Anda di halaman 1dari 109

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN NASAL KANUL PADA PASIEN

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)


DI RSUD ULIN BANJARMASIN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

MUHAMMAD AZHARI AKBAR

NPM. 1814401110011

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2021
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN NASAL KANUL PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

Pada Program Studi DIII Keperawatan

Oleh :

MUHAMMAD AZHARI AKBAR

NPM. 1814401110011

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul Pada
Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Ulin Banjarmasin (Studi
Kasus). Yang di buat oleh Muhammad Azhari Akbar
(NPM.1814401110011), telah mendapatkan persetujuan dari para
pembimbing untuk di ajukan pada ujian sidang karya tulis ilmiah fakultas
keperawatan dan ilmu kesehatan Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Banjamasin 24 Maret 2021

Pembimbing 1,

Hj. Noor Khallilati, Ns., M.Kep


NIDN. 1109058501

Pembimbing 2,

Zaqyyah Huzaifah, Ns., M.Kep


NIDN. 1124128401

Mengetahui,
Ketua Prodi DIII Keperawatan

Noor Amaliah Ns.,M.Kep


NIK. 0103101985038010007

i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Karya tulis ilmiah ini berjudul Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul pada
Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Ulin Banjarmasin (Studi
Kasus), yang di buat oleh Muhammad Azhari Akbar (NPM.1814401110011),
telah di ujikan di depan dewan penguji pada ujian sidang karya tulis ilmiah
program studi DIII Keperawatan pada tanggal

DEWAN PENGUJI :

Penguji 1,

Hj. Noor Khallilati, Ns.,M.Kep


NIDN. 1109058501

Penguji 2,

Zaqyyah Huzaifah, Ns.,M.Kep


NIDN. 1124128401

Penguji 3,

H. Gazali Rahman, S.Kep. Ns


NIP.

Mengesahkan di : Banjarmasin
Tanggal :
Mengesahkan, Mengetahui,
Dekan FKIK Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Solikin. Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB Noor Amaliah, Ns., M.Kep


NIK. 0129071979019003002 NIK. 0103101985039010007

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Muhammad Azhari Akbar

NPM : 1814401110011

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul KTI : Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul Pada Pasien


Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Ulin
Banjarmasin (Studi Kasus)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan hasil
karya cipta saya sendiri dan bukan plagiat, begitu pula hal yang terkait di
dalamnya baik mengenai isinya, sumber yang di kutip/di rujuk, maupun teknik di
dalam pembuatan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Pernyataan ini akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya, apabila di kemudian


hari terbukti bahwa karya tulis ilmiah ini bukan hasil karya cipta saya atau plagiait
atau jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
bedasarkan Udang-Undang yang berlaku.

Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : 2021

Saya yang menyatakan,

Muhammad Azhari Akbar

Kutipan UU No. 20 Tahun 2013 Tentang System Pendidikan Nasional :


Pasal 25 (2) : Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya di gunakan untuk memperoleh
gelar akademik, Frofesi, atau Vokasi terbukti merupakan jiblakan akan di cabut
gelarnya.
Pasal 70 : Lulusan Program tinggi yang katya ilmiahnya digunakan untuk mendapatkan gelar
akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (2)
terbukti merupakan jiblakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah)

iii
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN NASAL KANUL PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Muhammad Azhari Akbar1, Hj. Noor Khallilati1, Ns.,M.Kep, Zaqyyah


Huzaifah, Ns.,M.Kep1

Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


1

Email: azhari.akbar.b@gmail.com

ABSTRAK

Congestive Heart Failure adalah kondisi dimana otot jantung menjadi lemah
sehingga tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Salah satu masalah
keperawatan yang mencul akibat gagal jantung kongestif ini adalah ketidakefektifan
pola nafas. Ketidakefektifan pola nafas merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan oleh perawat. Ketika pola pernapasan tidak efektif, kemungkinan besar
tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen ke sel. Pemberian terapi oksigen berupa
nasal kanul membantu sedikit banyak kepada pasien Congestive Heart Failure
dengan masalah keperawatan tersebut. Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui
SPO2 sesudah maupun sebelum pemberian terapi oksigen nasal kanul serta
menganalisis pengaruh pemberian terami oksigen nasal kanul kepada pasien
congestive heart failure dengan ketidak efektifan pola nafas. Desain yang digunakan
pada Studi kasus ini adalah deskriptif analitis dalam bentuk studi kasus yang
mengeskplorasi suatu masalah asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
gagal jantung kongestif (CHF). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
asuhan keperawatan yang meliputi studi kasus identifikasi data hasil pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Setelah dilakukan
terapi oksigenisasi Nasal Kanul, dapat disimpulkan bahwa saat pengkajian
ditemukan kesadaran pasien komposmentis. 1. Kesadaran komposmentis dengan
GCS E4V5M6, TD 124/90 mmHg, RR15 x/ menit, T 36,4 o C, SpO2 99%. Dapat
menyimpulkan adanya perubahan frekuensi nafas pasien yang mengalami keidak
efektifan pola nafas pada pasien Congestive Heart Failure sedang sesudah dilakukan
terapi oksigen nasal kanul.

Kata kuci : Congestive Heart Failure, Nasal Kanul, Oksigenisasi, Ketidak Efektifan
Pola Nafas

iv
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, tak lupa juga
shalawat beriring salam kita haturkan kepada baginda kita nabi Muhammad
SAW, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul pada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) di RSUD Ulin Banjarmasin”. Pada kesempatan penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Solikin, Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dekan fakultas


keperawatan dan ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin bserta para wakil dekan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan Program
Studi DIII Keperawatan.
2. Ibu Noor Amaliah, Ns.,M.Kep selaku ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah
memfasilitasi jalannya karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Hj.Noor Khallilati, Ns., M.Kep selaku pembimbing utama
sekaligus penguji 1, yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran
dan masukan selama penulisan karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Zaqyyah Huzaifah, Ns., M.Kep selaku pembimbing pendamping
sekaligus penguji 2 yang telah memberikan bimbingan, saran dan
masukan selama penulisan karya tulis ilmiah ini.
5. Pihak RSUD Ulin yang telah memberikan data yang di perlukan untuk
studi pendahuluan yang saya lakukan.
6. Civitas akademika dan teman program Studi DIII Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, yang telah berbagi
pengetahuan dan motivasi.
7. Kepada kedua orang tua dan teman-teman saya yang telah membantu
serta selalu memberikan dukungan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

v
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna untuk itu penulis memohon saran dan kritik
ang bersifat membangun agar pelaksanaan studi kasus ini nantinya
menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat

Banjarmasin, Mei 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................0

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................................................ii

PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................................................iii

ABSTRAK..........................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR.........................................................................................................v

DAFTAR ISI.....................................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL................................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................xi

BAB 1..................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................5

BAB 2..................................................................................................................................7

2.1 Konsep Dasar Congestive Heart Failure.....................................................................7

2.2 Konsep Dasar Ketidakefektifan Pola Nafas..............................................................17

2.3 Konsep Dasar Terapi Oksigen Nasal Kanul.............................................................18

2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.........................................................................18

BAB 3................................................................................................................................58

3.1 Rancangan Atau Design Kti......................................................................................58

3.2 Subyek Studi Kasus Dan Fokus Studi......................................................................58

3.3 Definisi Operational..................................................................................................58

vii
3.4 Tempat Dan Waktu Studi Kasus...............................................................................59

3.5 Instrumen Dan Teknik Pengumulan Data.................................................................60

3.6 Pengolahan Dan Penyajian Data...............................................................................61

3.7 Etika Studi Kasus......................................................................................................61

BAB 4................................................................................................................................62

4.1 Hasil Studi Kasus......................................................................................................62

4.2 Pembahasan Studi Kasus..........................................................................................70

4.3 Keterbatasan..............................................................................................................72

BAB 5................................................................................................................................73

5.1 Simpulan...................................................................................................................74

5.2 Saran.........................................................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................76

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pathway.........................................................................................................15

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan.....................................................................................29

Tabel 4.1 Hasil Observasi Awal Frekuensi Nafas.............................................................68

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Observasi Frekuensi Nafas........................................................69

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Standar Prosedur Operasional Pemberian Nasal Kanul.................................79

Lampiran 2 Lembar Konsul Pembimbing 1.......................................................................80

Lampiran 3 Lembar Konsul Pembimbing 2.......................................................................81

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung adalah pompa yang biasanya berdetak sekitar 60-100 kali per menit.
Dengan setiap detak jantung, jantung mengirimkan darah ke setiap tubuh,
membawa oksigen ke setiap sel. Setelah memberikan oksigen, darah kembali
ke jantung dan kemudian mengirimkan darah ke paru-paru untuk lebih
banyak mengambil oksigen. Jantung harus dijaga agar tetap sehat berfungsi
dengan baik. Jika tidak, maka darah tidak dialirkan secara optimal seluruh
tubuh sehingga dapat menggangu kinerja berbagai organ lain didalamnya.
Pada kondisi paling buruk, sistem kerja jantung dapat melemah hingga tidak
berfungsi dan menyebabkan kegagalan kerja jantung bahkan kematian.

Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung Kongestif adalah sebuah kondisi
dimana jantung tidak dapat memompa pasukan darah yang dibutuhkan tubuh
sebagaimana mestinya. Menurut Andra Saferi (2013), Gagal jantung adalah
keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolism jaringan. Kondisi umum yang
mendasari seperti termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit
inflamasi atau degenerative otot jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat
menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung (Majid, 2010).

Menurut Brashers dalam Syandi (2008), Masalah kesehatan dalam penyakit


Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi.
Menurut data dari World Health Organizations (WHO, 2016), 17,5 orang
meninggal akibat gangguan kardiovaskular. Tingginya kasus Gagal Jantung
Kongestif ini didukung oleh studi epidemiologi yang memberitahukan bahwa
proporsi dan kasus gagal jantung global mengalami peningkatan sepenghujung
tahunnya.

1
2

Kasus tersebut tidak hanya dikarenakan oleh peningkatan jumlah pasien yang
dirawat di rumah sakit dengan gagal jantung, tapi juga dampak gagal jantung
yang mengakibatkan kematian serta beban biaya kesehatan yang terkait gagal
jantung. Menurut American Heart Association (AHA) tahun 2012 dilaporkan
bahwa terdapat 5,7 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal
jantung (Padila, 2012). Dalam data epidemiologi skala dunia, sebagian besar
penelitian dilakukan oleh Amerika Utara dan, sedangkan data dari belahan
bumi lainnya masih sangat minimal. Secara khusus, terbatasnya data
memperlihatkan bahwa 1,2%-6,7% populasi di Asia terdiagnosis dengan gagal
jantung.

Lebih dari 80% kematian akibat gangguan kardiovaskular terjadi di negara-


negara berpenghasilan rendah dan menengah (Yancy, 2013). Di Indonesia
sendiri, presentase gagal jantung mencapai 5% berdasarkan total populasi
yang ada. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan
Indonesia pada tahun 2018, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia
berdasarkan diagnosis dokter diperkirakan sebesar 1,5% atau diperkirakan
sekitar 29.550 orang. Angka presentase ini lebih tinggi dibandingkan data
gagal jantung yang terdapat pada populasi Amerika dan Amerika yang
berkisar antara 1-2%.

Data RSUD Ulin Banjarmasin Congestive Heart Failure (CHF) merupakan


penyakit nomor 1 terbanyak dari 10 penyakit jantung lainnya pada tahun 2015
sebanyak 2% dari 480 pasien menderita gagal jantung dan 44 pasien
diantaranya meninggal dunia, di tahun 2016 jumlah pasien gagal jantung
meningkat menjadi 1,3% dari 719 pasien, dan pada tahun 2017 sekitar 1,5%
dari 639 pasien yang mengalami gagal jantung.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dari data yang didapatkan bahwa pasien gagal
jantung di RSUD Ulin Banjarmasin semakin tahun meningkat sekitar 4,8%.
Umumnya, manusia kehilangan beberapa kemampuan memompa darah dari
hati seiring bertambahnya usia, tetapi gagal jantung diakibatkan oleh stres

2
3

tambahan dari kondisi kesehatan yang merusak jantung atau membuatnya


bekerja terlalu keras. Pasien yang mengalami gagal jantung memiliki gejala
yang khas yaitu sesak napas saat istirahat atau aktivitas, mudah lelah edema
tungkai,dan terdapat juga tanda-tanda khas yaitu takikardi, takipnea, ronki
paru, efusi pleura, peningkatan tekanan vena jugularis. Semua faktor gaya
hidup yang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke seperti merokok,
kelebihan berat badan, mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol,
serta kurangnya aktivitas fisik juga dapat menyebabkan gagal jantung (Haris,
Devina E. Dkk 2016)

Masalah keperawatan yang muncul pada penderita gagal jantung adalah resiko
aktual atau tinggi penurunan curah jantung, nyeri dada, resiko aktual atau
tinggi gangguan pertukaran gas, resiko aktual atau tinggi dari pola pernafasan
yang tidak efektif, resiko aktual atau tinggi tingkat kesadaran, resiko aktual
atau tinggi volume cairan berlebih, bahkan intoleransi aktivitas (Muttaqin,
2011) Ketidakefektifan pola nafas merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan oleh perawat. Pola ini dianggap sebagai keadaan dimana
kecepatan, kedalaman, waktu, dan ritme, atau pola pernapasan diubah. Ketika
pola pernapasan tidak efektif, kemungkinan besar tubuh tidak mendapatkan
cukup oksigen ke sel. Kegagalan pernapasan mungkin berkorelasi dengan
variasi laju pernapasan, pola abdomen, dan toraks.

Selain itu, perubahan pola pernapasan yang tidak efektif juga dapat terjadi
dalam beberapa kondisi akibat gagal jantung. Penatalaksanaan yang tepat
untuk pasien dengan ketidakefektifan pola nafas adalah untuk
mempertahankan atau meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi,
meningkatkan kenyamanan dan kemudahan bernapas, meningkatkan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, dan untuk mencegah
risiko yang terkait dengan masalah oksigenasi seperti kerusakan kulit dan
jaringan, sinkop, ketidakseimbangan asam-basa, perasaan putus asa, dan
isolasi sosial.

3
4

Maka dari itu, gangguan kebutuhan oksigenasi menjadi masalah penting pada
pasien gagal jantung kongestif. Untuk itu, sebaiknya masalah tersebut segera
ditangani agar tidak memperparah kondisi tubuh pasien. Intervensi
keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigenasi bisa dilakukan
dengan pemberian oksigen, memberikan posisi semi fowler, auskultasi suara
nafas, dan memonitor respirasi dan status O2. Salah satu intervensi
keperawatan pada penderita gagal jantung dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi adalah pemberian oksigen. Pemberian oksigen adalah bagian
integral dari pengelolaan untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, khususnya
pasien yang sedang mengalami gangguan pernapasan yaitu untuk
mempertahankan oksigenasi dalam tubuh. Pemberian oksigen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dari udara ruangan digunakan untuk mengatasi
atau mencegah hipoksia (Syandi, 2016).

Banyak cara yang bisa digunakan untuk memberikan oksigen dengan berbagai
konsentrasi oksigen yaitu lebih dari21% sampai 100% tergantung pada alat
atau metode pemberian oksigen yang digunakan (Rosdahl, 2015). Menurut
Marques dan Huston dalam Pamungkas (2015), pemberian oksigen dalam
asuhan keperawatan memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi masuknya oksigen dari atmosfir hingga sampai ke tingkat
sel dalam proses respirasi. Oksigen yang diberikan oleh perawat dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Tak terkecuali
pada pasien Congestive Heart Failure (CHF), perawat juga harus melakukan
perencanaan sampai dengan pengawasan dalam memberikan oksigen. Sistem
pemberian oksigen dengan aliran lambat bisa dilakukan dengan beberapa
metode yaitu kanula nasal, simple face mask, partial rebreating mask dan
non-rebreathing mask.

Pemberian nasal kanul membantu sedikit banyak kepada pasien Congestive


Heart Failure dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas.
Mengingat betapa pentingnya pemberian tindakan untuk mengatasi gangguan
oksigenasi dengan ketidakefektifan pola nafas pada pasien Congestive Heart

4
5

Failure (CHF) yang salah satunya adalah dengan pemberian terapi oksigen
nasal kanul, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul
“Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul kepada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) di RSUD Ulin Banjarmasin”

1.2 Rumusan Masalah Studi kasus

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam studi kasus ini sesuai dengan
permasalahan yang dijelaskan diatas yaitu “Bagaimana pemberian terapi
oksigen nasal kanul kepada pasien Congestive Heart Failure di RSUD ULIN
Banjarmasin?”

1.3 Tujuan Studi kasus


1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menganalisis gambaran tentang implementasi terkait
Pemberian terapi oksigen nasal kanul kepada pasien Congestive Heart
Failure di RSUD ULIN Banjarmasin.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan Khusus yang terkandung dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1.3.2.1 Penulis mampu melaksanakan pengkajian dan masalah


diagnosa keperawatan pada pasien CHF dengan
ketidakefektifan pola nafas melalui terapi oksigen nasal
kanul.
1.3.2.2 Penulis mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
pasien CHF dengan ketidakefektifan pola nafas melalui terapi
oksigen nasal kanul.
1.3.2.3 Penulis mampu melakukan terapi oksigen nasal kanul pada
pasien Congestive Heart Failure (CHF) dengan
ketidakefektifan pola nafas.

5
6

1.3.2.4 Penulis mampu mengevaluasi hasil penerapan posisi semi


fowler pada pasien Congestive Heart Failure dengan
ketidakefektifan pola nafas melalui terapi oksigen nasal kanul
1.3.2.5 Penulis mampu elakukan intervensi selanjutnya setelah
melakukan evaluasi terhadap penerapan yang sebelumnya
dilakukan dengan dengan ketidakefektifan pola nafas melalui
terapi oksigen nasal kanul

1.4 Manfaat Studi kasus


1.4.1 Manfaat Keilmuan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
lebih luas mengenai pemberian terapi oksigen nasal kanul kepada
pasien Congestive Heart Failure (CHF) dari mulai pengkajian
hingga evaluasi secara komprehensif dan tepat. Intervensi
keperawatan yang dilakukan dalam kasus ini adalah pemberian
terapi oksigen nasal kanul terhadap pasien Congestive Heart
Failure (CHF) yang mengalami ketidakefektifan pola nafas melalui
pemberian terapi oksigen nasal kanul.

1.4.2 Manfaat Aplikatif


Asuhan keperawatan sebagai bahan evaluasi dan masukanyang
diperlukan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan khususnya
pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan pola nafas melalui pemberian terapi
oksigen nasal kanul.

1.4.3 Manfaat Metodologis


Hasil penulisan ini dapat memberikan pemikiran dan informasi
khususnya dalam pengembangan asuhan keperawatan
ketidakefektifan pola nafas pada pasien Congestive Heart Failure

6
7

(CHF) melalui pemberian terapi oksigen nasal kanul serta dapat


dijadikan acuan dan inspirasi bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan studi kasus.

7
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Congestive Heart Failure


2.1.1 Pengertian
Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif
adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen
dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan kalau
terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan. Gagal jantung
merupakan suatu keadaan patologis adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya
ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Kasron, 2012).

Gagal jantung kongestive atau congestive heart failure (CHF)


merupakan kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk
mengantarkan darah yang kaya oksigen ke utbuh tidak cukup
untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Andra Saferi, 2013)
Gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien
(Andra saferi, 2013)

Para ahli kesehatan yang lain juga mengajukan definisi yang


kurang lebih sama, diantaranya Daulat Manurung tahun 2014
yang mendefinisikan bahwa gagal jantung adalah suatu sindrom
klinis kompleks, yang didasari oleh ketidakmampuan jantung
untuk memompakan darah keseluruhan jaringan tubuh adekuat,
akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung.

8
9

Pasien dengan gagal jantung biasanya terjadi tanda dan gejala


sesak nafas yang spesifik pada saat istirahat atau saat
beraktivitas dan atau rasa lemah, tidak bertenaga, retensi air
seperti kongestif paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas dari
struktur dan fungsi jantung (Setiani, 2014). Kesimpulan yang
bisa diambil dari definisi diatas bahwa gagal jantung adalah suatu
keadaan abnormal dimana jantung tidak mampu memompa darah
sehingga tidak mencukupi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
dan nutrisi untuk melakukan metabolisme.

2.1.2 Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala
jenis penyakit jantung congenital maupun didapat. Mekanisme
fisiologis, yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-
keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta
dan cacat septum ventrikel dan beban akhir meningkat pada
keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas meokardium pada keadaan dimana terjadi penurunan
pada infark miokardium dan kardiomiopati. Selain ketiga
mekaniusme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung, ada
faktor fisisologis lain yang dapat pula megakibatkan jantung gagal
kerja sebagai pompa. Menurut Karson (2016), ada beberapa
etiologi atau penyebab dari gagal jantung kongestif :

2.1.2.1 Kelainan otot jantung.


Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot
mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan
penyakit degeneratif atau imflamasi.
10

2.1.2.2 Aterosklerosis koroner


Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian
sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
2.1.2.3 Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrophi serabut otot jantung.
2.1.2.4 Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi
ini secara langsung langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
2.1.2.5 Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit
jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif
konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak
afterload
2.1.2.6 Sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal ginjal. Meningkatnya
laju metabolisme, hipoksia dan anemia memerlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
11

oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat


menurunkan kontraktilitas jantung (Smeltzer & Bare,
2015)

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan derajatnya
Fungsional (Saiful, Nurhidayat. 2011) :

Kelas 1 : Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik yang


berat, aktivitas sehari-hari tidak terganggu
Kelas 2 : Timbul gejala sesak pada aktivitas sedang, aktivitas
sehari-hari sedikit terganggu
Kelas 3 : Timbul gejala sesak pada aktivitas ringan, aktivitas
sehari-hari terganggu
Kelas 4 : Timbul gejala sesak pada aktivitas sangat ringan atau
istirahat

2.1.4 Patofisiologi
Menurut Smeltzer (2001), mekanisme yang mendasari gagal
jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung,
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal, bila curah jantung berkurang system saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan perfusi
jaringan yang memadai maka volume sekuncuplah yang harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi
pada gagal jantung masalah utamanya adalah kerusakan dan
kekakuan serabut otot jantung dan volume sekuncup itu
dipengaruhi tiga factor yaitu preload, kontraktilitas dan afterload,
jika salah satu dari ketiga factor tersebut terganggu maka curah
jantungnya akan berkurang. Curah jantung yang menurun
menyebabkan kongesti jaringan yang terjadi akibat peningkatan
12

tekanan arteri atau vena kongesti paru terjadi karena ventrikel kiri
gagal memompa darah dari paru. Peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong keparu,
manifestasinya meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi,
bunyi jantung S3, kecemasan dan kegelisahan.

Bila ventrikel kanan gagal mengakibatkan kongesti visera dan


jaringan perifer, sebagai akibat sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan darah secara adekuat. Manifestasinya yaitu
Oedema dependen, hepatomegali, pertambahan berat badan, asites,
distensi vena jugularis.

Nettina (2002) menyebutkan bahwa penurunan kontraktilitas


miokardium, pada awalnya hal ini hanya timbul saat aktivitas berat
atau olah raga dan tekanan vena juga mulai meningkat dan
terjadilah vasokontiksi luas, hal ini kemudian meningkatkan
afterload sehingga curah jantung semakin turun.

2.1.5 Manifestasi klinis


Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai
berikut :
2.1.5.1 Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan
gangguan pada mekanisme kontrol pernafasan.
2.1.5.2 Dispenea
Terjadi karena penumpukan atau penimbunan cairan
dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas . dispnea
bahkan dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh
gerakan yang minimal atu sering.
2.1.5.3 Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau
13

berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak


ditempat tidur atau duduk dikursi, bahkan saat tidur.
2.1.5.4 Batuk
Hal ini disebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan
tidak produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah
yaitu batuk yang menghasilkan aputum berbusa dalam
jumlah banyak, yang kadang disertai dengan bercak darah.
2.1.5.5 Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat
jaringan dari srikulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga
terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress
pernafasan dan batuk.
2.1.5.6 Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stres akibat
kesakitan berfasan dan pengetahuan bahkan jantung tidak
berfungsi dengan baik.
2.1.5.7 Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik Gejala :
a. Oedem parifer
b. Peningkatan BB
c. Distensi vena jugularis
d. Hepatomegali
e. Asites
f. Pitting edema
g. Anoreksia
h. Mual
14

2.1.5.8 Secara luas peningkatan CPO dapat menyebabkan


perfusi oksigen kejaringan rendah, sehingga menimbulkan
gejala:
a. Pusing
b. Kelelahan
c. Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
d. Ekstrimitas dingin
2.1.5.9 Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin
seta sekresi aldosteron dan retensi cairan dan natrium yang
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
15

2.1.6 Pathway
Gambar 2.1 Pathway
16

2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut kasron (2012), penatalaksanaan CHF meliputi:

2.1.7.1 Non Farmakologi


2.1.7.1.1 CHF Kronik
a. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian
oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen
melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
b. Diet pembatasan natrium (<4 gr/hari) untuk
menurunkan edema.
c. Menghentikan obat-obatan yang
mempengaruhi NSAID karena efek
prostaglandin pada ginjal menyebabkan
retensi air dan natrium.
d. Pembatasan cairan (± 1200-1500 cc/hari).
e. Olahraga secara teratur.
2.1.7.1.2 CHF Akut

a. Oksigenasi (ventilasi mekanik)


b. Pembatasan cairan (1,5 liter/hari)

2.1.7.2 Farmakologi
Tujuan : Untuk mengurangi afterload dan preload
2.1.7.2.1 First line drgs; diuretic.
Tujuan : Mengurangi afterload pada disfungsi
sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal
pada disfungsi diastolic. Obatnya adalah :
thiazide diurestics untuk CHF sedang, loop
diuretic, metolazon (kombinasi dari loop
diuretic untuk meningkatkan pengeluarn
cairan), kalium-sparing diuretic.
17

2.1.7.2.2 Second line drugs; ACE inhibitor.

Tujuan : membantu meningkatan COP dan


menurunkan kerja jantung. Obatnya adalah :

a. Digoxin
Meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak
digunakan unutk kegagalan diastic yang
mana dibutuhkan pengembangan ventrikel
untuk relaksasi.
b. Hidralazin
Menururnkan afterload pada disfungsi
sitolik.
c. Isobarbide dinitrat
Mengurangi preload dan afterload untuk
disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada
disfungsi sistolik.
d. Calsium Chanel Blocker
Untuk kegagalan diastolic, meningkatkan
relaksasi dan pengisisan ventrikel (jangan
dipakai pada CHF kronik).
e. Beta Blocker
Sering dikontraindikasikan karena menekan
respon miokard. Digunakan pada disfungsi
diatolic untuk mengurangi HR, mencegah
iskemi miokard, menurunkan TD, hipertofi
ventrikel kiri.

2.1.7.3 Pendidikan Kesehatan


a. Informasikan pada pasien, keluarga dan pemberi perawatan
tentang penyakit dan penanganannya.
18

b. Monitoring difokuskan pada : monitoring BB setiap hari


dan intake natrium.
c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF : pemberian makanan
tambahan yang banyak mengandung kalium seperti;
pisang,jeruk, dan lain-lain
d. Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat
ditoleransi dengan bantuan terapi
.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho, dkk. (2016):

2.1.8.1 EKG (elektrokardiogram): untek mengukur kecepatan dan


keteraturan denyut jantung

EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis


iskemia san kerusakan polamungkin terlihat. Disritmia
misalnya takhikardia, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen
ST/T persistensi 6 minggu atau lebih setelah imfrak
miokrad menunjukkan adanya aneurime ventricular.

2.1.8.2 Echokardiogram : menggunakan gelombang suara untuk


mengetahui ukuran dan bentuk jantung, serta
menilaikeadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung.
Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal
jantung.

2.1.8.3 Foto rontgen dada : untuk mengetahui adanya pembesaran


jantung, penimbunan cairan diparu-paru atau penyakit paru
lainnya.

2.1.8.4 Tes darah BNP : untuk mengukur kadar hormon BNP


(Brype nattruretic peptide) yang pada gagal jantung akan
meningkat.
19

2.1.8.5 Sonogram : dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik


perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan
kontraktilitas ventricular.

2.1.8.6 Skan jantung : tindakan penyuntikan fraksi san


memperkirakan pergerakan dinding.

2.1.8.7 Katerisasi jantung : tekanan bnormal merupakan indikasi


dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan, sisi
kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi, juga mengkaji
potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikan kedalam
ventrikel menunjukkan ukuran normal dan ejeksi
fraksi/perubahan kontraktilitas.

2.1.9 Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung
yaitu :

2.1.9.1 Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri


2.1.9.2 Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif
akibat penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang
tidak adekuat keorgan vital (jantung dan otak)
2.1.9.3 Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan
sirkulasi dengan aktivitas trombus dapat menyumbat
pembuluh darah.
2.1.9.4. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat
meregangkan perikardium sampai ukuran maksimal. CPO
menurunkan dan aliran balik vena kejantung menuju
tomponade jantung.
20

2.2 Konsep Dasar Ketidakefektifan Pola Nafas

Keefektifan pola afas pada manusia dapat di lihat dari sistem


pernafasan yang normal, diperlukan beberapa faktor menurut Somari
(2012), seperti berikut ini:
2.2.1 Suplai oksigen yang ade kuat
Faktor-faktor yang berperan dalam oksigenasi meliputi
peningkatan ventilasi alveolar, penyesuaian komposisi asam basa
darah dan cairan tubuh lain, peningkatan kapasitas pengangkutan
oksigenasi, serta peningkatan curah jantung. Hal-hal yang dapat
menyebabkan suplai oksigen terganggu adalah inhalasi udara yang
mengandung oksigen pada tekanan subnormal dan hal ini biasanya
disebabkan oleh inhalasi asap, keracunan karbon monoksida, serta
dilusi udara yag dihirup dengan gas- gas inert (nitrogen, helium,
hydrogen atau gas anestesi seperti nitro oksida).
2.2.2 Saluran udara yang utuh
Saluran udara yang utuh dari trakeobronkial sampai membran
alveolar menjadi faktor yang penting dalam pertukaran O2 dan
CO2. Hal-hal yang dapat menjadi hambatan dalam pertukaran gas
tersebut karena adanya obstruksi mekanik seperti tenggelam atau
adanya benda asing yang percabangan trakeobronkial.
2.2.3 Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang abnormal
Kelemahan fungsi dinding dada akan mempengaruhi pola
pernafasan. Peneyabab utama disrupsi kelemahan fungsi tersebut
adalah trauma pada dada, seperti fraktur iga atau luka pada dada.
Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama membentuk unit
pernafasan terminal dalam jumlah yang cukup. Jumlah hemoglobin
yang adekuat untuk membawa oksigen pada sel-sel tubuh. Suatu
sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif.
21

2.3 Konsep Dasar Terapi Oksigenisasi (Nasal Kanul)

2.3.1 Perngertian Terapi Oksigenisasi


Terapi oksigen (O2) merupakan suatu intervensi medis berupa
upaya pengobatan dengan pemberian oksigen (O2) untuk
mencegah atau memerbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan
oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan
masukan oksigen (O2) ke dalam sistem respirasi, meningkatkan
daya angkut oksigen (O2) ke dalam sirkulasi dan meningkatkan
pelepasan atau ekstraksi oksigen (O2) ke jaringan nasal (Mangku
G dkk, 2017)

2.3.2 Pengertian Terapi Oksigen Nasal Kanul


Nasal kanul adalah alat sederhana yang sering digunakan untuk
menghantarkan oksigen. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini
ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu
bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan
Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16– 20 kali
permenit dengan kecepatan aliran 1–6 liter/menit serta konsentrasi
22–44%, dengan cara memasukkan selang yang terbuat dari plastik
ke dalam hidung hanya berkisar 0,6–1,3 cm dan mengaitkannya di
belakang telinga (Kusnanto, 2016).

2.3.3 Tujuan Terapi Oksigen Nasal Kanul


Tujuan pemberian oksigen adalah untuk mempertahankan dan
memenuhi kebutuhan oksigen (Rahayu & Harnanto, 2016)

2.3.4 Manfaat Terapi Oksigen Nasal Kanul


Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas
22

makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan


nyaman.

2.3.5 Terapi oksigen nasal kanul


Adapun terapi pemberian oksigen nasal kanul adalah sebagai
berikut:
1. Pasang peralatan oksigen dan humidifier.
2. Nyalakan oksigen dengan aliran sesuai advis.
3. Periksa aliran oksigen pada selang.
4. Sambung nasal kanul dengan selang oksigen.
5. Pasang nasal kanul pada hidung.
6. Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan selang
serta kaitkan dibelakang telinga atau mengelilingi kepala.
7. Yakinkan kanul masuk lubang hidung dan tidak ke jaringan
hidung.
8. Plester kanul pada sisi wajah, selipkan kasa di bawah
selang pada tulang pipi untuk mencegah iritasi.
9. Kaji respon klien terhadap oksigen dalam 15-30 menit,
seperti warna, pernafasan, gerakan dada, ketidaknyamanan
dan sebagainya.
10. Periksa aliran dan air dalam humidifier dalam 30 menit.
11. Kaji klien secara berkala untuk mengetahui tanda klinik
hypoxia, takhikardi, cemas, gelisah, dyspnoe dan sianosis.
12. Kaji iritasi hidung klien. Beri air atau cairan pelumas
sesuai kebutuhan untuk melemaskan mukosa membran.
23

2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pengkajian
2.4.1 Identitas Klien
Meliputi nama, tempt tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,
agama pendidikan, pekerjaan, alamat , No MR, dan diagnosa
medis.
2.4.2 Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Keluhan utama
Biasanya pasien CHF mengeluh sesak nafas dan kelemahan
saat beraktifitas, kelelahan, nyeri pada dada, dispnea pada
saat beraktivitas (Wijaya & Yessi, 2013).
2) Keluhan saat dikaji
Pengkajian dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara
PQRST. Biasanya pasien akan mengeluh sesak nafas dan
kelemahan saat beraktifitas, kelelahan, dada terasa berat,
dan berdebar – debar.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien
terutama penyakit yang mendukung munculnya penyakit
saat ini. Pada pasien CHF biasanya sebelumnya pernah
menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium,
infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.
Pasien mungkin juga memiliki riwayat penggunaan obat-
obatan pada masa yang lalu dan masih relevan dengan
kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi obat diuretik,
nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat adanya
efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan
reaksi alergi yang timbul. Sering kali pasien menafsirkan
suatu alergi sebagai efek samping obat.
24

4) Riwayat kesehatan keluarga


Tanyakan riwayat kontak klien dengan penyakit menular
atau efek penyakit anggota keluarga lain terhadap klien.
Secara spesifik, lengkapi riwayat keluarga mengenai
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, diabetes
mellitus, atau penyakit ginjal. Riwayat kesehatan keluarga
klien yang detail dapat menyediakan informasi
kecendrungan genetik, lingkungan dan gaya hidup yang
dapat berpengaruh pada kondisi jantung (Susila dkk, 2017)

2.4.3 Pemeriksaan Fisik


2.4.3.1 Keadaan umum
Kesadaran pasien dengan CHF biasanya baik atau compos
mentis (GCS 14-15) dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan perfusi sistem saraf pusat.
2.4.3.2 Mata
a) Konjungtiva biasanya anemis, sklera biasanya tidak ikterik.
b) Palpebra biasanya bengkak.
2.1.1.1 Hidung
Biasanya bernafas dengan cuping hidung serta hidung sianosis.
2.1.1.2 Mulut
Bibir biasanya terlihat pucat.
2.1.1.1 Wajah
Biasanya wajah terlihat lelah dan pucat.
2.1.1.2 Leher
Biasanya terjadi pembengkakan pada vena jugularis (JVP).
2.1.1.1 Sistem Pernafasan
a. Dispnea saat beraktivitas atau tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal.
b. Batuk dengan atau tanpa sputum.
25

c. Penggunaan bantuan pernafasan, misal oksigen atau


medikasi.
d. Pernafasan takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboral,
penggunaan otot aksesori.
e. Edema pulmonal.
f. Bunyi nafas: Adanya krakelsbanner dan mengi. (Wijaya &
Yessi, 2013)
2.1.1.2 Jantung
a. Adanya jaringan parut (seperti kulit terasa tebal atau
bersisik) pada dada.
b. Bunyi jantung tambahan (ditemukan jika penyebab CHF
kelainan katup.
c. Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan
adanya hipertrofi jantung (Kardiomegali).
d. Adanya bunyi jantung S3 atau S4 (5). Takikardia
2.1.1.3 Abdomen
a. Adanya hepatomegali, dimana hepatomegali itu adalah
terjadinya pembesaran pada hati
b. Adanya splenomegali, dimana splenomegali adalah
pembesaran limpa. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
proliferasi limfosit dakam limpa karena infeksi di tempat
tbuh lain
c. Adanya asites, dimana asites ialah terjadi pembesaran perut
dikarenakan adanya cairan menumpuk di lambung.
2.1.1.4 Eliminasi
a. Penurunan frekuensi kemih, disebabkan oleh hormone
ADH yang menurun mengakibatkan penurunan frekuensi
urine

b. Urin berwarna gela, dikarenakan kekurangan cairan pada


tubuh atau terjadi dehidrasi di tubuh seseorang.
26

c. Nokturia (berkemih pada malam hari), disebabkan adanya


infeksi saluran kemih. Infeksi ini menyebabkan sensasi
terbakar dan rasa untuk perlu segera buang air kecil pada
siang dan malam hari.

d. Diare atau konstipasi.

2.1.1.5 Ekstremitas
a. Terdapat edema dan CRT kembali > 2 detik.

b. Adanya edema.

c. Sianosis perifer. (Smeltzer & Bare, 2013)

2.4.4 Pemeriksaan Diagnostik

2.4.4.1 Elektrokardiografi (EKG)


Kelainan EKG yang ditemukan pada pasien CHF
adalah:
a. Sinus takikardi dan bradikardi.

b. Atrial takikardia / futer / fibrilasi.

c. Aritmia ventrikel.

d. Iskemia / infark.

e. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya


dan kelainan segmen ST menunjukkan penyakit
jantung iskemik.

f. Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T


terbalik menunjukkan stenosis aorta dan
penyakit jantung hipertensi.

g. Blok atrioventikular.

h. Mikrovoltase.
27

i. Left bunddle branch block (LBBB) kelainan


segmen ST/T menunjukkan disfungsi ventrikel
kiri kronis.

j. Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch


block, dan hipertrofi kanan menunjukkan
disfungsi ventrikel kanan.

2.4.4.2 Ekokardiografi
Gambaran yang paling sering ditemukan pada CHF
akibat penyakit jantung iskemik, kardiomiopati
dilatasi, dan beberapa kelainan katup jantung adalah
dilatasi ventrikel kiri yang disertai hipokinesis
seluruh dinding ventrikel.

2.4.4.3 Rontgen Toraks


Abnormalitas foto toraks yang ditemukan pada
pasien CHF:

a. Kardiomegali

b. Efusi pleura

c. Hipertrofi ventrikel

d. Edema intertisial

e. Infiltrat paru

f. Kongesti vena paru

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler


Indonesia, 2015)

2.4.5 Pemeriksaan Laboratrium


Abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang ditemukan pada
pasien CHFdiantaranya :
28

a. Anemia ( Hb < 13 gr/dl pada laki-laki, < 12 gr/dl pada


perempuan)
b. Peningkatan kreatinin serum ( > 150 μ mol/L)

c. Hipernatremia ( > 150 mmol/L)

d. Hiperkalemia ( > 5,5 mmol/L)

e. Hiperglikemia ( >200 mg/dl)

f. Hiperurisemia ( > 500 μ mmol/L)

g. BNP ( > 400 pg/ml, NT proBNP > 2000 pg/ml)

h. Kadar albumin rendah ( <30 g/L)

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2015)

2.4.6 Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan


kekuatan kontraksi ventrikel kiri.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


gangguan pertukaran gas di alveoli.

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan TD


sistemik.

d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


penurunan perfusi organ sistemik.

e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengangan gguan


mekanisme regulasi.

f. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam laktat pada


jantung.
29

g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual.

h. Ketidaefektifan Pola Nafas

(NANDA, 2018-2020)
30

2.4.7 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan


NURSING
NO. NURSING OUTCOMES
DIAGNOSES NURSING
CLASSIFICATION (NOC)
(NANDA) INTERVENTIONS
CLASSIFICATION (NIC)

1. Penurunan Curah a. Cardiac Pump a. Cardiac Care


Jantung Effectiveness

Definisi: Indikator : Aktivitas :


ketidakadekuatan darah
1) Systolic blood 1) Evaluasi adanya nyeri dada
yang dipompa oleh
pressure dalam (intensitas,
jantung untuk
rentang normal lokasi, durasi,
memenuhi kebutuhan
2) Diastolic blood frekuensi)
metabolisme tubuh.
pressure dalam 2) Catat adnya disritmia jantung
Batasan karakteristik : rentang normal 3) Catat adanya tanda dan gejala
3) Tidak ada disritmia penurunan cardiac output.
a. Perubahan frekuensi/
4) Tidak ada bunyi 4) Monitor status
irama jantung
jantung abnormal kardiovaskuler
b. Perubahan preload
5) Tidak terjadi angina 5) Monitor status
c. Perubahan
6) Tidak ada edema pernafasan yang
afterload
perifer menandakan Heart Failure
d. Perubahan
7) Tidak ada edema 6) Monitor abdomen
kontraktilitas
paru sebagai indicator
e. Perilaku /Emosi
8) Tidak dispnea saat adanya adanya
istirahat penurunan fungsi
9) Tidak dispnea ketika 7) Monitor balance cairan
latihan 8) Monitor adanya
10) Tidak terjadi perubahan perubahan tekanan
hepatomegali darah
11) Aktivitas toleran
12) Tidak sianosis
31

b. Circulation Status 9) Monitor respon pasien


terhadap efek
Indikator :
pengobatan
1) Systolic blood
antiaritmia
pressure dalam
10) Atur periode latihan dan
rentang normal
istirahat untuk menghindari
2) Diastolic blood
kelelahan
pressure dalam
11) Monitor adanya
rentang normal
dispnea, ortopnea, dan
3) Pulse pressure dalam
takipnea
rentang normal
12) Anjurkan untuk
4) MAP dalam rentang
menurunkan stres
normal
5) AGD (PaO2 dan PaCO2) b. Vital Sign Monitoring
dalam rentang normal Aktivitas :
6) Saturasi O2 dalam
1) Monitor TD, nadi, suhu dan
rentang normal
RR
7) Tidak asites
2) Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
32

c. Vital signs 3) Monitor vital sign


Indikator : pasien saat berbaring,
1) Denyut jantung apikal duduk, berdiri
dalam rentang normal 4) Auskultasi tekanan
2) Irama denyut jantung darah pada kedua
dalam rentang normal lengan dan
3) Denyut nadi radial bandingkan
dalam rentang normal 5) Monitor TD, Nadi, RR
4) Tekanan Systole dan sebelum, selama dan
Diastole dalam setelah aktivitas
rentang normal 6) Monitor kualitas nadi
7) Monitor adanya pulsus
paradoksus
8) Monitor jumlah dan
irama jantung
9) Monitor bunyi jantung
10) Monitor suara paru
11) Monitor pola
pernafasan abnormal
12) Monitoradanya
sianosis perifer
13) Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
33

Gangguan pertukaran 1. Respon ventilasi mekanik 1) Terapi oksigen


2.
gas b/d perubahan dewasa
a) Berikan oksigen sesuai
membrane kapiler a) Tingkat respirasi dalam
orderan dokter
alveolar keadaan normal
b) Monitor liter oksigen
b) Arteri pH dalam
c) Monitor efektifitas O2
Batasan normal
dengan tepat
karakteristik: c) Saturasi O2 normal
d) Observasi tanda
1. Gas darah d) Tidak adanya perfusi
hipoventilasi induksi
arteri jaringan
oksigen
abnormal
e) Monitor hubungan
2. Ph arteri
2. Status respirasi
kecemasan pasien
abnormal
a) Tekanan CO2 sebagian dengan terapi oksigen
3. Abnormal
dalam darah arteri f) Mengatur penggunaan
pernapasan
normal perangkat O2 yang
Penurunan
b) Ph arteri normal memudahkan mobilitas
CO2
dan mengajarkan pasien
4. Sesak napas c) Keseimbangan perfusi
ventilasi
5. Gelisah
2) Manajemen asam basa
34

6. Takikardi a) Pertahankan jalan napas


paten
b) Pantau pola pernapasan

c) Pantau penyebab
kekurangan HCO3
(uremis, ketoadosis
metabolic)
d) Pantau

ketidakseimbangan
elektrolit berhubungan
dengan asidosis
metabolic (kelebihan
kalium, kelebihan
magnesium, natrium)
e) Beri agen HCO3 secara
oral atau parenteral jika
dibutuhkan
f) Pantau asupan dan
keluaran
g) Pantau penentu
pengiriman oksigen
(paO2, Hb, curah
jantung)
h) Pantau penurunan
bikarbonat dan
penumpukan asam
(gagal ginjal)
i) Pantau tanda dan gejala
cardiopulmonary
memburuknya asidosis
metabolic (aritmia,
kusmaul, klien respirasi)
j) Berikan nutrisi yang
35

cukup bagi pasien yang


mengalami asidosis
36

metabolic kronis

k) Anjurkan

pasien/keluarga
tentang tindakan

pengobatan
untuk

mengobati asidosis
metabolic

3) Monitoring respirasi

a) Monitor
frekuensi, kedalaman
dan kekuatan respirasi
b) Pantau pola
pernapasan:
hiperventilasi,
pernapasan kusmaul
c) Memantau
tingkat saturasi
oksigen
d) Auskultasi bunyi
napas, catat area
dimana terjadinya
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
adanya suara
tambahan
37

e) Pantau peningkatan
kegelisahan, ansietas,
dan
peningkatan kebutuhan
udara
f) Pantau sekresi respirasi

Pasien

3. Intoleransi Aktivitas a. Energi Conservation a. Perawatan

Definisi : Indikator : jantung: rehabilitative


Aktivitas:
1) Monitor toleransi
38

Ketidakcukupan 1) Menunjukkan pasien


energi psikologis, keseimbangan
antara aktivitas terhadap aktivitas
atau dengan istirahat 2) Pertahankan jadwal
fisiologis 2) Menggunakan teknik ambulasi,
3) Mengenali sesuai toleransi
untuk keterbatasan aktivitas
mempertahankan atau energi 3) Instruksikan kepada

menyelesaikna
aktivitas
kehidupan sehari-hari
yang harus atau
yang
39

ingin dilakukan. 4) Menyesuaikan pasien dan


Batasan gaya hidup sesuai keluarga
karakteristik : tingkat energi mengenai
a. Respon frekuensi 5) Mempertahanka modifikasi
jantung abnormal n gizi yang faktor risiko jantung
terhadap aktivitas cukup (misalnya,
b. Perubahan 6) Melaporkan menghentikan
EKG yang aktivitas yang kebiasaan
mencerminkan sesuai dengan merokok,
iskemia energi. diet dan olahraga)
c. Dispnea 4) Instruksikan pasien
b. Activity Tolerance
setelah mengenai perawatan
Indikator :
beraktivitas diri pada saat
d. Menyataka 1) Saturasi oksigen mengalami nyeri
n merasa saat melakukan dada
letih aktivitas 5) Instruksikan pasien
e. Menatakan membaik/dalam dan keluarga
merasa lemah rentang normal mengenai aturan
2) nadi saat berolahraga
f. Respon tekanan
melakukan 6) Instruksikan
darah abnormal
aktivitas pasien dan
terhadap aktivitas
dalam rentang keluarga
normal untuk membatasi
3) tidak sesak napas mengangkat/mendor
saat melakukan on g barang dengan
aktivitas cara yang tepat.
4) tekanan darah saat
melakukan b. Bantu perawatan diri
aktivitas dalam
a) Pertimbangkan budaya
rentang normal
pasien ketika akan
40

3) mudah melakukan
mempromosikan
ADL
aktivitas perawatan diri
b) Pertimbangkan usia
c. Self Care : ADL pasien
Indikator : c) Memantau kebutuhan

1) Mampu pasien unutuk


perangkat adaptif
melakukan ADL untuk kebersihan
secara mandiri pribadi
(seperti d) Menyediakan
makan, lingkungan
memakai terapeutik yang hangat
baju,toileting, e) Membantu pasien
mandi, dalam

berdandan,
menjaga
kebersihan, oral

hygiene,
berjalan,
berpindah
tempat)
menerima kebutuhan
ketergantungan
41

4. Ketidakefektifan a. Circulation Status a. Oxygen Therapy


Perfusi
Indikator : Aktivitas :

1) Systolic blood 1) Pertahankan


Jaringan Perifer
pressure dalam kepatenan jalan
Definisi :
nafas
42

Penurunan sirkulasi rentang normal 2) Atur


darah ke perifer yang 2) Diastolic blood peralatan oksigenasi
dapat mengganggu pressure 3) Monitor aliran
kesehatan. oksigen
dalam rentang 4) Pertahankan
Batasan Karakteristik :
normal posisi pasien
a. Waktu
3) Pulse pressure 5) Observasi
pengisian kapiler
dalam rentang adanya tanda-tanda
> 3 detik
normal hipoventilasi
b. Warna kulit pucat
4) CVP dalam retang 6) Monitor
saat elevasi
normal adanya kecemasan
c. Penurunan
5) MAP dalam rentang pasien terhadap
nadi perifer
normal oksigenasi
d. Perubahan
6) Saturasi O2 dalam
b. Vital Sign Monitoring
tekanan darah di
rentang normal
Aktivitas :
ekstremitas
7) Tidak asites
1) Monitor TD,
e. Pemendekan
b. Tissue Perfusion : Nadi, Suhu, dan RR
jarak total ang
Peripheral 2) Catat adanya fluktuasi
ditempuh dalam
tekanan darah
uji berjalan selam Indikator :
3) Monitor kualitas nadi
enam menit
1) CRT (jari tangan
4) Monitor suara paru
dan kaki) dalam 5) Monitor
batas normal pola pernapasan
2) Suhu
yang banormal
kulit ekstremitas 6) Monitor suhu, warna,
dalam rentang dan kelembapan
normal kulit
3) Kekuatan denyut
c. Peripheral
nadi (karotis kanan
Sensation Management
dan kiri;brachial
43

kanan dan kiri; Aktivitas :


femur kanan dan 1) Monitor
kiri, radialis kanan adanya daerah
dan kiri) dalam tertentu yang hanya
rentang normal peka terhadap
4) Blood pressure dan panas/dingin/tajam,t
MAP dalam u mpul
rentang normal 2) Monitor
adanya paratese
(kesemutan)
3) Batasi gerakan
kepala, leher, dan
punggung
4) Monitor
adanya
tromboplebitis dan
vena
tromboembolism

5. Kelebihan a. Electrolit a. Fluid Management

Aktivitas :
Volume Cairan And Acid/Base
Balance
44

Batasan Indikator :
1) Pertahankan catatan
Karakteristik
1) Erum intake output yang
:
albumin, kreatinin, akurat
a. Perubahan hematokrit, 2) Monitor hasil Hb
tekanan darah Blood Urea yang sesuai dengan
b. Dispnea Nitrogen (BUN), retensi cairan
c. Edema dalam (BUN, Hematokrit,
d. Distensi vena rentang normal Osmolaritas urine)
2) pH urine, urine
45

jugularis sodium, 3) Monitor vital sign


e. Orthopnea 4) Monitor
f. Peningkata urine indikasi retensi
Vena
n tekanan creatinin,urine 5) Kaji luas dan lokasi
sentral osmolarity, edema
6) Monitor status nutrisi
dalam rentang 7) Kolaborasi dengan
normal dokter jika tanda
3) tidak cairan berlebuhan
terjadi kelemahan muncul memburuk
otot
4) tidak
terjadi disritmia

b. Fluid Balance
Indikator: Tidak
terjadi asites
46

b. Fluid Monitoring
1) Ekstremitas tidak
edema Aktivitas :
2) Tida terjadi
1) Tentukan riwayat
distensi vena
jumlah dan tipe
jugularis
intake cairan dan
c. Fluid Overload eliminasi
Severity 2) Tentukan
Indikator : kemungkinan
1) Edema tungkai
tidak terjadi faktor risiko
2) Tidak asites dari
3) Kongesti vena ketidakseimbang
tidak terjadi an cairan
4) Tidak 3) Monitor berat badan
terjadi 4) Monitor TD, Nadi, RR
peningkatan blood 5) Monitor tekanan
pressure darah orthostatik
5) Penurunan dan
pengeluaran perubahan
urine tidak terjadi
6) Tidak irama jantung
terjadi perubahan 6) Monitor
warna urine parameter
7) Penurunan serum hemodinamik infasif
sodium tidak 7) Monitor tanda
47

terjadi dan gejalaedema


8) Peningkatan
serum sodium
tidak terjadi
48

6. Nyeri Akut a. Tingkat a. Manajemen Nyeri (Paint


Kenyamanan Management)
Definisi :
(Comfort Level)

Indikator :

1) Nyeri berkurang
2) Kecemasa
n
3)
4) berkurang
5) Stres berkurang
6) Ketakutan
berkurang

b. Kontrol Nyeri
(Pain Control)

Indikator :

1) Mampu mengontrol
49

Aktivitas :
Pengalaman sensori
dan emosional yang 1) Lakukan
tidak menyenangkan pengkajian nyeri
akibat secara
kerusakan jaringan komprehensif
aktual atau potensial termasuk
atau yang digambarkan
sebagai kerusakan lokasi, karakteristik,
(International
association for Studi of durasi, frekuensi,
Pain); awitan yang kualitas dan faktor
tiba- presipitasi
tiba lambat dengan 2) Observasi
intensitas dari reaksi nonverbal
ringan pasien dari
ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik
50

hingga berat, dengan nyeri, (tahu komunikasi


akhir yang dapat penyebab terapeutik untuk
diantisipasi nyeri, mengetahui
mampu pengalaman nyeri
atau menggunakan pasien
diprediksi teknik 4) Kaji kultur yang
nonfarmakologis mempengaruhi
dan berlangsung <6 untuk respon nyeri
bulan. 5) Evaluasi pengalaman
mengurangi nyeri, nyeri masa lampau
Batasan karakteristi :
6) Evaluasi bersama
a. Perubahan
mancari pasien dan tim
tekanan darah
bantuan) kesehatan lain
b. Perubahan
2) Melaporkan tentang
frekuensi
bahwa nyeri ketidakefektifan
jnatung
berkurang dengan konrol nyeri
c. Melaporkan
menggunakan masa
nyeri secara
manajemen nyeri lampau
verbal
3) Mampu mengenali 7) Bantu pasien dan
d. Mengekspresikan
nyeri, keluarga
perilaku
(skala, intensitas, untuk
gelisah,
frekuensi, dan mencari
merengek,
tanda nyeri)
meringis
4) Menyatakan rasa dan menemukan
e. Gangguan tidur nyamanstelah nyeri dukungan
f. Laporan berkurang 8) Kontrol lingkungan
isyarat nyeri 5) Tanda-tanda vital yng
dalam batas normal dapat
mempengaruhi nyeri
c. Paint Level
seperti suhu
Indikator :
51

1) Mealporkan ruangan,
nyeri berkurang pencahayaan, dan
2) Melaporkan kebisingan
lamanya nyeri 9) Kurangi
dirasakan faktor presipitasi
3) Tidak mengerang nyeri
4) Ekspresi 10) Pilih dan
wajah releks lakukan penanganan
5) Pasien tidak nyeri (farmakologi,
mondar- mandir nonfarmakologi,
6) Respiration rate dan interpersonal)
dalam 11) Kaji tipe dan sumber
rentang normal nyeri
7) Blood pressure untuk
dalam menentukan
intervensi
rentang normal 12) Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
d. Vital 13) Berikan analgetik
signs untuk mengurangi
Indikator : nyeri
1) Denyut 14) Evaluasi keefektifan
jantung apikal kontrol nyeri
dalam rentang 15) Tingkatkan istirahat
normal 16) Kolaborasi dengan
2) Irama denyut dokter jika ada
jantung dalam keluhan dan
rentang normal tindakan nyeri tidak
3) Denyut nadi radial berhasil
dalam b. Pemberian Analgetik
52

Aktivitas :
rentang normal
1) Tentukan lokasi
nyeri, karakteristik,
kualitas
53

4) Tekanan Systole dan dan tingkat


Diastole keparahan sebelum
mengobati pasien
dalam rentang 2) Periksa perintah
normal medis untuk obat,
dosis, frekuensi
yang ditentukan
analgesik
3) Periksa alergi obat
4) Evaluasi kemampuan
pasien
untuk berpartisipasi
dalam pemilihan
anlgesik, rute, dan
dosis, serta
melibatkan pasien
5) Pilih analgesik sesuai
atau kombinasi dari
analgesik ketika
lebih dari satu yang
diresepkan
6) Tentukan pilihan
analgesik,
berdasarkan jenis
dan severity rasa
sakit

7) Pantau tanda-tanda
vital sebelum dan
setelah pemberian
analgesik narcotok
diatas dosis
54

8) Fasilitasi
respon pasien
terhadap analgesik

9) Informasikan kepada
pasien terkait efek
samping
dari analgesik

10) Evaluasi efektifitas


analgesik
pada interval yang
sering dan teratur
setelah pemberian
masing- masing,
terutama setelah
dosis awal

c. Pengurangan
Kecemasan

Aktivitas :

1) Gunakan pendekatan
yang menenangkan
pasien
55

2) Jelaskan prosedur
pengobatan pasien,
meliputi sansasi
yang dirasakan
selama
prosedur

yang dilakukan
3) Sediakan informasi
faktual
meliputi diagnosis,
pengobatan, dan
perawatan pasien

4) Tetap bersama
pasien untuk
mempromosikan
keamanan
dan megurangi rasa
takut

5) Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien

6) Sediakan objek yang


menandakan
keamanan

7) Ciptakan atmosfer
untuk memfasilitasi
kepercayaan pasien

8) Identifikasi ketika
56

tingkat kecemasan
pasien berubah

9) Bantu pasien
untuk
mengidentifikasi
situasi
yang
menimbulkan
kecemasan

10) Tentukan
kemampuan
pengambilan
keputusan pasien

11) Ajarkan pasien


melakukan teknik
relaksasi

d. Terapi
Latihan Ambulation

Aktivitas :
1) Bantu pasien untuk
menggunakan
alas
kaki yang
memfasilitasi pasien
saat berjalan untuk
menghindari cidera
57

2) Anjurkan pasien
untuk duduk di
tempat tidur
3) Bantu pasien untuk
duduk di tepi tempat
tidur
untuk
memfasilitasi
ketahanan
posisi
4) Konsultasikan
dengan terapis fisik
terkait rencana
ambulasi
sesuai kebutuhan
pasien
5) Bantu pasien untuk
berpindah
sesuai kebutuhan
6) Sediakan alat bantu
seperti kursi roda
untuk ambulasi
7) Ajarkan pasien dan
keluarga terkait cara
berpindah yang
aman dan teknik
ambulasi

e. Monitoring Tanda-
Tanda Vital
58

Aktivitas :
1) Monitor tekana darah,
nadi, suhu, dan
status pernafasan
sesuai anjuran
2) Catat
fluktuasi tekanan
darah pasien
3) Monitor tekanan
darah setelah
pasien memperoleh
pengobatan
4) Monitor tanda dan
gejala hipotermia
dan hipertermia
yang dilaporkan
5) Monitor kualitas dan
kuantitas denyut
nadi
6) Monitor
denyut janung
7) Monitor pernafasan
8) Monitor suara nafas
9) Monitor pola
nafas abnormal
10) Monitor warna,
suhu, kelembapan
kulit
11) Identifikasi
penyebab-
59

penyebab
kemungkinan

adanya perubahan
tanda-tanda vital

7. Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi a. Nutrition Management


Nutrisi Kurang Dari
Indikator : Aktivitas :
Kebutuhan Tubuh
1) Intake nutrisi dalam
Definisi : 1) Tentukan status
rentang normal
nutrisi pasien
Asupan nutrisi tidak 2) Intake makanan
dan
cukup untuk dalam
kemampuan pasien
memenuhi kebutuhan
dalam memenuhi
metabolik tubuh. rentang normal
kebutuhan tersebut
3) Intake minuman
2) Tentukan
dalam
kecenderungan
Batasan Karakteristik :
pemilhan
rentang normal
a. Berat badan 20% makanan
4) Rasio BB/TB dalam
atau lebih di pasien /
rentang normal
bawah rentang identifikasi
berat badan ideal b. Status Nutrisi: makanan yang
b. Bising Hasil Labor Biokimia mebuat pasien
usus hiperaktif alergi
Indikator :
c. Membran mukosa dan intoleran
1) Serum albumin
pucat 3) Ajarkan pasien atau
dalam
d. Kerapuhan kapiler keluarga terkait
nutrisi
rentang normal
4) Tentukan jumlah
2) Hematokrit
kalori dan jenis
60

dalam rentang nutrien


normal yang
3) Hemoglobin dibutuhkan untuk
dalam rentang memenuhi
normal kebutuhan nutrisi
4) Glukosa darah pasien
5) BUN dalam rentang 5) Ajarkan pasien atau
normal keluarga
terkait
kebutuhan
diit
berdasarkanumur
atau perkembangan
meliputi :
kalsium,
protein, cairan,
dan kalori.
6) Monitor intake diet
dan kalori pasien
7) Monitor peningkatan
dan penurunan berat
badan pasien
b. Nutrition Therapy

Aktivitas :

1) Lengkapi pengkajian
nutrisi sesuai
anjuran
2) Tentukan
dan kolaborasikan
dengan ahli gizi
61

terkait jumlah kalori


dan jenis nutrisi
yang
dibutuhkan
untuk memenuhi
62

kebutuhan nutrisi
3) Anjurkan pasien
untuk
mengkonsumsi
makanan
tinggi kalsium
4) Monitor hasil labor
berkaitan dengan
status nutrisi pasien.
5) Berikan pada pasien
atau keluarga catatn
contoh diit yang
ditentukan.

c. Nausea Management

Aktivitas :

1) Ajarkan pasien untuk


memonitor
pengalaman
mualnya
2) Ajarkan pasien untuk
mempelajari
strategi- strategi
untuk mengatur
mualnya
3) Lakukan pengkajian
lengkap terkait mual,
meliputi frekuensi,
durasi, dan faktor
63

presipitasi.
4) Evaluasi pengalaman-
pengalaman mual
pasien sebelumnya
5) Identifikasi faktor-
faktor
yang
menyebabkan mual
pasien sebelumnya
6) Berikan terapi anti
emetik yang
diberikan untuk
menghindari
terjadinya mual
7) Ajarkan teknik-teknik
nonfarmakologi,
seperti relaksasi,
terpi musik,
distraksi,
acupressure
untuk mengatur mual
yang dirasakan oleh
pasien

d. Nutrition Monitoring
Aktivitas :
1) Timbang berat badan
pasien
2) Pantau perkembangan
64

BMI pasien
3) Monitor penurunan
dan peningkatan
berat badanpasien
4) Identifikasi
perubahan berat
badan yang terjadi
baru-baru ini pada
pasien
5) Monitor turgor kulir
pasien
6) Monitor mual dan
muntah
7) Monitor intake diit
dan kalori pasien
8) Identifikasi
perubahan nafsu
makan dn aktifitas
pasien
9) Monitor
kepucatan,
kemerahan,
kekeringan
jaringan mukosa
10) Monitor hasil labor
(meliputi : serum
albumin,
hemoglobin,
hematokrit,
elektrolit).

e. Nutrition Counseling
65

Aktivitas :

1) Bina
hubungan terapeutik
berdasarkan
kepercayaan
dan respek pada
pasien
2) Tentukan intake
makanan dan
kebiasaan makan
pasien
3) Berkolaborasi dengan
pasien
dalam menentukan
tujuan realistis
jangka pendek dan
jangka panjang
untuk
perubahan dalam
status nutrisi
4) Sediakan informasi
tentang kebutuhan
kesehatan
untuk modifikasi diit
: penurunan
berat badan,
peningkatan berat
badan, kekurangan
cairan
5) Diskusikan dengan
66

pasien terkait
kelompok dasar
makanan yang
dibutuhkan

dalam modifikasi
diit
6) Bantu pasien untuk
mencatat kebiasaan
makannya tiap 24
jam
8 Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan tindakan Memonitoring Pernafasan
Nafas asuhan keperawatan selama a) Monitoring
3x24 jam diharapkan tanda-tanda
ketidakefektifan pola nafas vital
dapat teratasi, dengan b) Memanagem
kreteria hasil: en Pernafasa
1) Pola nafas dalam c) Bantuan
keadaan normal (16- ventilasi
20x/mnt). d) Stabilisasi dan
2) Irama nafas teratur. Membuka Jalan
3) Tidak adanya otot Nafas
bantu pernafasan. e) Pemberian
4) Tidak adanya sekret Analgesik
dan batuk darah f) Fisioterapi
Dada
g) Penggurangan
kecemasan
h) Dukungan
Emosional
66
67

i) Managemen
Pengobatan
j) Pengaturan
posisi
k) Menghadirkan
Diri
l) Relaksasi Otot
Progresif
m) Bantuan
Penghentian
Merokok
(NANDA ,2018-2020)

67
68

BAB 3

METODOLOGI STUDI KASUS

68
69

3.1 Rancangan atau Design KTI

Desain yang digunakan pada Studi kasus ini adalah deskriptif analitik dalam
bentuk studi kasus yang mengeskplorasi suatu masalah asuhan keperawatan
pada pasien yang mengalami gagal jantung kongestif (CHF). Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi studi
kasus identifikasi data hasil pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Desain ini digunakan untuk menetapkan tindakan
intervensi pemberian terapi oksigen pada pasien Congestive Heart Failure
(CHF) dan studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis perubahan frekuensi
nafas pada pasien CHF sedang sesudah dilakukan pemberian terapi oksigen.

3.2 Subyek Studi Kasus Dan Fokus Studi

3.2.1 Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus yang digunakan dalam Studi kasus keperawatan


merupakan individu dengan kasus yang akan diteliti secara rinci dan
mendalam. Adapun kriteria subyek Studi kasus yang akan dipilih
adalah subyek terdiri dari 1 orang pasien dengan kasus penyakit gagal
jantung kongestif (Congestive Heart Failure) dengan keluhan sesak,
tidak menggunakan ventilator dan dirawat di ICU RSUD Ulin
Banjarmasin

3.2.2 Fokus Studi Kasus

Fokus studi dalam studi kasus ini adalah penurunan frekuensi nafas
dalam batas normal 16-20x/menit dan SPO2 95%-100% sesudah
intervensi keperawatan dengan terapi oksigen pada pasien Congestive
Heart Failure dengan masalah keperawatan ketidak efektifan pola nafas
dilakukan intervenasi pemberian terapi oksigenasi nasal kanul.

3.3 Definisi Operational


3.3.1 Congestive Heart Failure
69
70

Kondisi medis di mana jantung gagal memompa darah untuk


memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh dan dapat menimbulkan gejala
khas seperti sesak nafas, edema dan peningkatan JVP. Pada kasus ini
untuk menentukan gagal jantung kongestif adalah berdasarkan rekam
medik pasien yang telah didiagnosis oleh dokter.

3.3.2 Asuhan keperawatan pada pasien Congestive Heart Failure

Suatu asuhan keperawatan yang komprehensif dimana proses


kegiatan praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
pasien gagal jantung kongestif dalam tatanan pelayanan kesehatan
meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi untuk mengatasi masalah pada pasien
dengan gagal jantung kongestif.

3.3.3 Terapi Oksigen Nasal Kanul

Nasal Kanul merupakan suatu alat sederhana yang memberikan


oksigen secara kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit dengan
konsentrasi 24%-44%. Indikasi : Pada pasien yang dapat bernafas
dengan spontan tetapi masih membutuhkan alat bantu nasal kanula
untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau
tidak sesak). Pada pasien dengan gangguan oksigenasi seperti klien
dengan asma, PPOK, atau penyakit paru yang lain. Dan pada pasien
yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang (Potter & Perry,
2010). Kontra Indikasi : Pada pasien dengan obstruksi nasal, apneu.
Fraktur dasar tengkorak kepala, dan trauma maksilofasial (Potter &
Perry, 2010).

70
71

3.4 Tempat Dan Waktu Studi Kasus


3.4.1 Tempat dan waktu studi kasus
Pengambilan kasus dalam tugas akhir ini dilakukan pada klien
Congestive Heart Failure yang dirawat di Ruang ICU RSUD Ulin
Banjarmasin
3.4.2 Waktu Pelaksanaan Studi Kasus
Waktu yang digunakan untuk penyusunan studi kasus ini dimulai dari
Tanggal 29 Maret 2021 sampai dengan 10 April 2021.

3.5 Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data


3.5.1. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format asuhan


keperawatan gawat darurat sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan:

a. Wawancara
Wawancara yaitu hasil anamnesa yang dilakukan pada pasien
maupun pada keluarga. Hasil wawancara berisi tentang identitas
pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, dan riwayat penyakit keluarga
b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi dan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dengan teknik


melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi), dan
mendengarkan (auskultasi) pada system tubuh pasien untuk
mengetahui kelainan yang ada.
72

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan


cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan suatu data atau
informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Studi
dokumentasi dalam Studi kasus ini adalah dengan melihat hasil dari
pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan, seperti hasil
laboratorium, radiologi, ataupun pemeriksaan fisik lainnya untuk
mengetahui kelainan-kelainan pada pasien.

3.6 Pengolahan Dan Penyajian Data

Pengolahan data dan penyajian data pada studi kasus disajikan secara tekstual
dengan fakta-fakta dijadikan di dalam teks dan bersifat naratif dan disertai
dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan
data pendukungnya.

3.7 Etika Studi Kasus


Menurut Notoatmodjo (2012) masalah etika Studi kasus dalam keperawatan
meliputi :

3.7.1. Informed concent

Peneliti membuat surat ijin Studi kasus di bagian akademik UMB,


kemudian peneliti meminta perizinan terhadap RSUD Ulin
Banjarmasin untuk melihat catatan rekam medis pasien kateterisasi
jantung pada bulan Maret 2021. Hasil dari Studi kasus akan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti.

3.7.2. Anomity (Tanpa Nama)

Merupakan masalah etika dalam Studi kasus keperawatan dengan cara


tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
73

3.7.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil


Studi kasus, informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
74

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus

4.1.1 Gambaran Lokasi Studi Kasus


Studi kasus ini dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin.Rumah sakit umum
daerah ini memilihi fasilitas yang tersedia antara lain Instalasi Rehabilitas
Medik, Konsultasi Gizi, Instalasi Farmasi, Laboratorium 24 Jam,
Poliklinik Fisioterapi, Ruang Intensive Care Unit (ICU), Ruang Rawat
Inap, dan Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGC).

Pada studi kasus ini penulis menggunakan ruang Intensive Care Unit
(ICU). Ruang Intensive Care Unit adalah ruang perawatan dan pengobatan
pasien dengan tingkat kekritisan tertentu (Kemenkes, 2012). Pasien kritis
dirawat di ruang ICU (Intensive Care Unit) memiliki nilai
kematiandan nilai kesakitanyang tinggi. Pasien kritis sangat erat
kaitannya dengan perawatan secara intensif serta monitoring penilaian
terhadap setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien dan
membutuhkan pencatatan medis secara kontinyu dan
berkesinambungan (Yulia, dkk, 2017).

Ruang perawatan intensif merupakan bagian dari rumah sakit, dengan staf
khusus dan peralatan khusus, ditujukan untuk observasi dan terapi pasien
penyakit kritis yang dapat mengancam jiwa apabila tidmendapatkan
intervensi medis. Pasien kritis biasanya mengalami gangguan pada multi
sistem yang melibatkan gangguan pada organ pernapasan, kardiovaskuler
dan neurologi (Robertson & Al-Haddads, 2013).

Dapat disimpulkan bahwa ICU adalah unit perawatan khusus untuk pasien
dengan penyakit serius dan butuh pemantauan ketat. Ruangan ini
75

umumnya dilengkapi dengan peralatan dan tenaga kesehatan yang juga


khusus. Jumlah pasien yang ada di ruangan tidak menetap dan dapat
berubah-ubah setiap harinya karena ruang ICU merupakan ruang dimana
pasien yang didatangkan dari IGD untuk dirawat secara lebih intensif dan
akan segera di alih rawat setelah kondisi pasien mulai stabil.

Bangunan ICU di RSUD Ulin Banjarmasin terdiri dari beberapa ruangan.


Ruangan pertama terdapat ruangan khusus kepala ruangan, satu buah
ruangan dokter, satu ruang mushola, satu ruang dapur, satu ruang linen,
dan juga terdapat ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit) yaitu
ruangan khusus pasien anak dengan kapasitas tiga pasien. Selain itu, juga
terdapat ruang ICCU (Intensive Cardiac Care Unit) atau ruangan yang
dikhususkan untuk pasien jantung yang harus dirawat secara intensive.
Kapasitas ruangan diisi dengan tiga buah tempat tidur pasein dan satu
meja perawat. Lalu, ada ruangan utama untuk pasien dengan penyakit
umum yang bekapasitas delapan buah tempat tidur, satu meja administrasi,
dan satu ruangan untuk obat.

4.1.2 Gambaran Subyek Studi Kasus


Studi kasus yang dilakukan pada tanggal 30 Maret s.d 08 April 2021
dipilih 1 orang pasien sebagai subyek studi kasus diruang ICU RSUD Ulin
Banjarmasin. Pasien berinisial Ny. M, berjenis kelamin perempuan,
berumur 57 tahun, beragama islam, sudah menikah, beralamat di Jl.
Rantauan Timur I Kelayan Barat Kec. Banjarmasin Selatan, BB 56 cm dan
TB 150 cm.Nomor registrasi pasein 1-33-87-xx. Pasein masuk rumah sakit
pada tanggal 05 April 2021 jam 13:01 WITA dengan keluhan sesak nafas
dan langsung di pindah ke Ruang ICU pada hari yang sama dengan
diagnose Congestive Heart Failure (CHF).

Hasil pengkajian anamnenis pada keluarga pasein pada tanggal 06 April


2021 pada jam 13:10, didapatkan hasil keluhan utama pasien mengalami
76

sesak nafas yang disertai oleh nyeri dada. Nyeri dada disebelah kiri dan
dirasakan tembus hingga belakang. Pasien lalu dibawa ke RSUD Ulin
Banjarmasin pada tanggal 05 April 2021. Ny. M mengatakan riwayat
penyakit sekarang adalah sesak sudah dialami sejak kurang lebih
seminggu yang lalu, perut dan kaki bengkak dalam kurun waktu kurang
lebih 3 minggu, tapi tidak ada demam, tidak ada batuk. Ny. M mengatakan
tidak pernah mempunyai riwayat penyakit terdahulu seperti ini. Riwayat
kesehatan keluarga juga tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama.

Pengkajian primer pada airways atau jalan nafas, terdapat adanya


sumbatan jalan napas. Breathing (pernapasan) pada Ny. M terlihat sesak,
terdapat penggunaan alat bantu nafas yaitu oksigen nasal kanul, terdapat
suara nafas tambahan ronki, frekuensi pernapasan 19 x/menit. Circulation
pasien memiliki TD 120/74 mmHg. Irama nadi tidak teratur dan denyut
nadi lemah dengan frekuensi denyut nadi 69 x/menit. Pada pengkajian
fisik tingkat kesadaran pasien composmentis skala nyeri 4. SPO2 89% .
ekstremitas teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit baik dan mukosa
mulut lembab. CRT < 2 detik. Bising usus 12 x/menit. Pasien terpasang
infuse NaCl 0,9% 500 cc/24 jam.

Pada pengkajian sekunder aktivitas pasien sepenuhnya dibantu oleh


perawat dan keluarga dalam melaksanakan ADL (Activity of Daily
Living). Kebutuhan nutrisi makan sesuai jadwal yang dianjurkan Rumah
saki dan pasien disuruh rutin minum air putih. Pola eliminasi pasien
terpasang kateter dan jumlah urine output 60 cc/6 jam. Urine berwarna
kuning pekat dan selama dirumah sakit pasien belum ada BAB. Pasien
tidak ada riwayat alergi terhadap makanan apapun, alcohol, zat kimia,
gigitan binatang dan obat-obatan. Pada pola istirahat dan tidur pasien
kurang lebih 6-7 jam/hari dan pasien hanya berbaring di tempat tidur.
Pasein mengalami keletihan selama aktifitas perawatan diri sehingga
77

penampilan kurang. Pasien gelisan karena nyeri dada dan sesak nafas.
Terdapat penurunan aktifitas yang biasa dilakukan dan didapati hasil
kekuatan otot 4 pada musculoskeletal.

4.1.3 Pemaparan Fokus Stdi


4.1.3.1 Hasil Pengkajian Awal
Berdasarkan tahapan proses keperawataan, maka langkah pertama
yang harus dilakukan pada pasien Congestive Heart Failure adalah
pengkajian. Dalam studi kasus ini pengkajian awal yang dilakukan
berfokus pada masalah ketidak efektifan pola nafas dan frekuensi
nafas melalui terapi oksigen nasal kanul.

Dari hasil studi kasus dapat diketahui bahwa saat pengkajian awal
dan dilihat dari lembar observasi pada hari Senin tanggal 05 April
2021 pukul 13:05 wita, dilakukan pengkajian tingkat kesadaran
tingkat, kesadaran pasien composmentis, dan GCS E4M5V6.
Tanda-tanda Vital TD: 138/81 mmHg, N: 74x/menit, RR:
21x/menit, Temp: 36,6ºC, SpO2: 89%. Pasien tampak sesak, dan
nyeri dada. Terlihat penggunaan alat bantu nafas nasal kanul serta
terdapat suara nafas tambahan ronki saat di auskultasi.

Table 4.1. Hasil Obsevasi Awal Frekuensi Nafas

N Hari/ Tekanan Observasi


o Tanggal Oksigen Jam Frekuensi Spo2 Tekanan Nadi Suhu GCS
Pernafasa Darah
n (RR)
1 Senin, 5 L/min 13:05 21 89% 138/81 74 x/ 36,6 E4M5V6
05 April x/menit mmHg menit C
2021
78

15:00 19 97% 120/74 65 36C E4M5V6


x/menit mmHg x/menit

Berdasarkan tabel diatas, selama pengkajian berlangsung diketahui


bahwa hasil observasi frekuensi nafas yang mulanya 21x/ menit
menjadi 19x/menit, SPO2 89% menjadi 97% dengan GCS
E4M5V6 .

Setelah melakukan pengkajian terkait perubahan frekuensi nafas


pada pasien congestive heart failure dengan masalah ketidak
efektifan pola nafas maka dilakukan intervensi keperawataan yaitu
pemberian terapi oksgenasi. Jenis terapi oksigen yang akan
diberikan adalah dengan menggunakan Terapi Oksigen Nasal
Kanul.

Tindakan ini dilakukan selama 3 hari mengikuti shift dinas dan


observasi setiap 2 jam saat itu untuk mengetahui perubahan pada
frekuensi nafas pasien setelah diberikan diberikan terapi oksigen
nasal kanul dan bertujuan untuk memberikan tambahan oksigen
pada pasien dan mengurangi kerja paru.

4.1.3.2 Hasil Evaluasi

Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa sesudah dilakukan


intervensi keperawatan dengan menggunakan terapi oksigen nasal
kanul, pasien mengalami peningkatan pola nafas. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan
yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2012). Metode yang digunakan adalah dengan SOAP
(Subyektif, Obyektif, Analisis, Planning). Untuk dapat mengetahui
79

apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi atau


timbul masalah baru. Evaluasi proses dan evaluasi akhir yang
penulis lakukan selama tiga hari.

Table 4.2. Hasil Evaluasi Obsevasi Frekuensi Nafas

No Hari/ Tekanan Observasi


Tanggal Oksigen Jam Frekuensi SPO2 Tekanan Nadi Suhu GCS
Pernafasan Darah
(RR)
1 Senin, 5 L/min 13.05 21 x/menit 89% 138/81 74 x/ 36,6 E4M5V6
05 mmHg menit C
April
2021
15:00 19 x/menit 97% 120/74 65 36C E4M5V6
mmHg x/menit
2 Selasa, 5 L/min 10.00 19 x/menit 97% 112/75 72x/menit 36C E4M5V6
06 mmHg
April
2021
12.00 18x/menit 96% 110/95 66 36,7 E4M5V6
mmHg x/menit C
3 Rabu, 5 L/min 09.00 17x/menit 98% 120/70 64 36,2 E4M5V6
07 mmHg x/menit C
April
2021
11.00 15x/menit 99% 124/90 70 36,4 E4M5V6
mmHg x/menit C
80

Hasil evaluasi, berdasarkan hasil pada tabel diatas diketahui terjadi


perubahan frekuensi nafas pada pasien setelah dilakukan tindakan
keperawataan pemberian terapi oksigen nasal kanul dengan
pemberian 5 lpm menggunakan Nasal Kanul. Tahap penilaian atau
evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya.

Berdasarkan tabel 4.3.1.2, diketahui bahwa terjadi peningkatan


kemampuan breathing (pernafasan) pasien dalam hasil evaluasi
frekuensi nafas yang dilakukan selama 3 hari. Pada hari pertama
setelah diberikan terapi oksigen nasal kanul, frekuensi nafas masih
belum mendekati normal yaitu 21x/menit dengan SPO 89%, lalu
ketika diobservasi dua jam kemudian terjadi peningkatan frekuensi
nafas menjadi 19x/menit dan SPO 97%. Pada hari kedua, frekuensi
nafas mulai terlihat stabil yaitu 19x/menit dan 18x/menit pada dua
jam setelah pengkajian pertama di hari kedua. Perubahan SPO2
pada saat pengkajian yaitu 97% lalu menurun ke 96% pada dua jam
terakhir pengkajian.

Hari ketiga pengkajian, terjadi peningkatan pola nafas yang terlihat


pada frekuensi nafas yang mulai stabil di 17x/menit dengan SPO2
98%, lalu pada dua jam kemudian frekuensi nafas normal menjadi
15x/menit dengan SPO2 99%.

4.2 Pembahasan Studi Kasus


Hasil studi kasus tentang pemberiam terapi oksigen Nasal Kanul pada pasien
Congestive Heart Failure dengan masalah Ketidak Efektifan Pola Nafas di
ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin didapatkan hasil bahwa adanya
81

perubahan frekuensi nafas disetiap harinya saat sebelum dan sesudah


diberikan tindakan pemberian terapi oksigen nasal kanul.

Setelah diberikan intervensi pemberian terapi oksigen nasal kanul selama tiga
hari, dapat disimpulkan bahwa nilai frekuensi nafas pada subjek studi kasus
terjadi penurunan frekuensi nafas. Berdasarkan hasil studi kasus dan selama
shift dinas berlangsung, didapat bahwa adanya perubahan frekuensi nafas di
hari pertama dari frekuensi nafas 21x/menit menjadi 15 x/menit dihari ketiga
dengan SPO2 97% menjadi 99%.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Andra Saferi (2013) bahwa
bahwa gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrient. Teori ini dikuatkan oleh pendapat lain
dari Wijaya & Yessi (2013) bahwa biasanya pasien CHF mengeluh sesak
nafas dan kelemahan saat beraktifitas, kelelahan, nyeri pada dada, dispnea
pada saat beraktivitas. Penurunan frekuensi nafas dapat diketahui melalui
observasi pasien sesudah intervensi, dan secara obyektif. Penurunan frekuensi
pernapasan terjadi akibat penurunan dorongan napas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin cepat dan intensif pemberian intervensi, maka
semakin cepat penurunan frekuensi nafas.

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang


digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh (Andarmoyo, 2015). Maka
dari itu, pemberian oksigen adalah bagian integral dari pengelolaan untuk
pasien yang dirawat di rumah sakit, khususnya pasien yang sedang mengalami
gangguan pernapasan yaitu untuk mempertahankan oksigenasi dalam tubuh.
Teori lain yang mendukung adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi
yang lebih tinggi dari udara ruangan digunakan untuk mengatasi atau
mencegah hipoksia (Syandi, 2016). Hal ini sesuai dengan tujuan pemberian
82

oksigen adalah untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan oksigen


(Rahayu & Harnanto, 2016).

Menurut hadist, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada


segumpal daging, bila ia baik maka akan sehatlah seluruh tubuh; dan jika ia
rusak maka sakitlah seluruh tubuh. Ketahuilah, sesungguhnya itu adalah al-
qolbu” (H.R. Bukhari Muslim). Jantung merupakan organ tubuh yang sangat
vital, organ tubuh yang mempengaruhi seluruh organ-organ tubuh lainnya
supaya bisa bekerja dengan baik. Jika jantung ini sehat maka akan sehatlah
seluruh organ-organ yang lain. Demikian sebaliknya, jika jantung ini sakit,
maka akan sakitlah seluruh organ tubuh yang lain.

Sementara itu, Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Qhashas ayat 77


yaitu “…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu…” Peranan perawat dalam keselamatan pasien sangat
penting, sedikit saja keselamatan pasien mengalami lecet maka akan membuat
dampak buruk.. Perawat sebagai pemberi edukasi kepada pasien harus mampu
mendorong keikutsertaan pasien dalam menghadapi pentingnya keselamatan
pasien. Mereka membutuhkan komunikasi yang efektif untuk menjelaskan
subyek yang menekankan keselamatan pelayanan kesehatan.

4.3 Keterbatasan
Dalam penyusunan studi kasus ini, peneliti memliki bebarapa faktor
keterbatasan dan pendukung yaitu:
a) Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi yaitu pasien, keluarga
dan tenaga medis yang ada di RSUD Ulin Banjarmasin kooperatif saat
diajak berdiskusi.
b) Faktor penghambat yang penulis temukan yaitu:
1. Kurang lengkapnya pendokumentasian yang dilakukan perawat
ruangan terutama respon klien dari tindakan pada evaluasi
proses dan untuk evaluasi akhir.
83

2. Penulis tidak bisa melakukan observasi setelah jam dinas


selesai sehingga kurang efektif dan optimal dalam pengukuran
pola nafas.
Solusi yang penulis temukan adalah mengoptimalkan pendokumentasian
dalam catatan keperawatan dan catatan perkembangan dalam makalah ilmiah
ini untuk membantu peneliti selanjutnya dalam melakukan studi kasus.
84

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Congestive Heart
Failure (CHF) di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin setelah dilakukan terapi
oksigenisasi Nasal Kanul, dapat disimpulkan bahwa:

Saat pengkajian ditemukan kesadaran pasien komposmentis. Hasil Pemeriksan


Fisik TD : 138/81mmHg (lengan kanan), RR : 21 x/ menit, N : 74x/mnt S :
36,6 O C (axial), SPO2: 89%. Hasil pemeriksaan laboratoriumn GDS 119
mg/dl, Ureum 73 mg/ dl, Creatinin 0,7 mg/dl, HB 15,0 (g/dL), Lleukosit 20,10
(10,3/uL), Na 140,7 mmol/L, K 4,21 mmol/L, CL 106,0 mmol/ L.

1. Berdasarkan hasil pengkajian dapat dirumuskan diagnosa keperawatan


sebagai berikut: Ketidakefektifan Pola Nafas.
2. Setelah di rumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya menyusun
intervensi keperawatan seperti yang tertera pada laporan kasus di BAB
IV.
3. Selanjutnya implementasi keperawatan dilakukan selama tiga hari
kerja sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun
sebelumnya.
4. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap hari pada jam dinas. Hasil
evaluasi keperawatan yang didapatkan pada hari ketiga yaitu kondisi
pasien mengalami penurunan frekuensi nafas dengan hasil: Kesadaran
komposmentis dengan GCS E4V5M6, TD 124/90 mmHg, RR15 x/
menit, T 36,4 o C, SpO2 99%.

Dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan frekuensi nafas pasien yang


mengalami keidak efektifan pola nafas pada pasien Congestive Heart
Failure sedang sesudah dilakukan terapi oksigen nasal kanul. Pada subjek
terdapat perubahan Respiratory Rate dan SPO2 sesudah diberikan
intervensi terapi oksigen nasal kanul yang berarti penerapan terapi oksigen
85

nasal kanul memberi pengaruh yang signifikan terhadap pasien Congestive


Heart Failure.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.
Bagi pelayanan kesehatan diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul pada pasien dengan Congestive
Heart Failure (CHF).
5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan
Perawat diharapkan mampu mengaplikasikan pemberian Terapi Oksigen
Nasal Kanul pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
dengan mengoptimalkan pendokumentasian dalam catatan keperawatan
dan catatan perkembangan.
5.2.3 Bagi Masyarakat
Studi kasus ini sebagai informasi dalam memberikan pertolongan pada
pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) sebelum dibawa ke RS.
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan pemberian Terapi
Oksigen Nasal Kanul secara konfrehensif dan berkelanjutan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF).
86

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Black, J M dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah


Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Elsevier.

Haris & Devina E (2016). Gambaran pasien gagal jantung akut yang menjalani
rawat inap di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou.

Harnanto, A. M & Sunarsih Rahayu. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II.


Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kasron (2012). Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan serta


Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.

Karson. (2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: TIM

Kusnanto, (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.


Fakultas. Keperawatan Universitas Airlangga.

Majid, A (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Rumah Sakit
Yogyakarta (pp. 1–92). pp. 1–92.

NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC.

Nettina, 2002, Pedoman Praktek Keperawatan, EGC, Jakarta

Notoatmodjo . 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho, dkk. 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Yogyakarta:


Nuha Medika

Nurhidayat, Saiful. 2011. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Kardiovasculer. Ponorogo : Umpo Press.
87

Padila (2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pamungkas, P N. (2015). Manajemen Terapi Oksigen Oleh Perawat di Ruang


Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar. Jurnal Keperawatan, hlm.3.

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.


Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Robertson, L.C., & Al-Haddad, M. (2013). Recognizing the critically ill patient.
Anaesthesia and intensive care medicine, 14 (1).

Rosdahl, C B dan Mary T. Kowalski. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar.


Jakarta: EGC

Saferi W, Andra., Mariza P, Yessie. 2013. KMB 2: Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha
Medika.

Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Proses Keperawatan Teori


dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Standar Prosedur Operasional (SPO) : Terapi Oksigen Menggunakan Nasal


Kanul: Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Syandi, Janrizky Praerda. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan


Oksigenasi pada Tn. S Di Ruang Inayah Pku Muhammadiyah Gombong
Jurnal Stikes Muhammadiyah Gombong.

Setiani. (2014). Asuhan Keperawatan Gagal Jantung. Karya Tulis Ilmiah


http://docplayer.info/31581020-Karya-tulis-ilmiah-asuhan-keperawatan-
gagal-jantung-pada-tn-j-di-ruang-sekar-jagad-rsud-bendan-kota-
pekalongan.html
88

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner &Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Yulia, dkk. (2017). Assessment Gawat Darurat. Jakarta: EGC

Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Bulter J, Casey DE, Drazner MH, et al.
(2013). CCF/AHA guideline for the management of heart failure : A report
of the American Guidelines College of Cardiology Foundation/American
Heart Association Task Force on Practice. Circulation. 128: 6-126.
89

Lampiran 1

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


TERAPI OKSIGEN MENGGUNAKAN MASKER NASAL
KANUL
FKIK UM BANJARMASIN
NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :
Pengertian :
Pemberian oksigen kadar tunggi melalui sebuah masker yang merupakan sebuah
alat plastik sekali pakai
Tujuan :
1. Meringankan sesak nafas
2. Memberikan kadar oksigen tinngi pada pasien

Indikasi
Hipoksemia
Kontra Indikasi
Sumber : Clinical Nursing Procedures 2014

NO TINDAKAN

1 PRA INTERAKSI

Verifikasi Order

2 PERSIAPAN ALAT

a. Tabung oksigen dengan manometer, flow meter ( pengukur aliran),


90

humidifler (botol pelembab udara) yang diisi air aquades


b. Masker Nasal Kanul

c. Kassa steril

d. Sarung tangan bersih

3 ORIENTASI

a. Beri salam

b. Kontrak waktu prosedur

c. Jelaskan tujuan prosedur

d. Memberi kesempaatan pada pasien untuk bertanya

e. Meminta persetujuan pasien/keluarga

f. Menyiapkan lingkungan dan menjaga privacy pasien

g. Mendekatkan alat ke dekat tempat tidur pasien

4 TAHAP KERJA

a. Baca Basmallah

b. Mencuci tangan 6 langkah

c. Isi tabung pelembab udara dengan air steril/aquades sampai setinggi tanda
yang ada pada tabung
d. Pasang alat pengatur aliran oksigen ( flow meter) pada sumber oksigen
dan atur pada posisi off
e. Pasang tabung pelembab udara pada dasar alat pengatur aliran oksigen

f. Pasang selang dan masker wajah pada tabung pelembab udara

g. Atur aliran oksigen sesuai instruksi

h. Arahkan masker Nasal kanul pada wajah pasien dan pasang dari daerah
hidung ke bawah. Atur klip logam pada masker Nasal kanul agar
mengikuti bentuk hidung pasien
i. Kencangkan tali pengikat di sekeliling kepala pasien

j. Menjelaskan kepada klien dan keluarga:


 Tidak boleh merokok dilingkungan klien
 Tidak boleh mengubah flowmeter
 Segera melaporkan jika reaksi sesak dan bertambah/klien gelisah
91

5 TAHAP TERMINASI

a. Evaluasi respon pasien (Subjektif & Objektif)

b. Simpulkan kegiatan

c. Penkes singkat

d. Kontrak waktu selanjutnya

e. Mengucapkan Hamdalah dan mendoakan kesembuhan pasien dengan


mengucapkan Syafakallah/syafakillah
6 DOKUMENTASI

a. Nama klien, jenis tindakan

b. Nama dan tanda tangan perawat pelaksana

c. Hari, tanggal, jam pelaksanaan tindakan

7 SIKAP

a. Sopan

b. Teliti

c. Memperhatikan keamanan

d. Empati
92

Lampiran 2

LEMBAR KONSUL KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Muhammad Azhari Akbar

NPM : 1814401110011
Judul : Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul Pada Pasien
Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Ulin
Banjarmasin

Pembimbing 1 : Hj. Noor Khallilati, Ns.,M.Kep

No. Hari/tanggal Materi Masukan/saran TTD Penguji


Sabtu, 27 1. Abstrak belum ada
Maret 2021
2. Perbaiki Daftar Isi
sesuai buku paduan

3. Ratakan paragraph
kiri kanan di bagian
Rumusan Masalah,
Tujuan Masalah, dan
Manfaat Studi Kasus

4. Perbaiki bahasa di
bagian ‘Tujuan
Khusus’ agar mudah
dipahami

5. Rapikan Penulisan di
BAB 2

6. Refrensi Nanda
terbaru

7. Tempat dan Waktu


Studi Kasus sesuaikan
dengan lapangan.

8. Subyek studi kasus


hanya terdiri 1 orang
dengan keluhan sesak
nafas dan dirawat di
93

ICU

Senin, 05 9. Ganti Judul dari


April 2021 ‘Pemberian Terapi
Oksigen Simple
Mask’ menjadi
‘Pemberian Terapi
Oksigen Nasal Kanul’
Jumat, 21 10. Tuliskan dulu teorinya
Mei 2021 terkait terapi oksigen,
baru ngurut kebawah
terapi oksigen dengan
nasal kanul yg lbh
fokus.

11. Cek BAB 1 sampai


BAB 3

12. Sesuaikan
Kesimpulan dengan
Tujuan

13. Daftar Pustaka harus


sinkron dengan apa yg
dituliskan di teori
94

Lampiran 3

LEMBAR KONSUL KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Muhammad Azhari Akbar

NPM : 1814401110011

Judul : Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul Pada Pasien


Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Ulin
Banjarmasin

Pembimbing 2 : Zaqyyah Huzaifah, Ns.,M.Kep

No. Hari/tanggal Materi Masukan/saran TTD Penguji


Sabtu, 27 1. Kumpulkan KTI
Maret 2021 sampai dengan BAB
3
Sabtu, 20 2. Judul di ganti
Maret 2021 3. BAB 1 di ganti
Kamis, 29 4. Tambahkan
April 2021 gangguan pola nafas

5. Tambahkan kata
“ruang” ICU di
Gambaran Lokasi
Studi Kasus

6. Jangan disimpulkan
dulu sebelum ada 3
pendapat di BAB 4

7. Cek kembali
kapasitas ruangan

8. Tambahkan jam
masuknya, masuk
karena apa (keluhan)
dan status kesadran
saat masuk

9. Tambahkan data
keluhan utama saat
pengkajian, riwayat
penyakit sekarang,
riwayat penyakit
95

dahulu, riwayat
penyakit keluarga dan
sesuaikan dengan
defenisi masing2

10. Sesuaikan point


pengkajian primer
dan pengkajian
sekunder

11. Sesuaikan dgn aturan


penomeran table. Ex:
4.1

Senin, 17 12. Perbaiki tanggal


Mei 2021 sesuaikan setelah
semuanya selesai

13. Tambahkan kode


abstrak

14. Awal paragraph


(awal kalimat, awal
alinea) tdk usah
masuk ke dalam.
Harus lurus rata kiri
kanan sesuai judul
diatasnya

15. Ubah satuan yang


lazim

16. Lembar konsulnya di


isi ketik atau tulis
tangan sesuai dgn
proses konsultasi kita
selama ini

17. Sebutkan penjelasan


lampiran dalam daftra
isi

18. Lembar konsultasi


diletakan paling akhir
96

dari lampiran.
Dahulukan yg
berkaitan dgn KTI
seperti SPO, dll.
Senin, 17 19. Daftar isi masih
Mei 2020 sampai bab 3
20. Abstrak belum di isi
Rabu, 19 21. Cantumkan nomor
Mei 2021 instansi. Jika nama
instansi berbeda, beri
nomor 2
Jum’at 22 22. Cari satuan tekanan
Mei 2021 oksigen yang baku
23. Tambahkan
“Tekanan Oksigen”
biar jelas

Anda mungkin juga menyukai