrumen EQ5D
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 4, No. 2, September 2018., Pengaruh
Tindakan Hemodialisa Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Klien Gagal
Ginjal Kronik di Rumah Sakit IMELDA Medan Tahun 2018
Jurnal Keperawatan Suaka Insan| Volume 5 Edisi I, Juni 2020 Supports System
Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani Hemodialisa di Rsud
Ulin Banjarmasin 2020
Kemenkes RI 2018, Gejala Hipertensi, Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kemenkes. 2018. Cegah dan kendalikan Penyakit Ginjal
dengan Cerdik. Jakarta.www.depkes.go.id Diakses Maret 2018.
Khairunnisa A. (2016). Hubungan Religiusitas Dengan Kebahagiaan Pada Pasien
Hemodialisa Di Klinik Hemodialisa Muslimat Nu Cipta Husada. Jurnal Ilmiah
Psikologi, Volume 9, Nomor 1:1–8.
Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2017) Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Nasional, Kementerian Kesehatan RI. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-sehat-
dengan-pendekatan-keluarga.html.
LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa.
Jakarta: EGC
Low. PA and Tomalia, VA. Orthostatic Hypotension: Mechanisms, Causes,
Management. Orthostatic Hypotension: Mechanisms, Causes, Management. J
Clin Neurol 2015; 11(3):220-226.
Muhtadi, I. (2013). Hipotensi. Retrieved rom www.indramuhtadi.com
Muttaqin, Arif, Kumala, Sari. (2011). Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika
63

National kidney foundation 2018, ANNUAL Report, 30 East 33 Street New York,
NY10016Kidney.org,https://www.kidney.org/sites/default/files/NKF_2018_Annu
al_Report.pdf
Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada Sistem Perkemihan dan
Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublisher.
Nuraini,B. (2015). Risk factors of hypertension. J Majority. Volume 4 Nomer 5:10-19.
Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan . Jakarta: Selemba Medika
Norris & Nissenson, 2008. Race Gender and Socioeconomic. Disparites in CKD in
the United States, http://jasn.asjournals. org/contens/19/7/1261, diakses tanggal
14 Maret 2018
Norris, K and Nissenson, AL. 2008. Race, Gender, and Socioeconomic Disparities in
CKDin the United States. www.jasn.org
Palmer. (2007). Simple guide Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Novitasari, I., Nuraeni, A., & Supriyono, M. (2014). Pengaruh Terapi Relaksasi
Benson Terhadap Penurunan Stress Kerja Pada Karyawan Di PT Tri Cahya
Purnama. Jurnal Ilmu keperawatan dan Kebidanan (JIKK).
Oktaviani, I. R. (2014). Refrat Tumor Tiroid. Bandung: Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggoroka Bedah Kepala dan Leher FK UNPAD.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan sistem
perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pranata, A. E., & Prabowo, E. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prasetyono, D. S. (2016). Tanda Bahaya dariTubuh. Yogyakarta: FlashBooks.
Ratnawati. 2011. Tingkat Kecemasan Pasien dengan Tindakan Hemodialisa. Jurnal
Health & Sport, Vol 3, No. 2 : 285-362.
Rini, A. S., & Suryandari, D. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Chronic Kidney
Disease (CKD) dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman: Ansietas.
Stikes Kusuma Husada Surakarta
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan,KementerianRI,2018.http://www.depkes.go.id/resources/download/
infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas 202018.pdf – Diakses
Agustus 2018
64

Riska., Misrawat.I., & Agrina.(2013). Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap


Penurunan Kecemasan pada Pasien Kanker Servik. Journal. PSIK . Universitas
Riau.
Rizqiea, N. S., Munawaroh, M., Hapsari, H. I., & Ekacahyaningtyas, M. (2017).
Terapi Murottal dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan
Hemodialisa di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Adi Husada
Nursing Journal, 3(2), 65–69
Robinson, J.M., & Saputra, L. (2014). Buku Ajar Visual Nursing Medikal Bedah
(Jilid 1). Jakarta : Binarupa Aksara
Sucipto, C. D. (2020) Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
ALFABETA.
Steinbaum, SR. WebMD (2017). Understanding Low Blood Pressure
Suwira K. Penyakit ginjal kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, KMS, Setiati
S, editors. Buku ajar ilmu Penyakit Dalam. I ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2006. P. 570-3.
Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yokyakarta: Graha Ilmu.
WHO. 2013. Global Health Obeservatory (GHO) Raised Blood Pressure Situation
and Trends.
Wijaya A.S., & Putri Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Medah, Jakarta: Nuha
World Health Organization (WHO). (2020). Hypertension Guideline Committee.
Guidelines of the management of hypertension. J Hypertension.
2020;21(11):1983-9
WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization;
2015
World Health Organization. (2015) The World Health Organization ; Quality Of
Life.Diakses pada tanggal 10 Maret 2020 dari http//www.whoqol.breff.org.
Yuniarsih, L. (2017). Keajaiban Murottal Al Quran Bagi Kesehatan. . Diakses 7 Maret
2018.
LAMPIRAN
66

Lampiran 1 instrumen penelitian

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

“Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah


Pada Pasien Gagal Ginjal yang Dilakukan Hemodialisa di Rumah
Sakit Islam Banjarmasin”

Data Umum :
Hari/Tgl Pengisian :
No. Responden :
Nama Responden :
Umur :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Alamat :

Data Khusus :
Tekanan Darah
No Nama
. Tekanan Darah Sebelum Tekanan Darah Sesudah
Dilakukan relaksasi Benson Dilakukan relaksasi
Benson
Sistole Diastole Sistole Diastole
67

Lampiran 2 izin studi pendahuluan


68

Lampiran 3 izin penelitian


69

Lampiran 4 uji etik


70

Lampiran 5 informed consent

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:
Saudara/i Responden
Di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi program studi S1 keperawatan
Fakultas keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin :

Nama : Muhammad Aldy Sa’bani


NPM : 1814201110035
Alamat : Jl.Sulawesi gg.Musyawarah No.63
` No.Hp : 081649751601
Akan mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Terapi Relaksasi
Benson Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal yang Dilakukan
Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

Penulis menjamin kerahasiaan baik dalam hal identitas maupun pernyataan terlampir,
untuk itu penulis tidak meminta saudara/i untuk melampirkan nama sebenarnya pada lembar
observasi.

Untuk keperluan diatas penulis mohon kesediaan saudara/i untuk berparsitipasi dalam
melakukan terapi relaksasi benson yang akan dilakukan pada saat penelitian nanti.

Risiko yang muncul baik secara fisik maupun psikologis selama bapak/ibu/saudara/i
jika menjadi responden yaitu kemungkinan kecil akan merasa ketidaknyamanan seperti
kelelahan atau jenuh saat melakukan terapi relaksasi benson ataupun risiko lainya, namun
jika hal tersebut bapak/ibi/saudara/i alami selama dan setelah penelitian maka peneliti akan
bertangung jawab sepenuhnya baik pada aspek medis maupun aspek hukum.

Penelitian ini bermanfaat bagi anda sebagai salah satu bahan pemikiran dan masukan
ilmu untuk menunjang peningkatan pengembangan keilmuan tentang Pengaruh terapi
71

relaksasi benson terhadap perubahan tekanan darah pada pasien gagal ginjal yang Dilakukan
Hemodialisa dan penelitian ini sebagai sumber informasi kepada penderita gagal ginjal
tentang pengaruh terapi relaksasi benson pada perubahan tekanan darah.

Sebagai bukti kesediaan bapak/ibu/saudara/i menjadi responden dalam penelitian ini,


saya mohon untuk menanda tangani lembar persetujuan pada identitas responden.
Bapak/ibu/saudara/i juga diberi kebebasan untuk mengundurkan diri jika selama penelitian
merasakan risiko yang disebutkan diatas atau terdapat suatu hal yang menyebabkan anda
keberatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Atas partisipasi anda penulis ucapkan terima kasih.

Banjarmasin, April 2022

(Muhammad Aldy Sa’bani)


72

Lampiran 6 dokumentasi penelitian


73

Lampiran 7 Rekapan Data dan Koding


TD TD TD TD Kodin Kodin Kodin Kodin
Jenis Sistol Diastol Sistol Diastol g Pre g Pre g Post g Post Selisih Kelompo
Responden Umur Kelamin Pekerjaan Pendidikan (Pre) (Pre) (Post) (Post) Sistol Diastol Sistol Diastol TD k
E 65 1 2 3 143 70 133 65 2 1 2 1 10 1
F 32 1 2 3 155 80 148 75 2 2 3 2 7 1
K 58 1 2 4 198 85 190 80 4 4 3 3 8 1
H 57 1 4 4 164 84 158 80 3 2 3 3 6 1
F 50 2 1 1 132 76 124 69 1 1 2 1 8 1
J 40 1 2 3 139 70 126 56 1 1 2 1 16 1
N 41 1 2 4 140 75 139 73 2 1 2 2 1 1
I 67 2 1 1 156 71 148 66 2 2 2 1 8 1
A 48 2 1 2 178 95 169 87 3 3 4 3 9 1
A 45 1 2 1 148 71 145 63 2 2 2 1 9 1
M 55 2 4 3 176 89 174 87 3 3 3 3 2 1
B 58 1 2 3 150 72 146 68 2 2 2 1 4 1
R 52 1 1 1 133 71 129 68 1 1 2 1 4 1
R 47 2 1 1 145 81 138 80 2 1 3 3 7 1
A 62 1 2 3 130 80 120 70 1 1 3 2 10 1
S 48 2 4 4 144 84 134 75 2 1 3 2 10 1
H 52 1 4 4 162 82 158 78 3 2 3 2 4 1
M 52 1 4 4 171 83 168 80 3 3 3 3 3 1
M 67 2 4 4 180 72 166 69 4 3 2 1 14 1
M 61 1 2 3 134 71 126 66 1 1 2 1 8 1
S 74 2 4 4 161 63 157 60 3 2 1 1 4 1
K 57 2 1 1 197 85 192 80 4 4 3 3 5 1
N 60 2 2 4 145 72 136 68 2 1 2 1 9 1
A 53 2 1 1 158 92 149 84 2 2 4 3 9 1
M 45 1 2 1 185 77 182 75 4 4 2 2 3 1
N 50 1 3 3 150 76 148 76 2 2 2 2 2 1
E 65 1 3 2 163 61 160 59 3 3 1 1 3 1
74

E 64 1 2 2 163 72 156 66 3 2 2 1 7 1
T 60 1 1 1 153 75 139 70 2 1 2 2 14 1
R 61 1 4 3 147 70 130 67 2 1 2 1 17 1
J 55 1 2 3 146 62 137 61 2 1 1 1 9 1
5 2
5 2
5 2
4 2
7 2
14 2
Keterangan Coding : 2 2
5 2
- Jenis Kelamin : 1 (Laki-Laki), 2 (Perempuan) 8 2
- Pekerjaan : 1 (Tidak Bekerja), 2 (Swasta), 3 (Wiraswasta), 4 (PNS) 8 2
- Pendidikan : 1 (SD), 2 (SMP), 3 (SMA), 4 (Perguruan Tinggi) 2 2
- Koding Pre Sistol : 1 (120 – 139 mmHg), 2 (140 – 159 mmHg), 3 (160 – 179 mmHg), 4 (180 – 200 mmHg) 4 2
- Koding Pre Diastol : 1 (50 – 69 mmHg), 2 (70 – 79 mmHg), 3 (80 – 89 mmHg), 4 (90 – 99 mmHg) 3 2
- Koding Post Sistol : 1 (120 – 139 mmHg), 2 (140 – 159 mmHg), 3 (160 – 179 mmHg), 4 (180 – 200 mmHg) 1 2
10 2
- Koding Post Diastol : 1 (50 – 69 mmHg), 2 (70 – 79 mmHg), 3 (80 – 89 mmHg), 4 (90 – 99 mmHg)
9 2
- Selisih Tekanan Darah : Tekanan Darah Sistol Pre + Post dikurang Tekanan Darah Diastol Pre + Post
4 2
- Kelompok : 1 (TD Sistol & Diastol Pre), 2 (TD Sistol & Diastol Post)
3 2
3 2
5 2
3 2
5 2
4 2
8 2
2 2
0 2
75

2 2
6 2
5 2
3 2
1 2
76

Lampiran SPSS

KARAKTERISTIK RESPONDEN :

Usia Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 26-35 tahun 1 1.6 3.2 3.2
36-45 tahun 4 6.5 12.9 16.1
46-55 tahun 11 17.7 35.5 51.6
56-65 tahun 12 19.4 38.7 90.3
66-75 tahun 3 4.8 9.7 100.0
Total 31 50.0 100.0
Missing System 31 50.0
Total 62 100.0

Jenis Kelamin Responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 20 32.3 64.5 64.5
Perempuan 11 17.7 35.5 100.0
Total 31 50.0 100.0
Missing System 31 50.0
Total 62 100.0

Pendidikan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 9 14.5 29.0 29.0
SMP 3 4.8 9.7 38.7
SMA 10 16.1 32.3 71.0
Perguruan Tinggi 9 14.5 29.0 100.0
Total 31 50.0 100.0
Missing System 31 50.0
Total 62 100.0

Pekerjaan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja
8 12.9 25.8 25.8

Swasta
13 21.0 41.9 67.7

Wiraswasta
2 3.2 6.5 74.2

PNS
8 12.9 25.8 100.0

Total
31 50.0 100.0
77

Missing System
31 50.0
Total
62 100.0
78

ANALISIS UNIVARIAT :

TekananDarahPre

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 120-139/50-69 mmHg 1 1.6 3.2 3.2

140-159/70-79 mmHg 13 21.0 41.9 45.2

160-179/80-89 mmHg 11 17.7 35.5 80.6

180-200/90-99 mmHg 6 9.7 19.4 100.0

Total 31 50.0 100.0


Missing System 31 50.0
Total 62 100.0

TekananDarahPost

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 120-139/50-69 mmHg 13 21.0 41.9 41.9

140-159/70-79 mmHg 8 12.9 25.8 67.7

160-179/80-89 mmHg 7 11.3 22.6 90.3

180-200/90-99 mmHg 3 4.8 9.7 100.0

Total 31 50.0 100.0


Missing System 31 50.0
Total 62 100.0
79

Tekanan Darah Sistolik Sebelum Intervensi


Statistics
TD Sistolik Pre

N Valid 31

Missing 31
Mean 160.32
Std. Error of Mean 3.344
Median 161.00
Std. Deviation 18.618
Variance 346.626
Range 65
Minimum 133
Maximum 198

TD Sistolik Pre
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 133 1 1.6 3.2 3.2
140 2 3.2 6.5 9.7
141 2 3.2 6.5 16.1
142 1 1.6 3.2 19.4
143 1 1.6 3.2 22.6
145 2 3.2 6.5 29.0
146 1 1.6 3.2 32.3
147 1 1.6 3.2 35.5
148 1 1.6 3.2 38.7
150 1 1.6 3.2 41.9
153 1 1.6 3.2 45.2
160 1 1.6 3.2 48.4
161 2 3.2 6.5 54.8
162 1 1.6 3.2 58.1
163 2 3.2 6.5 64.5
164 1 1.6 3.2 67.7
165 2 3.2 6.5 74.2
171 1 1.6 3.2 77.4
176 1 1.6 3.2 80.6
180 1 1.6 3.2 83.9
185 1 1.6 3.2 87.1
190 1 1.6 3.2 90.3
195 1 1.6 3.2 93.5
197 1 1.6 3.2 96.8
198 1 1.6 3.2 100.0
Total 31 50.0 100.0
Missing System 31 50.0
Total 62 100.0
80

Tekanan Darah Diastolik Sebelum Intervensi

Statistics
TD Diastolik Pre

N Valid 31

Missing 31
Mean 80.10
Std. Error of Mean 1.556
Median 80.00
Std. Deviation 8.662
Variance 75.024
Range 26
Minimum 69
Maximum 95

TD Diastolik Pre
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 69 1 1.6 3.2 3.2
70 3 4.8 9.7 12.9
71 4 6.5 12.9 25.8
72 2 3.2 6.5 32.3
75 2 3.2 6.5 38.7
76 2 3.2 6.5 45.2
80 2 3.2 6.5 51.6
81 2 3.2 6.5 58.1
82 2 3.2 6.5 64.5
83 1 1.6 3.2 67.7
84 2 3.2 6.5 74.2
86 1 1.6 3.2 77.4
89 1 1.6 3.2 80.6
92 1 1.6 3.2 83.9
93 2 3.2 6.5 90.3
94 1 1.6 3.2 93.5
95 2 3.2 6.5 100.0
Total 31 50.0 100.0
Missing System 31 50.0
Total 62 100.0
81

Tekanan Darah Sistolik Sesudah Intervensi


Statistics
TD Sistolik Post

N Valid 31

Missing 31
Mean 152.42
Std. Error of Mean 3.597
Median 149.00
Std. Deviation 20.028
Variance 401.118
Range 68
Minimum 124
Maximum 192

TD Sistolik Post
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 124 1 1.6 3.2 3.2
126 1 1.6 3.2 6.5
129 1 1.6 3.2 9.7
130 1 1.6 3.2 12.9
133 1 1.6 3.2 16.1
135 1 1.6 3.2 19.4
136 3 4.8 9.7 29.0
137 1 1.6 3.2 32.3
139 3 4.8 9.7 41.9
148 2 3.2 6.5 48.4
149 2 3.2 6.5 54.8
156 1 1.6 3.2 58.1
157 1 1.6 3.2 61.3
158 2 3.2 6.5 67.7
160 2 3.2 6.5 74.2
166 1 1.6 3.2 77.4
168 1 1.6 3.2 80.6
174 1 1.6 3.2 83.9
182 1 1.6 3.2 87.1
185 1 1.6 3.2 90.3
186 1 1.6 3.2 93.5
190 1 1.6 3.2 96.8
192 1 1.6 3.2 100.0
Total 31 50.0 100.0
Missing System 31 50.0
Total 62 100.0
82

Tekanan Darah Diastolik Sesudah Intervensi

Statistics
TD Diastolik Post

N Valid 31

Missing 31
Mean 75.00
Std. Error of Mean 1.668
Median 75.00
Std. Deviation 9.284
Variance 86.200
Range 35
Minimum 56
Maximum 91

TD Diastolik Post
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 56 1 1.6 3.2 3.2
65 3 4.8 9.7 12.9
66 2 3.2 6.5 19.4
67 2 3.2 6.5 25.8
68 2 3.2 6.5 32.3
69 3 4.8 9.7 41.9
70 1 1.6 3.2 45.2
75 3 4.8 9.7 54.8
76 1 1.6 3.2 58.1
77 1 1.6 3.2 61.3
78 1 1.6 3.2 64.5
79 1 1.6 3.2 67.7
80 2 3.2 6.5 74.2
82 1 1.6 3.2 77.4
84 1 1.6 3.2 80.6
87 2 3.2 6.5 87.1
88 1 1.6 3.2 90.3
90 1 1.6 3.2 93.5
91 2 3.2 6.5 100.0
Total 31 50.0 100.0
Missing System 31 50.0
Total 62 100.0
83

UJI WILCOXON :

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

TekananDarahPost - Negative Ranks 22a 11.50 253.00


TekananDarahPre Positive Ranks 0b
.00 .00

Ties 9c

Total 31

a. TekananDarahPost < TekananDarahPre


b. TekananDarahPost > TekananDarahPre
c. TekananDarahPost = TekananDarahPre

Test Statisticsa

TekananDarahPos
t-
TekananDarahPre

Z -4.690b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
84

Anda mungkin juga menyukai