Oleh :
NPM. 1814401110011
Oleh :
NPM. 1814401110011
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul Pada
Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Ulin Banjarmasin (Studi
Kasus). Yang di buat oleh Muhammad Azhari Akbar
(NPM.1814401110011), telah mendapatkan persetujuan dari para
pembimbing untuk di ajukan pada ujian sidang karya tulis ilmiah fakultas
keperawatan dan ilmu kesehatan Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Pembimbing 1,
Pembimbing 2,
Mengetahui,
Ketua Prodi DIII Keperawatan
i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Karya tulis ilmiah ini berjudul Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul pada
Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Ulin Banjarmasin (Studi
Kasus), yang di buat oleh Muhammad Azhari Akbar (NPM.1814401110011),
telah di ujikan di depan dewan penguji pada ujian sidang karya tulis ilmiah
program studi DIII Keperawatan pada tanggal
DEWAN PENGUJI :
Penguji 1,
Penguji 2,
Penguji 3,
Mengesahkan di : Banjarmasin
Tanggal :
Mengesahkan, Mengetahui,
Dekan FKIK Ketua Program Studi DIII Keperawatan
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
NPM : 1814401110011
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan hasil
karya cipta saya sendiri dan bukan plagiat, begitu pula hal yang terkait di
dalamnya baik mengenai isinya, sumber yang di kutip/di rujuk, maupun teknik di
dalam pembuatan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : 2021
iii
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN NASAL KANUL PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RSUD ULIN BANJARMASIN
Email: azhari.akbar.b@gmail.com
ABSTRAK
Congestive Heart Failure adalah kondisi dimana otot jantung menjadi lemah
sehingga tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Salah satu masalah
keperawatan yang mencul akibat gagal jantung kongestif ini adalah ketidakefektifan
pola nafas. Ketidakefektifan pola nafas merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan oleh perawat. Ketika pola pernapasan tidak efektif, kemungkinan besar
tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen ke sel. Pemberian terapi oksigen berupa
nasal kanul membantu sedikit banyak kepada pasien Congestive Heart Failure
dengan masalah keperawatan tersebut. Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui
SPO2 sesudah maupun sebelum pemberian terapi oksigen nasal kanul serta
menganalisis pengaruh pemberian terami oksigen nasal kanul kepada pasien
congestive heart failure dengan ketidak efektifan pola nafas. Desain yang digunakan
pada Studi kasus ini adalah deskriptif analitis dalam bentuk studi kasus yang
mengeskplorasi suatu masalah asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
gagal jantung kongestif (CHF). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
asuhan keperawatan yang meliputi studi kasus identifikasi data hasil pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Setelah dilakukan
terapi oksigenisasi Nasal Kanul, dapat disimpulkan bahwa saat pengkajian
ditemukan kesadaran pasien komposmentis. 1. Kesadaran komposmentis dengan
GCS E4V5M6, TD 124/90 mmHg, RR15 x/ menit, T 36,4 o C, SpO2 99%. Dapat
menyimpulkan adanya perubahan frekuensi nafas pasien yang mengalami keidak
efektifan pola nafas pada pasien Congestive Heart Failure sedang sesudah dilakukan
terapi oksigen nasal kanul.
Kata kuci : Congestive Heart Failure, Nasal Kanul, Oksigenisasi, Ketidak Efektifan
Pola Nafas
iv
KATA PENGANTAR
v
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna untuk itu penulis memohon saran dan kritik
ang bersifat membangun agar pelaksanaan studi kasus ini nantinya
menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................0
PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................................................iii
ABSTRAK..........................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................................v
DAFTAR ISI.....................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................xi
BAB 1..................................................................................................................................1
BAB 2..................................................................................................................................7
BAB 3................................................................................................................................58
vii
3.4 Tempat Dan Waktu Studi Kasus...............................................................................59
BAB 4................................................................................................................................62
4.3 Keterbatasan..............................................................................................................72
BAB 5................................................................................................................................73
5.1 Simpulan...................................................................................................................74
5.2 Saran.........................................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................76
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung adalah pompa yang biasanya berdetak sekitar 60-100 kali per menit.
Dengan setiap detak jantung, jantung mengirimkan darah ke setiap tubuh,
membawa oksigen ke setiap sel. Setelah memberikan oksigen, darah kembali
ke jantung dan kemudian mengirimkan darah ke paru-paru untuk lebih
banyak mengambil oksigen. Jantung harus dijaga agar tetap sehat berfungsi
dengan baik. Jika tidak, maka darah tidak dialirkan secara optimal seluruh
tubuh sehingga dapat menggangu kinerja berbagai organ lain didalamnya.
Pada kondisi paling buruk, sistem kerja jantung dapat melemah hingga tidak
berfungsi dan menyebabkan kegagalan kerja jantung bahkan kematian.
Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung Kongestif adalah sebuah kondisi
dimana jantung tidak dapat memompa pasukan darah yang dibutuhkan tubuh
sebagaimana mestinya. Menurut Andra Saferi (2013), Gagal jantung adalah
keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolism jaringan. Kondisi umum yang
mendasari seperti termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit
inflamasi atau degenerative otot jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat
menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung (Majid, 2010).
1
2
Kasus tersebut tidak hanya dikarenakan oleh peningkatan jumlah pasien yang
dirawat di rumah sakit dengan gagal jantung, tapi juga dampak gagal jantung
yang mengakibatkan kematian serta beban biaya kesehatan yang terkait gagal
jantung. Menurut American Heart Association (AHA) tahun 2012 dilaporkan
bahwa terdapat 5,7 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal
jantung (Padila, 2012). Dalam data epidemiologi skala dunia, sebagian besar
penelitian dilakukan oleh Amerika Utara dan, sedangkan data dari belahan
bumi lainnya masih sangat minimal. Secara khusus, terbatasnya data
memperlihatkan bahwa 1,2%-6,7% populasi di Asia terdiagnosis dengan gagal
jantung.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dari data yang didapatkan bahwa pasien gagal
jantung di RSUD Ulin Banjarmasin semakin tahun meningkat sekitar 4,8%.
Umumnya, manusia kehilangan beberapa kemampuan memompa darah dari
hati seiring bertambahnya usia, tetapi gagal jantung diakibatkan oleh stres
2
3
Masalah keperawatan yang muncul pada penderita gagal jantung adalah resiko
aktual atau tinggi penurunan curah jantung, nyeri dada, resiko aktual atau
tinggi gangguan pertukaran gas, resiko aktual atau tinggi dari pola pernafasan
yang tidak efektif, resiko aktual atau tinggi tingkat kesadaran, resiko aktual
atau tinggi volume cairan berlebih, bahkan intoleransi aktivitas (Muttaqin,
2011) Ketidakefektifan pola nafas merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan oleh perawat. Pola ini dianggap sebagai keadaan dimana
kecepatan, kedalaman, waktu, dan ritme, atau pola pernapasan diubah. Ketika
pola pernapasan tidak efektif, kemungkinan besar tubuh tidak mendapatkan
cukup oksigen ke sel. Kegagalan pernapasan mungkin berkorelasi dengan
variasi laju pernapasan, pola abdomen, dan toraks.
Selain itu, perubahan pola pernapasan yang tidak efektif juga dapat terjadi
dalam beberapa kondisi akibat gagal jantung. Penatalaksanaan yang tepat
untuk pasien dengan ketidakefektifan pola nafas adalah untuk
mempertahankan atau meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi,
meningkatkan kenyamanan dan kemudahan bernapas, meningkatkan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, dan untuk mencegah
risiko yang terkait dengan masalah oksigenasi seperti kerusakan kulit dan
jaringan, sinkop, ketidakseimbangan asam-basa, perasaan putus asa, dan
isolasi sosial.
3
4
Maka dari itu, gangguan kebutuhan oksigenasi menjadi masalah penting pada
pasien gagal jantung kongestif. Untuk itu, sebaiknya masalah tersebut segera
ditangani agar tidak memperparah kondisi tubuh pasien. Intervensi
keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigenasi bisa dilakukan
dengan pemberian oksigen, memberikan posisi semi fowler, auskultasi suara
nafas, dan memonitor respirasi dan status O2. Salah satu intervensi
keperawatan pada penderita gagal jantung dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi adalah pemberian oksigen. Pemberian oksigen adalah bagian
integral dari pengelolaan untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, khususnya
pasien yang sedang mengalami gangguan pernapasan yaitu untuk
mempertahankan oksigenasi dalam tubuh. Pemberian oksigen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dari udara ruangan digunakan untuk mengatasi
atau mencegah hipoksia (Syandi, 2016).
Banyak cara yang bisa digunakan untuk memberikan oksigen dengan berbagai
konsentrasi oksigen yaitu lebih dari21% sampai 100% tergantung pada alat
atau metode pemberian oksigen yang digunakan (Rosdahl, 2015). Menurut
Marques dan Huston dalam Pamungkas (2015), pemberian oksigen dalam
asuhan keperawatan memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi masuknya oksigen dari atmosfir hingga sampai ke tingkat
sel dalam proses respirasi. Oksigen yang diberikan oleh perawat dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Tak terkecuali
pada pasien Congestive Heart Failure (CHF), perawat juga harus melakukan
perencanaan sampai dengan pengawasan dalam memberikan oksigen. Sistem
pemberian oksigen dengan aliran lambat bisa dilakukan dengan beberapa
metode yaitu kanula nasal, simple face mask, partial rebreating mask dan
non-rebreathing mask.
4
5
Failure (CHF) yang salah satunya adalah dengan pemberian terapi oksigen
nasal kanul, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul
“Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul kepada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) di RSUD Ulin Banjarmasin”
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam studi kasus ini sesuai dengan
permasalahan yang dijelaskan diatas yaitu “Bagaimana pemberian terapi
oksigen nasal kanul kepada pasien Congestive Heart Failure di RSUD ULIN
Banjarmasin?”
5
6
6
7
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
9
2.1.2 Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala
jenis penyakit jantung congenital maupun didapat. Mekanisme
fisiologis, yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-
keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta
dan cacat septum ventrikel dan beban akhir meningkat pada
keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas meokardium pada keadaan dimana terjadi penurunan
pada infark miokardium dan kardiomiopati. Selain ketiga
mekaniusme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung, ada
faktor fisisologis lain yang dapat pula megakibatkan jantung gagal
kerja sebagai pompa. Menurut Karson (2016), ada beberapa
etiologi atau penyebab dari gagal jantung kongestif :
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan derajatnya
Fungsional (Saiful, Nurhidayat. 2011) :
2.1.4 Patofisiologi
Menurut Smeltzer (2001), mekanisme yang mendasari gagal
jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung,
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal, bila curah jantung berkurang system saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan perfusi
jaringan yang memadai maka volume sekuncuplah yang harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi
pada gagal jantung masalah utamanya adalah kerusakan dan
kekakuan serabut otot jantung dan volume sekuncup itu
dipengaruhi tiga factor yaitu preload, kontraktilitas dan afterload,
jika salah satu dari ketiga factor tersebut terganggu maka curah
jantungnya akan berkurang. Curah jantung yang menurun
menyebabkan kongesti jaringan yang terjadi akibat peningkatan
12
tekanan arteri atau vena kongesti paru terjadi karena ventrikel kiri
gagal memompa darah dari paru. Peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong keparu,
manifestasinya meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi,
bunyi jantung S3, kecemasan dan kegelisahan.
2.1.6 Pathway
Gambar 2.1 Pathway
16
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut kasron (2012), penatalaksanaan CHF meliputi:
2.1.7.2 Farmakologi
Tujuan : Untuk mengurangi afterload dan preload
2.1.7.2.1 First line drgs; diuretic.
Tujuan : Mengurangi afterload pada disfungsi
sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal
pada disfungsi diastolic. Obatnya adalah :
thiazide diurestics untuk CHF sedang, loop
diuretic, metolazon (kombinasi dari loop
diuretic untuk meningkatkan pengeluarn
cairan), kalium-sparing diuretic.
17
a. Digoxin
Meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak
digunakan unutk kegagalan diastic yang
mana dibutuhkan pengembangan ventrikel
untuk relaksasi.
b. Hidralazin
Menururnkan afterload pada disfungsi
sitolik.
c. Isobarbide dinitrat
Mengurangi preload dan afterload untuk
disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada
disfungsi sistolik.
d. Calsium Chanel Blocker
Untuk kegagalan diastolic, meningkatkan
relaksasi dan pengisisan ventrikel (jangan
dipakai pada CHF kronik).
e. Beta Blocker
Sering dikontraindikasikan karena menekan
respon miokard. Digunakan pada disfungsi
diatolic untuk mengurangi HR, mencegah
iskemi miokard, menurunkan TD, hipertofi
ventrikel kiri.
2.1.9 Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung
yaitu :
1) Keluhan utama
Biasanya pasien CHF mengeluh sesak nafas dan kelemahan
saat beraktifitas, kelelahan, nyeri pada dada, dispnea pada
saat beraktivitas (Wijaya & Yessi, 2013).
2) Keluhan saat dikaji
Pengkajian dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara
PQRST. Biasanya pasien akan mengeluh sesak nafas dan
kelemahan saat beraktifitas, kelelahan, dada terasa berat,
dan berdebar – debar.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien
terutama penyakit yang mendukung munculnya penyakit
saat ini. Pada pasien CHF biasanya sebelumnya pernah
menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium,
infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.
Pasien mungkin juga memiliki riwayat penggunaan obat-
obatan pada masa yang lalu dan masih relevan dengan
kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi obat diuretik,
nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat adanya
efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan
reaksi alergi yang timbul. Sering kali pasien menafsirkan
suatu alergi sebagai efek samping obat.
24
2.1.1.5 Ekstremitas
a. Terdapat edema dan CRT kembali > 2 detik.
b. Adanya edema.
c. Aritmia ventrikel.
d. Iskemia / infark.
g. Blok atrioventikular.
h. Mikrovoltase.
27
2.4.4.2 Ekokardiografi
Gambaran yang paling sering ditemukan pada CHF
akibat penyakit jantung iskemik, kardiomiopati
dilatasi, dan beberapa kelainan katup jantung adalah
dilatasi ventrikel kiri yang disertai hipokinesis
seluruh dinding ventrikel.
a. Kardiomegali
b. Efusi pleura
c. Hipertrofi ventrikel
d. Edema intertisial
e. Infiltrat paru
(NANDA, 2018-2020)
30
c) Pantau penyebab
kekurangan HCO3
(uremis, ketoadosis
metabolic)
d) Pantau
ketidakseimbangan
elektrolit berhubungan
dengan asidosis
metabolic (kelebihan
kalium, kelebihan
magnesium, natrium)
e) Beri agen HCO3 secara
oral atau parenteral jika
dibutuhkan
f) Pantau asupan dan
keluaran
g) Pantau penentu
pengiriman oksigen
(paO2, Hb, curah
jantung)
h) Pantau penurunan
bikarbonat dan
penumpukan asam
(gagal ginjal)
i) Pantau tanda dan gejala
cardiopulmonary
memburuknya asidosis
metabolic (aritmia,
kusmaul, klien respirasi)
j) Berikan nutrisi yang
35
metabolic kronis
k) Anjurkan
pasien/keluarga
tentang tindakan
pengobatan
untuk
mengobati asidosis
metabolic
3) Monitoring respirasi
a) Monitor
frekuensi, kedalaman
dan kekuatan respirasi
b) Pantau pola
pernapasan:
hiperventilasi,
pernapasan kusmaul
c) Memantau
tingkat saturasi
oksigen
d) Auskultasi bunyi
napas, catat area
dimana terjadinya
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
adanya suara
tambahan
37
e) Pantau peningkatan
kegelisahan, ansietas,
dan
peningkatan kebutuhan
udara
f) Pantau sekresi respirasi
Pasien
menyelesaikna
aktivitas
kehidupan sehari-hari
yang harus atau
yang
39
3) mudah melakukan
mempromosikan
ADL
aktivitas perawatan diri
b) Pertimbangkan usia
c. Self Care : ADL pasien
Indikator : c) Memantau kebutuhan
berdandan,
menjaga
kebersihan, oral
hygiene,
berjalan,
berpindah
tempat)
menerima kebutuhan
ketergantungan
41
Aktivitas :
Volume Cairan And Acid/Base
Balance
44
Batasan Indikator :
1) Pertahankan catatan
Karakteristik
1) Erum intake output yang
:
albumin, kreatinin, akurat
a. Perubahan hematokrit, 2) Monitor hasil Hb
tekanan darah Blood Urea yang sesuai dengan
b. Dispnea Nitrogen (BUN), retensi cairan
c. Edema dalam (BUN, Hematokrit,
d. Distensi vena rentang normal Osmolaritas urine)
2) pH urine, urine
45
b. Fluid Balance
Indikator: Tidak
terjadi asites
46
b. Fluid Monitoring
1) Ekstremitas tidak
edema Aktivitas :
2) Tida terjadi
1) Tentukan riwayat
distensi vena
jumlah dan tipe
jugularis
intake cairan dan
c. Fluid Overload eliminasi
Severity 2) Tentukan
Indikator : kemungkinan
1) Edema tungkai
tidak terjadi faktor risiko
2) Tidak asites dari
3) Kongesti vena ketidakseimbang
tidak terjadi an cairan
4) Tidak 3) Monitor berat badan
terjadi 4) Monitor TD, Nadi, RR
peningkatan blood 5) Monitor tekanan
pressure darah orthostatik
5) Penurunan dan
pengeluaran perubahan
urine tidak terjadi
6) Tidak irama jantung
terjadi perubahan 6) Monitor
warna urine parameter
7) Penurunan serum hemodinamik infasif
sodium tidak 7) Monitor tanda
47
Indikator :
1) Nyeri berkurang
2) Kecemasa
n
3)
4) berkurang
5) Stres berkurang
6) Ketakutan
berkurang
b. Kontrol Nyeri
(Pain Control)
Indikator :
1) Mampu mengontrol
49
Aktivitas :
Pengalaman sensori
dan emosional yang 1) Lakukan
tidak menyenangkan pengkajian nyeri
akibat secara
kerusakan jaringan komprehensif
aktual atau potensial termasuk
atau yang digambarkan
sebagai kerusakan lokasi, karakteristik,
(International
association for Studi of durasi, frekuensi,
Pain); awitan yang kualitas dan faktor
tiba- presipitasi
tiba lambat dengan 2) Observasi
intensitas dari reaksi nonverbal
ringan pasien dari
ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik
50
1) Mealporkan ruangan,
nyeri berkurang pencahayaan, dan
2) Melaporkan kebisingan
lamanya nyeri 9) Kurangi
dirasakan faktor presipitasi
3) Tidak mengerang nyeri
4) Ekspresi 10) Pilih dan
wajah releks lakukan penanganan
5) Pasien tidak nyeri (farmakologi,
mondar- mandir nonfarmakologi,
6) Respiration rate dan interpersonal)
dalam 11) Kaji tipe dan sumber
rentang normal nyeri
7) Blood pressure untuk
dalam menentukan
intervensi
rentang normal 12) Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
d. Vital 13) Berikan analgetik
signs untuk mengurangi
Indikator : nyeri
1) Denyut 14) Evaluasi keefektifan
jantung apikal kontrol nyeri
dalam rentang 15) Tingkatkan istirahat
normal 16) Kolaborasi dengan
2) Irama denyut dokter jika ada
jantung dalam keluhan dan
rentang normal tindakan nyeri tidak
3) Denyut nadi radial berhasil
dalam b. Pemberian Analgetik
52
Aktivitas :
rentang normal
1) Tentukan lokasi
nyeri, karakteristik,
kualitas
53
7) Pantau tanda-tanda
vital sebelum dan
setelah pemberian
analgesik narcotok
diatas dosis
54
8) Fasilitasi
respon pasien
terhadap analgesik
9) Informasikan kepada
pasien terkait efek
samping
dari analgesik
c. Pengurangan
Kecemasan
Aktivitas :
1) Gunakan pendekatan
yang menenangkan
pasien
55
2) Jelaskan prosedur
pengobatan pasien,
meliputi sansasi
yang dirasakan
selama
prosedur
yang dilakukan
3) Sediakan informasi
faktual
meliputi diagnosis,
pengobatan, dan
perawatan pasien
4) Tetap bersama
pasien untuk
mempromosikan
keamanan
dan megurangi rasa
takut
5) Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
7) Ciptakan atmosfer
untuk memfasilitasi
kepercayaan pasien
8) Identifikasi ketika
56
tingkat kecemasan
pasien berubah
9) Bantu pasien
untuk
mengidentifikasi
situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
10) Tentukan
kemampuan
pengambilan
keputusan pasien
d. Terapi
Latihan Ambulation
Aktivitas :
1) Bantu pasien untuk
menggunakan
alas
kaki yang
memfasilitasi pasien
saat berjalan untuk
menghindari cidera
57
2) Anjurkan pasien
untuk duduk di
tempat tidur
3) Bantu pasien untuk
duduk di tepi tempat
tidur
untuk
memfasilitasi
ketahanan
posisi
4) Konsultasikan
dengan terapis fisik
terkait rencana
ambulasi
sesuai kebutuhan
pasien
5) Bantu pasien untuk
berpindah
sesuai kebutuhan
6) Sediakan alat bantu
seperti kursi roda
untuk ambulasi
7) Ajarkan pasien dan
keluarga terkait cara
berpindah yang
aman dan teknik
ambulasi
e. Monitoring Tanda-
Tanda Vital
58
Aktivitas :
1) Monitor tekana darah,
nadi, suhu, dan
status pernafasan
sesuai anjuran
2) Catat
fluktuasi tekanan
darah pasien
3) Monitor tekanan
darah setelah
pasien memperoleh
pengobatan
4) Monitor tanda dan
gejala hipotermia
dan hipertermia
yang dilaporkan
5) Monitor kualitas dan
kuantitas denyut
nadi
6) Monitor
denyut janung
7) Monitor pernafasan
8) Monitor suara nafas
9) Monitor pola
nafas abnormal
10) Monitor warna,
suhu, kelembapan
kulit
11) Identifikasi
penyebab-
59
penyebab
kemungkinan
adanya perubahan
tanda-tanda vital
Aktivitas :
1) Lengkapi pengkajian
nutrisi sesuai
anjuran
2) Tentukan
dan kolaborasikan
dengan ahli gizi
61
kebutuhan nutrisi
3) Anjurkan pasien
untuk
mengkonsumsi
makanan
tinggi kalsium
4) Monitor hasil labor
berkaitan dengan
status nutrisi pasien.
5) Berikan pada pasien
atau keluarga catatn
contoh diit yang
ditentukan.
c. Nausea Management
Aktivitas :
presipitasi.
4) Evaluasi pengalaman-
pengalaman mual
pasien sebelumnya
5) Identifikasi faktor-
faktor
yang
menyebabkan mual
pasien sebelumnya
6) Berikan terapi anti
emetik yang
diberikan untuk
menghindari
terjadinya mual
7) Ajarkan teknik-teknik
nonfarmakologi,
seperti relaksasi,
terpi musik,
distraksi,
acupressure
untuk mengatur mual
yang dirasakan oleh
pasien
d. Nutrition Monitoring
Aktivitas :
1) Timbang berat badan
pasien
2) Pantau perkembangan
64
BMI pasien
3) Monitor penurunan
dan peningkatan
berat badanpasien
4) Identifikasi
perubahan berat
badan yang terjadi
baru-baru ini pada
pasien
5) Monitor turgor kulir
pasien
6) Monitor mual dan
muntah
7) Monitor intake diit
dan kalori pasien
8) Identifikasi
perubahan nafsu
makan dn aktifitas
pasien
9) Monitor
kepucatan,
kemerahan,
kekeringan
jaringan mukosa
10) Monitor hasil labor
(meliputi : serum
albumin,
hemoglobin,
hematokrit,
elektrolit).
e. Nutrition Counseling
65
Aktivitas :
1) Bina
hubungan terapeutik
berdasarkan
kepercayaan
dan respek pada
pasien
2) Tentukan intake
makanan dan
kebiasaan makan
pasien
3) Berkolaborasi dengan
pasien
dalam menentukan
tujuan realistis
jangka pendek dan
jangka panjang
untuk
perubahan dalam
status nutrisi
4) Sediakan informasi
tentang kebutuhan
kesehatan
untuk modifikasi diit
: penurunan
berat badan,
peningkatan berat
badan, kekurangan
cairan
5) Diskusikan dengan
66
pasien terkait
kelompok dasar
makanan yang
dibutuhkan
dalam modifikasi
diit
6) Bantu pasien untuk
mencatat kebiasaan
makannya tiap 24
jam
8 Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan tindakan Memonitoring Pernafasan
Nafas asuhan keperawatan selama a) Monitoring
3x24 jam diharapkan tanda-tanda
ketidakefektifan pola nafas vital
dapat teratasi, dengan b) Memanagem
kreteria hasil: en Pernafasa
1) Pola nafas dalam c) Bantuan
keadaan normal (16- ventilasi
20x/mnt). d) Stabilisasi dan
2) Irama nafas teratur. Membuka Jalan
3) Tidak adanya otot Nafas
bantu pernafasan. e) Pemberian
4) Tidak adanya sekret Analgesik
dan batuk darah f) Fisioterapi
Dada
g) Penggurangan
kecemasan
h) Dukungan
Emosional
66
67
i) Managemen
Pengobatan
j) Pengaturan
posisi
k) Menghadirkan
Diri
l) Relaksasi Otot
Progresif
m) Bantuan
Penghentian
Merokok
(NANDA ,2018-2020)
67
68
BAB 3
68
69
Desain yang digunakan pada Studi kasus ini adalah deskriptif analitik dalam
bentuk studi kasus yang mengeskplorasi suatu masalah asuhan keperawatan
pada pasien yang mengalami gagal jantung kongestif (CHF). Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi studi
kasus identifikasi data hasil pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Desain ini digunakan untuk menetapkan tindakan
intervensi pemberian terapi oksigen pada pasien Congestive Heart Failure
(CHF) dan studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis perubahan frekuensi
nafas pada pasien CHF sedang sesudah dilakukan pemberian terapi oksigen.
Fokus studi dalam studi kasus ini adalah penurunan frekuensi nafas
dalam batas normal 16-20x/menit dan SPO2 95%-100% sesudah
intervensi keperawatan dengan terapi oksigen pada pasien Congestive
Heart Failure dengan masalah keperawatan ketidak efektifan pola nafas
dilakukan intervenasi pemberian terapi oksigenasi nasal kanul.
70
71
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan:
a. Wawancara
Wawancara yaitu hasil anamnesa yang dilakukan pada pasien
maupun pada keluarga. Hasil wawancara berisi tentang identitas
pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, dan riwayat penyakit keluarga
b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
c. Studi Dokumentasi
Pengolahan data dan penyajian data pada studi kasus disajikan secara tekstual
dengan fakta-fakta dijadikan di dalam teks dan bersifat naratif dan disertai
dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan
data pendukungnya.
BAB IV
Pada studi kasus ini penulis menggunakan ruang Intensive Care Unit
(ICU). Ruang Intensive Care Unit adalah ruang perawatan dan pengobatan
pasien dengan tingkat kekritisan tertentu (Kemenkes, 2012). Pasien kritis
dirawat di ruang ICU (Intensive Care Unit) memiliki nilai
kematiandan nilai kesakitanyang tinggi. Pasien kritis sangat erat
kaitannya dengan perawatan secara intensif serta monitoring penilaian
terhadap setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien dan
membutuhkan pencatatan medis secara kontinyu dan
berkesinambungan (Yulia, dkk, 2017).
Ruang perawatan intensif merupakan bagian dari rumah sakit, dengan staf
khusus dan peralatan khusus, ditujukan untuk observasi dan terapi pasien
penyakit kritis yang dapat mengancam jiwa apabila tidmendapatkan
intervensi medis. Pasien kritis biasanya mengalami gangguan pada multi
sistem yang melibatkan gangguan pada organ pernapasan, kardiovaskuler
dan neurologi (Robertson & Al-Haddads, 2013).
Dapat disimpulkan bahwa ICU adalah unit perawatan khusus untuk pasien
dengan penyakit serius dan butuh pemantauan ketat. Ruangan ini
75
sesak nafas yang disertai oleh nyeri dada. Nyeri dada disebelah kiri dan
dirasakan tembus hingga belakang. Pasien lalu dibawa ke RSUD Ulin
Banjarmasin pada tanggal 05 April 2021. Ny. M mengatakan riwayat
penyakit sekarang adalah sesak sudah dialami sejak kurang lebih
seminggu yang lalu, perut dan kaki bengkak dalam kurun waktu kurang
lebih 3 minggu, tapi tidak ada demam, tidak ada batuk. Ny. M mengatakan
tidak pernah mempunyai riwayat penyakit terdahulu seperti ini. Riwayat
kesehatan keluarga juga tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama.
penampilan kurang. Pasien gelisan karena nyeri dada dan sesak nafas.
Terdapat penurunan aktifitas yang biasa dilakukan dan didapati hasil
kekuatan otot 4 pada musculoskeletal.
Dari hasil studi kasus dapat diketahui bahwa saat pengkajian awal
dan dilihat dari lembar observasi pada hari Senin tanggal 05 April
2021 pukul 13:05 wita, dilakukan pengkajian tingkat kesadaran
tingkat, kesadaran pasien composmentis, dan GCS E4M5V6.
Tanda-tanda Vital TD: 138/81 mmHg, N: 74x/menit, RR:
21x/menit, Temp: 36,6ºC, SpO2: 89%. Pasien tampak sesak, dan
nyeri dada. Terlihat penggunaan alat bantu nafas nasal kanul serta
terdapat suara nafas tambahan ronki saat di auskultasi.
Setelah diberikan intervensi pemberian terapi oksigen nasal kanul selama tiga
hari, dapat disimpulkan bahwa nilai frekuensi nafas pada subjek studi kasus
terjadi penurunan frekuensi nafas. Berdasarkan hasil studi kasus dan selama
shift dinas berlangsung, didapat bahwa adanya perubahan frekuensi nafas di
hari pertama dari frekuensi nafas 21x/menit menjadi 15 x/menit dihari ketiga
dengan SPO2 97% menjadi 99%.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Andra Saferi (2013) bahwa
bahwa gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrient. Teori ini dikuatkan oleh pendapat lain
dari Wijaya & Yessi (2013) bahwa biasanya pasien CHF mengeluh sesak
nafas dan kelemahan saat beraktifitas, kelelahan, nyeri pada dada, dispnea
pada saat beraktivitas. Penurunan frekuensi nafas dapat diketahui melalui
observasi pasien sesudah intervensi, dan secara obyektif. Penurunan frekuensi
pernapasan terjadi akibat penurunan dorongan napas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin cepat dan intensif pemberian intervensi, maka
semakin cepat penurunan frekuensi nafas.
4.3 Keterbatasan
Dalam penyusunan studi kasus ini, peneliti memliki bebarapa faktor
keterbatasan dan pendukung yaitu:
a) Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi yaitu pasien, keluarga
dan tenaga medis yang ada di RSUD Ulin Banjarmasin kooperatif saat
diajak berdiskusi.
b) Faktor penghambat yang penulis temukan yaitu:
1. Kurang lengkapnya pendokumentasian yang dilakukan perawat
ruangan terutama respon klien dari tindakan pada evaluasi
proses dan untuk evaluasi akhir.
83
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Congestive Heart
Failure (CHF) di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin setelah dilakukan terapi
oksigenisasi Nasal Kanul, dapat disimpulkan bahwa:
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.
Bagi pelayanan kesehatan diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul pada pasien dengan Congestive
Heart Failure (CHF).
5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan
Perawat diharapkan mampu mengaplikasikan pemberian Terapi Oksigen
Nasal Kanul pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
dengan mengoptimalkan pendokumentasian dalam catatan keperawatan
dan catatan perkembangan.
5.2.3 Bagi Masyarakat
Studi kasus ini sebagai informasi dalam memberikan pertolongan pada
pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) sebelum dibawa ke RS.
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan pemberian Terapi
Oksigen Nasal Kanul secara konfrehensif dan berkelanjutan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF).
86
DAFTAR PUSTAKA
Haris & Devina E (2016). Gambaran pasien gagal jantung akut yang menjalani
rawat inap di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou.
Robertson, L.C., & Al-Haddad, M. (2013). Recognizing the critically ill patient.
Anaesthesia and intensive care medicine, 14 (1).
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Bulter J, Casey DE, Drazner MH, et al.
(2013). CCF/AHA guideline for the management of heart failure : A report
of the American Guidelines College of Cardiology Foundation/American
Heart Association Task Force on Practice. Circulation. 128: 6-126.
89
Lampiran 1
Indikasi
Hipoksemia
Kontra Indikasi
Sumber : Clinical Nursing Procedures 2014
NO TINDAKAN
1 PRA INTERAKSI
Verifikasi Order
2 PERSIAPAN ALAT
c. Kassa steril
3 ORIENTASI
a. Beri salam
4 TAHAP KERJA
a. Baca Basmallah
c. Isi tabung pelembab udara dengan air steril/aquades sampai setinggi tanda
yang ada pada tabung
d. Pasang alat pengatur aliran oksigen ( flow meter) pada sumber oksigen
dan atur pada posisi off
e. Pasang tabung pelembab udara pada dasar alat pengatur aliran oksigen
h. Arahkan masker Nasal kanul pada wajah pasien dan pasang dari daerah
hidung ke bawah. Atur klip logam pada masker Nasal kanul agar
mengikuti bentuk hidung pasien
i. Kencangkan tali pengikat di sekeliling kepala pasien
5 TAHAP TERMINASI
b. Simpulkan kegiatan
c. Penkes singkat
7 SIKAP
a. Sopan
b. Teliti
c. Memperhatikan keamanan
d. Empati
92
Lampiran 2
NPM : 1814401110011
Judul : Pemberian Terapi Oksigen Nasal Kanul Pada Pasien
Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Ulin
Banjarmasin
3. Ratakan paragraph
kiri kanan di bagian
Rumusan Masalah,
Tujuan Masalah, dan
Manfaat Studi Kasus
4. Perbaiki bahasa di
bagian ‘Tujuan
Khusus’ agar mudah
dipahami
5. Rapikan Penulisan di
BAB 2
6. Refrensi Nanda
terbaru
ICU
12. Sesuaikan
Kesimpulan dengan
Tujuan
Lampiran 3
NPM : 1814401110011
5. Tambahkan kata
“ruang” ICU di
Gambaran Lokasi
Studi Kasus
6. Jangan disimpulkan
dulu sebelum ada 3
pendapat di BAB 4
7. Cek kembali
kapasitas ruangan
8. Tambahkan jam
masuknya, masuk
karena apa (keluhan)
dan status kesadran
saat masuk
9. Tambahkan data
keluhan utama saat
pengkajian, riwayat
penyakit sekarang,
riwayat penyakit
95
dahulu, riwayat
penyakit keluarga dan
sesuaikan dengan
defenisi masing2
dari lampiran.
Dahulukan yg
berkaitan dgn KTI
seperti SPO, dll.
Senin, 17 19. Daftar isi masih
Mei 2020 sampai bab 3
20. Abstrak belum di isi
Rabu, 19 21. Cantumkan nomor
Mei 2021 instansi. Jika nama
instansi berbeda, beri
nomor 2
Jum’at 22 22. Cari satuan tekanan
Mei 2021 oksigen yang baku
23. Tambahkan
“Tekanan Oksigen”
biar jelas