Anda di halaman 1dari 109

APLIKASI SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP TEKANAN

DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIKONDANG


KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH
ARFINA NUR FAUZIYYAH
42010419084

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
2022

i
APLIKASI SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP TEKANAN
DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIKONDANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan

DISUSUN OLEH
ARFINA NUR FAUZIYYAH
42010419084

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahNya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
”Aplikasi Senam Hipertensi Lansia Terhadap Tekanan Darah Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cikondang”.
Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Ahli Madya yang diberikan oleh Sekolah Tinggi Kesehatan
Cirebon pada Program DIII Keperawatan.
Pada kesempatan ini peneliti menyadari bahwa selama penyusunan karya
tulis ilmiah ini tidak lepas dari saran, kritik, bimbingan maupun bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, dalam kesempatan ini
peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Awis Hamid Dani, ST.,M.M.Pd, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Cirebon

2. Ibu Nuniek Tri Wahyuni, S.Kep.,Ners.,M.Kep, selaku ketua Program Studi


DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon

3. Bapak Obar, S.Kep.,Ners.,M.Kep, selaku ketua Sekolah Tinggi Permata


Nusantara

4. Ibu Ns.Ummi Malikal Balqis, M.Kep.,Sp.Kom,selaku dosen pembimbing


yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

5. Tim dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon yang telah memberikan
ilmu dan bimbingan yang berharga selama penulis mengikuti perkuliahan

6. Ayahanda, dan bunda tercinta yang telah membantu penulis secara moral dan
spritual

iii
7. Sahabat saya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis
untuk meyelesaikan karya tulis ilmiah ini : E.Ajeng Dheyana, Lusi Nugraha
Selamet, Mellisa Shania, Dede Wulan Widianti, Destiana
Fitrianingsih,Wdrajat,Elena,Yanti Aulia

8. Rekan-rekan civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon yang


juga berperan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
doa, semangat, serta membantu peneliti dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis


ilmiah ini masih banyak kekurangan sehingga saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan.
Besar harapan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan
penuh keberkahan serta dapat diterapkan dalam perkembangan ilmu keperawatan
anak di masa yang akan datang. Semoga amal kebaikan dan kasih sayang yang
telah diberikan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT, Aamiin

Cianjur, Maret 2022

Penulis

PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA TULIS

iv
ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Karya Tulis Ilmiah Program Studi D3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon

Cianjur, 24 Maret 2022

Menyetujui,
Pembimbing,

Ns.Ummi Malikal Balqis,M.Kep.,Sp.Kom


NIP.742006911

v
PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh tim penguji Karya Tulis
Ilmiah Program Studi D3 Keperawatan STIKes Cirebon guna memenuhi sebagian
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md Kep)

Mengesahkan,
Program Studi D3 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon

Ketua Sidang

(Obar, Ns., M.Kep)

Anggota

(…………………..….)

(………………………..)

vi
PERNYATAAN

1. Karya tulis saya, Karya Tulis Ilmiah ini, adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (diploma dan sarjana), baik
dari STIKes Cirebon maupun perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
dalam daftar Pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
normal yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yang membuat pernyataan,

Ditandatangani setelah diprint

(Arfina Nur Fauziyyah)


NIM. 42010419084

vii
ABSTRAK

Nur Fauziyyah, Arfina 2022. Aplikasi Senam Hipertensi Lansia Terhadap


Tekanan Darah di Wilayah Kerja Puskesmas Cikondang. Program
Diploma III Keperawatan, STIKes Cirebon. Pembimbing : Ns.
Ummi Malikal Balqis, M.Kep., Sp.Kep.Kom.

Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60. Lanjut usia mengalami
berbagai perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial. Hipertensi
merupakan masalah kesehatan yang sangat berbahaya dalam skala global, karena
tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit
kardiovaskuler seperti penyakit jantung. Intervensi nonfarmakologi terhadap
perubahan hipertensi yaitu terapi Senam Hipertensi. Tujuan dari penelitian ini
untuk menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien hipertensi
lansia dengan aplikasi tindakan terapi senam hipertensi lansia. Desain penelitian
ini menggunakan metode studi kasus dengan teknik pengambilan sample
menggunakan purposive sampling. Jumlah partisipan 2 orang. Sampel yang
diambil dengan metode wawancara,observasi,dan dokumentasi. Setelah dilakukan
senam hipertensi 3 hari dalam seminngu terdapat pengaruh penurunan tekanan
darah dengan rincian partisipan 1 mengalami penurunan sistole 20 mmHg diastole
10 mmHg (sebelum intervensi 140/90 mmHg setelah intervensi 120/80 mmHg)
dan partisipan 2 mengalami penurunan sistole 20 mmHg diastole 10 mmHg
(sebelum intervensi 150/90 mmHg setelah intervensi 130/80 mmHg). Berdasarkan
hasil senam hipertensi lansia diharapkan pengobatan nonfarmakologis ini bisa
digunakan untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi lansia.

Kata kunci : Lansia,Hipertensi,Senam lansia, perfusi perifer

viii
ABSTRACK

Nur Fauziyyah, Arfina 2022. Application of Elderly Hypertension Gymnastics


on Blood Pressure in the Cikondang Health Center Work Area.
Diploma III Nursing Program, STIKes Cirebon. Supervisor : Ns.
Ummi Malikal Balqis, M.Kep., Sp.Kep.Kom.

Disesuaikan dengan perbaikan

Elderly is someone who has entered the age of 60. The elderly experience various
changes both physically, mentally and socially. Hypertension is a very dangerous
health problem on a global scale, because high blood pressure is a major risk
factor for cardiovascular diseases such as heart disease. against changes in blood
pressure, namely Hypertension Gymnastics therapy. The purpose of this study
was to apply comprehensive nursing care to elderly hypertensive patients with the
application of elderly hypertension exercise therapy. This research design uses a
case study method with a sampling technique using purposive sampling. With the
number of participants 2 people. Samples were taken by interview, observation,
and documentation methods. After doing hypertension exercise 3 days a week,
there is an effect of decreasing blood pressure with details of participant 1
experiencing a decrease in systolic 20 mmHg, diastolic 10 mmHg (before
intervention 140/90 mmHg after intervention 120/80 mmHg) and participant 2
experiencing a decrease in systolic 20 mmHg, diastolic 10 mmHg (before
intervention 150/90 mmHg after intervention 130/80 mmHg). Based on the results
of elderly hypertension exercise, it is hoped that this non-pharmacological
treatment can be used to reduce blood pressure in elderly hypertensive patients.

Keywords: Elderly, Hypertension, Elderly exercise, peripheral perfusion

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN.....................................................................
PENGESAHAN...................................................................................................
PERNYATAAN...................................................................................................
ABSTRAK............................................................................................................
ABSTRACK.........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
DAFTAR TABEL................................................................................................
DAFTAR BAGAN...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi.....................................................................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................5
C. Konsep Lansia...........................................................................................10
D. Konsep Senam...........................................................................................18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.......................................................................................29

x
B. Tempat Dan Waktu Penelitian...................................................................29
C. Setting Penelitian.......................................................................................30
D. Subyek Penelitian......................................................................................30
E. Metode.......................................................................................................30
F. Metode Uji Keabsahan Data......................................................................31
G. Metode Analisa Data.................................................................................32
H. Etik Penelitian...........................................................................................33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................
A. Hasil penelitian..........................................................................................
B. Pembahasan...............................................................................................
BAB V PENUTUP...............................................................................................
A. Simpulan....................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAPTARPUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
2.1 Indeks adl’s barthel 13
2.2 Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) 15
2.3 APGAR keluarga 16
2.4 skala depresi 17
2.5 screening fall 19
2.6 skala norton 19
2.7 analisa data 20
2.8 intervensi keperawatan 22
2.9 Strategi Pelaksanaan Senam Hipertensi 30
2.10 srategi pelaksanaan 34
4.1 Analisa PICOT 70

xii
DAFTAR BAGAN
2.1 Patofisiologi Hipertensi 7

xiii
DAFTAR GAMBAR

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhatikan huruf kapital di awal kalimat. Kapan harus pakai titik
dan koma. Dibaca pelan2 sebelum dikumpulkan untuk sidang hasil
Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun.
Lanjut usia mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, mental
maupun sosial. perubahan yang bersifat fisik antara lain adalah penurunan
kekuatan fisik, stamina dan penampilan. hal ini dapat menyebabkan
beberapa orang menjadi depresi atau merasa tidak senang saat memasuki
masa usia lanjut. Lansia menjadi tidak efektif dalam pekerjaan dan peran
sosial, jika lansia bergantung pada energi fisik yang sekarang tidak
dimilikinya lagi (1)
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di dunia saat ini
begitu cepat. Hal ini merupakan salah satu keberhasilan pembangunan dan
kemajuan teknologi yang mengakibatkan turunnya angka kematian dan
kesakitan serta meningkatnya umur harapan hidup (UHH). Jumlah lansia
pada tahun 2010 sebanyak 19,3 juta jiwa dan tahun 2015 meningkat
menjadi 21,72 juta jiwa. Pada proses penuaan, perubahan biologis
menyebabkan kecenderungan lansia menderita penyakit degeneratif seperti
hipertensi. Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi pada
kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 45,3%, pada kelompok usia 55-64
tahun sebanyak 55,2%, pada kelompok usia 65-74 tahun sebanyak 63,2%,
dan pada kelompok usia ≥75 tahun sebanyak 69,5%. (2)
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sangat berbahaya
dalam skala global, karena tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko
utama terjadinya penyakit kardiovaskuler (seperti penyakit jantung, gagal
jantung, stroke dan ginjal), dan pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik
dan stroke merupakan dua penyebab utama kematian akibat penyakit
kardiovaskular di dunia (2)

1
Hipertensi diIndonesia menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah
stoke dan tuberkulosis dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak
63.309.620 jiwa dari seluruh penduduk Indonesia, dengan angka kematian
sebesar 427.218 jiwa akibat hipertensi. (2) Menurut profil kesehatan
provinsi Jawa Barat tahun 2016, melaporkan 790.382 orang dengan kasus
hipertensi sebanyak 2,46% pada penduduk usia ≥18 tahun, dengan jumlah
kasus yang diperiksa sebanyak 8.029.245 orang yang tersebar di 26
Kabupaten/Kota. (3)
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sangat berbahaya
dalam skala global, karena tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko
utama terjadinya penyakit kardiovaskuler (seperti penyakit jantung, gagal
jantung, stroke dan ginjal), dan pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik
dan stroke merupakan dua penyebab utama kematian akibat penyakit
kardiovaskular di dunia (2) (jangan diulang)
Dampak dari hipertensi yang tidak diobati dapat menimbulkan
komplikasi seperti stoke dan jantung koroner penyebab kematian. Faktor
kecenderungan terjadi hipertensi antara lain genetik, umur, obesitas,
kurangnya aktivitas dan olahraga (4). Fakyor –faktor resiko yang
mempengaruhi hipertensi adalah umur,jenis kelamin,obesitas,genetik,fola
aktivitas fisik(5). Semakin bertambahnya umur makan relevansi hipertensi
juga akan semakin meningkat,oleh sebab itu perlu dilakukan penanganan
untuk menurunkan angka hipertensi,baik secara farmakologis dan
nonfarmakologis. (6)senam hipertensi mampu mendorong jantung bekerja
secara optimal, sehingga meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan
dan organ tubuh. Senam hipertensi mampu meingkatkan aliran balik vena
kemudian volume sekuncup akan meningkatkan curah jantung sehingga
tekanan pada arteri meningkat. Dampak dari fase ini mampu menurunkan
aktivitas 3 pernafasan dan otot rangka yang mengakibatkan aktivitas syaraf
simpatis menurun, kemudian kecepatan denyut jantung menurun, terjadi
vasodilatasi pada arteriol vena sehingga mengakibatkan penurunan curah

2
jantung dan penurunan resistensi perifer total maka terjadilah penurunan
tekanan darah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian karya tulis ilmiah yang berjudul “Aplikasi Senam
Hipertensi Terhadap Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Di
Wilayah Puskesmas Cikondang Kabupaten Cianjur.” Karena ingin
mengetahui seberapa besar senam lansia terhadap perubahan dengan
hipertensi lansia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah
penelitian ini adalah “Bagaimana Aplikasi Senam Hipertensi pada lanjut
usia terhadap tekanan darah di wilayah kerja puskesmas cikondang
kabupaten cianjur”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan Asuhan Keperawatan berupa senam hipertensi
terhadap tekanan darah sehingga dapat menurunkan
hipertensib(dihapus) pada lanjut usia (Lansia) diwilayah kerja
Puskesmas Cikondang Kabupaten Cianjur.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melkukan pengkajian keperawatan pada pasien lansia yang
mengalami hipertensi
b. Mampu menetepkan diagnosa keperawatan pada pasien lansia yang
mengalami hipertensi
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada pasien lansia
yang mengalami hipertensi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawata pada pasien lansia
yang mengalami hipertensi
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien lansia yang
mengalami hipertensi

3
f. Mampu menganalisis hasil aplikasi senam lansia terhadap tekanan
darah pada pasien hipertensi

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritik
Diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa untuk memperoleh
pengetahuan tentang aplikasi senam hiperensi terhadap tekanan darah
pada lansia.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pasien
Dapat memberikan pengetahuan tentang penyakit hipertensi
dan pasien dapat mengetahui cara untuk mengatasi penurunan
tekanan darah pada hipertensi dengan aplikasi senam hipertensi
b. Bagi penulis
Dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan tentang
penyakit hipertensi yang meliputi tanda dan gejala serta pengobatan
dan cara mengatasinya dengan cara ilmiah
c. Bagi Institusi
1) Bagi institusi pendidikan
Sebagai sumber yang dapat pengetahuan seluruh pembaca
dan siswa tentang penyakit hipertensi
2) Bagi Puskesmas
Dapat mengirimkan tontribusi bagi pengembangan praktik
keperawatan dan pemecahan masalah pada pasien hipertensi
dengan mengatasi pengaruh senam hipertensi lansia terhadap
penurunan tekanan darah .

4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi

Hipertensi merupakan faktor risiko penting untuk penyakit


neurologis. Hipertensi kronis merupakan faktor risiko utama untuk
semua subtipe stroke, termasuk stroke iskemik, pelayanan kesehatan
primer dalam memerangi hipertensi dan tenaga kesehatan, terutama
perawat, harus berperaan dalam menciptakan kesadaran di antara
anggota masyarakat dan mereka harus berperan aktif dalam
menyelenggarakan pendidikan Kesehatan tentang faktor risiko (7)
World Health Organization (WHO) tahun 2017 mengatakan
hipertensi merupakan salah satu yang menjadi peranan penting dalam
timbulnya penyakit jantung dan tidak menular seperti stroke,
hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan kanker (2)
2. Etiologi Hipertensi Pada Lansia
Secara umum penyebab hipertensi dibagi menjadi dua yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi pada
lansia yang sering dijumpai adalah hipertensi primer.(8)
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua antara
lain:
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik). Hipertensi primer diperkirakan
disebabkan oleh beberapa factor sebagai berikut :

6
1) Genetik : Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit
hipertensi.
2) Jenis kelamin dan usia : laki- laki berusia 35-50 tahun dan
wanita pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami
hipertensi.
3) Diet : Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat Badan : Obesitas (> 25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup : Merokok dan konsumsi alkohol dapat
meningkatkan
tekanan darah. (9)
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi Sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan
oleh tekanan arteri yang meninggi. Hipertensi sekunder
dihubungkan dengan perubahan sekresi hormon dan/atau fungsi
ginjal (8)
3. Tanda dan Gejala Hipertensi Pada Lansia
Sebagian besar penderita hipertensi tidak menampakkan gejala
hingga bertahun-tahun. Gejala yang paling sering muncul pada pasien
hipertensi jika hipertensinya sudah bertahun-tahun dan tidak diobati
antara lain seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas,
gelisah, pandangan menjadi kabur, serta mengalami penurunan
kesadaran (10)
4. Patofisiologi Hipertensi pada lansia
Hipertensi dapat disebabkan oleh umur, jenis kelamin, gaya hidup
dan obesitas. Hipertensi menyebabkan kerusakan vaskuler pembuluh
darah, perubahan struktur, penyumbatan pembuluh darah,
vasokontriksi dan gangguan sirkulasi. Gangguan sirkulasi di otak
mengakibatkan resistensi pembuluh darah otak naik, siplai oksigen

7
otak menurun yang menyebabkan penderita mengalami nyeri kepala
dan gangguan pola tidur. Hipertensi menybabkan gangguan pada
ginjal yang mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, blood flow
menurun, respon RAA, rangsang aldosterone, retensi Na, edema yang
menimbulkan masalah keperawatan kelebihan volume cairan.
Hipertensi juga mengganggu system pembuluh darah yang
mengakibatkan vasokontriksi, iskemik, moikard yang mengakibatkan
afterload meningkat yang dapay menimbilkan masalah keperawatan
penurunan curah jantung dan intoleransi aktivitas (8)
2.1 Patofisiologi Hipertensi
Pathway
Hipertensi

Kerusakan versikuler pembuluh darah

Perubahan stuktur

Penyumbatan pembuluh darah

Gangguan sirkulasi

Otak Pembuluh darah

Resistensi suplain O2
Pembuluh otak menurun vasokontriksi
iskemi
Darah otak
miocard
Sinkop afterload meningkat

Nyeri
Nyeri Ganguan Ganguan
Penurunan dada
kepala pola tidur perfusi Intoleransi
jaringan curah aktivitas
jantung

8
5. Penatalaksanaan Hipertensi pada lansia
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan
tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90
mmHg dan mengontrol factor risiko.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau
dengan obat antihipertensi (8)
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.(8)
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan
BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan
penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron
dalam plasma.
2) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b.    Penatalaksanaan Farmakologis(8)
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti
hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral
4) Tidak menimbulakn intoleransi.

9
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh
klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien
dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan
betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angitensin.

6. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. Biasanya hipertensi essensial terjadi tanpa gejala
dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti
pada mata, jantung,ginjal, dan otak. Gejala-gejala meliputi sakit
kepala, pusing, mimisan, migrain sering ditemukan sebagai gejala
klinis hipertensi essensial (9). Survey gejala hipertensi di Indonesia
sebagai berikut : rasa berat di tengkuk, mudah marah, pusing, sukar
tidur, mimisan, sesak napas, telinga berdengung mudah lelah, dan
mata berkunang-kunang.
Akibat komplikasi hipertensi yang sering dijumpai adalah gagal
jantung, gangguan penglihatan, gangguan fungsi ginjal ,gangguan
saraf, gangguan sereblar (otak), yang mengakibatkan kelumpuhan,
gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan
terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke,
pencegahan dengan menggunakan gaya hidup sehat. Beberapa kasus
hipertensi sangat kaitannya dengan pola gaya hidup tidak sehat.
Meliputi kurang olahraga, stress, minum-minuman beralkohol,
merokok dan kurang istirahat. Gizi seimbang makan juga harus
diwaspadai pembatasan asupan natrium (komponen utama garam)
sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita
hipertensi (9).

10
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a) Pengumpulan data
1) Identitas Diri Pasien : meliputi nama, tempat/tanggal lahir, alamat,
umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan diagnosa
medis.
2) Identitas Penanggung Jawab Pasien : meliputi nama,
tempat/tanggal lahir, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan terakhir, dan hubungan dengan pasien
3) Keluhan utama, biasanya sering ditemukan pada pasien Hipertensi
adalah mengeluh kepala pusing dibagian belakang kepala
berkunang- kunang,kesemuan,lemas
4) Riwayat penyakit sekarang, seperti keadaan pasien saat ini, mulai
timbul keluhan yang dirasakan sampai saat ini. Umumnya pasien
mengeluh, sakit kepala,pusing bagian belakang,mata seraca
berkunang- kunang,kesemutan,lemas
5) Riwayat kesehatan dahulu seperti adanya riwayat masalah tekanan
darah tinggi (hipertensi) sebelumnya dan bagaimana
penanganannya.
6) Riwayat kesehatan keluarga, apakah dalam keluarga ada yang
mengalami hal yang serupa seperti yang dialami pasien, atau
adanya penyakit genetic yang mempengaruhi Tekanan darah tinngi
(Hipetensi).
b) Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat, pasien mengalami
gangguan presepsi, mengalami gangguan dalam memelihara dan
menangani masalah kesehatan .
2) Pola Nutrisi : meliputi frekuensi makan, jenis makanan, nafsu
makan, alergi, makanan yang disukai dan keluhan saat makan.

11
3) Pola eliminasi, pasien tidak mengalami gangguan pola eliminasi
seperti, polyuria atau dysuria dan juga mengalami kontipasi.
4) Pola tidur dan istirahat, pasien mengalami kesulitan untuk memulai
tidur.
5) Pola aktifitas dan latihan : meliputi olahraga yang dilakukan,
frekuensi, kegiatan sehari-hari, keluhan saat melakukan aktifitas
6) Pola konsep diri: tanyakan bagaimana pasien memandang dirinya,
persepsi diri sebagai lansia, bagaimana persepsi pasien tentang
orang lain mengenai dirinya.
7) Pola sensori dan kognitif, pasien tidak mengalami
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi.
8) Pola hubungan dan peran, menggambarkan dan mengetahuai
hubungan dan peran pasien terhadap anggota keluarga dan
masyarakat tempat tinggal dan maslah keuangan.
9) Pola seksual dan reproduksi, pasien mengalami penurunan minat
terhadap pemenuhan kebutuhan seksual
10) Pola mekanisme koping, pasien menggunakan mekanisme koping
yang tidak efektif dalam menangani tekanan darah tinggi yang
dialaminya
11) Pola Nilai keyakinan: sesuatu yang bernilai dalam hidupnya
(spiritual), keyakinan akan kesehatan dan agama.
c) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Baik/Lemah
2) Tanda-tanda vital:
 Tekanan darah (Normal nya sistolik : 95-145 mmHg dan
diastolic : 70-90 mmHg)
 Nadi (Normal : 60-100x/menit)
 Respirasi (Normal : 18-24 x/menit)
 Suhu (Normal : 36,5°-37,5°C).
3) BB/TB Biasanya Normal

12
4) Pemeriksaan fisik head to toe
 Kepala
Warna rambut klien putih merata, penyebaran rambut merata,
tidak terdapat lesi di kulit kepala, tidak terdapat nyeri tekan di
daerah kepala, keadaan rambut bersih.
 Mata
Fungsi penglihatan baik, namun ketika membaca harus
menggunakan kacamata baca, sclera terlihat sedikit kuning, retina
terlihat warna abu-abu disekitarnya membentuk seperti cincin,
konjungtiva merah muda, tidak terdapat nyeri tekan di sekitar
tulang mata, posisi kedua retina tidak sejajar, terdapat kantung
mata.
 Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak tampak adanya peradangan pada
hidung dan fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau
 Telinga
Bentuk telinga simetris tidak terdapat lesi, tidak tampak adanya
peradangan pada telinga, telinga luar tampak bersih , tampak
adanya sedikit serumen pada kedua telinga dan membran timpani
utuh.
 Mulut, gigi dan bibir
Mukosa bibir lembab gigi tampak bersih dan tidak ada pendarahan
Perubahan pada gusi
 Leher
Leher tampak simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
 Dada
Bentuk dada simetris, Tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
pergerakan dada simetris, bunyi pernafasan reguler tidak ada

13
bunyi suara nafas tambahan seperti ronkhi atau wheezing,
pernafasan 21 x/menit, tidak terdapat nyeri tekan pada area thorax,
suara nafas kanan dan kiri sama, diseluruh area paru terdengar
bunyi vesikuler, klien mengatakan terkadang terasa sesak apabila
merasa kelelahan
 Abdomen
Terdapat nyeri tekan, terdapat suara timpani bising usus 8 – 12 x /
menit, tidak ada luka memar ataupun lecet
 Kulit
Turgor kulit baik, kulit berwarna sawo matang
 Genitelia
Area genetalia tidak di kaji
 Ekstremitas atas
Tangan lengkap ada 2 kanan dan kiri, simetris, tidak ada luka
memar, tidak ada luka sobek, jari tangan lengkap 5 kanan kiri.
 Ekstermitas bawah
Kaki lengkap ada 2 kanan dan kiri, simetris, tidak ada luka memar,
tidak ada luka sobek, jari kaki lengkap 5 kanan kiri
2.1 Indeks adl’s barthel
1. Indeks adl’s barthel

No Aktivitas Kemampuan Sekor


1 Transfer ( tidur dan Mandiri
duduk ) Dibantu satu
orang
Dibantu dua
orang
Tak mampu
2 Mobilitas (3berjalan ) Mandiri
Dibantu satu
orang/walker

14
Dengan korsi
roda
Tak mampu
3 Menggunakan toilet Mandiri
( pergi ke/dr Wc, Perlu
melepas/mengenakan pertolongan
celana,menyekadan Tergantung
menyiram ) orang lain
4 Membersihkan diri Mandiri
(lap muka,sisir Perlu
rambut,sikat gigi) pertolongan
oranglain
5 Mengontrol BAB Kontinen teratur
Kadang –
kadang
inkontingen
Inkontingen
6 Mengontrol BAK Kontinen teratur
Kadang –
kadang
inkontingen
Inkontingen
7 Mandiri Mandiri
Tergantung
orang lain
8 Berpakaian Mandiri
Sebagian
dibantu
Tergantung
orang lain

15
9 Makan Mandiri
Perlu
pertolongan
orang
Tergantung
pertolongan orng
lain
10 Naik turun tangga Mandiri
Perlu
pertolongan
Tak mampu
20 = mandiri
12-19 =ketergantungan ringan
9-11 = ketergntungan sedang
5-8 = ketergantungan berat
0-4 = ketergantungan total
2.2 Short portable mental status questionnaire (SPMSQ)
2. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ)

Sekor No Pertanyaan Jawaban

1 Tangga berapa hari ini ?


2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Berapa nomer telpon anda ?
Dimana alamat anda ? ( tanya bila
tidak memiliki telpon )
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden sebelumnya ?

16
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 2 dari setiap angka
baru semua secara menurun
10 Jumlah kesalahan total
Keterangan :
0-2 = fungsi intelektual utuh
3-4 =kerusakan intelektual ringan
5-6 =kerusakan intelektual sedang
7-10 =kerusakan intelektual berat
2.3 APGAR keluarga
3. APGAR Keluarga

No. ITEMS SELALU KADANG- TIDAK


PENILAIAN KADANG PERNAH
(2) (1) (0)
1 A : Adaptasi
Saya puas bahwa
saya dapat kembali
pada keluarga
(temanteman) saya
untuk membantu
pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P : Partnership
Saya puas dengan
cara keluarga (teman-
teman) saya
membicarakan
sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan

17
masalah saya.
3 G : Growth
Saya puas bahwa
keluarga (teman-
teman) saya
menerima &
mendukung
keinginan saya untuk
melakukan aktifitas
atau arah baru.
4 A : Afek
Saya puas dengan
cara keluarga (teman-
teman) saya
mengekspresikan
afek dan berespon
terhadap emosi-
emosi saya, seperti
marah, sedih atau
mencintai.
5 R : Resolve
Saya puas dengan
cara teman-teman
saya dan saya
menyediakan waktu
bersama-sama
mengekspresikan
afek dan berespon
JUMLAH
Nilai: 0-3 = Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai: 4-6 = Disfungsi keluarga sedang

18
2.4 skala depresi
4. Skala Depresi

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda sebenarmya puas
dengan kehidupan anda ?
2 Apakah anda telah
meninggalkan banyak kegiatan
dan minat kesenangan anda
3 Apakah anda merasa
kehidupan anda kosong
4 Apakah anda sering merasa
bosan
5 Apakah anda memiliki
semangat baik setiap saat
6 Apakah anda merasa takut
sesuatu yang buruk akan terjadi
pada anda
7 Apakah anda merasa bahagia
untuk sebagian besar hidup
anda
8 Apakah anda merasa sering
tidak berdaya
9 Apakah anda lbih sering
dirumah dari pada pergi keluar
dan mengerjakan sesuatu hal
yang baru
10 Apakah anda merasa
mempunyai banyak masalah
11 Apakah anda pikir bahwa
kehidupan anda sekarang

19
menyenangkan
12 Apakah anda merasa tidak
berhagra seperti perasaan anda
saat ini
13 Apakah anda merasa penuh
semangat
14 Apakah anda merasa bahwa
keadaan anda tidak ada
harapan
15 Apakah anda berpikir bahwa
oranglain, lebih baik
keadaannya dari pada anda
Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skore 1
Skore 5-6 = Kemungkinan Depresi
Skore 10 atau Lebih = Depresi
2.5 screening fall
5. Screening Fall

NO LANGKAH
1 Minta pasien berdiri disisi tembok dengan tangan
direntangkan kedepan
2 Beri tanda letak tangan 1
3 Minta pasien condong kedepan minta selama 1-2 menit
dengan tanagn direntangkan kedepan
4 Beri tangan letak ke 2 pada posisi condong
5 Ukur jarang anta tanda tangan 1 dan 2
Usia lebih 70 tahun: Kurang 6 Inchi = Resiko roboh
2.6 skala norton
6. Skala Norton

NO KEADAAN SKOR SKOR

20
PASIEN
1 Kondisi fisik umum
 Baik 4

 Lumayan 3

 Buruk 2
1
 Sangat buruk
2 Kesadaran
 Komposmentis 4

 Apatis 3

 Konfus/soporus 2
1
 Stupor/konma
3 Aktifitas
 Berdiri 4

 Berdiri dengan 3

bantungan
2
 Hanya bisa duduk
1
 Tiduran

4 Mobilitas
 Bergerak bebas 4

 Sedikit bergerak 3

 Sangat terbatas 2
1
 Tak bisa bergerak

5 Inkontines
 Tidak 4

 Kadang – kadang 3

 Sering inkontinesia 2

urin 1

 Inkontinesia alvi dan

21
urin
Kategori Skor
15 – 20 = Kecil sekali atau tidak terjadi
12 – 15 = Kemungkinan kecil terjadi
< 12 = Kemungkinan besar terjadi
2.7 analisa data
2. Analisa Data

Data Masalah

Ds : Perfusi perifer tidak efektif


Pasien mengatakan
pusing,lemas, kesemutan.

Do :
- td meningkat 160/90 mmhg
- Rr 24x/menit
- warna kulit pucat
- turgor kulit menurun

Ds : Nyeri kronis
Klien mengatakan nyeri kepala

Do :
-klien tampak meringis
- td meningkat 160/90 mmhg
- gelisah

DS: Intoleransi aktivitas


- Klien Mengeluh Lelah setelah
melakukan banyak
kegiatan/aktivitas

-Merasa tidak nyaman setelah


beraktivitas
-Merasa lemah

DO:

-Pengkajian Katz Indeks dan


Barthel Indeks pasien mandiri
- -rr 24x/menit

22
DS: Ganguan perfusi jaringan
- Klien mengeluh sakit kepala
- Klien mengeluh pusing
DO :
- Tingkat kesadaran menurun

DS :
Penurunan curah jantung
- Klien mengeluh sangat
pusing

DO :

- Klien tampak lemah

3. Diagnosa Keperawaan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial (11)
1) Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
(D.0009)
2) Nyeri kronis b.d ganguan fungsi metabolik (D.0078)
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)
4) Gaguan pola tidur b.d Kurang kontrol tidur ( D.0055)
5) Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung
(D.0008)
2.8 Intervensi Keperawatan
4. Inervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Perfusi perifer Setelah Perawatan sirkulasi
tidak efektif b.d dilakukan 3x24

23
peningkatan jam intervensi (I.02079)
tekanan dara h perfusi perifer Observasi
(D.0009) meningkat -Periksa sirkulasi perifer
dengan kriteria (mis. nadi perifer, edema,
hasil : pengisian kapiler, wama,
- td membaik suhu, ankle-brachial index)
- warna kulit -Identifikasi faktor risiko
membaik gangguan sirkulasi (mis.
- turgor kulit diabetes, perokok, orang
membaik tua, hipertensi dan kadar
- rr membaik kolesterol tinggi)
(L.02011) -Monitor panas, merah ,
nyeri, atau pembengkakan
pada ekstremitas
Terapeutik.
-hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi.
Edukasi
-Anjurkan berolahraga rutin
-Anjurkan pengontrolan
tekanan darah secara teratur
Nyeri kronis b.d setelah manajemen Nyeri
gangguan fungsi dilakukan (I.08238)
metabolik intervensi observasi
(D.0078) keperawatan -Identifikasi lokasi,
tingkat nyeri karakteristik,
menurun, durasi,frekuensi, kualitas,
dengan kriteria intensitas nyeri
hasil: -Identifikasi skala nyeri

24
-Keluhan nyeri -Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
-Meringis memperingan nyeri
menurun -Monitor keberhasilan
-Tekanan darah terapi komplementer yang
membaik sudah diberikan
-gelisah trapeutik
menurun -Fasilitasi istirahat dan tidur
(L.08066) -Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan startegi
meredakan nyeri
edukasi
-Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
-Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi.
-Kolaborasi Pemberian
analgetic, jika perlu

Intoleransi setelah Manajemen energi


aktivitas dilakukan (I.05178)
berhubungan intervensi Observasi
dengan keperawatan -identifikasi gangguan
ketidakseimbangan toleransi fungsi tubuh yang
antara suplai dan aktivitas mengakibatkan kelelahan
kebutuhan meningkat -monitor kelelahan fisik dan
oksigen, tirah dengan kriteria emosional

25
baring, kelemahan, hasil: -monitor pola dan jam tidur
imobilitas, dan -monitor lokasi dan
gaya hidup -dipsnea setelah ketidaknyamanan selama
monoton (D.0056). aktivitas melakukan aktivitas
membaik Terapeutik :
-Kemudahan -sediakan lingkungan
dalam nyaman dan rendah
melakukan -lakukan latihan rentang
aktivitas sehari- gerak pasif dan atau aktif
hari meningkat -berikan aktivitas distraksi
-Kekuatan tubuh yang menenangkan
bagian atas dan edukasi :
bawah -anjurkan tirah baring
meningkat -anjurkan melakukan
- Perasaan lemah
menurun
-Tekanan darah
membaik
-Frekuensi napas
membaik
(L.05047)

aktivitas secara bertahap


-ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Gangguan Pola Setelah Edukasi


Tidur b.d Kurang dilakukan Aktifitas/Istirahat
tindakan

26
kontrol tidur keperawatan (I.12362)
( D.0055) 3x24 jam Definisi
diharapkan pola - Mengajarkan pengaturan
tidur membaik aktivitas dan istirahat
dengan kriteria Observasi
hasil - Identifikasi kesiapan dan
- Keluhan susah kemampuan menerima
tidur menurun informasi
- Keluhan Terapeutik
istirahat - Sediakan materi dan
meninkat media pengaturan aktivitas
( L.05045) istirahat
- jadwal pemberian
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
Edukasi
- Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga rutin
- Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat
Penurunan Curah Setelah Perawatan Jantung
jantung b.d dilakukan (I.02075)
Perubahan tindakan 3X24 Definisi
frekuensi jantung jam diharapkan - Mengidentifikasi merawat
(D.0008) keadekuatan dan membatasi komplikasi
jantung akibat ketidak seimbangan
memompa darah antara suplain dan
meningkat komsumsi oksigen miokrad
dengan kriteria Observasi

27
hasil - Identivikasi tanda/gejala
- tekanan darah primer penurunan curah
menurun jantung
- Lelah Menurun - Monitor intake dan output
(L.02008) cairan
- Monitor tekanan darah
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelumdan
sesudah aktivitas
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan berktivitas
secara bertahap

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan.Tindakan mencakup tindakan mandiri dan
tindakan kolaborasi (12)

6. Evaluasi Keperawatan
Laporan tertulis tentang hasil (kemajuan pasien terhadap tujuan),
format dibuat agar dapat menghemat waktu dan memberikan
kesempatan penilaian cepat tentang kondisi pasien terkini, catatan
perkembangan dibuat secara beruntun dari waktu ke waktu mengikuti
kemajuan pasien. (12)
C. Konsep Lansia
1. Definisi

28
Lanjut usia adalah individu yang mengalami proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (13)
Lansia merupakan tahap terakhir proses perjalanan dalam
kehidupan manusia sejak lahir sampai mencapaiusianya lebih dari 60
tahun. Lansia secara keseluruhan akan mengalamipenurunan biologis.
Menurunnya masa tulang dan masa otot sehingga akanmenyebabkan
terjadinya penurunankeseimbangan yang sangat beresiko terhadap
kejadian jatuh pada lansia.(14)
D. Konsep Senam Hipertensi
1. Pengertian senam
Senam hipertensi merupakan olahraga yang salah satunya
bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen 35
kedalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot
jantung.senam hipertensi dengan frekuensi latihan 1 kali seminggu
dalam 3 minggu dengan lama latihan 4 – 12 menit efektif menurunkan
tekanan darah pada lansia. (6)
Dalam jurnalnya mengatakan dengan senam atau berolahraga
kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses
pembentukan energi, sehingga terjadi peningkatan denyut jantung,
sehingga curah jantung dan isi sekuncup bertambah. Dengan demikian
tekanan darah akan meningkat. Setelah berisitirahat pembuluh darah
akan berdilatasi atau meregang, dan aliran darah akan turun. Jika
melakukan olahraga secara rutin dan terus menerus, maka penurunan
tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan pembuluh darah akan
lebih elastis. Mekanisnme penurunan tekanan darah setelah berolah
raga adalah karena olahraga dapat merilekskan pembuluh- pembuluh
darah. Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah
akan turun.(15)

29
2. Tujuan senam Hipertensi
Mengurangi berat badan dan mengelola stress serta menurunkan
tekanan darah (5)
3. Mekanisme senam hipertensi
Untuk menurunkan tekanan darah senam hipertensi merupakan
olahraga yang salah satunya bertujuan untuk meningkatkan aliran darah
dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka yang aktif
khususnya terhadap otot jantung ,dengan senam atau berolahraga
kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses
pembentukan energi.(16) Sehingga terjadi peningkatan denyut
jantung,sehinnga curah jantung dan isi sekuncup bertambah. Dengan
demikian tekanan darah akan meningkat. Setelah bersipat pembuluh
darah akan berdilatasi atau merenggang dan aliran darah akan turun
sementara waktu,sekitar 20-60 menit kemudian akan kembali pada
darah sebelum senam.Jika melakukan olahraga secara rutin dan terus
menerus,maka penurunan tekanan darah akan lebih elastis. Mekanisme
tekanan darah setelah berorahraga adalah karena olahraga dapat
merileklasikan pembuluh-pembuluh darah.
Sehinnga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan akan turun (1)

2.9 Strategi Pelaksanaan Senam Hipertensi


4. Strategi Pelaksanaan Senam Hipertensi
SOP SENAM HIPERTENSI

Standar Oprasional Senam Hipertensi


Prosedur
Pengertian Olahraga ringan dan mudah dilakukan,tidak
memberatkan yang diterapkan pada klien dengan

30
hipertensi untuk mendorong jantung berkerja optimal.
Tujuan a. Melebarkan pembuluh darah
b. Tahanan pembuluh darah menurun
Kebijakan Lansia yang terpilih menjadii responden sesuai kriteria
inklusi untuk melakukan senam hipertensi
Persiapan Alat Laptop,Vidio Senam
Cara Kerja 1. Jalan ditempat
Mengangkat ujung kaki secara berulang-ulang
dengan hitungan yang diberikan (1x8 hitungan)

2. Tepuk tangan
Tepukan telapak tangan kanan dan kiri (4 x 8
hitungan)

3. Tepuk jari
Tepukan jari kanan dan kiri (4 x 8 hitungan)

4. Jalin tangan
Pertemukan sela-sela jari tangan kanan dan kiri
(4 x 8 hitungan )

31
5. Adu sisi kelingking
Buka telapak tangan menghadap ke atas dan
pertemukan kelingking kanan dan kiri (2 x 8
hitungan)

6. Adu sisi ibu jari


Buka telapak tangan menghadap kebawah dan
pertemukan ibu jari kanan dan kiri ( 2 x 8
hitungan )

7. Adu sisi ibu jari


Buka telapak tangan menghadap kebawah dan
pertemukan ibu jari kanan dan kiri ( 2 x 8 hitugan
)

32
8. Ketok lengan atas
Rentangkan kedua tangan kedepan,lalu ketuk
lengan atas kanan dan kiri secara bergantian ( 2 x
8 hitungan )

9. Ketok nadi
Rentangkan kedua tangan kedepan,lalu ketuk
nadi yang berada di pergelangan tangan kanan
dan kiri secara bergantian

10. Tepuk paha bagian depan


Dengan posisi berdiri agak membungkuk tepuk
paha dengan kedua tangan ( 4 x 8 hitungan )

33
11. Tepuk betis
Tepuk betis bagian belakang (2 x 8 hitungan )

12. Jongkok berdiri


Dengan posisi kedua tangan diletakan rentangkan
kedepan,lalu naik turun kebawah dengan posisi
setengah jongkok dan berdiri ( 2 x 8 hitungan )
13. Kaki jinjit
Dengan posisi berdiri tegap dan kedua tangan
berada didepan perut,lalu lakukan gerakan
memijit ( 2 x 8 hitungan )

Evaluasi a. Respon partisipan


b. Nilai tekanan darah
c. Dokumentasi

34
2.10 Strategi Pelaksanaan

Tahap Deskripsi Waktu


Kegiatan Kegiatan
Pra Kegiatan Mahasiswa 5 menit
 Menyiapkan fasilitas
kegiatan seperti:
laptop,dan vidio
senam hipertensi
Partisipan
 Hadir tepat waktu di
tempat yang sudah
ditentukan
Pembukaan Mahasiswa 5 Menit
 Memperkenalkan
diri
 Menjelaskan
kegiatan
 Menyampaikan
tujuan kegiatan
 Menjelaskan kontrak
waktu
Partisipan
 Menyimak,
memperhatikan
 Melakukan
pemeriksaan TD
Kegiatan Inti Mahasiswa 30 menit
 Mencontohkan
gerakan senam

35
 Mengobservasi
partisipan yang
menjadi sampel
penelitian
Partisipan
 Menyimak,
memperhatikan,
mengikuti senam
dengan baik
Evaluasi Mahasiwa 5 menit
 Melakukan evaluasi
gerakan senam
 Melakukan evaluasi
umum : respon
lansia dan situasi
saat pelaksanaan
 Nilai tekanan darah
 Menutup kegiatan
dengan
mengucapkan terima
kasih dan
mengucapkan salam
Partisiipan
 Mengikuti dan
mencoba
 Menjawab salam
penutup

BAB III

36
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Studi kasus merupakan jenis penelitian kualitatif yang mendalam
tentang individu, kelompok, institusi dan sebagainya dalam waktu
tertentu. Tujuan studi kasus adalah berusaha menemukan makna,
meneliti proses, serta memperoleh pengertian dan pemahaman yang
mendalam serta utuh dari individu, kelompok, atau situasi tertentu. Data
studi kasus diperoleh dengan wawancara, observasi dan mempelajari
berbagai dokumen yang terkait dengan topik yang diteliti. (17)
Studi kasus (case study) dilakukan dengan cara meneliti suatu
permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit
tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang
terkena suatu masalah, misalnya keracunan, atau sekelompok masyarakat
di suatu daerah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam
dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan kasus itu sendiri,
faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang
muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus
terhadap perlakuan atau pemaparan tertentu. (18)
Metode ini dipilih oleh peneliti untuk mengaplikasikan Aplikasi
senam hipertensi lansia terhadap tekanan darah di wilayah kerja
puskesmas cikondang.

B. Subjek Penelitian/Partisipan
Subjek dalam penelitian ini adalah partisipan dengan Hipertensi di
Kp.Sukadana RT 03 RW 04 Desa Sukajaya Kecamatan bojongpicung
Kabupaten Cianjur Teknik adalah partisipan dengan Hipertensi. Teknik
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yakni
suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam

37
penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi yang telah dikenal sebelumnya (19)
Dalam penelitian ini partisipan yang diambil adalah satu orang
yang masuk pada Kriteria hipertensi diantaranya :
1. Partisipan di Puskesmas Cikondang
2. Prtisipan Hipertensi yang bersedia menjadi partisipan
3. Partisipan lansia usia 60-70 Tahun
4. Partisipan dalam kondisi sadar dan kognitif baik secara mampu
berkomunikasi serta bisa memahami dan mengikuti printah trapis.
5. Bersedia menjadi subjek penelitian
6. Tidak meminum obat hipertensi (Ini dihapus saja karena partisipan
minum Captopril)
7. Lansia yang memiliki hipertensi grade 1 dengan nilai tekanan darah
sistolik 140-150 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah partisipan tepatnya di
Kp.Sukadana Desa.Sukajaya,Kecamatan Bojongpicung,Kabupaten
Cianjur
2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya proposal
penelitian dan seminar proposal dan kemudian diberikan waktu
selama dua minngu untuk penyusunan hasil penelitian dari bulan
maret sampai april 2022
D. Setting Penelitian
Partisipan berada di wilayah kerja puskesmas Cikondang, tepatnya
di Kp.Sukadana Desa Sukajaya,Kecamatan Bojongpicung Kabupaten
Cianjur. Penelitian dilaksanakan di rumah masing-masing partisipan
tepatnya di halaman depan partisipan suasana saat dilaksanakan yakni
terasa tenang, nyaman dan tidak banyak tamu maupun keluarga pasien.
Saat dilaksakan penelitin hanya ada pasien dan satu anggota keluarga.

38
E. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2017), pengumpulan data dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan sumber. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder adalah sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen.

F. Metode Uji Keabsahan Data


Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif.
Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat
penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian
kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan
keabsahan data dilakukan dengan triangulasi.(20)Dalam memenuhi
keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi dengan sumber.
Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (20)
1. Triangulasi pengumpulan data, dilakukan dengan membandingkan
data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan data yang
diperoleh melalui observasi atau informasi yang diperoleh melalui
studi dokumentasi.
2. Triangulasi sumber data, dilakukan dengan cara menanyakan
kebenaran suatu data atau informasi yang diperoleh dari seorang
informan kepada informan lainnya.
3. Pengecekan anggota dilakukan dengan cara menunjukan data atau
informasi, termasuk interpretasi peneliti, yang telah disusun dalam
format catatan lapangan. Catatan lapangan tersebut dikonfirmasi
langsung dengan informan untuk mendapatkan komentar dan

39
melengkapi informasi lain yang dianggap perlu. Komentar dan
tambahan informasi tersebut dilakukan terhadap informan yang
diperkirakan oleh peneliti.
Pengecekan ini dilakukan untuk mendapatkan komentar setuju atau
tidak, untuk melengkapi informasi yang perlu dilengkapi. Komentar
atau tambahan informasi digunakan untuk memperbaiki catatan yang
telah dikumpulkan peneliti selama di lapangan.
G. Metode Analisis Data (Domain analisis PICOT)
Metode analisa data dalam penelitian kualitatif, penulisan deskriptif
sebagaimana yang dikemukakan oleh (19) mengikuti prosedur sebagai
berikut:
1. Analisa deskriptif dengan mengembangkan kategori-kategori yang
relevan dengan tujuan.
2. Penafsiran atas hasil analisa deskriptif dengan berpedoman dengan
teori yang sesuai
3. Mengacu pada pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini data yang
terkumpul diolah dan diinterpretasikan secara kualitatif dengan
maksud menjawab masalah penelitian. Data tersebut ditafsirkan
menjadi kategori-kategori yang berarti menjadi bagian dari teori atau
mendukung teori yang diformulasikan secara deskriptif.

ANALISIS PICOT
P : Problem/pasien/populasi (seperti apa karakteristik pasien atau
poin-poin pentingnya saja, hal-hal yang berhubungan atau relevan).
Partisipan yang menjadi kriteria merupakan 2 partisipan lansia
dengan keluhan Hipertensi.
I : Intervensi (berisikan hal berhubungan dengan intervensi yang
diberikan pada partisipan). Intervensi tindakan yang dilakukan adalah
Senam Hipertensi
C : Comparison (perbandingan intervensi/hal yang dapat menjadi
alternatif intervensi yang digunakan/perbandingan tindakan yang

40
lain/korelasi hubungan dari intervensi). Pada penelitian ini dilakukan
tindakan Senam Hipertensi yang dilakukan 3 kali dalam semingu
dengan durasi 20-60 menit) membandingkan 2 partisipan yang
mendapat trapi Senam Hiperensi
O : Outcome (hasil/harapan yang kita inginkan dari intervensi yang
diberikan). Yang diharapkan dari penelitian ini setelah dilakukan
Senam Hipertensi diharapkan tekanan darah menurun.
T : Time & Teori (penelitian ini dilakukan selama 3 kali dalam
seminngu,dalam jurnal Wahyuningsih & Hutari setelah dilakukan
Senam Hipertensi selama 3 kali dalam seminggu dengan durasi 20-60
menit didapatkan adanya Aplikasi Senam hipertensi terhadap tekanan
darah di wilayah kerja puskesmas cikondang
H. Etika Penelitian
Etik dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etik penelitian harus
diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan
penelitian. Dalam penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon
partisipan untuk meminta kesediaan menjadi partisipan penelitian. Etik-
etik dalam melakukan penelitian yaitu (19)
Penelitian dilakukan setelah peneliti meminta izin kepada pihak
kampus Stikes Cirebon dan pengambilan data penelitian dilakukan
setelah peneliti mendapatkan izin dari pihak klien dan keluarga.
Setelah ada persetujuan barulah penelitian ini dilakukan dengan
menekankan pada masalah kesehatan yang meliputi :
a. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadikan responden. Tujuan informed consent adalah agar

41
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya. Jika subjek bersedia, maka subjek harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika partisipan tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi
yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain :
partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah
yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah
dihubungi, dan lain-lain (21)
Dalam penelitian ini peneliti akan memberikan lembar
persetujuan kepada partisipan yang akan diteliti,peneliti
menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data,jika respoden
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati hak-haknya.
b. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek peneliti dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan atau harus penelitian yang akan disajikan (18) Pada
penelitian ini, untuk menjaga kerahasiaan identitas klien, serta
menjaga privasi yang dimiliki klien, peneliti tidak mencantumkan
nama dan lembar pengumpulan data, cukup dengan menggunakan
inisial dan telah disepakati oleh klien.
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (18)

42
Pada penelitian ini, peneliti menerapkan etik kerahasiaan ini
dengan tidak menyebarluaskan dokumentasi asuhan keperawatan
maupun dokumentasi berbentuk bukti penelitian diluar kepentingan
penelitian.
d. Benefisience (Manfaat Penelitian)
Masalah ini merupakan masalah etik dengan melakukan sesuatu
yang baik, kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan kesalahan dan peningkatan kebaikan oleh
dari dan orang lain (18) Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
terapi senam untuk menurunkan tekanan darah tinngi dan manfaat
untuk peneliti sendiri yaitu menambah pengetahuan dan
pengalaman.
e. Non Malefisience (Ketidaknyamanan)
Masalah ini merupakan masalah etik dengan tidak
menimbulkan bahaya atau cedera secara fisik atau psikologis
(18)Dalam penelitian ini peneliti mengguakan trapi senam
hipertensi tidak menggunakan alat berbahaya yang dapat
menimbulkan cedera bagi klien.

43
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Kasus I :
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 April 2022 pukul
13.00 WIB Bertepatan di kediaman Ny.E. Data diperoleh
dengan cara wawancara dan observasi secara
langsung,didapatkan hasil Ny.E lahir pada 9 Juni 1959 ,berjenis
kelamin perempuan, dengan usia 63 tahun,beragama islam,dan
berstatus janda,pendidikan terakhir Ny.E tamat SD,berprofesi
sebagai ibu rumah tangga,bersuku bangsa
sunda/indonesia,partisipan merupakan anak ke 6 dari 9
bersaudara dan mempunyai 3 anak ,saat ini partisipan tinggal
bersama anak ke 3 nyaitu An. S, Beralamat di Kp.Sukadana
RT/RW 03/04 Desa Sukajaya,Kecamatan Bojongpicung ,
Kabupaten Cianjur.
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan pemerikaan
fisik keadaan umum partisipan baik,pengukuran tanda-tanda
vital pada partisipan didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg,
nadi 85x/menit,respirasi 20x/menit dan suhu 36.5 C. data
tersebut menunjukan lansia menderita hipertensi grade 1.
Gejala lain yang dirasakan partisipan mengataan pusing dan
nyeri leher kepala seperti tertimpa benda berat,tampak
meringis,gelisah. Timbulnya keluhan yaitu secara bertahap
lama waktu kurang lebih 10-15 menit, Partisipan mengatakan
memiliki riwayat darah tinngi dan melakukan pengobatan ke
puskesmas ketika darahnya tinggi. pada saat menngani keluhan

44
partisipan mengkonsumsi obat captropil 25 mg yang sudah
diresepkan untuk mengontrol darah tingginya,atau juga
partisipan mengkonsumsi obat herbal rebusan jahe. Parisipan
mengatakan tidak mempunyai alergi obat ataupun makanan.
Pola kebiasaan sehari-hai tidak ada masalah/hambatan hanya
saja patisipan mengtakan sering merasa lelah setelah
melakukan aktivitas .
Pada pemeriksaan head to toe didapatkan warna kulit
terlihat pucat,terdapat nyeri pada bagian kepala dan leher
seperti tertimpa benda berat. Skala nyeri yang dirasakan 5 dari
10, P : apabila melakuan aktivits,Q : Seperti tertimpa benda
berat, R : pada kepala dan leher ,S : 5 dari 10, T : pada pagi dan
siang .untuk pemeriksaan head to toe lainnya tidak ada
masalah.
Keluhan lain yang dirasakan patisipan yaitu mudah merasa
lelah setelah melakukan aktivitas dan tidak bisa melalukan
aktivitas seperti biasanya dan partiipan terlihat lemah dan
frekuensi jantug meningkat.
pemeriksaan kesehatan kronis didapatkan hasil masalah
kesehatan kronis sedang pada pemeriksaan fungsi kognitif hasil
benar 8 dan salah 2 dapat disimpulkan bahwa partisipan tidak
ada gangguan,status fungsional kemandirian yang ditandai
dengan kemampuan partisipan dalam melakukan aktivitas
tanpa bergantung pada orang lain.pada saat dikaji partisipan
mengatakan mudah lelah dan merasa tidak nyaman setelah
melakukan aktivitas,pada pegkajian status psikologi didapatkan
hasil normal tidak adanya depresi dan pada saat dilakukan
keseimbangan resiko terjatuh rendah.

45
Kasus II :
Pengkajian dilakukan pata tanggal 13 April 2022 pukul
10.00 WIB,partisipan berinisial Ny, Y berumur 60 tahun
dengan setatus janda,bersuku sunda,dan beragama islam. Saat
ini partisipan sudah tidak berkerja dan mendapatkan
penghasilan dari usaha alm.suaminya, partisipan merupakan
anak ke 2 dari 4 bersaudara dam memiliki anak 3 ,saat ini
partisipan tinggal bersama cucunya dan anak ke 1 nya yaitu
Ny.M.
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan pemerikaan
fisik keadaan umum partisipan baik,pengukuran tanda-tanda
vital pada partisipan didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg,
nadi 87x/menit,respirasi 18x/menit dan suhu 36.3 C. data
tersebut menunjukan lansia menderita hipertensi grade 1.
Gejala lain yang dirasakan partisipan mengataan pusing nyeri
kepala seperti ditusuk-tusuk,partispan tampak meringis dan
gelisah.Timbulnya keluhan yaitu secara bertahap lama waktu
kurang lebih 10-15 menit, Partisipan mengatakan memiliki
riwayat darah tinngi dan melakukan pengobatan ke puskesmas
ketika darahnya tinggi. pada saat menngani keluhan partisipan
mengkonsumsi obat amlodipin 10 mg yang sudah diresepkan
untuk mengontrol darah tingginya,atau juga partisipan
mengkonsumsi obat herbal rebusan daun salam. Parisipan
mengatakan tidak mempunyai alergi obat ataupun makanan.
Pola kebiasaan sehari-hai tidak ada masalah/hambatan hanya
saja patisipan mengtakan sering merasa lelah setelah
melakukan aktivitas .
Pada pemeriksaan head to toe didapatkan warna kulit
terlihat pucat,terdapat nyeri pada bagian kepala seperti ditusuk-

46
tusuk. Skala nyeri yang dirasakan 6 dari 10, P : apabila
melakuan aktivits,Q : Seperti ditusuk-tusuk, R : pada kepala
S : 6 dari 10, T : pada pagi dan siang .untuk pemeriksaan head
to toe lainnya tidak ada masalah.
Keluhan lain yang dirasakan patisipan yaitu mudah merasa
lelah setelah jalan kaki selama 10 menit dan tidak bisa
melalukan aktivitas seperti biasanya dan partiipan terlihat
lemah dan frekuensi jantung meningkat.
Pada saat dilakukan pemeriksaan kesehatan kronis
didapatkan hasil masalah kronis pada saat pemeriksaan kognitif
didapatkan hasil bener 7 dari 10 dan dapat disimpulkan
partisipan mendapat ganguan,hasil fungsional didapat mandiri
tanpa penawasan dan bantuan orang lain,pengkajian status
fungsional kemandirian mengunakan pengukkuran katz indeks
didapatkan hasil nilai 1 atau status fungsional mandiri.
Kemudian perubahan psikologi idapatkan hasil normal,atau
tidak adanya depresi dan pada saat dilakukan keseibangan di
dapat resiko jatuh rendah.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang telah diakukan oleh peneliti,maka
didapakan dignosa keperawatan sebagai berikut :
Kasus I :
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
(D.0009) ditadai dengan data pemeriksaan tekanan darah
140/90 mmHg.
b. Nyeri kronis b.d ganguan fungsi metabolik (D.0078)
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplain
dan kebutuhan oksigen (D.0056)

47
Kasus II :

a. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah


(D.0009) ditandai dengan data pemeriksaan tekanan darah
150/90 mmHg.
b. Nyeri kronis b.d ganguan fungsi metabolik (D.0078)
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplain
dan kebutuhan oksigen (D.0056)
3. Analisa data
Kasus I
a. Analisa data yang diambi yaitu perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah,berdasarkan data subjektif partisipan mengatakan
lehernya nyeri dan kaku disertai pusing jika tekanan
darahnya naik,data objektif tekanan darah 140/90
mmHg,nadi 85x/menit,respirasi 20x/menit,suhu 36,5 C.
b. Analisa data kedua yang di ambil yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan fungsi metabolik ,berdasarkan data
subjektif pusing dan nyeri leher kepala seperti tertimpa
benda berat, data objekif tampak meringis,gelisah. P :
apabila melakuan aktivits,Q : Seperti tertimpa benda berat,
R : pada kepala dan leher ,S : 5 dari 10, T : pada pagi dan
siang.
c. Analisa data ketiga yang diambil yaitu intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplain
dan kebutuhan oksigen berdasarkan data subjektif
partisipan mengatakan mudah lelah dan merasa tidak
nyaman setelah melakukan aktivitas, data objektif
kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

48
Kasus II
a. Analisa data yang diambil yaitu perfusi perifer tidak
efektif behubungan dengan peningkatan tekanan darah
berdasarkan data subjektif partisipan mengatakan nyeri
kepala dan kaku pada saat tengkuk dengan tekanan darah
150/90 mmHg, nadi 87x/menit, respirasi 18x/menit dan
suhunya 36,3 C.
b. Analisa data kedua yang diambil yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan gangguan fungsi metabolik
berdasarkan data subjektif partisipan mengatakan nyeri
leher dan kepala seperti di tusuk-tusuk. Data objektif
tampak meringis dan gelisah P : apabila melakuan
aktivits,Q : Seperti tertimpa benda berat, R : pada kepala
dan leher ,S : 5 dari 10, T : pada pagi dan siang.
c. Analisa data ketiga yang diambil yaitu intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplain
dan kebutuhan oksigen berdasarkan data subjektif
partisifan mudah lelah dan susah untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Data kemudahan melakukan aktivitas
sehari-hari.
4. Intervensi Keperawatan
Kasus I
a. Berdasarkan diagnosa yang pertama yaitu perfusi perifer
tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah (D.0009) Dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan turgor kulit
membaik (5) tekanan darah membaik (5). ( L.02011).
Dengan rencana keperawatan : TTV, Periksa sirkulasi
perifer Anjurkan berolahraga rutin seperti senam
hipertensi lansia. (I.02079)

49
b. Berdasarkan diagnosa yang kedua yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan gangguan fungsi metabolik (D.0078)
Dengan tujuan setelah dilakukan intervesi keperawatan
3x24 jam diharapkan keluhan nyeri menurun, meringis
menurun,takanan darah membaik.(L.08066)
Dengan rencana keperawatan : Identifikasi sekala
nyeri,identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri,ajarkan teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.(I.08238)
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ke tiga
Intoreransi aktivitas berhubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplain dan kebutuhan oksigen
(D.0056) Dengan tujuan setelah dilakukan intervensi
keperawatan 3x24 jam diharapkan kemudahan dalam
beraktivitas sehari-hari meningkat,perasaan lemah
menurun tekanan darah membaik (L.05047)
Dengan rencana keperawatan : Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,monitor pola
dan jam tidur,anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap . (I.050178)
Kasus II
a. Berdasarkan Berdasarkan diagnosa yang pertama yaitu
perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah (D.0009) Dengan tujuan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan turgor kulit membaik(5),tekanan darah
membaik.(5) ( L.02011)
Dengan rencana keperawatan : TTV, Periksa sirkulasi
perifer Anjurkan berolahraga rutin seperti senam
hipertensi lansia. (I.02079)

50
b. Berdasarkan diagnosa yang kedua yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan gangguan fungsi metabolik (D.0078)
Dengan tujuan setelah dilakukan intervesi keperawatan
3x24 jam diharapkan keluhan nyeri menurun,meringis
menurun,takanan darah membaik.(L.08066)
Dengan rencana keperawatan : Identifikasi sekala
nyeri,identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri,ajarkan teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.(I.08238)
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ke tiga
Intoreransi aktivitas berhubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplain dan kebutuhan oksigen
(D.0056) Dengan tujuan setelah dilakukan intervensi
keperawatan 3x24 jam diharapkan kemudahan dalam
beraktivitas sehari-hari meningkat,perasaan lemah
menurun tekanan darah membaik (L.05047)
Dengan rencana keperawatan : Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,monitor pola
dan jam tidur,anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap . (I.050178)
5. Implementasi Keperawatan
Kasus I :
a. Diagnosa keperawatan 1 : perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (D.0009)
1) Hari pertama : implementasi dilakukan pada hari
selasa tanggal 12 april 2022 pukul 13.00 WIB yaitu :
a) Monitor TTV didapatkan hasil sebelum diberikan
terapi tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 85x/
menit, respirasi 20x/menit dan suhu 36,5’C. dan
setelah dilakukan terapi senam hipertensi lansia
didapatkan hasil tekanan darah 130/80 mmHg,

51
nadi 82x/menit, respirasi 18x/menit dan suhu
36,5’C.
b) Memeriksa sirkulasi perifer
c) Memperikan terapi nonfarmakologis melakukan
senam hipertensi lansia selama 20 menit.
2) Hari kedua : implementasi dilakukan pada hari jumaat
tanggal 16 april 2022 pukul 10.00 WIB yaitu :
a) Monitor TTV didapatkan hasil sebelum diberikan
terapi tekanan darah 150/90 mmHg, nadi
87x/menit, respirasi 18x/menit dan suhu 36,3 ‘C.
dan setelah dilakukan terapi senam hipertensi
lansia didapatkan hasil tekanan darah 140/80
mmHg, nadi 85x/menit,respirasi 16x/menit dan
suhu 36,3’C.
b) Memeriksa sirkulasi perifer
c) Melakukan terapi nonfarmakologis melakukan
senam hipertensi lansia dengan durasi 20 menit.
3) Hari ketiga : implementasi dilakukan pada hari sabtu
tanggal 17 April 2022 pukul 10.00 WIB yaitu :
a) Memonitor TTV didapatkan hasil tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 80x/menit , respirasi
20x/menit dan suhu 36,3’C dan setelah dilakukan
terapi senam hipertensi lansia didapatkan hasil
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
82x/menit,respirasi 19x/menit dan suhu 36,3’C.
b) Memeriksa sirkulasi perifer
c) Melakukan terapi nonfarmakologis melakukan
senam hipertensi lansia dengan durasi 20 menit.
b. Diagnosa keperawatan 2 : Nyeri kronis berdubungan
dengan ganguan fungsi metabolik (D.0078)

52
1) Hari pertama : implementasi dilakukan pada hari
selasa 12 april 2022 pada pukul 13.20 WIB.
a) mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingakan nyeri
b) mengidentifikasi skala nyeri didapatkan pada
partisipan mengatakan skala nyeri 5 dari 10
c) Melakukan teknik nonfarmakologis dengan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
2) Hari ke dua dilakulan pada hari jumat 16 april 2022
pada pukul 10.15 WIB
a) mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
b) mengidentifikasi skala nyeri. Didapatkan hasil dari
partisipan menyebutkan sekala nyeri 2 dari 10
c) melakukan teknik nonfarmakologi dengan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam
3) Hari ke tiga dilakukan pada hari sabtu 17 april 2022
pada pukul 10.20 WIB
a) Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
b) Mengidentifikasi skala nyeri. Didapatkan hasil dari
partisipan menyebutkan skala nyeri 1 dari 10
c) Melakukan teknik nonfarmakologis dengan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
c. Diagnosa keperawatan ke 3 :Intoreransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplain
dan kebutuhan oksigen (D.0056)
1) Hari pertama dilakukan pada hari selasa 12 april 2022
pada pukul 13.30 WIB
a) Mengidentifikasi ganguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan.

53
b) Memonitor pola dan jam tidur pada partisipan
c) Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
2) Hari kedua dilakukan pada hari jumaat 16 april 2022
pukul 10.30 WIB
a) Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
b) Memonitor pola jam tidur pada partisipan
c) Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Hari ke tiga dilakukan pada hari sabtu tanggal 17 april
2022 pukul 10.30 WIB
a) Mengidetifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
b) Memonitor pola jam tidur pada partisipan
c) Menganjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
Kasus II :

a. Diagnosa keperawatan 1 : perfusi perifer tidak


efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah (D.0009)
1) Hari pertama dilakukan pada hari Rabu tanggal
13 April 2022 pada pukul 10.00 WIB
a) Memonitor TTV didapatkan hasil sebelum
diberikan terapi tekanan darah 150/90
mmHg, nadi 87x/menit, respirasi 18x/menit
dan suhu 36,3’C. setelah dilakukan terapi
didapatkan hasil tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 83x/menit, respirasi 16x/menit
dan suhu 36,3’C.
b) Memeriksa sirkulasi perifer

54
c) Memberikan terapi nonfarmakologi
melakukan senam hipetensi lansia selama
20 menit
2) Hari ke dua dilakukan pada hari jum’at tanggal
16 april 2022 pada pukul 10.00 WIB
a) Memonitor TTV didapatkan hasil sebelum
melakukan terapi tekanan darah partisipan
150/100 mmHg, nadi 79x/menit, respirasi
20x/menit dan suhu 36,5’C. setelah
dilakukan terapi senam hipertensi lansia
didapatkan gasil tekanan darah 140/90
mmHg,nadi 80x/menit, respirasi 18x/menit
dan suhu 36,5’C.
b) Memeriksa sirkulasi perifer
c) Memberikan terapi nonfarmakologis
melakukan senam hipertensi lansia selama
20 menit.
3) Hari ketiga dilakukan pada hari jumaat 16 april
2022 pada pukul 11.00 WIB
a) Memonitor TTV didapatkan hasil sebelum
melakukan terapi tekan darah140/90
mmHg, nadi 85x/menit, respirasi
19x/menit, dan suhu 36,3’C. setelah
dilakukan terapi senam hipertensi lansia
didapatkan hasil tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 85x/menit, respirasi 18x/menit
dan suhu 36,5’C.
b) Memeriksa sirkulasi perifer
c) Memberikan terapi nonfarmakologis
melakukan senam hipertensi lansiaselama
20menit.

55
b. Diagnosa keperawatan 2 : Nyeri kronis
berhubungsn dengan ganguan fungsi metabolik
(D.0078)
1) Hari pertama dilakukan pada hari rabu tanggal
13 april 2022 pukul 10.00 WIB
a) Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
b) Mengidentifikasi skala nyeri. Didapatkan
hasil dari partisipan menyebutkan skala
nyeri 6 dari 10
c) Melakukan teknik nonfarmakologis dengan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
2) Hari kedua dilakukan pada hari april 2022
pada pukul 10.40 WIB
a) Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
b) Mengidentifikasi skla nyeri. Didapatkan
hasil dari partisipan menyebutkan skala
nyeri 4 dari 10
c) Melakukan teknik nonfarmakologis dengan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
3) Hari ketiga dilakukan pada hari sabtu tanggal
17 april 2022 pada pukul 10.45 WIB
a) Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
b) Mengidentifikasi skala nyeri. Didapatkan
hasil dari partisipan menyebutkan skala
nyeri 2 dari 10
c) Melakukan teknik nonfarmakologis dengan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam.

56
c. Diagnosa keperawatan 3: Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplain dan kebuuhan oksigen. (D.0056)
1) Hari pertama dilakukan pada hari rabu tanggal
13 april 2022 pada pukul 11.20 WIB
a) Mengidetifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
b) Memonitor pola jam tidur pada partisipan
c) Menganjurkan melakukan aktifitas secara
bertahap
2) Hari kedua dilakukan pada hari jumat tanggal
16 april 2022 pada pukul 12.30 WIB
a) Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
b) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
c) Anjurkan tirah baring
3) Hari ketiga dilakukan pada hari sabtu tanggal
17 april 2022 pukul 11.00 WIB
a) Memonitor kelelahan fisik dan emosional
b) Memberikan aktivitas ditraksi yang
menenangkan dengan teknik relaksasi nafas
dalam
c) Menganjurkan tirah baring.
6. Evaluasi Keperawatan
Kasus I
1) Diagnosa keperawatan 1 : Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (D.0009)
a. Hari pertama
Evaluasi dilakukan pada tanggal 12 april 2022pukul
13.00 WIB, berdasarkan dari data subjektif partisipan
mengatakan lebih nyaman setelah diberikan terapi

57
senam hipertensi lansia. Perfusi perifer menurun
dengan kriteria hasil tekanan darah pada partisipan
menurun sebelum melakukan terapi 150/90 mmHg,
dan setelah melakukan terapi senam hipertensi lansia
terdapat hasil tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
Berdasarkn analisa data pada kriteria hasil tekanan
darah skor 3 ( sedang ) dari target 4( cukup membaik)
warna kuli skor 2 (cukup meningkat ) dari skor
( 4(cukup membaik) Masalah belum teratasi. Planning
pada evaluasi lanjutan terapi senam hipertensi lansia.

b. Hari kedua
Evaluasi dilakukan pada hari rabu pada tanggal 13
april 2022 pada jam 10.00 WIB. Dengan data subjektif
partisipan mengatakan lebih nyaman setelah diberikan
terapi senam hipertensi lansia, Perfusi perifer menurun
dengan kriteria tekanan darah pada partisipan menurun
hasil awal sebelum melakukan terapi senam hipertensi
140/90 mmHg, dan setelah dilakukan terapi tekanan
darah menjadi 130/90 mmHg. Skor 3(sedang) dari
target 4 (cukup membaik) warna kulit skor 3( sedang)
dari target 4 (cukup membaik) Masalah belum teratasi.
Planing pada evaluasi dilanjutkan terapi senam
hipertensi lansia dihari ke 3.

c. Hari ketiga
Evaluasi dilakukan pada hari sabtu tanggal 17 april
2022 jam 10.00 WIB. Dengan data subjektif partisipan
mengatakan terasa lebih nyaman setelah dilakukan
terapi seman hipertensi lansia. Perfusi perifer menurun
dengan kriteria tekanan partisipan menurun hasil awal
sebelum melakukan terapi senam hipertensi 130/90

58
mmHg,dan setelah dilakukan trapi tekanan darah
partisipan 120/80 mmHg. Tekanan darah Skor 4
(cukup membaik) dari target 4 (cukup
membaik).warna kulit skor 4(cukum membaik) dari
target 4 cukup membaik) Masalah teratasi. Evaluasi
dianjurkan terapi senam hipertensi lansia dirumah.
2) Diagnosa keperawatan 2 : Nyeri kronis berhubungan
dengan gangguan fungsi metabolik (D.0078)
a. Hari pertama
Evaluasi dilakukan pada selasa tanggal 12 april 2022
jam 13.20 WIB, berdasarkan data subjektif partisipan
mengatakan nyeri pada bagian kepala seperti tertekan
benda berat dengan sekala nyeri 5 dari 10, partisipan
mengatakan nyeri berkurang ketika melakukan terapi
teknik relaksasi nafas dalam. Dengan data objektif
didapatkan partisipan keluhan nyeri cukup menurun
skor 2 (cukup meingkat) dari target 4 (cukup
membaik),meringis dan gelisah skor 2 (cukup
meningkat) dari target 4 ( cukup menurun) Masalah
belum teratasi planing evaluasi dilanjutkan intervensi
selanjutnya
b. Hari kedua
Evaluasi dilakukan pada rabu tanngal 13 april 2022
jam 10.20 WIB, berdasarkan data subjektif partisipan
mengatakan nyeri pada bagian kepala terasa tertimpa
benda berat dengan sekala nyeri 4 dari 10, partisipan
mengatakan nyeri berkurang setelah diberikan terapi
teknik reaksasi nafas dalam dengan data objektif
didapatkan keluhan nyeri pada partisipan menurun
dengan skor 3 ( sedang) dari target 4 ( cukup
membaik) meringis dan gelisah skor 3 ( sedang) dari

59
target 4 (cukup menurun), masalah belum teratasi
planing evaluasi dilanjutkan intervensi selanjutnya
c. Hari ketiga
Evaluasi dilakukan pada hari sabtu tanggal 17 april
2022 jam 10.20 WIB, berdasarkan data subjektif
partisipan mengatakan nyeri kepala seperti tertimpa
benda berat dengan skala nyeri 3 dari 10, partisipan
mengatakan nyeri berkurang setelah dilakukan terapi
teknik relaksasi nafas dalam dengan data objektif
didapatkan keluhan nyeri pada partisipan menurun.
Dengan skor 4 (cukup membaik) darii target 4 ( cukup
membaik) meringis dan gelisahskor 4 (cukup
menurun) dari skor 4 (cukup menurun) Masalah
teratasi planning evaluasi dihentikan.
3) Diagnosa keperawatan ke 3: Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplain
dan kebuuhan oksigen. (D.0056)
a. Hari pertama
Evaluasi dilakukan pada hari selasa tanggal 12 april
2022 jam 13.30 WIB, didapatkan data subjektif
partisipan mengatakan mudah merasa lelah setelah
berjalan kaki selama 5 menit. Dengan didapatkan data
objektif partisipan tampak lelah dengan skor 2 ( cukup
meningkat ) dari target 4 (cukup menurun) kemudahan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari skor 2 (cukup
menurun) dari target 4 ( cukup meningkat) Masalah
belum teratasi. Planning evaluasi dilanjutkan.
b. Hari kedua
Evaluasi dilakukan pada hari rabu tanggal 13 april
2022 jam 13.30 WIB, didapatkan data subjektif
partisipan mengatakan mudah merasa lelah setelah

60
berjalan kaki selama 5 menit. Dengan didapatkan data
objektif partisipan tampak lelah skor 3 ( sedang ) dari
target 4 ( cukup menurun) melakukan aktivitas sehari-
hari skor 3 ( sedang) dari target 4 ( cukup meningkat )
Planning evaluasi dilanjutkan
c. Hari ketiga
Evaluasi dilakukan pada hari sabtu 17 april 2022 jam
10.30 WIB, didapatkan data subjektif partisipan
mengatakan lelah sudah berkurang. Dengan
didapatkan data objektif partisipan keluhan eleah skor
4 ( cukup meningkat ) dari target 4 ( cukup
meningkat). Kemudahan alam melakukan aktivitas
sehari-hari skor 4 ( cukup meningkat ) dari target 4
( cukup meningkat )Masalah teratasi. Planning
evaluasi dihentikan.
Kasus II
1) Diagnosa keperawatan 1 : Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (D.0009)
a. Hari pertama
Evaluasi dilakukan pada tanggal 12 april 2022pukul
14.00 WIB, berdasarkan dari data subjektif partisipan
mengatakan lebih nyaman setelah diberikan terapi
senam hipertensi lansia. Perfusi perifer menurun
dengan kriteria hasil tekanan darah pada partisipan
menurun sebelum melakukan terapi 150/90 mmHg,
dan setelah melakukan terapi senam hipertensi lansia
terdapat hasil tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
Berdasarkn analisa data pada kriteria hasil tekanan
darah skor 3 ( sedang ) dari target 4( cukup membaik)
warna kuli skor 2 (cukup meningkat ) dari target 4

61
(cukup membaik). Masalah belum teratasi. Planning
pada evaluasi lanjutan terapi senam hipertensi lansia.
b. Hari kedua
Evaluasi dilakukan pada hari rabu pada tanggal 13
april 2022 pada jam 11.00 WIB. Dengan data subjektif
partisipan mengatakan lebih nyaman setelah diberikan
terapi senam hipertensi lansia, Perfusi perifer menurun
dengan kriteria tekanan darah pada partisipan menurun
hasil awal sebelum melakukan terapi senam hipertensi
140/90 mmHg, dan setelah dilakukan terapi tekanan
darah menjadi 130/85 mmHg. Skor 3(sedang) dari
target 4 (cukup membaik) warna kulit skor 3( sedang)
dari target 4 (cukup membaik). Masalah belum
teratasi. Planing pada evaluasi dilanjutkan terapi
senam hipertensi lansia dihari ke 3.
c. Hari ketiga
Evaluasi dilakukan pada hari sabtu tanggal 17 april
2022 jam 10.00 WIB. Dengan data subjektif partisipan
mengatakan terasa lebih nyaman setelah dilakukan
terapi seman hipertensi lansia. Perfusi perifer menurun
dengan kriteria tekanan partisipan menurun hasil awal
sebelum melakukan terapi senam hipertensi 140/90
mmHg,dan setelah dilakukan trapi tekanan darah
partisipan 130/80 mmHg. Tekanan darah Skor 4
(cukup membaik) dari target 4 (cukup
membaik).warna kulit skor 4(cukum membaik) dari
target 4 cukup membaik) Masalah teratasi. Evaluasi
dianjurkan terapi senam hipertensi lansia dirumah.

62
2) Diagnosa keperawatan 2 : Nyeri kronis berhubungan
dengan gangguan fungsi metabolik (D.0078)

a. Hari pertama
Evaluasi dilakukan pada selasa tanggal 12 april 2022
jam 13.20 WIB, berdasarkan data subjektif partisipan
mengatakan nyeri pada bagian kepala seperti tertekan
benda berat dengan sekala nyeri 5 dari 10, partisipan
mengatakan nyeri berkurang ketika melakukan terapi
teknik relaksasi nafas dalam. Dengan data objektif
didapatkan partisipan keluhan nyeri cukup menurun
skor 2 (cukup meingkat) dari target 4 (cukup
membaik),meringis dan gelisah skor 2 (cukup
meningkat) dari target 4 ( cukup menurun). Masalah
belum teratasi planing evaluasi dilanjutkan intervensi
selanjutnya
b. Hari kedua
Evaluasi dilakukan pada rabu tanngal 13 april 2022
jam 10.20 WIB, berdasarkan data subjektif partisipan
mengatakan nyeri pada bagian kepala terasa tertimpa
benda berat dengan sekala nyeri 4 dari 10, partisipan
mengatakan nyeri berkurang setelah diberikan terapi
teknik reaksasi nafas dalam dengan data objektif
didapatkan keluhan nyeri pada partisipan menurun
dengan skor 3 ( sedang) dari target 4 ( cukup
membaik) meringis dan gelisah skor 3 ( sedang) dari
target 4 (cukup menurun),, masalah belum teratasi
planing evaluasi dilanjutkan intervensi selanjutnya

63
c. Hari ketiga
Evaluasi dilakukan pada hari sabtu tanggal 17 april
2022 jam 10.20 WIB, berdasarkan data subjektif
partisipan mengatakan nyeri kepala seperti tertimpa
benda berat dengan skala nyeri 3 dari 10, partisipan
mengatakan nyeri berkurang setelah dilakukan terapi
teknik relaksasi nafas dalam dengan data objektif
didapatkan keluhan nyeri pada partisipan menurun.
Dengan skor 4 (cukup membaik) darii target 4 ( cukup
membaik) meringis dan gelisahskor 4 (cukup
menurun) dari skor 4 (cukup menurun) Masalah
teratasi planning evaluasi dihentikan
3) Diagnosa keperawatan ke 3: Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplain
dan kebuuhan oksigen. (D.0056)
a. Hari pertama
Evaluasi dilakukan pada hari selasa tanggal 12 april
2022 jam 13.30 WIB, didapatkan data subjektif
partisipan mengatakan mudah merasa lelah setelah
berjalan kaki selama 5 menit. Dengan didapatkan data
objektif partisipan tampak lelah dengan skor 2 ( cukup
meningkat ) dari target 4 (cukup menurun) kemudahan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari skor 2 (cukup
menurun) dari target 4 ( cukup meningkat). Evaluasi
belum teratasi planing dilanjukan.
b. Hari kedua
Evaluasi dilakukan pada hari rabu tanggal 13 april
2022 jam 13.30 WIB, didapatkan data subjektif
partisipan mengatakan mudah merasa lelah setelah
berjalan kaki selama 5 menit. Dengan didapatkan data
objektif partisipan tampak lelah skor 3 ( sedang ) dari

64
target 4 ( cukup menurun) melakukan aktivitas sehari-
hari skor 3 ( sedang) dari target 4 ( cukup meningkat )
Planning evaluasi dilanjutkan

c. Hari ketiga

Evaluasi dilakukan pada hari sabtu 17 april 2022 jam


10.30 WIB, didapatkan data subjektif partisipan
mengatakan lelah sudah berkurang. Dengan
didapatkan data objektif partisipan keluhan eleah skor
4 ( cukup meningkat ) dari target 4 ( cukup
meningkat). Kemudahan alam melakukan aktivitas
sehari-hari skor 4 ( cukup meningkat ) dari target 4
( cukup meningkat )Masalah teratasi. Planning
evaluasi dihentikan.
7. Aplikasi Tindaan utama
Kasus I
Pada tanggal 12,16 dan 17 april 2022 dilakukan intervensi
pada prtisipan pertama dengan melakukan senam hipertensi
lansia. Pada hari pertama, diapatkan data partisipan
mempunyai keluhan nyeri kepala seperti tertimpa benda
beratdidapatkan hasil tekanan darah 140/90 mmHg, nadi
85x/menit, respirasi 20x/menit dan suhu 36.5’C kemudian
diberikan terapi senam hipertensi lansia selama 20 menit
terapi senam hipertensi lansia dilakukan di rumah
partisipan,dengan suasana tenang dan posisi partisipan berdiri,
setelah dilakukan terapi didapatkan hasil tekaan darah 130/90
mmHg, nadi 82x/menit ,respirai 18x/menit dan suhu 365’C.
Dilanjutkan pada hari kedua dari hasil pengkajian
didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 87x/menit ,
dan suu 36,3 ‘C kemudian diberikan terapi senaam hipertni
lansia dengan durasi 20 menit . terapi senam hipertensi lansia

65
dilakukan di halaman rumah partisipan, dengan suasana
tenang setelah dilakukan terapi senam hipertensi lansia
didapatkan hasil 140/90 mmHg, nadi 85x/menit, respirasi
16x/menit dan suhu 36’3C.
Dilanjutkan pada hari ketiga, hasil pengkajian tanda-tanda
vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, nadi
80x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,3’C kemudian
diberikan terapi senam hipertensi lansia dengan durasi 20
menit. Terapi senam lansia dilakukan di halaman rumah
partisipan, dengan suasana tenang. Setelah dilakukan terapi
tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 82x/menit, respirasi
19x/menit, suhu 36,3 C. Selah dilakukan senam hipertensi
lansia ada penurunan dihari pertama tekanan darah partisipan
140/90 mmHg, dan dihari terkhir didapatkan hasil tekanan
darah 120/80 mmHg, terjadi penurunan sistolik sebesar 20
mmHg dan diastolik sebesar 10 mmHg.
Kasus II

Pada tanggal 13,16 dan 17 april 2022 dilakukan intervensi


pada prtisipan pertama dengan melakukan senam hipertensi
lansia. Pada hari pertama, diapatkan data partisipan
mempunyai keluhan nyeri kepala seperti tertimpa benda
beratdidapatkan hasil tekanan darah 150/90 mmHg, nadi
87x/menit, respirasi 18x/menit dan suhu 36.3’C kemudian
diberikan terapi senam hipertensi lansia selama 20 menit
terapi senam hipertensi lansia dilakukan di rumah
partisipan,dengan suasana tenang dan posisi partisipan berdiri,
setelah dilakukan terapi didapatkan hasil tekaan darah 130/90
mmHg, nadi 82x/menit ,respirai 16x/menit dan suhu 36,3’C.
Dilanjutkan pada hari kedua dari hasil pengkajian
didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 79x/menit ,

66
dan suu 36,5 ‘C kemudian diberikan terapi senaam hipertni
lansia dengan durasi 20 menit . terapi senam hipertensi lansia
dilakukan di halaman rumah partisipan, dengan suasana
tenang setelah dilakukan terapi senam hipertensi lansia
didapatkan hasil 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi
18x/menit dan suhu 36’5C.
Dilanjutkan pada hari ketiga, hasil pengkajian tanda-tanda
vital didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi
85x/menit, respirasi 19x/menit, suhu 36,5’C kemudian
diberikan terapi senam hipertensi lansia dengan durasi 20
menit. Terapi senam lansia dilakukan di halaman rumah
partisipan, dengan suasana tenang. Setelah dilakukan terapi
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 85x/menit, respirasi
18x/menit, suhu 36,5 C. selah dilakukan senam hipertensi
lansia ada penurunan dihari pertama tekanan darah partisipan
130/90 mmHg, dan dihari terkhir didapatkan hasil tekanan
darah 120/80 mmHg, terjadi penurunan sistolik sebesar 30
mmHg dan diastolik sebesar 10 mmHg.
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses penumpulan data yang sistematis dari berbagai sumbe
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. pada
lasia akan mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun
mental,kususnya kemunduran berbagai fungsi dan kemampuan yang
pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses
penuaan normal,seperti rambutyang mulai memutih, kerut-kerut
penuaan diwajah berkurangnya ketajaman pancra indra,serta
kemunduran daya tahan tubuh.
Pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada partisipan lansia
dengan hipertensi mengeluh nyeri kpala seperti tertimpa benda berat

67
dengan hasil pemeriksaan tekanan darah yaitu 140/90 mmHg,yang
termasuk kedalam kategori hipertensi grade 1. Sedangkan pada
partisipan kedua pun sama mengeluh nyeri kepala dengan hasil
pemeriksaan tekanan darah yaitu 150/90 mmHg yang termasuk
kedalam kategori hipertensi grade 1.
Hipertensi merupakan keadaan umum dimana suplai aliran darah
pada dinding arteri lebih besar sehingga dapat menyebabkan beberapa
masalah kesehatan, seperti jantung. Hipertensi pada tahun pertama
sangat jarang dijumpai dengan symptom, hal ini baru disadari apabila
terjadi dalam jangka waktu yang panjang dan terus menerus.
Peningkatan hipertensi secara tidak terkontrol akan menyebabkan
masalah hati dan jantung yang cukup serius.
Dari uraian diatas, peneliti menyimpukan bahwa tidak terdapat
kesenjangan anara teori dengan kasus 1 dan kasus 2.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon partisipan terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial.(11)
Berikut terdapat tiga diagnosa yang muncul pada hipertesi lansia
yaitu perpusi perifer tidak efektif b.dpeningkatan tekanan darah
(D.0009), Nyeri kronis b.d gangguan fungsi metabolik (D.0078),
Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplain dan
kebutuhan oksigen (D.0056).
Dari diagnosa keperawatan pada kasus 1 dan kasus II yang
diangkat menjadi diagnosa keperawatan utama untuk dilakukan
intervensi yaitu perpusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan
darah (D.0009). ditandai dengan meningkatnya tekanan darah kedua
partisipan degan hasil termask dala kategoei grade 1.
Diagnosa ini diangkat peneliti karena tekanan darah sangat
berpengaruh pada status kesehatan lansia. Semakin tinggi tekanan
darah, maka semakin tinggi risiko kerusakan pada jantung dan

68
pembuluh darah pada organ besar seperti otak dan ginjal, selain itu
akan menimbulkan komplikasi lain seperti gagal ginjal dan diabetes
melitus. Maka dari itu perlu diupayakan untuk mengendalikan tekanan
darah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
tekanan darah adalah terapi senam lansia. Mekanisme senam
merupakan suatu aktivitas fisik yang terutama bermanfaat untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung,
penurunan tekanan darah, otot dan sendi.
Terdapat kesesuaian antara teori dan diagnosa keperawatan yang
muncul pada kedua kasus tersebut.

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang termasuk
dibuat untuk membantu individu (partisipan) dalam beralih dari tingkat
kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang
diharapkan.(12)
Pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan
darah (D.0009) yang dialami oleh partisipan pertama dan kedua,
peneliti menyusun intervensi atau perencanaan monitor TTV,
Anjurkan berolahraga rutin (senam lansia). Senam lansia merupakan
suatu aktivitas fisik yang terutama bermanfaat untuk meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, penurunan
tekanan darah, otot dan sendi. Senam lansia dapat menurunkan tekanan
darah serta mengurangi resiko penumpukan lemak pada dinding
pembuluh darah sehingga akan menjaga elastisitasnya.
Intervensi kasus I dan kasus II berdasarkan hasil dari pengkajian
dan diagnosa yang diangkat. Tidak ada kesenjangan antara hasil dan
teori.

69
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu partisipan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan.Tindakan mencakup tindakan mandiri dan
tindakan kolaborasi.(12)
Pada kasus I dan kasus II diagnosa yaitu (D.0009) perfusi perifer
tidak efektif berhubungan dengan hipertensi, peneliti
mengimplementasikan Tindakan yang telah dicantumkan dalam
intervensi. yaitu mengjarkan senam hipertensi lansia dan mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam.
Tidak ada kesenjangan dalam implementasi keperawatan antara teori
dan hasil pada kasus I dan kasus II.

5. Evaluasi keperawatan
Laporan tertulis tentang hasil (kemajuan pasien terhadap tujuan),
format dibuat agar dapat menghemat waktu dan memberikan
kesempatan penilaian cepat tentang kondisi pasien terkini, catatan
perkembangan dibuat secara beruntun dari waktu ke waktu mengikuti
kemajuan partisipan.(11)
Evaluasi sumatif dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP, sebagai berikut :
S : Respon subjektif pasien terhadap indakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap indakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah
baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.

70
P : Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.
Tidak ada kesenjangan dalam evaluasi keperawatan karena kasus I
dan kasus II sesuai dengan teori. Evaluasi keperawatan pada kasus I
dan kasus II juga menggunakan pendekatan SOAP.
6. Analisis PICOT

Tabel 4.1 Analisa PICOT

Unsur Hasil

Pasien/problem Kasus I
Partisipan bernama Ny. E berusia 63
tahun dengan hipertensi grade 1
dengan tekanan darah 140/90
mmHg, disetai keluhan partisipan
mengatakan pusing sepeti tertimpa
benda berat di kepalanya dan nyeri
leher

Kasus II
Partisipan bernama Ny. Y berusia 60
tahun dengan hipertensi grade 1
dengan tekanan darah 150/90
mmHg, disertai keluhan partisipan
mengatakan pusing dan nyeri kepala
seperti tertusuk-tusuk.

Intervensi Intervensi yang diberikan pada kasus


I dan kasus II yaitu Aplikasi senam

71
hipertensi lansia

Comparison Untuk pemberian tindakan pada


kasus I dan kasus II, yaitu dilakukan
tindakan senam hipertensi lansia
sebanyak 3 kali dalam 1 minggu
dengan intensitas waktu 20-60
menit. Kasus I dilakukan pada
tanggal 12, 13, dan 17 April 2022.
Kasus II dilakukan pada tanggal 12,
15,17 April 2022. Bandingkan
penurunan kasus 1 dan kasus 2

Outcome Terdapat kesamaan dalam kasus I


dan kasus II yaitu terjadi penurunan
tekanan darah, Setelah dilakukan
senam hipertensi 3 hari dalam
seminngu terdapat pengaruh
penurunan tekanan darah dengan
rincian partisipan 1 mengalami
penurunan sistole 20 mmHg diastole
10 mmHg (sebelum intervensi
140/90 mmHg setelah intervensi
120/80 mmHg) dan partisipan 2
mengalami penurunan sistole 20
mmHg diastole 10 mmHg (sebelum
intervensi 150/90 mmHg setelah
intervensi 130/80 mmHg).

Time and Teori Kasus I


Pada hari pertama hingga hari ketiga
dilakukan tindakan terapi senam
hipertensi lansia terdapat perubahan

72
tekanan darah sistolik dan diastolik
secara bertahap dari 140/90 mmHg
menjadi 120/80 mmHg. Untuk
sistolik turun 20,dan untuk diastolik
turun menjadi 10.
Kasus II
Pada hari pertama hingga hari ketiga
dilakukan tindakan terapi senam
lansia terdapat perubahan tekanan
darah sistolik dan diastolik secara
bertahap dari 150/90 mmHg menjadi
130/80 mmHg. Untuk sistolik turun
30 dan diastolik turun menjadi 10.

Teori :
Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh wahyuningih safitri
dan hutari puji yang berjudul
“pengaruh senam hipertensi terhadap
penurunan tekanan darah “
menyatakan bahwa setelah dilakukan
trapi senam hipertensi lansia teknan
darah partisipan mengalami
penurunan tekanan darah sitolik
mencapai 10 mmHg, dan tekanan
diastolik mencapai 8 mmHg (15)

Menurut hasil penelitian yang


dilakukan oleh Totok hermawan dan
fahrun nur rosyid yang berjudul “
pengaruh senam hipertensi lansia

73
terhadap penurunan tekanan darah
lansia dengan hipertensi.”
menyatakan bahwa setelah dilakukan
terapi senam hipertensi
lansiatekanan darah partisipan
mengalami penurunan sistolik 17
mmHg, dan diastolik 8 mmHg(5)

Dengan adanya latihan fisik atau


senam hipertensi lansia yang terarur
dan terus menerus maka katup-katup
jantung yang tadinya menglami
sklerosis dan penebalan berangsur
kembalipada kondisi dasar atau
normal,miokard tidak terjadi
kekakuan lagi,adanya kontraksi otot
jantung, isi secukup dan curah
jantung tidak lagi menglami
peingkatan, hal ini akan
mengakibatkan tekanan darah tidak
lagi menigkat atau mengalami
penurunan tekanan darah .(15)

74
75
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian,diagnosa,intervensi,implementasi,evaluasi keperawatan dan
menerapkan aplikasi senam hipertensi lansia terhadap tekanan darah
diwilayah kerja puskesmas cikondang.
1. Pengkajian
Hasil pengkajian keluhan utama dirasakan partisipan yaitu Hipertensi
grade 1 dan tekanan darah awal pada partisipan I 140/90 mmHg dan
untuk partisipan II dengan tekanan darah awal 150/90 mmHg.
Partisipan mengatakan sakit kepela seperti di tusuk tusuk dan sepetri
tertimpa benda berat.
2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul salah satunya yaitu
perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah (D.0009)
3. Intervensi keperawatan
Adapun intervensi yang dapat direncanakan untuk menatasi diagnosa
perfusi perifer tidak efektif yaitu dengan melakukan terapi senam
hipertensi lansia, Monitor TTV, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
untuk mengurngi nyeri.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan untuk diagnosa


keperawatan perfusi perifer tidak efektif yaitu melakukan terapi senam
hipertensi lansia, Monitor TTV, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
untuk mengurngi nyeri.

76
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi untuk diagnosa perfusi perifer tidak efektif didapat data
subjektif partisipan mengatakan sudah merasa rilrks,pusing
berkurang,dan sedikit perubahan tekanan darah. Nilai rata-rata perfusi
perifer tidak efektif dari 2(cukup menurun) jadi 4 (cukup membaik).
Setelah dilakukan senam hipertensi 3 hari dalam seminngu terdapat
pengaruh penurunan tekanan darah dengan rincian partisipan 1
mengalami penurunan sistole 20 mmHg diastole 10 mmHg (sebelum
intervensi 140/90 mmHg setelah intervensi 120/80 mmHg) dan
partisipan 2 mengalami penurunan sistole 20 mmHg diastole 10
mmHg (sebelum intervensi 150/90 mmHg setelah intervensi 130/80
mmHg).
6. Penerapan aplikasi senam hipertensi
Penerapan terapi senam hipertensi pada kasus I dan kasus II sudah
dilakukan sebagai mana mestinya dengan demikian didaptkan hasil
dari pengaplikasian terapi senam hipertensi lansia terhadap tekanan
darah dari partisipan 1 dan partisipanh 2 Setelah dilakukan senam
hipertensi 3 hari dalam seminngu terdapat pengaruh penurunan
tekanan darah dengan rincian partisipan 1 mengalami penurunan
sistole 20 mmHg diastole 10 mmHg (sebelum intervensi 140/90
mmHg setelah intervensi 120/80 mmHg) dan partisipan 2 mengalami
penurunan sistole 20 mmHg diastole 10 mmHg (sebelum intervensi
150/90 mmHg setelah intervensi 130/80 mmHg).
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada partisipan
hipertensi,penulis akan memberikan usulan dan masukan positif
khususnya dibidang keperawata yaitu :
1. Bagi perawat
Diharapkan menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan intervensi
dengan mengaplikasikan terapi senam hipertensi lansia pada partisipan
hipertensi

77
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi baru bagi
institusi pendidik dalam ilmu keperawatan.
3. Bagi partisipan
Diharapkan dengan melakukan tindakan terapi senam hipertensi lansia
dapat bermanfaat nam menambah informasi pada partisipan.

78
DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah. Efektifitas senam lansia terhadap penurunan tekanan darah.


AkperyarsismdE-JournalId. 2021;3(1):23–32.
2. Kemenkes Ri. lanjut usia. kemenkes ri; 2019. p. 34.
3. Dinas kesehatan jawabarat. Jumlah kasus hipertensi. jawabarat: dinas
kesehatan jawabarat; 2016. p. 7.
4. Suprayitno E, Huzaimah N. Pendampingan Lansia Dalam Pencegahan
Komplikasi Hipertensi. SELAPARANG J Pengabdi Masy Berkemajuan.
2020;4(1):518.
5. Sumartini NP, Zulkifli Z, Adhitya MAP. Pengaruh Senam Hipertensi
Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019. J
Keperawatan Terpadu (Integrated Nurs Journal). 2019;1(2):47.
6. HARTATI SHSRI. Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Posbindu Pesona Talang
Jawa …. 2021; Available from:
http://rama.binahusada.ac.id:81/id/eprint/518/1/sri hartati 03.pdf
7. Nina Putri C N, Meriyani I. Gambaran Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kademangan Kabupaten Cianjur.
J Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nurs Journal).
2020;6(1):64–9.
8. Mahyudin R. Laporan Pendahuluan Hipertensi Pada Lansia. Academia.
2016. p. 6.
9. Nurhidayat. Laporan Pendahuluan Hipertensi. Academia. 2015.
10. Nurarif. Askep lansia pada hipertensi. 2013.
11. Mulyanti Y. Dokumentasi Keperawatan. 2017. 53 p.
12. Setiadi. Konsep Dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Graha Ilmu; 2012.
13. Dede rina, nita fitri H. literatur penurunan tekanan darah pada lansia.

79
kompresif Nurs J. 2021;7(1):1–89.
14. Handayani SP, Sari RP. Manfaat senam lansia terhadap kualitas hidup.
2020;8(2):48–55.
15. Astuti HP. Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Gondangrejo. J Kesehat
Kusuma Husada. 2017;129–34.
16. Yanti L, Widya Murni A, Oktarina E. Senam Ergonomik Menurunkan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. J Ilm STIKES Kendal [Internet].
2021;11(1):1–10. Available from:
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/938
17. Sodikin widodo joko. Desain Penelitian. Econ Educ Anal J.
2014;3(2):391–8.
18. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. 2nd ed. Jakarta:
Erlangga; 2014. 67 p.
19. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta; 2015. 42 p.
20. Moleong. Metode Triangulasi. 4th ed. Bandung: Alfabeta; 2010. 1 p.
21. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 4th ed. Bandung:
Salemba Medika; 2008. 167 p.

80
LAMPIRAN

81
Lampiran 1 : Jurnal
PENGARUH SENAM HIPERTENSI
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH DI DESA BLEMBEM WILAYAH
KERJA PUSKESMAS GONDANGREJO
Wahyuningsih Safitri1), Hutari Puji Astuti2)
1
Prodi S-1 Keperawatan, STIKes Kusuma
Husada Surakarta
wahyuningsihsafitri@gmail.com
2
Prodi DIII Kebidanan, STIKes Kusuma Husada
Surakarta uthe_dwi@yahoo.co.id
ABSTRAK
Gaya hidup masyarakat yang lebih seperti makanan cepat saji, dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan termasuk hipertensi, gagal
jantung, diabetes mellitus, stroke, dan penyakit ginjal. Hipertensi
merupakan masalah kesehatan yang dialami oleh banyak orang tua.
Salah satu cara untuk mencegah komplikasi hipertensi tidak terjadi dapat
diberikan senam tindakan hipertensi. Penelitian ini berjudul pengaruh
senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di Blembem Desa
Puskesmas Gondangrejo. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di Desa
Blembem Puskesmas Gondangrejo. Metode penelitian adalah pre-
eksperimen dengan satu kelompok pre-test dan desain post-test.
Pengumpulan data dilakukan pada saat sebelum dan sesudah diberikan
intervensi senam hipertensi latihan. Sampling dengan purposive sampling
dan sampel beberapa 40 orang. Alat penelitian ini terdiri
sphygmomanometer, stetoskop dan tekanan darah lembar observasi
tekanan darah pre test dan post test. Analisis data menggunakan uji
Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada efek senam hipertensi

82
untuk pengurangan tekanan darah di Desa Blembem Puskesmas
Gondangrejo dengan nilai p 0.000. Berdasarkan hasil penelitian senam
hipertensi dapat digunakan sebagai informasi dan pertimbangan dalam
memilih intervensi untuk orang tua yang memiliki hipertensi.
Kata kunci: hipertensi, lansia, senam hipertensi

ABSTRACT
People’s lifestyles are more like fast food, can cause a variety of health
problems include hypertension, heart failure, diabetes mellitus, stroke
and kidney disease. Hypertension is a health problem experienced by
many elderly people. One way to prevent complications of hypertension
does not occur can be given action gymnastics hypertension. This study
titled gymnastics effect of hypertension on blood pressure reduction in
Blembem Village Puskesmas Gondangrejo. The purpose of the study to
determine the effect of exercise hypertension to the reduction of blood
pressure in the Village Puskesmas Blembem Gondangrejo. The research
method is pre-experiment with one group pre-test and post-test design.
Data collection is done at the time before and after the exercise
intervention hypertension. Sampling with purposive sampling and sample
some 40 people. The research tool consists sphygmomanometer,
stethoscope and blood pressure observation sheet pre test and post test.
Data analysis using Wilcoxon test. Results showed no effect of exercise
hypertension to the reduction of blood pressure in the Village Puskesmas
Blembem Gondangrejo with p value 0.000. Based on the research results
gymnastics hypertension can be used as an information and
considerations in choosing interventions for elderly people who have
hypertension.
Keywords: hypertension, elderly, hypertension gymnastics

1. PENDAHULUAN

83
Gaya hidup masyarakat sekarang lebih menyukai makanan siap saji,
dimana makanan tersebut banyak mengandung lemak, protein, tinggi garam dan
rendah serat (Muhammadun, 2010). Hal tersebut menyebabkan berbagai
masalah kesehatan antara lain hipertensi, gagal jantung, diabetes mellitus, stroke
dan penyakit ginjal. Hipertensi esensial (primer) merupakan penyakit urutan
kedua setelah infeksi saluran nafas bagian atas akut dari sepuluh besar penyakit
rawat jalan di Rumah Sakit tahun 2010 (Kemenkes RI, 2012). Hasil Riskesdas
(2013) kecenderungan prevalensi hipertensi mengalami kenaikan dari 7,6%
tahun 2007 menjadi 9,5%
pada tahun 2013.
Cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh lansia agar terhindar dari
penyakit hipertensi dengan semboyan SEHAT yaitu seimbangkan gizi, enyahkan
rokok, hindari stress, awasi tekanan darah dan teratur berolahraga. Teratur
berolahraga dapat dilakukan dengan cara latihan fisik yang sesuai dengan lansia
diantaranya berjalan-jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan rumah
dan senam hipertensi (Maryam dkk,2008).
Senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan
dan mengelola stress yang merupakan dua faktor yang mempertinggi resiko
hipertensi (Vitahealth,2004). Hasil penelitian Victor Moniaga, dkk (2013)
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pengukuran tekanan darah
sistolik subjek sebelum perlakuan dengan minggu ketiga setelah perlakuan
senam bugar lansia.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan data dari sepuluh
besar penyakit di wilayah Puskesmas Gondangrejo jumlah penderita hipertensi
pada bulan Januari sampai bulan Maret 2015 sejumlah 167 kasus atau 16% dari
jumlah kunjungan pasien rawat jalan. Hipertensi terutama diderita oleh lansia
dengan jumlah penderita hipertensi pada tahun 2014 sejumlah 591 penderita.
Berdasarkan wawancara terhadap 20 lansia yang berkunjung 11 orang
menyatakan tekanan darah meningkat karena jarang makan sayur, tidak pernah
kontrol dan tidak olahraga, 4 orang menyatakan karena
merokok dan 5 orang kontrol dan minum obat tidak teratur.

84
Berdasarkan latar belakang maka tujuan penelitian untuk mengetahui
pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di Desa
Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo.
2. PELAKSANAAN
a. Lokasi Penelitian
Desa Blembem wilayah kerja Puskesmas Gondangrejo .
b. Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia penderita hipertensi
di Desa Blem- bem wilayah kerja Puskesmas Gondangrejo sejumlah
40 orang.
Teknik sampling dengan menggunakan purposive sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang
didasarkan pada kriteria inklusi (Sugiyo- no,2010).
Kriteria inklusi:
a. Lansia yang tinggal di Desa Blembem
b. Lansia yang masih mampu melihat, mendengar dan melakukan
gerakan senam
Kriteria eksklusi:
a. Lansia yang tidak dapat mengikuti keg- iatan secara penuh
b. Lansia hipertensi dengan komplikasi
c. Lansia yang sedang dalam perawatan medis
Variabel independen dalam penelitian adalah senam hipertensi.
Senam hipertensi merupakan senam dengan gerakan yang melibatkan
sebagian besar otot tubuh dengan intensitas sedang yang ditunjukkan
untuk penderita hipertensi dan usia lanjut.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah lansia.
Tekanan darah adalah kekuatan yang di perlukan agar darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan
tubuh manusia. Skala ukur ratio.
Alat penelitian terdiri dari alat penelitian untuk variabel tekanan darah lansia
menggunakan tensimeter dan stetoskop. Selanjutnya diklasifi- kasi tekanan darah

85
sistolik dan diastolik (mmHg), kertas dan alat tulis. Setelah mengukur tekanan
darah setiap responden sebelum dan sesudah se- nam hipertensi, digunakan
lembar observasi yai- tu nomor responden, jenis kelamin, umur lansia, tekanan
darah pre test dan post test.
3. METODE PENELITIAN
Jenis dan rancangan penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan
jenis penelitian pre- eksperimen.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre-test dan
post-test design (Sugiyono,2010) untuk mengetahui perubahan tekanan
darah setelah pemberian tindakan senam hipertensi. Tahap pengumpulan
data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tahap I merupakan tahap persiapan berupa persiapan tempat penelitian,
diawali dengan
permohonan ijin ke Badan Kesbangpolin-
mas Karanganyar.
b. Tahap II peneliti memilih sampel sesuai den- gan kriteria inklusi dan
menjelaskan bahwa penelitian akan dilaksanakan selama tiga minggu,
dan responden akan diobservasi setiap dua hari sekali oleh peneliti.
Calon responden yang setuju menjadi respon- den dalam penelitian
ini diminta menanda- tangani informed consent.
c. Tahap III merupakan tahap pengambilan data mengikuti tahapan kerja
dalam proses penelitian mulai dari tahap pre tes, intervensi dan post
test.
Pengolahan data dilakukan dengan meng- gunakan komputer dengan
editing, coding, tab- ulating dan entry data. Analisis data dilakukan dengan
analisis univariat dan analisis bivariat se- hingga data lebih mudah dibaca
dan diinterpreta- sikan. Analisis univariat dilakukan menggunakan
distribusi frekuensi dan hasil statistik deskriptif yang meliputi mean,
median, standar deviasi, ni- lai minimal dan maksimal (Istijanto,2009).
Analisis bivariat adalah analisis untuk men- guji hubungan yang
signifikan antara dua vari- able (Hastono, 2007). Analisis bivariat

86
dilakukan
untuk membuktikan hipotesis penelitian yaitu mengidentifikasi pengaruh
senam hipertensi ter- hadap penurunan tekanan darah di Desa Blem- bem
Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo. Sebelum dilakukan analisa bivariat
dilakukan uji normalitas dengan Saphiro-wilk untuk mengeta- hui apakah
data berdistribusi normal atau tidak. Analisa data dengan wilcoxon
(Sugiyono, 2010).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
2. Umur
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur
USIA JUMLAH PERSENTASE
51-59 tahun (usia 29 72,5
pertengahan)
60-74 tahun ( lanjut 11 27,5
usia )
tttdTotal 44440 111100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa usia sebagian besar
responden adalah usia 51-59 tahun sebanyak 29 orang (72,5%) sedangkan
usia 60-74 tahun sebanyak 11 orang (27,5%). Lansia cenderung mengalami
peningkatan tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia. Kondisi yang
berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri- arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
Dinding, yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang
keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang
denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah
yang dalam (diastolik) (Wolff , 2008).
Peningkatan umur pada lansia akan menyebabkan peningkatan resistensi
perifer dan aktivitas simpatik serta penurunan sensitivitas pengaturan

87
tekanan darah (refleks baroreseptor) pada usia lanjut sehingga tekanan darah
cenderung meningkat (Kusmana, 2009).
3. Jenis kelamin
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin
Jenis kelamin Jumlah presentase
Laki-laki 18 45
perenpuan 22 55
Total 40 100

Berdasarkan tabel 2 jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan


yaitu sebanyak 22 responden (55%) sedangkan laki-laki sebanyak 18 responden
(45%). Menurut Cortas prevalensi terjadinya hipertensi antara pria dan wanita
sama, namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskular sebelum
menopause, karena dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting dalam pencegahan
aterosklerosis (Sylvia & Price, 2007).
Bagi wanita (terutama usia 45-55 tahun) merupakan masa pre-menopause
sehingga tekanan darah menjadi meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh mulai
hilangnya sedikit demi sedikit hormon estrogen pada wanita yang berfungsi
sebagai pelindung pembuluh darah dari kerusakan (Maryam, 2008).
B. Tekanan Darah
Tabel 3.Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Hipertensi
Nilai Sebelum mmHg Sesudah mmHg
Mean 158/90 140,88/88,75
maksimum 180/100 180/100
minimum 140/80 130/70

Berdasarkan tabel 3 tekanan darah lansia sebelum dilakukan senam


hipertensi diperoleh nilai minimum sebesar 140/80 mmHg, maksimum 180/100
mmHg dan nilai rata-rata sebesar 158/96 mmHg (hipertensi ringan), sedangkan

88
tekanan darah lansia setelah dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai
minimum sebesar 130/70 mmHg, maksimum 140/80 mmHg dan nilai rata-rata
sebesar 146,88/88,75 mmHg (hipertensi ringan).
Menurut analisa peneliti hipertensi merupakan gangguan sistem
peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai
normal. Tekanan darah 140 mmHg termasuk hipertensi ringan, dan
tekanan darah 180 mmHg termasuk hipertensi berat.
Hipertensi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain faktor
usia, riwayat hipertensi, keturunan, jenis kelamin, faktor lingkungan dan
faktor kebudayaan (Kusmana, 2009). Semakin tua umur seseorang, maka
pengaturan metabolisme zat kapurnya (kalsium) terganggu. Hal ini
menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar bersama aliran darah,
akibatnya darah menjadi padat dan tekanan darahpun meningkat (Dewi,
2010).
Hasil penelitian menunjukkan adanya penu- runan tekanan darah
setelah melakukan senam hipertensi. Olahraga dapat meningkatkan curah
jantung yang akan disertai meningkatnya distri- busi oksigen ke bagian
tubuh yang membutuh- kan, sedangkan pada bagian-bagian yang kurang
memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi, misalnya traktus
digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan berpengaruh terhadap
tekanan darah (Tristyaningsih, 2011).
Olahraga menyebabkan perubahan besar pada sistem sirkulasi dan
pernapasan dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai respon
homeostatic. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan sistolik maupun
diastolik pada orang dengan hipertensi tingkat ringan (Ridjab, 2005).
Senam aerobik dapat membantu memper- baiki profil lemak darah,
menurunkan kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigli-
serida dan menaikkan High Density Lipoprotein (HDL) serta
memperbaiki sistem hemostatis dan tekanan darah (Puji, 2007).
C. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dilakukan terlebih dahulu uji

89
normalitas yang bertujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Saphiro
Wilk karena responden kurang dari 50 orang. Taraf signifikansi (α) yang
digunakan adalah 5%. Apabila α > 0,05, maka data terdistribusi normal,
sedangkan jika α <0,05 data terdistribusi tidak normal.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Saphiro Wilk
pariabel p-value Keterangan
Tekanan darah 0,002 Tidak normal
lansia

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas


Saphiro Wilk didaptakan nilai pvalue sebesar 0,002 < 0,05 maka data

berdistribusi tidak normal.


D. Pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah
Tabel 5. Hasil Uji Beda Wilcoxon
Kelompok observasi p-vlue
Tekanan darah 0,000

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa p value adalah 0,000 sehingga


H0 ditolak artinya ada pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan

tekanan darah di Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo.


Menurut analisa peneliti adanya pengaruh senam hipertensi terhadap
tekanan darah disebabkan oleh karena senam hipertensi tersebut dapat
mencegah atau melambatkan kehilangan fungsi pada system organ dan
dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi dan
penyakit arteri koroner.
Dengan adanya latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus
menerus maka katup-katup jantung yang tadinya mengalami sklerosis dan
penebalan berangsur kembali pada kondisi dasar atau normal, miokard
tidak terjadi kekakuan lagi, adanya kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan

90
curah jantung tidak lagi mengalami peningkatan. Hal ini akan
mengakibatkan tekanan darah tidak lagi meningkat atau mengalami
penurunan tekanan darah (Maryam, 2008). Rismayanthi berpendapat
bahwa olahraga aerobik terutama bermanfaat untuk meningkatkan dan
memperta- hankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran
darah, otot-otot, dan sendi-sendi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Margiyati yang
menyatakan bahwa senam lansia dapat menurunkan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi. Olahraga yang cukup dapat menurunkan
kecemasan, stres, dan menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut akan
menstimulasi kerja sistem saraf perifer terutama parasimpatis yang
menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah akan mengakibatkan
terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastotik.
Penelitian lain menunjukkan aktifitas fisik senam bugar lansia dapat
menurunkan tekanan darah penderita hipertensi, dimana tekanan sistolik
menunjukan perbedaan yang bermakna sedangkan pada diastolik mengalami
peningkatan tapi masih dalam batas normal ( Moniaga, 2013)
Frekuensi latihan 3-5 kali seminggu dengan lama latihan 20-60 menit
sekali latihan dapat menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh darah
sehingga tekanan darah menurun. Orang yang melakukan latihan 3 kali
seminggu akan mengalami peningkatan daya tahan kardiorespirasi dan
latihan olahraga secara teratur bisa menurunkan resiko penyakit jantung
(Kusmana, 2009).
5. KESIMPULAN
a. Karakteristik responden menunjukkan umur responden sebagian besar
adalah umur 51- 59 tahun sebanyak 29 orang; jenis kelamin terbanyak
adalah perempuan sebanyak 22 orang
b. Tekanan darah lansia sebelum dilakukan se- nam hipertensi diperoleh
nilai rata-rata sebe- sar 158/96 mmHg (hipertensi ringan).
c. Tekanan darah lansia setelah dilakukan se- nam hipertensi diperoleh nilai
rata-rata sebe- sar 146,88/88,75 mmHg (hipertensi ringan).

91
d. Ada pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di
Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo den- gan p value
0,000.

REFERENSI
Adib. M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi
Jantung dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Dewi dan Familia, 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi. Jogjakarta : A+
plus Books
Hastono, P Sutanto. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Istijanto. 2009. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Junaidi, I. 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Populer.
Karyadi. 2006. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung
Koroner. Jakarta: Gramedia.
Kusmana, D. 2009. Hipertensi: Definisi, Prevalensi, Farmakoterapi dan Latihan
Fisik. Cermin Dunia Kedokteran.
Margiyati. 2010. Pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi di posyandu lansia ngudi waras, dusun
kemloko, desa bergas kidul semarang:http://eprints. undip.
ac.id/16652/diakses 9 agustus 2016.
Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Mc Gowan, M. P. 2007. Menjaga Kebugaran Jantung Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Mubarak. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2 : Teori & Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta: CV.Sagung Seto.
Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogjakarta: In Books.
Nugroho Wahyudi. 2008. Gerontik & Geriatrik. Bandung: EGC.

92
Price, A. S. & Wilson M. L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC.
Puji I, Heru S, Agus S. Pengaruh Senam aerobik. Jurnal Media Ners. Volume 1
Nomor 2. 2007, hlm 49-99.
Ridjab DA. Pengaruh Aktifitas fisik terhadap Tekanan Darah. Jurnal
Kedokteran Atmajaya, Volume 4 No. 2, 2005, hlm 73
Rismayanthi C. 2009. Pengaruh Latihan Senam Jantung Indonesia
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi.
Yogyakarta: PSIK UNY
Sanif, Edial. 2009. Hipertensi Pada Wanita. Diakses 15 Januari 2015
http:// www. jantung hipertensi. com/ hipertensi/ 78.html.
Santjaka, Aris. 2011. Statistik untuk : penelitian kesehatan. Yogyakarta
Nuha Medika
Sri Thristyaningsih, Probosuseno, Herni Astuti. Senam bugar lansia
berpengaruh terhadap daya tahan jantung paru, status gizi, dan
tekanan darah. Jurnal gizi klinik Indonesia. Juli 2011.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medikal-bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta:EGC
Victor Moniaga, dkk. 2013. Pengaruh Senam Bugar Lansia terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi di BPLU Senja Cerah Paniki
Bawah. Jurnal e- Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013,
hlm. 785-
789.
Vitahealth. 2004. Hipertensi (Informasi Lengkap untuk Keluarga dan
Penderitanya). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wolff, Hanns Peter. 2008. Hipertensi Cara Mendeteksi dan Mencegah
Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Yudik Prasetyo. 2007. Olahraga Bagi Penderita Hipertensi. Yogyakarta:
FIK UNY.

93
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

UNTUK IKUT SERTA DALAM STUDI KASUS

(INFORMED CONSENT) (scan asli yang sudah ditandatangani 2 partisipan)

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan


secara rinci dan telah mengerti mengenai studi kasus yang akan dilakukan oleh
Arfina Nur Fauziyyah Diploma 3 Keperawatan STIkes Cirebon dengan judul
“Aplikasi Senam Hipertensi Lansia Terhadap Tekanan Darah Di Wilayah
Puskesmas Cikondang’’

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada studi kasus ini secara
sukarela tanpa paksaan. Bila selama studi kasus ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun.

Cianjur,08 April 2022

Saksi Partisipan

( ) ( )

Mahasiswa

(Arfina Nur Fauziyyah)

94
Tambahkan
lampiran lembar observasi (hasil scan)
Daftar bimbingan
Biodata diri (lihat punya teman2nya)

95

Anda mungkin juga menyukai