Anda di halaman 1dari 92

STUDI KASUS : PEN ERAPA N IN TERVE NSI TE KNI K

RELA KSASI GENGGA M JARI TER HAD AP PENU RUNAN


NYERI PADA PASI EN POST OPE RASI
DI RUAN G AN GSANA RSUD PA KU HAJ I

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Pendidikan Profesi Ners

Disusun Oleh :

ELIS PUJI LESTARI


NIM: P27905121049

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TANGERANG
2022
STUDI KASUS : PEN ERAPA N IN TERVE NSI TE KNI K
RELA KSASI GENGGA M JARI TER HAD AP PENU RUNAN
NYERI PADA PASI EN POST OPE RASI
DI RUAN G AN GSANA RSUD PA KU HAJ I

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Pendidikan Profesi Ners

Disusun Oleh :

ELIS PUJI LESTARI


NIM: P27905121049

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TANGERANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

iii
LEMBAR KEASLIAN TULISAN

iv
STUDI KASUS : PENERAPAN INTERVENSI TEKNIK
RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN
NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
DI RUANG ANGSANA RSUD PAKUHAJI

Elis Puji Lestari


Parta Suhanda, S.Kp, M.Biomed, AIFM

Program Studi Profesi Ners


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten
Email : ellis.puji.lestari@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang : Nyeri pasca bedah ialah respon fisiologis yang dapat dirasakan
pasien, nyeri akut pasca apendiktomi kadang disertai dengan gejala-gejala
peningkatan seperti respirasi, tekanan darah, dan peningkatan denyut jantung.
Apendiktomi merupakan pembedahan dengan mengangkat apendiks yang
dilakukan segera untuk menurunkan resiko perforasi. Manajemen nyeri yang
dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dengan menggunakan teknik relaksasi
genggam jari. teknik relaksasi genggam jari melibatkan genggaman jari dan
pengaturan nafas. Aliran energi dipersepsikan sebagai stimulus untuk rileks, titik-
titik refleksi pada tangan akan memberikan rangsangan secara reflek/spontak pada
saat genggaman, rangsangan tersebut akan mengalihkan gelombang listrik menuju
otak yang diproses dan diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami
gangguan. Tujuan : Studi kasus ini bertujuan untuk mengevaluasi teknik relaksasi
genggam jari pada pasien kelolaan dengan teori terkait. Metodologi : Desain studi
kasus ini menggunakan asuhan keperawatan. Sampel pada studi kasus ini
menggunakan 1 pasien kelolaan. Hasil : Setelah dilakukan teknik relaksasi
genggam jari terdapat perbedaan skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi
genggam jari dan sesudah dilakukan teknik relaksasi genggam jari. Kesimpulan
: Terdapat penurunan nyeri dengan penurunan rata-rata 1-2 skala nyeri atau dari
nyeri sedang menjadi nyeri ringan.

Kata Kunci : Relaksasi Genggam Jari, Apendiktomi, Skala Nyeri, Post


Operasi

v
CASE S TUDY : A PPLICAT ION OF T HE INTER VENTI ON OF
FIN GER HAND RE LAXATI ON TEC HNI QUES T O R EDUCE
REDUC PAIN I N POST OPERA TI ON PA TIENTS
IN PA KU HAJI Hosp it al AN GSANA R OOM

Elis Puji Lestari


Parta Suhanda, S.Kp, M.Biomed, AIFM

Professional Students of the Health Ministry of Health, Banten Polytechnic


Email : ellis.puji.lestari@gmail.com

ABSTRACT
Background: Postoperative pain is a physiological response that the patient can
feel, acute post-appendectomy pain is sometimes accompanied by increased
symptoms such as respiration, blood pressure, and increased heart rate.
Appendectomy is surgery to remove the appendix which is done immediately to
reduce the risk of perforation. Pain management can be used to reduce pain by
using finger grip relaxation techniques. The finger grip relaxation technique
involves finger grip and breath control. The flow of energy is perceived as a
stimulus to relax, the reflection points on the hands will provide
reflex/spontaneous stimulation when gripping, these stimuli will divert electrical
waves to the brain which will be received and processed to the nerves in the
affected organs. Objective: This case study aims to evaluate finger grip relaxation
techniques in managed patients with related theories. Methodology: This case
study design uses nursing care. The sample in this case study uses patients under
management. Results: After the finger grip relaxation technique was carried out,
there were differences in the pain scale before the finger grip relaxation technique
was carried out and after the finger grip relaxation technique was carried out.
Conclusion : There is a decrease in pain with an average decrease of 1-2 pain
scales or from moderate pain to mild pain.

Keywords : Finger Hold Relaxation Technique, Appendictomy, Pain Scale,


and Post Operation

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT., karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah akhir dengan judul : “Studi Kasus : Penerapan Intervensi Teknik

Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post

Operasi”.

Selama proses penyusunan karya ilmiah akhir ini, penulis banyak sekali

mendapatkan bantuan, doa serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Prof. DR. Khayan, SKM, M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Banten

2. Kusniawati, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Ketua Jurusan Keperawatan

3. Siti Wasliyah, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana

Terapan Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners

4. Parta Suhanda, S.Kp., M.Biomed. AIFM., selaku pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan, masukan, serta motivasi dalam

penyusunan KIAN

5. Marlin Brigita L, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Dosen Penguji I

6. Widya Sepalanita, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp.KMB., selaku Dosen Penguji

II

7. Riahta Sembiring, S.Kep., Ners., selaku Dosen Penguji III

8. Dwi Aprilina Andriani, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku dosen pembimbing

akademik

vii
9. Seluruh Dosen Program Studi Profesi Ners beserta staf yang telah

membantu selama proses pendidikan

10. Teristimewa untuk Alm. Bapak Madin tercinta dan Ibu Nurwati, Bapak

yang saya yakin senantiasa mendoakan meski tidak lagi satu ruang, Ibu

saya yang mendukung dan memotivasi saya selama proses pendidikan

profesi Ners

11. Kakak-kakak saya yang telah mendukung dan memotivasi saya baik secara

moril dan materil, serta berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu

per satu

12. Rekan-rekan Program Studi Profesi Ners Angkatan 2021 yang banyak

memberikan bantuan, saran, dukungan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Semangat, motivasi serta masukan menjadi hal yang berharga bagi penulis

dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga ilmu dan hal baik yang telah

diberikan kepada penulis menjadi ladang amal dan pahala. Penulis berharap

semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan dipergunakan dengan baik

sebagaimana mestinya.

Tangerang, 17 Mei 2022

Elis Puji Lestari

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii
LEMBAR KEASLIAN TULISAN ..................................................................... iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................14

A. Latar Belakang ....................................................................................14


B. Rumusan Masalah ...............................................................................17
C. Tujuan Penulisan .................................................................................17
1. Tujuan Umum ..............................................................................17
2. Tujuan Khusus .............................................................................17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................18

A. Konsep Dasar Penyakit .......................................................................18


B. Konsep Nyeri ......................................................................................24
C. Konsep Dasar Teknik Relaksasi Genggam Jari ..................................35
D. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................40

BAB III METODE STUDI KASUS ...................................................................53

A. Desain Studi Kasus .............................................................................53


B. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................53
C. Luaran Pasien ......................................................................................53
D. Kriteria Pasien .....................................................................................58
E. Evidance Based Practice .....................................................................59
F. Prosedur Intervensi Keperawatan Mandiri Berdasarkan EBP ............62

ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................63

A. Hasil ....................................................................................................63
B. Pembahasan .........................................................................................72

BAB V PENUTUP................................................................................................77

A. Kesimpulan .........................................................................................77
B. Saran ....................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................79

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nursing Outcome dan Nursing 1ntervention Pada Diagnosa


Keperawatan Nyeri Akut………………………………………………….. 55

Tabel 4.1 Intervensi Maupun Evaluasi Penerapan Teknik Relaksasi Genggam


Jari…………………………………………………………….................... 69

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Nyeri Post Apendiktomi……………………………. 21

Gambar 2.2 Teknik Relaksasi Genggam Jari……………………………… 38

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Riwayat Hidup Penulis……………………………………………………….


Surat Izin Penelitian………………………………………………………….
Balasan Surat Izin Penelitian…………………………………………………
Persetujuan Menjadi Responden……………………………………………..
Lembar Konsultasi…………………………………………………………...

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Sjamsuhidayat (2010) pasca bedah ialah suatu tindakan

pengobatan yang menggunakan cara invasive dengan membuka bagian

tubuh yang akan ditangani dengan membuat sayatan dan diakhiri dengan

penutupan serta penjahitan luka. Luka tersebut dapat menghasilkan suatu

trauma bagi penderita dan menimbulkan keluhan (Tarwiyah, 2022)

Data dari WHO (World Health Organization) selama lebih dari satu

abad perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan

kesehatan di seluruh dunia. Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan

Republik Indonesia Tahun 2016, menjabarkan bahwa tindakan bedah

menempati urutan ke-11 dari 50 pola penyakit di Indonesia dengan

presentase 12,8% dan diperkirakan 32% diantaranya merupakan bedah

mayor, dan 25,1 % mengalami kondisi kejiwaan serta 7% mengalami

kecemasan (Rosiska, 2021)

Radang usus buntu dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering

pada usia 10 sampai 30 tahun. Penyakit usus buntu bisa disebabkan sumbatan

pada usus, baik sebagian atau total. Radang pada usus buntu yang menyeluruh

merupakan kondisi darurat dan perlu segera ditangani dengan tindakan operasi.

Penyakit usus buntu ialah peradangan yang terjadi pada usus buntu atau

appendicitis. Usus buntu merupakan organ berbentuk kantong kecil dan tipis,

14
15

berukuran 5 hingga 10 cm yang terhubung dengan usus besar. Saat menderita

radang usus buntu, penderita dapat merasa nyeri di perut kanan bawah. Jika

dibiarkan infeksi menjadi serius dan menyebabkan usus buntu pecah, sehingga

menimbulkan keluhan nyeri yang hebat hingga membahayakan nyawa

penderitanya.

Pemulihan pasien post pembedahan membutuhkan waktu rata-rata

72,45 menit sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada

dua jam pertama sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi sudah

hilang. Nyeri merupakan mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika

jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi

terhadap rasa nyeri (Aswad, 2020)

Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan, yang didefinisikan

dalam berbagai perspektif. Asosiasi Internasional untuk penelitian nyeri

atau IASP (International Association for The Study of Pain, 1979)

sebagaimana yang dikutip dalam Suzanne C. Smeltzer, (2002)

mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif yang tidak

menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial,

atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjaid kerusakan

(Sulistyo Andarmoyo, 2013)

Ada dua cara penatalaksanaan nyeri yaitu terapi farmaklogis dan

non-farmakologis, beberapa teknik non farmakologis yang meringankan

atau mengurangi nyeri seperti dengan menggunakan sentuhan afektif,

sentuhan terapeutik, akupresur, relaksasi dan teknik imajinasi, distraksi,

hipnosis, kompres dingin, kompres hangat, stimulasi/message kutaneus,


16

TENS (transcutaneus electrical nervestimulation) (Grece Frida Rasubala,

2017).

Teknik relaksasi yang bisa digunakan dalam penurunan intensitas

nyeri adalah teknik relaksasi genggam jari. Untuk mengurangi intensitas

nyeri setelah operasi dapat dilakukan dengan teknik relaksasi genggam jari

dimana sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang

berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi didalam tubuh.

Menggenggam jari sambil mengatur napas (relaksasi) dilakukan selama

kurang lebih 2-5 menit, jari bisa menggenggam untuk membawa rasa damai,

fokus dan nyaman sehingga dapat menghadapi keadaan dengan perasaan

lebih tenang. Mekanisme dari relaksasi genggam jari ini ialah dengan

menggenggam jari sambil menarik nafas dalam dalam (relaksasi) sehingga

dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena

genggaman jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi

pada meridian (energi channel) yang terletak pada jari tangan kita

(Tarwiyah, 2022)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mimi Rosiska (2021)

menunjukkan bahwa ada penurunan nyeri pada pasien post op di Ruang

Bedah RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci. Lebih dari setengah responden

mengalami nyeri ringan setelah diberikan teknik relaksasi genggam jari

yang berarti ada pengaruh dari relaksasi genggam jari tersebut terhadap

penurunan nyeri pada pasien post operasi.


17

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat

diambil yaitu bagaimanakah Penerapan Intervensi Teknik Relaksasi

Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Pasien Post Operasi.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu untuk melakukan asuhan keperawatan

penerapan teknik relaksasi genggam jari untuk penurunan nyeri pasien

post operasi

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menerapkan konsep pasien post operasi dengan

apendiktomi

b. Mampu menerapkan pengkajian pada Asuhan Keperawatan

dengan nyeri pada pasien post operasi dengan apendiktomi

c. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada pasien post

operasi apendiktomi

d. Mampu menerapkan salah satu intervensi terkait jurnal tentang

teknik relaksasi Penerapan Teknik Relaksasi Genggam Jari

Terhadap Penurunan Nyeri Pasien Post Operasi

e. Mampu menerapkan implementasi dari hasil jurnal tentang teknik

relaksasi genggam jari untuk penurunan nyeri pasien post operasi

f. Mampu melakukan pendokumentasian dari hasil jurnal tentang

teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pasien

post operasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi

Menurut Wim de Jong et all. (2005) apendicitis adalah proses

peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbi cacing atau

disebut apendiks. Infeksi ini mengakibatkan komplikasi apabila tidak

segera mendapatkan tindakan bedah segera untuk penanganannya

(Awan Hariyanto, 2016)

Apendiktomi ialah pembedahan dengan mengangkat apendiks

yang dilakukan dengan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko

perforasi (Smeltzer, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner

& Suddart, Volume 1 edisi 12, 2012)

2. Klasifikasi Apendicitis

Klasifikasi Apendicitis menurut Awan Hariyanto (2016) yaitu :

a. Apendicitis akut merupakan peradangan pada apendiks atau

umbal cacing dengan tanda radang pada daerah sekitar yang

bersifat terlokalisasi, baik disertai rangsangan peritoneum lokal

maupun tanpa penyerta

b. Apendicitis rekrens adalah peradangan pada apendik karena

adanya fibrosis dari riwayat apendiktomi yang sembuh spontan

memunculkan rasa nyeri di perut kanan bawah yang mendorong

perlu dilakukannya apendiktomi

18
19

c. Apendicitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut

kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendik secara

makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh di dinding

apendiks, adanya jaringan parut, dan ulkus lama di mukosa dan

infiltrasi sel inflamasi kronik, dan keluhan hilang setelah

apendiktomi

3. Etiologi/Penyebab

Penyebab apendicitis belum diketahui secara pasti. Namun, ada

beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendik, di

antaranya sebagai berikut :

a. Faktor sumbatan, merupakan faktor terpenting terjadinya

apendicitis (90%) yang diikuti oleh infeksi

b. Faktor adanya bakteri, beberapa bakteri yang bisa menyebabkan

apendicitis antara lain Bacterodes fragillis, E. coli, Splanchicus,

Lacto-basilus, Pseudomonas, dan Bacteriodes splanicus.

c. Keturunan, pada radang apendik diduga juga merupakan faktor

herediter. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan

dalam keluarga terutama yang kurang serat dapat memudahkan

terjadinya fekhalith dan mengakibatkan obstruksi lumen

d. Faktor ras dan diet, negara maju yang mengkonsumsi makanan

tinggi serat beresiko terkena apendicitis daripada begara

berkembang yang tidak engkonsumsi tinggi serat.

4. Komplikasi

a. Perforasi usus
20

b. Nyeri tidak tertahankan

c. Peritonitis

5. Tahap operasi Apendiktomi

Tahapan operasi apendiktomi menurut Dermawan (2010)

yaitu :

a. Pre Operasi

1) Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi

2) Pemasangan kateter untuk kontrol rpoduksi urin

3) Rehidrasi

4) Antibiotik dengan spektrum luas, dosis tinggi dan diberikan

secara intravena

5) Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti

menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh-pembuluh

darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai

6) Bila demam harus diturunkan sebelum diberi anestesi

b. Operasi Apendiktomi

1) Apendiks dibuang, jika apnediks mengalami perforasi bebas,

maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan

antibiotika

2) Abses apendiks kemudian diobati dengan antubiotika IV,

massa mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan

drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi

dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6

minggu sampai 3 bulan.


21

c. Pasca Operasi

1) Observasi TTV

2) Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga

aspirasi cairan lambung dapat dicegah

3) Baringkan pasien dalam posisi semi fowler

4) Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi

gangguan, selama pasien dipuasakan.

6. Risiko Post Apendiktomi

Menurut Mansjoer (2009) risiko dari post apendiktomi yaitu :

a) Perdarahan

b) Infeksi pada luka iris apendiktomi

c) Sumbatan pada usus

d) Cedera pada organ terdekat

e) Peradangan dan infeksi pada bagian perut jika usus buntu pecah

pada saat oeprasi

7. Patofisiologi Nyeri pada Pasien Apendiktomi

Apendiktomi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi

apendisitis. Menurut Priscilla LeMone (2016) Pembedahan adalah

prosedur medis invasif yang dilakukan untuk mendiagnosis atau

mengobati sakit, cedera atau kecacatan. Dengan adanya pembedahan

maka akan menimbulkan luka insisi yang kemudian menimbulkan

kerusakan jaringan karena terputusnya dan stimulasi ujung serabut

saraf oleh zat-zat kimia yang diekluarkan saat pembedahan atau

iskemia jaringan karena terganggunya suplai darah. Supla darah


22

terganggu tersebut karena adanya penekanan, spasme otot yang

kemudian terjadi pelepasan prostaglandin dan akan menstimulasi

nyeri yang kemudian diantarkan oleh neuron khusus yang bertindak

sebagai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat dan penghantar menuju

sistem saraf pusat. Kemudian akan menghasilkan rekosntruksi

susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang diterima pasien yang

akan merasakan nyeri bebat (Mansjoer, 2009). Lokasi pembedahan

mempunyai efek sangat penting yang hanya dapat dirasakan oleh

pasien yang mengalami nyeri post operasi apendiktomi.


23

Pathway

Apendiktomi

Insisi Bedah

Luka insisi bedah


Kerusakan Jaringan
tidak terawat

Ujung saraf terputus Pintu masuk kuman

Pelepasan
Risiko terjadi infeksi
Prostaglandine

Stimulasi
dihantarkan

Cortex cerebri

Nyeri dipersepsikan Nyeri Akut

Gambar 2.1 Pathway Nyeri Post Apendiktomi


24

8. Komplikasi pada Post Apendiktomi

Komplikasi utama yang dapat terjadi pada pasien dengan post

apendiktomi ialah perforasi apendiks yang dapat menyebabkan

peritonitis, pembentukan abses atau tertampungnya materi purulen,

atau flebitis portal.

Perforasi biasanya terjadi pada 24 jam setelah awitan nyeri.

Gejala yang muncul yaitu demam 37,7oC atau lebih dan nyeri tekan

atau dengan nyeri abdomen yang terus menerus (Smeltzer, 2016).

9. Penatalaksanaan Post Apendiktomi

Peran perawat dalam merawat pasien post apendiktomi ialah dengan

mengobservasi tanda-tanda vital serta keadaan umum pasien,

komplikasi dan manajemen luka supaya tidak terjadinya perdarahan,

mobilisasi dini seperti ROM (range of motion) memberikan posisi

semi fowler untuk mengurangi tegangan pada insisi dan organ

abdomen. Salah satu penatalaksanaan yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri adalah dengan manajemen nyeri (Majid, 2011).

B. Konsep Nyeri
1. Konsep Nyeri Post Apendiktomi

Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan, yang

didefinisikan dalam berbagai perspektif. Arthur C. Curton (1983)

dalam Prasetyo (2010) mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu

mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak,


25

dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan

rasa nyeri.

Menurut Melzack dan Wall (1988) dalam Judha dkk. (2012)

mengatakan bahwa nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif, yang

dipengaruhi oleh budaya persepsi seseorang, perhartian, dan variabel-

variabel psikologis lain yang mengganggu perilaku berkelanjutan dan

memotivasi setiap orang untuk menghentikan rasa tersebut (Sulistyo

Andarmoyo, 2013)

Nyeri pasca pembedahan adalah respon fisiologis yang dapat

dirasakan pasien dan selalu menjadi keluhan setelah tindakah operasi.

Nyeri pasca bedah bisa diartikan sebagai reaksi timbulnya sensai yang

dorasakan setiap individu berbentuk sikap dan perilaku verbal ataupun

nonverbal untuk mengemukakan sensasi tersebut (Sjamsuhidajat,

2011)

Nyeri akut pasca apendiktomi kadang disertai dengan aktivasi

sistem saraf simpatis yang disertai dengan gejala-gejala peningkatan

seperti respirasi, tekanan darah, dan peningkatan denyut jantung.

Secara verbal; pasien mengalami nyeri akan menunjukkan

ketidaknyamanannya akibat nyeri yang dirasa. Pasien mengeluh nyeri

biasanya juga disertai denga rasa tertekan, wajah mengkerut,

menangis, mengerang kesakitan, tubuh terasa panas atau dingin

(Sulistyo Andarmoyo, 2013)

2. Fisiologi Nyeri
26

Tahapan dalam proses terjadinya nyeri menurut Sulistyo

Andarmoyo (2013) adalah :

a. Stimulasi

Persepsi nyeri diantarkan oleh neuron khusus yang bertindak

sebagai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat dan penghantar

menuju sistem saraf pusat. Reseptor khusus tersebut dinamakan

nociceptor. Terdapat tiga kategori reseptor nyeri, yaitu nosiseptor

mekanis yang berespon terhadap kerusakan mekanis, misalnya

tusukan benturan, atau cubitan; nosiseptor termal yang berespon

terhadap suhu yang berlebihan terutama panas; nosiseptor

polimodal yang berespon setara terhadap semua jenis rangsangan

yang merusak, terutama iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari

jaringan yang cedera.

b. Transduksi

Transduksi merupakan proses ketika suatu stimuli nyeri

(noxious stimuli) diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan

diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik

(tekanan), suhu (panas), atau kimia (substansi nyeri).

c. Transmisi

Transmisi merupakan proses penerusan impuls nyeri dari

nosiceptor saraf perifer melewati cornu dorsalis dari medulla

spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensosri.

d. Modulasi
27

Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem

saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi impuls nyeri.

Hambatan terjadi melalui sistem analgesi endogen yang

melibatkan bermacam-macam neurotransmitter antara lain

endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis.

e. Persepsi

Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat

tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil

interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks

serebsi0 dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala).

Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan.

Ada beberapa skala untuk melakukan penilaian respons

intensitas nyeri menurut Sulistyo Andarmoyo (2013) yaitu :

a. Skala Deskriptif

Skala deskriptif adalah alat pengukur tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsian verbal (verbal

descripsor scale, VDS) merupakan sebiuah garis yang terdiri dari

tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak

yang sama di sepanjang garis. Pendeksripsian ini diranking dari

“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tak tertahankan”. Peraat

menunjukkan pasien skala tersebut dan meminta pasien untuk

memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga

menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan

seberapa jauh nyeri terasa palin tidak menyakitkan.


28

b. Skala Numerik

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS)

lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata.

Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-

10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri

sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan

skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm

(AHACPR, 1992 dalam Potter & Perry, 2006)

c. Skala Analog Visual

Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah

suatu garis lurus horizontal sepanjang 1o cm yang mewakili

intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada

setiap ujungnya. Pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis

yang menunjukkan letak nyeri terjadi sepanjang garis tersebut.

Ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”,

sedangkan ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri

paling buruk”. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan

xepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis dari “tidak

ada nyeri” diukur dan ditulis dalam centimeter.

3. Teori Pengontrolan Nyeri (Theory Gate Control)

Teori dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa

impuls nyeri dapat diukur atau dihambatoleh mekanisme pertahanandi

sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa ipuls nyeri

dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat


29

sebua pertahanan tertutup. Upaya penutup pertahanan tersebut

merupakan dasar teori menghilangkan nyeri (Sulistyo Andarmoyo,

2013)

4. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Post Apendiktomi

McCaffery & Pasero (1999) dalam Prasetyo (2010)

menyatakan bahwa hanya pasien lah yang paling mengerti dan

memahamai tentang nyeri yang ia rasakan. Oleh karen aitulah

dikatakan pasien sebagai expert tentang yang nyeri yang ia rasakan.

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi individu

terhadap nyeri. Sebagai tenaga kesehatan, seorang perawat perlu

memahami faktor-faktor tersebut agar dapat memberikan pendekatan

yang tepat dalam pengkajian dan perawatan terhadap pasien yang

mengalami masalah nyeri (Sulistyo Andarmoyo, 2013).

Faktor-faktor tersebut meliputi :

a. Usia

Usia mempengaruhi persepsi dan ekspresi seseorang terhadap

nyeri, perbedaan perkembangan pada orang dewasa dan anak

sangat mempengaruhi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi nyeri, secara umum pria dan wanita tidak berbeda

dalam berespon terhadap nyeri tetapi ada beberapa kebudayaan

yang mempengaruhi pria dan wanita dalam berekspresi terhadap

nyeri.
30

c. Kebudayaan

Ada beberapa kebudayaan yang meyakini bahwa memoerlihatkan

nyeri adalah suatu yang wajar, tetapi juga ada kebudayaan yang

mengajarkan untuk menutup perilaku untuk tidak memperlihatkan

nyeri.

d. Makna nyeri

Makna nseseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi

pengalaman nyeri dan cara seseorang beradptasi terhadap nyeri.

Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya

individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan

cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberikan kesan

ancaman, kehilangan, hukuman dan tantangan.

e. Perhatian

Tingkat seseorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya

pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun.

f. Ansietas

Ansietas/mekanisme koping dapat mempengaruhi dalam

mengatasi nyeri, mempunyai fokus kendali internal

mempersepsikan diri mereka sebagai pasien yang dapat

mengendalikan lingkungsn mereka seperti nyeri dan juga dapat


31

melaporkan bahwa dirinya mengalami nyeri yang tidak begitu

berat.

g. Keletihan

Keletihan/kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan

persepsi nyeri. Rasa kelelahan akan menyebabkan sesnsai nyeri

semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.

h. Pengalaman sebelumnya

Apabila seseorang sejak lama sering mengalami serangkaian

episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang

berat maka ansietas atau bahkan rasa taku dapat muncul.

i. Gaya koping

Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian

maupun keseluruhan. Pasien sering kali menemukan berbagai cara

untuk mengembalikan koping terhadap efek fisik dan psikologis

nyeri. Penting utnuk memahami sumber-sumber koping pasien

selama ia mengalami nyeri.

j. Dukungan keluarga & sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah

kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap

mereka terhadap pasien. Eseorang yang mengalami nyeri sering

kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk

memperoleh dukungan, bantuan atau perlindungan.

5. Klasifikasi Nyeri
32

Kelaifikasi nyeri dibagi 2 menurut (Sulistyo Andarmoyo, 2013)

yaitu :

a. Nyeri akut

Nyeri akut dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung selama

dari beberapa detik hingga enam bulan. Fungsi nyeri akut ialah

memberi peringatan akan suatu cedera atau penyakit yang akan

datang.

b. Nyeri kronis

Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermiten yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik

berlangsung lama, intensitasnya bervariasi, dan biasanya

berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Nyeri kronik tidak

mempunyai awitan yang ditetapkan degan tepat dan sering sulit

untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan

respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebabnya.

6. Manajemen Nyeri Akut

Manajemen nyeri adalah salah satu cara yang digunakan di

bidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien.

Manajemen nyeri mempunya beberapa prosedur atau tindakan

secara farmakologis ataupun non farmakologis. Cara farmakologis

dilakukan dengan pemberian analgesik yaitu dengan mengurangi

atau menghilangkan rasa nyeri. Sedangkan secara non

farmakologis dilakukan dengan cara relaksasi, teknik pernapasan,


33

pergerakan atau perubahan posisi, massage, akupressure, terapi

kompres panas atau dingin, hynobirthing, musik, TENS

(Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation) dan relaksasi

genggam jari.

a. Penatalaksanaan farmakologi

Perawat dalam penggunaan obagt-obatan dan

penatalaksanaan pasien yang menerima terapi farmakologi

membantu dalam upaya memastikan penanganan nyeri.

1) Non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

Kebanyakan NSAID bekerja pada respetor saraf perifer

untuk mengurangi transmisi dan respesi stimulus nyeri.

Pada NSAID non-narkotik umumnya menghilangkan nyeri

ringan dan sedang seperti nyeri yang terjait dengan artritis

rheumatoid, prosedur pengobatan gigi, prosedur bedah

minor dan episiotomi. Obat-obatan analgesik non-opioid

yang paling umum digunakan diseluruh dunia adalah

aspirin, paracetamol, OAINS, yang merupakan obat-obatan

utama untuk nyeri ringan sampai sedang.

2) Analgesik narkotik atau opiate

3) Analgesik narkotik atau opiate umumnya direspkan untuk

nyeri sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi, dan

nyeri maligna. Obayt ini bekerja pada sistem saraf pusat.

4) Obat tambahan (adjuvant)


34

Adjuvant seperti sedatif, anticemas dan relaksan otot

meningkatkan kontrol nyeri atau menghilangkan gejala lain

yangterkait denga nyeri seperti depresan dan mual. Sedatif

seringkali diresepkan untuk penderita nyeri kronik.

b. Penatalaksanaan Non Farmakologi

Upaya dalam penatalaksanaan penurunan nyeri yang

secara non farmakologi dapat menggunakan teknik tepai

kognitif behavior (CBT/Cognitive Behavioral Therapy). Terapi

tersebut merupakan salah satu bentuk konseling yang

membantu pasien agar dapat menjadi lebih sehaat, memperoleh

pengalaman yang memuaskan, dan dapat memnuhi gaya hidup

tertentu, dengan cara memodifikasi pola pikir dan perilaku

tertentu. Pendekatan kognitif berusaha memfokuskan untuk

menempatkan suatu pikiran, keyakinan, ataupun bentuk

pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain.

Kognitif merupakan proses pemikiran yang meliputi

ide, keadaan mental, kepercayaan dan sikap. Terapi kognitif

didasarkan pada prinsip yang berpikir secara pasti untuk

mengidentifikasi adanyan= bahaya dan situasi yang tidak dapat

dipertahankan. Sebagai contohnya : kecemasan, depresi dan

lainnya (Tamsuri, 2007).

Terapi perilaku bertujuan untuk merubah perilaku yang

dapat membahayakan bagi pasien yang mengalami nyeri kronis

dan nyeri yang tidak dapat ditoleransi. Penatalaksanaan non


35

farmakologi menurut Bangun dan Nur’aeni (2013) adalah

tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara

mandiri tanpa bergantung pada petugas medis lain dimana

dalam pelaksanaannya perawat dengan pertimbangan dan

keputusannya sendiri.

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung

untuk memandang obat sebagai satu-satunya metode yang

dapat menghilangkan nyeri namun ternyata banyak aktifitas

keperawatan non farmakologi yang dapat membantu

menghilangkan nyeri. Metode pereda nyeri non farmakologi

memiliki resiko yang rendah, meskipun tindakan tersebut

bukan merupakan pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare,

2008).

Penatalaksanaan non farmakologi terdiri dari

intervnesi perilau kognitif yang meliputi tindakan distraksi,

teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, hipnosis dan sentuhan

terpautik (massge). Terapi relaksasi dan distraksi merupakan

bagian dari terapi perilaku kognitif hal ini karena kedua metode

ini sama-sama merupakan jenis terapi yang mengendalikan

nyeri dengan melakukan aktifitas-aktifikas tertentu yang

menbuat pasien dapat mengendalikan rasa nyeri yang dialami.

Hal ini tentu sangat berguna dalam proses penyembuhan.

C. Konsep Dasar Teknik Relaksasi Genggam Jari


1. Pengertian
36

Teknik relaksasi merupakan salah satu metode manajemen nyeri

non farmakologis dalam strategi mengatasi nyeri, disamping metode

TENS (Transcutaneous Electric Nerve Stimulation), feedeback,

placebo dan distraksi.

Relaksasi adalah kebebasan mental dan fisik dari ketegangan

dan stress, akrena dapat mengubah persepso kognitif dan motivasi

afektif pasien. Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri

ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada

nyeri (Potter & Perry, 2005).

Teknik relaksasi Finger Hold atau genggam jari merupakan

teknik relaksasi yang sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun

yang berhubung dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh.

Teknik relaksasi genggam jari dan nafas efektif dalam menurunkan

nyeri haid (Aswad, 2020).

Teknik relaksasi genggam jari adalah bagian dari teknik jin syin

jyutsu. Jin syin jyutsu adalah akupresur dari jepang. Bentuk seni yang

menggunakan sentuhan sederhana tangan dan pernafasan untuk

menyeimbangkan energi didalam tubuh. Tangan (jari dan telapak

tangan) merupakan alat bantuan sederhana dan ampuh untuk

menyelaraskan dan membawa tubuh menjadi seimbang. Setiap jari

tangan berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu jari berhubungan

dengan perasaan khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan

ketakutan, jari tengah berhubungan dengan kemarahan, jari manis


37

berhubungan dengan kesedihan, dan jari kelingking berhubungan

dengan rendah diri dan kecil hati (Rosiska, 2021)

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa

nyeri adalah dengan menggunakan teknik relaksasi genggam jari.

Menggenggam jari sambil ngetaur napas (relaksasi) yang dilakukan

selama kurang lebih 3-5 menit dapat mengurangi ketegangan fisik dan

emosional, karena menggenggam jari mampu menghangatkan titik-

titik keluar dan masuknya energi meridian (energi channel) yang

terletak pada jari tangan kita. Titik-titik refleksi pada tangan akan

memberikan rangsangan secara reflek/spontak pada saat genggaman.

Rangsangan tersebut akan mengalihkan gelombang listrik menuju

otak yang akan diterima dan diproses dengan cepat, lalu diteruskan

menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga

sumbatan di jalur energi menjadi lancar (Neila Sulung S. D., 2017)

2. Mekanisme

Relaksasi merupakan suatu tindakan untuk membebaskan

mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat

meningkatkan toleransi terhadap nyero. Masase dapat dilakukan

dengan cara menekan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot,

tendon atau ligamentum tanpa merubah posisi sendi untuk meredakan

nyeri. Tindakan ini dianggap “menutup gerbang” untuk menghambat

perjalan rangsangan nyeri pada sistem saraf pusat.

Teknik relaksasi genggam jari dilakukan dengan cara

menggenggam kelima jari satu persatu dimulai dari ibu jari hingga jari
38

kelingking selama sekitar 3-5 menit. Sentuhan pada ibu jari dipercaya

dapat meredakan kecemasan dan sakit kepala. Genggaman pada jari

telunjuk dilakukan untuk meminimalisir frustasi, rasa takut serta nyeri

otot dan berhubungan langsung dengan ginjal. Jari tengah

berhubungan dengan sirkulasi darah dan rasa lelah, sentuhan pada jari

tengah menciptakan efek relaksasi yang mampu mengatasi kemarahan

dan menurunkan tekanan darah serta kelelahan pada tubuh. Sentuhan

jari manis dapat membantu mengurangi masalah pencernaan dan

penafasan juga dapat mengatasi energy negatif dan perasaan sedih.

Jaro kelingking berhubungan langsung dengan organ jantung dan usus

kecil. Dengan melakukan genggaman pada jari kelingking dipercaya

dapat menghilangkan rasa gugup dan stress.

Relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang dikirim

melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf non-

nosiseptor mengakibatkan “gerbang” tertutup sehingga stimulus pada

kortek serebi dihambat atau dikurangi akibat counter stimulasi

relaksasi dan menggenggam jari. Hal itu akan membuat intensitas

nyeri berubah akibat stimulasi relaksasi genggam jari yang lebih

dahulu dan lebih banyak mencapai otak. Gelombang listrik yang

dihasilkan dari genggaman, diproses menuju organ yang mengalami

gangguan. Hasil yang ditimbulkan menyebabkan relaksasi yang akan

memicu pengeluaran hormon endorphin untuk mengurangi nyeri

(Pinandita, 2012). Setiap jari tangan berhubungan dengan sikap

sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan perasaan khawatir, jari


39

telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari tengah berhubungan

dengan kemarahan, jari manis berhubungan dengan kesedihan, dan

jari kelingking berhubungan dengan rendah diri dan kecil hati (Hill,

2011)

3. Prosedur

Pasien dalam keadaan sadar dan kooperatif saat dilakukan tindakan,

mengobservasi tanda-tanda vital kemudian mengidentifikasi nyeri

pada pasien. Langkah-langkah melakukan teknik relaksasi genggam

jari :

a) Meminta persetujuan pasien

b) Persiapkan pasien dalam posisi yang nyaman

c) Siapkan lingkungan yang tenang

d) Kontrak waktu dan jelaskan tujuan

e) Jelaskan rasional dan keuntungan dari teknik relaksasi genggam

jari

f) Cuci tangan dan pbservasi tindakan prosedur pengendalian infeksi

lainnya yang sesuai dan berikan privasi pasien

g) Kaji skala nyeri pasien dan dokumentasikan hasil

h) Pasien dalam posisi berbaring atau posisi senyaman mungkin

i) Menjelaskan tindakan dan tujuan dilakukan teknik relaksasi

genggam jari

j) Minta pasien untuk tutup mata, fokus, dan menarik nafas dalam

dan perlahan dengan mulut secara teratur untuk membuat rileks

semua otot
40

k) Genggam jari dengan lembut, tidak keras, tidak menekan tapi

genggam lembut seperti menggenggam tangan bayi

l) Lakukan satu persatu pada jari tangan selama kurang lebih 3-5

menit

m) Lakukan hal yang sama untuk jari-jari lainnya dengan rentang

waktu yang sama

n) Setelah selesai menanyakan kembali bagaimana intensitas nyeri

yang dirasakan pasien

o) Dokumentasikan respon pasien

Gambar 2.2 Teknik Relaksasi Genggam Jari (Henderson, 2007 dalam Sri Dinengsih 2017)

D. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan apendiktomi melakui

beberapa tahapan sebagai berikut : Pengkajian, adalah pemikiran dasar

dari proses keperawatan yang bettujuan agar dapat mengidentifikasi,

mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan

pasien baik mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian adalah tahapan

awal dan landasan proses dalam keperawatan untuk mengenal masalah

pasien agar dapat memberikan arah kepada tindakan keperawatan

(Lismidar, 2003)
41

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dari

proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi

tentang pasien agar dapat mengidentifikasi dan mengenali masalah-

masalah, kebutuhan kesehatan pasien baik fisik, mental, sosial dan

lingkugan (Darmawan, 2012)

a. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis

kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status

pernikahan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan nomer

register

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama, pasien biasanya mengeluh nyeri akut

2) Riwayat keperawatan sekarang, pada tahap ini perlu dilakukan

pengkajian mengenai latar belakang kehidupan pasien

sebelum masuk rumah sakit yang menjadi faktor pendukung

seperti riwayat bekerja mengangkat benda-benda berat,

riwayat batuk kronis, bedah abdominal.

3) Riwayat keperawatan keluarga, pada kesehatan keluarga

tanyakan pada pasien mengenai ada atau tidaknya dari

keluarga yang pernah mengalami penaykit yang sama atau

riwayat penyakit menular maupun penyakit keturunan.

c. Pola fungsi kesehatan Gordon, menurut Kiki (2014) :

1) Pola manajemen kesehatan dan persepsi kesehatan


42

Pada pasien dengan apendisitis akut dengan post

apendiktomi bila sakit periksa ke dokter, periksa ke rumah

sakit untuk mendapatkan pengobatan yang tepat

2) Pola aktivitas dan latihan

Pada pasien dengan post apendiktomi mudah

berkeringan saat melakukan aktivitas, karena nyeri luka

operasi. Aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest

beberapa waktu lamanya setelah pembedahan

3) Pola istirahat tidur

Pasien dengan post apendiktomi dapat menimbulkan

nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu kenyamana

pola tidur pasien

4) Pola mekanisme koping

Bagaimana kebiasaan pasien yang digunakan dalam

mengatasi masalah

5) Pola persepsi kognitif

Pasien dengan post apendiktomi fungsi indra

penciuman, pendengaran, penglihatan, perasa, peraba tidak

mengalami gangguan. Pasien merasakan nyeri, pasien

mengetahui penyakit yang dialaminya akan segera sembuh

dengan dilaukan pengobatan medis yang sudah diterapkannya.

Pengkajian keperawatan pada masalah nyeri secara

umum mencakup 5 hal yaitu : pemicu nyeri, kualitas nyeri,


43

lokais nyeri, intensitas nyeri dan waktu serangan. Cara mudah

mengatasinya adalah PQRST (Morton, 2005).

P : Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang menimbukkan

nyeri dan mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri

Q : Quality atau kualitas nyeri, misalnya rasa tajam atau

tumpul

R : Region atau daerah/lokasi, yaitu perjalanan ke daerah lain

S : severity atau keparahan yaitu intensitas nteri dinilai dari

skala 0-10

T : Time atau waktu, yaitu jangka waktu serangan atau

frekuensi nyeri

d. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Kesadaran biasnya komposmentis, ekspresi wajah

menahan sakit karena nyeri

2. Integumen

Ada atau tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan

luka pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah

3. Thorax dan paru

Apakah bentuknya simetris,a da tidaknya sumbatan

jalan nafas, gerakan cuping hidung maupun alat bantu nafas

frekuensi pernafasan biasanya nromal (16-20 x/menit).

Apakah ada ronchi, whezing, stridor.

4. Abdomen
44

Pada post operasi biasnya sering terjadi ada atau

tidaknya perisktaltik usus ditandai dengan distensi abdomen,

tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi

urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine

cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuria jika

dipasangkan kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada

pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.

5. Ektremitas

Apakah ada keterbatasan dalam beraktivitas karena

adanya nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau

kekauan.

e. Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri oist

operasi antara lain :

1. Lokasi, anatomi diagnosa merupakah sebuah ilusi yang tepat

untuk mennetukan lokasi nyeri, banyak pasien tidak dapat

menentukan letak nyeri secara tepat, banyak yang

mengindikasikan dengan huruf seperti ABC. Dalam mengkaji

nyeri perawat perlu memastikan lokasi nyeri secara jelas

misalnya, nyeri pada post operasi apendiktomi yaitu pada

daerah abdomen.

2. Intensitas, intensitas nyeri dinyatakan dengan nyeri ringan,

sedang dan berat. Bisanya pda pasien post apendiktomi

mengeluh nyeri sedang dengan skala anatara 5-6. Digunakan


45

skala oengukuran nyeri dnegan skala intensitas numeric

(Numerical Rating Scale, NRS).

3. Kualitas, Kualitas nyeri yang dikatakan seperti apa yang

dirasakan oleh pasien misalna seperti di iris-iris pisau,

dipukul-pukul, di tusuk-tusuk jarum dan lain sebagainya.

4. Serangan, durasi, jenis dan ritme, waktu dan durasi dinyatakan

sejak kapan nyeri dirasakan pasien, berapa lama terasa, apakah

nyerinya berulang, ataukah nyeri hilang timbul atau terus

menerus dirasakan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian khusus menenai

respon pasien terhadap masalah-masalah kesehatan ataupun proses

kehidupan yang dialami baik yang berlangsung secara aktual maupun

secara potensial. Diagnosa keperawatan dalam kasus ini adalah

diagnosa aktual. Diagnosa aktual terdiri dari tiga komponen yaitu

masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda (sign), dan gejala

(symptom) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Diagnosa-diagnosa keperawtan yang sering muncul dalam

kasus apendiktomi antara lain :

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

b) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (insisi bedah

pada perut)
46

c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan

dengan aktifitas pasien dibantu keluarga, pasien mengatakan takut

bergerak karena nyeri

d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan

dibuktukan denan frekuensi tidur ± 5 jam, lingkungan panas,

pasien mengatakan sering terbangun saat tidur.

e) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan agen pencedera

fisik

3. Perencanaan

Perencanaan adalah langkah berikutnya dalam proses

keperawatan. Langkah ini perawat menentukan tujuan dan kriteria

hasil yang diharapkan bagi pasien dan merncakan intervensi

keperawatan. Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa dalam

membuat perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteri yang

diharapkan dan intervensi keperawatan (Sulistyo Andarmoyo, 2013)

Intervensi keperawatan terdiri dari intervensi utama dan

pendukung, dimana intervensi utama dari diagnosa keperawatan nyeri

akut adalah manajemen nyeri dan pemberian analgesik. Intervensi

pendukung diantaranya edukasi efek samping obat, edukasi

manajemen nyeri, edukasi teknik napas dalam, kompres dingin,

kompres hangat, latihan pernapasan dan teknik distraksi (Tim Pokja

SIKI DPP PPNI, 2018).


47

No. Diagnosa Luaran Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan O:


dengan agen pencedera keperawatan selama 1x24 - Identifikasi lokasi,
fisik jam diharapkan tingkat durasi, dan frekuensi
nyeri menurun. nyeri - Identifikasi
Dengan kriteria hasil : skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun memperberat nyeri
3. Tanda vital membaik T:
4. Kesulitan tidur - Berikan tehnik
menurun nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
(teknik relaksasi
genggam jari)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
E:
- Ajarkan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
(teknik relaksasi
benson)
- K:
- Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
2. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan O:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 - Monitor tanda dan
prosedur invasive jam diharapkan kontrol gejala infeksi
resiko infeksi meningkat. T:
Dengan kriteria hasil : - Batasi jumlah
1. Pemantauan perubahan pengunjung
status kesehatan - Berikan perawatan luka
meningkat dan ganti perban
2. Kemampuan mengenal - Cuci tangan sebelum
tanda infeksi dan sesudah kontak
meningkat dengan pasien
48

3. Kemampuan - Pertahankan tehnik


melakukan strategi aseptik
kontrol risiko E:
meningkat - Anjarkan cara mencuci
4. Kemampuan tangan dengan benar
menghindari faktor - Jelaskan tanda infeksi
resiko meningkat - Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
K:
- Kolaborasi dalam
pemberian antibiotic
3. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan O:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 - Identifikasi adanya
nyeri jam diharapkan mobilitas nyeri dan keluhan fisik
fisik meningkat. lainnya
Dengan kriteria hasil : - Identifikasi tolerasnsi
1. Pergerakan meningkat fisik melakukan
2. Rentang gerak pergerakan
meningkat - Monitor TTV
3. Nyeri menurun T:
4. Gerakan terbatas - Pasilitasi aktivitas
menurun mobilisasi dengan alat
5. Kelemahan fisik bantu
menurun - Fasilitasi melakukan
pergerakan jika perlu
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
melakukan pergerakan
E:
- Jelaskan tujuan
mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
49

4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan O:


berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 - Identifikasi pola
hambatan lingkungan jam diharapkan aktivitas dan tidur
kenyamanan meningkat. - Identifikasi faktor
Dengan kriteria hasil : pengganggu tidur
1. Gelisah menurun - Identifikasi makanan
2. Kesulitan tidur dan minuman
menurun pengganggu tidur
3. Kebisingan menurun T:
4. Keluhan panas - Modifikasi lingkungan
menurun - Fasilitas menghilang
5. Suhu ruangan membaik stress sebelum tidur
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat dengan
siklus tidur terjaga
E:
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur.
5. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan O:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 - Monitor karakteristik
agen pencedera fisik jam diharapkan luka luka (drainase, warna,
membaik. ukuran, bau)
Dengan kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda
1. Kerusakan jaringan infeksi
menurun : 5 T:
2. Kerusakan jaringan - Lepaskan balutan dan
kulit menurun : 5 plester secara perlahan
3. Nyeri : menurun 5 - Cukur rambut disekitar
daerah luka, jika perlu
- Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan
nekrotik
- Berikan salep ke
kulit/lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai
jenis luka
50

- Pertahankan teknik
steril saat melakuka
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai
jenis jumlah eksudat
dan drainase
- Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
- Berikan diet dengan
kalori 30-35 kkal/kg
BB/hari dan protein
1,25-1,5 g/kg BB/hari
- Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis, vit A, vit C, Zink,
asam amino) sesuai
indikasi
- Berikan terapi Tens
(Stimulasi saraf
transkutaneous), jika
perlu
51

4. Implementasi

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan

rencana keperawatan. Implementasi terdiri dari melakukan dan

mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan

khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi,

penatalaksanaan nyeri adalah pengurangan nyeri sampai pada tingka

kenyamanan yang dapat diterima pasien. Penatalaksanaan tersebut

terdiri dua tipe dasar tindakan keperawatan yaitu farmakologi dan non

farmakologi (Kozier et al., 2010). Tindakan-tindakan pada intervensi

terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja

SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi ini akan mengavu pada SIKI

yang telah dibuat pada rencana keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan yang direncanakan,

berkelanjutan, dan terarah ketika pasien dan professional kesehatan

menentukan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil dan

keefektifan rencana asuhan keperawatan (Kozier et al., 2010).

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP

(subjektif, objektif, assesment, planning). Adapun komponen SOAP

yaitu S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat

dari pasien setelah tindakan diberikan, O (objektif) adalah informasi

yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang

dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan, A (assesment)

adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif, P


52

(planing) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil analisa (Dermawan, 2012). Evaluasi terhadap

masalah keperawatan nyeri akut pada pasien apendiktomi mengacu

pada rumusan tujuan dalam rencana keperawatan, yang mencangkup

aspek waktu dan kriteria hasil. Aspek waktu menjadi pedoman kapan

harus dievaluasi dan aspek kriteria hasil sebagai pedoman apakah

tujuan yang direncanakan berhasil atau tidak.


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Desain studi kasus; melakukan asuhan keperawatan pada pasien

post operasi dengan apendiktomi dengan masalah keperawatan utama

nyeri. Asuhan keperawatan tersebut menerapkan teknik relaksasi

genggam jari sesuai dengan Evidance Based Practice pada pasien yang

dikelola.

Desain penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya

ilmiah ini merupakan desain penelitian deskriptif yaitu metode yang

bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa atau fenomena yang ada pada

saat ini (Notoatmojo, 2015).

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan di mulai dari saat proses

pengkajian hingga penegakkan diagnosa, yaitu metode observasi,

wawancara atau anamnesa dan pemeriksaan. Pada implementasi, teknik

pengumpulan data dilakukan dengan mengukur intensitas nyeri pada

pasien post operasi sebelum dan setelah dilakukan tindakan teknik

relaksasi genggam jari untuk mengatasi masalah keperawatan pasien

dengan masalah nyeri.

C. Luaran Pasien

Luaran pasien yang diambil yaitu nyeri akut dengan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia secara konsep teori sebagai berikut :

53
54

Tabel 3.1 Nursing Outcome dan Nursing 2ntervention Pada Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut

No DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN (Standar Luaran Keperawatan (Standar Intervensi
Indonesia) Keperawatan Indonesia)
1. (D.0077) Nyeri Akut (L.08066) Tingkat Nyeri (I.08238) Manajemen Nyeri
Definisi: pengalaman Tujuan: Observasi
sensorik atau emosional Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi,
yang berkaitan dengan keperawatan selama 3x24 jam karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan aktual diharapkan nyeri dapat menurut frekuensi, kualitas,
atu fungsional. Dengan dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
onset mendadak atau 1. Skala 1-5 (menurun, cukup 2. Identifikasi skala nyeri
lambat dan berintensitas menurun, sedang, cukup 3. Identifikasi faktor yang
ringan hingga berat yang meningkat, meningkat) memperberat dan
berlangsung kurang 3 bulan a. Keluhan nyeri memperingan nyeri
Penyebab: menurun (1) 4. Monitor efek samping
1. Agen pencedera b. Meringis menurun analgetik
fisik (mis. abses, (1) Terapeutik
amputasi, terbakar, 2. Skala 1-5 (memburuk, 1. Berikan teknik
terpotong, cukup memburuk, sedang, nonfarmakologis untuk
mengangkat berat, cukup membaik, membaik) mengurangi rasa nyeri
prosedur operasi, a. Frekuensi nadi (mis. TENS, hipnosis,
trauam, latihan fisik membaik (5) akupresur, terapi musik,
berlebihan) b. Pola nafas biofeedback, terapi
Gejala tanda mayor membaik (5) pijat, aromaterapi,
Subjektif: c. Tekanan darah teknik imajinasi
1. Mengeluh nyeri membaik (5) terbimbing, kompres
Objektif: d. Pola tidur membaik hangat/dingin, terapi
1. Tampak meringis (5) bermain)
2. Bersikap protektif 2. Kontrol lingkungan
3. Gelisah (L.08063) Kontrol Nyeri yang memperberat rasa
4. Frekuensi nadi Definisi: nyeri (mis. suhu
meningkat
55

5. Sulit tidur Tindakan untuk meredakan ruangan, pencahayaan,


Gejala tanda minor pengalaman sensorik atau kebisingan)
Subjektif: (tidak emosional yang tidak 3. Fasilitasi istirahat dan
tersedia) menyenangkan akibat tidur
Objektif: kerusakan jaringan Edukasi
1. Tekanan darah 1. Jelaskan penyebab,
meningkat Kriteria hasil: periode, dan pemicu
2. Pola nafas berubah 1. Skala 1-5 (menurun, cukup nyeri
3. Nafsu makan menurun, sedang, cukup 2. Jelaskan strategi
berubah meningkat, meningkat) meredakan nyeri
Kondisi klinis a. Melaporkan nyeri 3. Anjurkan memonitor
terkait: terkontrol (5) nyeri secara mandiri
1. Kondisi b. Kemampuan 4. Anjurkan menggunakan
pembedahan mengenali analgetik secara tepat
2. penyebab nyeri (5) 5. Ajarkan teknik non
c. Kemampuan farmakologis untuk
menggunakan mengurangi rasa nyeri
teknik non- Kolaborasi
farmakologis (5) 1. Kolaborasi pemberian
2. Skala 1-5 (meningkat, analgetik, jika perlu
cukup meningkat, sedang,
cukup menurun, menurun) (I.09326) Terapi
a. Keluhan nyeri (5) Relaksasi
Observasi
1. Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
2. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
56

3. Periksa ketegangan otot,


frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu seblum
dan sesudah latihan
4. Monitor respons
terhadap relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan tanpa
gangguan dengan
penchayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
menungkinkan
2. Berikan informasi
tertulis tentang perispan
dan prosedur teknik
relaksasi
3. Gunakan pakaian
longgar
4. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis. musik,
meditasi, nafas dalam,
otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi yang dipilih
57

3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
6. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
Latihan Relaksasi
Genggam Jari
Observasi
1. Identifikasi indikasi
dilakukan relaksasi
genggam jari
Terapeutik
1. Siapkan lingkungan
yang tenang dan
nyaman
2. Kenakann pasien pakian
yang nyaman dan tidak
membatasi pergerakan
3. Bacakan pernyataan
(skrip) yang disiapkan,
berhenti sejenak, minta
mengulang secara
internal
4. Gunakan pernyataan
yang menimbulkan
58

perasaan senang,
rinngan, atau rasa
melayang pada bagian
tubuh tertentu

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur latihan
relaksasi genggam jari
2. Anjurkan duduk di kursi
atau berbaring dalam
posisi terlentang
3. Anjurkan mengulangi
pernyataan kepada diri
sendiri untuk
mendapatkan perasaan
lebih dalam pada bagian
tubuh yang dituju
4. Anjurkan latihan selama
3-5 menit
5. Anjurkan tetap rileks
selama 3-5 menit
6. Anjurkan berlatih tiga
kali sehari

D. Kriteria Pasien

Kriteria pasien dalam karya ilmiah ini meliputi :

1. Pasien Post Operasi Apendiktomi

2. Pasien dengan skala nyeri 5-6


59

3. Kategori usia pasien mulai dari 18-60 tahun

4. Pasien tidak memakai alat bantu pernafasan

E. Evidance Based Practice

1. Analisis PICOT

NO PROBLEM INTERVENTION COMPARISON OUTCOME TIME


1. Penurunan Skala Relaksasi - Penurunan skala Februari
Nyeri Pasien Genggam Jari nyeri pada pasien 2020
Post-Op post operasi
Appendictomy apendiktomi
Menggunakan
Teknik Relaksasi
Genggam Jari
2. Pengaruh Teknik Relaksasi - Penurun skala nyeri 17
Relaksasi Genggam Jari pada pasien post op September
Genggam Jari appendiktomi – 7 Oktober
Terhadap 2018
Perubahan Skala
Nyeri Pada Pasien
Post
Appendiktomi di
Ruang Dahlia
RSUD DR. T.C
Hillers Maumere
3. Relaksasi Finger Relaksasi - Penurunan nyeri 2020
Hold Untuk Genggam Jari pada pasien post
Penurunan Nyeri operasi
Pasien Post Appendiktomi
60

Operasi
Appendiktomi
4. Teknik Relaksasi Relaksasi - Penurunan 17 Februari
Genggam Jari Genggam Jari intensitas nyeri pada – 01 Mei
Terhadap pasien post operasi 2017
Intensitas Nyeri appendiktomi
Pada Pasien Post
Appendiktomi
5. Pengaruh Tehnik Relaksasi - Penurunan skala 04 Juli – 04
Relaksasi Genggam Jari nyeri pada pasien Agustus
Genggam Jari post operasi 2019
Terhadap appendiktomi
Penurunan Skala
Nyeri Pada Pasien
Post
Appendictomy di
Ruang Irna III
RSUD P3 Gerung
Lombok Barat

2. Metode Telusur Artikel

Studi kasus ini menggunakan database portal pencarian

seperti Google Scholar, Portal Garuda, SINTA, dipublish dalam 10

tahun terakhir seperti dari 2012-2021 yang berupa hasil penelitian

yang membahas keterkaitan tentang penerapan teknik relaksasi

genggam jari terhadap penurunan nyeri pasien post operasi dengan

appendiktomi. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian database

ini menggunakan “Penurunan Nyeri” AND “Teknik Relaksasi

Genggam Jari” AND “Post Operasi” AND “Appendiktomi”.


61

Sedangkan kata kunci yang digunakan dalam pencarian database yang

menggunakan bahasa inggris yaitu “Pain Levels” AND “Finger Hold

Relaxation” AND “Post Appendictomy” artikel kemudian di seleksi

berdasarkan dengan judul dan metode penelitian. Bila informasi pada

judul dan abstrak kurang kelas maka dilakukan review lebih lengkap

dengan menggunakan naskah lengkap.

Kriteria inklusi jurnal dalam studi kasus ini yaitu artikel dalam

bentuk full text, artikel diterbitkan dalam kurun waktu 10 tahun

terkahir, artikel merupakan hasil penelitian primer, penelitian berisi

tentang penerapan teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan

nyeri pada pasien post op dengan appendiktomi.

Kriteria ekslusi dalam studi kasus ini yaitu artikel merupakan hasil

konferens, artikel hanya memuat abstrak, artikel penelitian dipublish

sebanyak 2x oleh penulis yang berbeda.

3. Analisis Artikel

Berdasarkan analisis jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa

teknik relaksasi genggam jari efektif dalam menurunkan nyeri pada

pasien post operasi dengan appendiktomi, masing-masing hasil

penelitian tersebut menunjukkan adanya penurunan nyeri dari nyeri

sedang/berat menjadi nyeri ringan/sedang yang dirasakan pasien

setelah dilakukan tindakan relaksasi genggam jari.

4. Implementasi EBP
62

Implementasi yang akan dilakukan dalam asuhan keperawatan

pada pasien post operasi dengan appendiktomi yaitu dengan

melakukan teknik relaksasi genggam jari.

5. Evaluasi EBP

Evaluasi sumatif yang diharapkan adalah menurunnya intensitas

nyeri pada pasien post operasi dengan appendiktomi setelah dilakukan

tindakan teknik relaksasi genggam jari.

F. Prosedur Intervensi Keperawatan Mandiri Berdasarkan EBP

Prosedur menurunkan nyeri dengan teknik relaksasi genggam jari

berdasarkan evidance based practice sebagai berikut :

1. Memilih pasien sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan

2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

3. Mengidentifikasi skala nyeri

4. Memonitor tekanan darah, pola napas, frekuensi nadi sebelum

dilakukan relaksasi

5. Lakukan teknik relaksasi genggam jari

6. Evaluasi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Angsana RSUD Pakuhaji

Kabupaten Tangerang tanggal 23-25 April 2022 pada pasien dengan masalah

keperawatan nyeri akut, pengkajian dilakukan dengan metode wawancara,

observasi, serta catatan rekam medis pasien. Adapun pembahasan pada bab

ini akan membahas tentang adanya kesesuaian atau kesenjangam antara teori

dan kasus. Selama proses studi kasus, peneliti memperhatikan kondisi

responden, seperti kondisi pasien dan kesiapan pasien untuk menjadi subjek

penelitian dalam kasus ini. hal ini bertujuan agar studi kasus berjalan dengan

baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

A. Hasil

Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. I usia 22 tahun agama

Islam, status menikah, suku sunda, beralamat di Kp. Kramat Pakuhaji,

Kabupaten Tangerang. Pendidikan terkahir SMA, pasien sehari-hari

sebagai Ibu Rumah Tangga, pasien dengan diagnosa medis apendicitis

akut. Penanggung jawab pasien ketika di rumah sakit ialah Tn. U usia 27

tahun alamat Kp. Kramat, Pakuhaji Kab. Tangerang, hubungan dengan

pasien adalah suami.

Riwayat kesehatan pasien saat ini, pasien datang ke IGD RSU

Pakuhaji tanggal 22 April 2022 pukul 10.00 WIB dengan keluhan nyeri

pada perut kanan bawah ± 1 minggu, makin memberat sejak 4 hari yang

63
64

lalu dengan keluhan yang disertai demam, mual dan muntah, BAB dan

BAK normal. Pemeriksaan fisik ditemukan, keadaan umum pasien sedang

dengan kesadaran Composmentis E4M6V5, TTV : 111/70 mmHg Suhu

36,3 oC, Nadi 86 x/m, RR 22 x/m. pasien dapat membuka mata secara

spontan, pasien mematuhi perintah dan pasien dapat berorientasi dengan

baik. Berat badan 63 Kg, tinggi badan 170 cm. Pemeriksaan head to toe

diperoleh hasil turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, keadaan kulit

baik. Warna kuku merah muda, kuku bersih dan tidak terdapat clubbing

fingers. Bentuk kepala mesocpehal, ukuran kepala proporsional dengan

ukuran tubuh, tidak ada jejas pada bagian kepala, rambut hitam, distribusi

merata, tidak ada nyeri tekan pada saat di palpasi, wajah simetris, pasien

tampak meringis menahan nyeri.

Kedua mata simeteris, kongjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

pupil isokor, reaksi pupil positif, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

Hidung simetris, tidak ada polip, tidak terdapat penafasan cuping hidung,

hidung bersih, tidak terdapat perdarahan, fungsi penciuman baik, tidak

terdapat nyeri tekan di sekitar hidung. Telinga tampak simetris, tidak ada

pembengkakan, tidak ada perdarahan, fungsi pendengaran baik, tidak

terdapat nyeri tekan disekitar telinga. Mukosa bibir lembab, gusi warnna

merah muda, tidak terdapat stomatitis, perdarahan dan pembengkakan, tidak

terdapat caries, tidak terdapat gigi ompong, tidak menggunakan gigi palsu,

lidah berada pada garis tengah, tidak tedapat kesulitan berbicara, fungsi indra

perasa baik. Warna kulit leher sama dengan kulit keseluruhan, tidak terdapat

jejas disekitar, tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar


65

getah bening, tidak ada pembengkakan pada trakhea, tidak ada distensi vena

jugularis, pergerakan leher baik.

Dada simetris, pergerakan dada simteris, tidak terdapat jejas, tidak

tedapat retraksi dinding dada, suara nafas vesikuler dan bunyi jantung 1 (lup)

Bunyi Jantung 2 (dup). Abdomen simetris, tidak terdapat jejas di bagian

abdomen, bising usus 10x/menit, terdapat luka pasca operasi ± 4 cm, tidak

ada tanda infeksi, tidak tedapat pembengkakan, kandung kemih teraba

kosong. Ektremitas atas bentuk simetris, tidak ada oedema, nilai kekuatan

otot pasien baian dextra dan sinistra yaitu 5. Ektermitas bawah simetris, tidak

ada oedema, ada bunyi krepitas pada calcaneus dextra, tedapat luka pada kaki

bagian dextra, nilai kekuatan otot bagian sinistra 5, bagian dextra 4.

Hasil pemeriksaan dan diagnosa dokter menunjukkan pasien

Apendisitis Akut, pasien kemudian pindah ruang perawatan bedah yaitu

Ruang Angsana dan direncanakan operasi Apendiktomi tanggal 23 April

2022 pukul 08.00 WIB, riwayat keluarga dan pasien belum pernah ada

riwayat operasi sebelumnya. Pasien kembali ke ruang perawatan bedah

setelah operasi Apendiktomi selesai pukul 11.00 WIB, di ruang Angsana

pasien mendapat terapi IVFD RL 20 tpm, Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam,

Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam, Inj. Ranitidine 2x1.

Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium tanggal 22 April 2022

didapatkan data Hemoglobin 12,5 g/dL (11,7-15,5), leukosit 7,1 ribu/µl

(5-10), Hematokrit 38 % (35-47), Trombosit 257 ribu/µl ( 150-450),

eritrosit 4,56 juta/ µl (4,2-5,4), MCV 83 fL (80-100), MCH 27 pg (27-34),

MCHC 33 g/dl (32-36), Netrofil Segmen 54 % (50-70), Limfosit 37 %


66

(20-40), Waktu Perdarahan 2’ Menit (1-3), Waktu Pembekuan 11’ Menit

(<15).

Pada saat anamnesa, pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat-

obatan. Sebelum masuk rumah sakit frekuensi nmakan sebanyak 3x

sehari,tidak terdapat masalah pada kemampuan mengunyah da menelan,

nafsu makan menurun, tidak ada laergi makanan, jenis makan yang

dikonsumsi, nasi, lauk pauk, jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Saat

di rumah sakit frekuensi makan3x sehari, tidak terdapat masalah pada

kemampuan mengunyah dan menelan, porsi dan jenis makan sudah di

sediakan. Pola eliminasi sebelum masuk rumah sakit dilakukan mandiri,

BAB 1x dalam 2 hari feses berwarna kecoklatan dan berbau khas, BAK

3-5 kali sehari urine berwarna kuning jernih berbau khas. Setelah masuk

rumah sakit eliminasi BAB dan BAK dibantu oleh keluarga.

Berdasarkan data dari hasil pengkajian pasien mengeluhan nyeri

pada luka pasca operasi, nyeri seperti ditusuk/tersayat, hilang timbul,

skala nyeri 6, ketika muncul durasi nyeri ± 8 menit, nyeri makin terasa

saat hanya berbaring, dan lemas. Keadaan umum baik, kesadaran

Composmentis, TTV : 160/70 mmHg, Nadi 80 x/m, Suhu 36,1 oC, RR 20

x/m, terdapat luka post apendiktomi ± 4 cm, luka tampak bersih, tidak ada

pus, tidak ada kemerahan, tidak ada bengkak. Selanjutnya dari hasil

pengkajian menunjukan terdapat masalah keperawatan nyeri akut.

Berdasarkan masalah keperawatan di atas, intervensi yang dilakukan

adalah melakukan identifikasi nyeri dan memberikan terapi non

farmakologis yaitu teknik relaksasi genggam jari, tujuannya untuk menilai


67

penurunan skala nyeri pada pasien dengan post operasi apendiktomi.

Penerapan terapi non farmakologis dalam tindakan teknik relaksasi

genggam jari ini dilakukan dengan posisi pasien senyaman mungkin,

dengan menggenggam jari selama kurang lebih 3-5 menit dengan menarik

napas dalam secara teratur kemudian seterusnya beralih ke jari

selanjutnya, tindakan dilakukan sebanyak 1x dalam sehari selama 3 hari

dan menganjurkan pasien melakukan secara mandiri 3-5 kali dalam sehari

saat merasakan nyeri.


Tabel 4.1 Intervensi Maupun Evaluasi Penerapan Teknik Relaksasi Genggam Jari

No Tanggal/ Sebelum Dilakukan Implementasi Setelah Dilakukan Implementasi Tanggal/


Jam Implementasi Jam

1. 23/04/2022 S: Memberikan terapi S : 23/04/2022


15.00 WIB Pasien mengatakan pada luka relaksasi genggam a) Pasien mengatakan nyeri sedikit 15.30 WIB
pasca operasi, nyeri seperti jari berkurang
ditusuk/tersayat, hilang timbul, b) Pasien mengatakan mengerti
skala nyeri 6, ketika muncul durasi manfaat dan tahan terapi
nyeri ± 8 menit, nyeri makin terasa relaksasi genggam jari
saat hanya berbaring, dan lemas. O:
O: a) Pasien tampak lebih rileks
Pasien tampak meringis, b) Pasien masih tampak sedikit
menyentuh area yang terasa nyeri meringis
TTV : 160/70 mmHg c) Skala Nyeri 5
N : 80 x/m TTV :
S : 36.1 oC TD : 130/70 mmHg
RR : 20 x/m N : 80 x/m
S : 36.1 oC
69

RR : 20 x/m
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
2. 24/04/2022 S: Memberikan terapi S : 24/04/2022
13.00 WIB Pasien mengatakan masih nyeri relaksasi genggam c) Pasien mengatakan nyeri 13.20 WIB
pada luka pasca operasi, nyeri jari berkurang
seperti ditusuk/tersayat, hilang d) Nyeri pada saat-saat tertentu,
timbul, skala nyeri 4, ketika seperti malam hari
muncul durasi nyeri ± 5 menit, e) Pasien mengatakan mengerti
nyeri makin terasa saat hanya manfaat dan tahan terapi
berbaring, malam sulit tidur. relaksasi genggam jari
O: f) Pasien mengatakan sering
Pasien tampak memegangi area mempraktikan secara mandiri
nyeri, meringis saat nyeri datang
TTV : O:
TD : 120/70 mmHg d) Pasien tampak lebih rileks
N : 82 x/m e) Meringis berkurang
S : 36, 2 oC f) Skala Nyeri 3
70

RR : 20 x/m TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/m
S : 36, 2 oC
RR : 20 x/m
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3. 25/04/2022 S: Memberikan terapi S : 25/04/2022
10.00 WIB Pasien mengatakan nyeri relaksasi genggam g) Pasien mengatakan berkurang 10.30 WIB
berkurang, hanya saat-saat tertentu jari h) Pasien mengatakan intensitas
saja, nyeri pada luka pasca operasi, nyeri jarang
nyeri seperti dicubit, hilang timbul, i) Pasien mengatakan mengerti
skala nyeri 3, ketika muncul durasi manfaat dan tahan terapi
nyeri ± 1 menit, malam tidur relaksasi genggam jari
nyenyak. j) Pasien mengatakan sering
O: mempraktikan mandiri relaksasi
Pasien tampak memegangi area genggam jari saat nyeri datang
yang terasa nyeri O:
TTV : g) Pasien tampak rileks
71

TD : 110/80 mmHg h) Skala Nyeri 1


N : 82 x/m TTV :
S : 36, 3 oC TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x/m N : 80 x/m
S : 36, 3 oC
RR : 20 x/m
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan (pasien
pulang)
B. Pembahasan

Subjek studi kasus dalam hal ini adalah pasien dengan post

apendiktomi yang mengalami masalah keperawatan nyeri akut. Salah satu

tanggung jawab perawat adalah memberi kenyamanan dan rasa aman

kepada pasien, dengan cara membantu pasien dalam menemukan cara

untuk mengatasi nyeri.

Berdasarkan hasil diatas Ny. I memiliki masalah keperawatan

nyeri akut kategori agen pendecera fisik; prosedur operasi sesuai dengan

teori yang ada di dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Edisi 1 Hal 172. Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan

hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan dengan tiga penyebab

yaitu agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma),

agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia, iritan), agen

pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat

berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah ditetapkan penulis

memfokuskan intervensi pada masalah utama yaitu nyeri akut dengan

terapi relaksasi genggam jari sesuai dengan yang tercantum dalam buku

Standar Intervensi Keperawatan Edisi 1 hal 201. Nyeri akut dengan

intervensi utama yaitu manajemen nyeri dengan definisi mengidentifikasi

dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional, yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau


73

lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan dengan tindakan

terapeutik salah satunya yaitu dengan memberikan teknik non

farmakologis untuk mengurangi nyeri yaitu teknik relaksasi dengan

genggam jari.

Setelah dilakukan pengkajian dan didapatkan masalah

keperawatan, peneliti melakukan kontrak waktu serta meminta

persetujuan pasien untuk dilakukan implementasi teknik relaksasi

genggam jari selama 3 hari dengan 1 kali tindakan dalam 1 kali

pertemuan, serta menganjurkan pasien untuk meakukan teknik relaksasi

genggam jari tersebut secara mandiri saat-saat nyeri datang. Implementasi

pada hari pertama dilakukan pada tanggal 23 April 2022 pukul 15.00 WIB

setelah 4 jam pasien pasca operasi apendiktomi. Pasien tampak meringis,

menunjuk area yang terdapat nyeri, setelah dilakukan identifikasi nyeri

pasien mengatakan nyeri dalam rentang nyeri sedang atau dalam skala

nyeri 6 sebelum dilakukan implementasi ditandai dengan tekanan darah

pasien meningkat yaitu 160/70 mmHg. Setelah itu dilakukan

implementasi teknik relaksasi genggam jari selama 3-5 menit dan

dilakukan evaluasi setelah tindakan teknik relaksasi genggam jari

didapatkan hasil penurunan skala nyeri meski masih dalam rentang nyeri

sedang, yaitu dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 5, kemudian tanda

vital pasien kembali normal yaitu 130/70 mmHg.

Pada hari kedua tanggal 24 April 2022 pukul 13.00 WIB sebelum

diberikan terapi obat dilakukan identifikasi nyeri, pasien mengatakan

masih sedikit nyeri namun tidak seperti hari pertama, tidur tidak nyenyak
74

saat malam karena nyeri, nyeri skala 4, pasien mengatakan sering

melakukan tindakan relaksasi genggam jari tersebut saat-saat nyeri

datang, setelah dilakukan tindakan teknik relaksasi genggam jari selama

3-5 menit kemudian dilakukan evaluasi terdapat penurunan nyeri yaitu

dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan atau dari skala nyeri 4 menjadi

nyeri ringan.

Pada hari ketiga tanggal 25 April 2022 pukul 10.00 WIB sebelum

dilakukan tindakan teknik relaksasi genggam jari pasien tampak tenang,

mengatakn nyeri berkurang, skala nyeri dalam rentang nyeri ringan atau

skala nyeri 3, setelah dilakukan tindakan teknik relaksasi genggam jari

dan dilakukan evalusi terdapat penurunan nyeri dari skala nyeri 3 menjadi

skala nyeri 1. Tidak ada keluhan sulit tidur dan tanda-tanda vital dalam

rentang normal.

Menurut (Buyukyilmaz, 2014) nyeri pasca operasi hari pertama

akan berangsur menurun pada hari-hari berikutnya. Nyeri operasi mulai

dapat dirasakan setelah dua jam pembedahan, akibat efek anestesi yang

mulai menghilang. Selama dilakukan pengkajian berhari-hari setelah

operasi nyeri akan muncul dari skala sedang sampai berat. Pengalaman

nyeri pada setiap pasien post operasi dilaporkan mengalami nyeri dengan

intensitas tinggi pada hari pertama dan menurun di hari-hari berikutnya

(Rosiska, 2021).

Berdasarkan penjelasan tersebut penulis menyimpulkan bahwa

teknik relaksasi genggam jadi dapat menurunkan intensitas nyeri pada


75

pasien dengan masalah keperawatannyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisik; prosedur operasi.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melkias

Dikson, Benediktus Toki dan Anastasia Cenona (2019) di RSUD dr. T. C.

Hillers Maumere menunjukan adanya pengaruh yang signifikan teknik

relaksasi genggam jadi terhadap perubahan skala nyeri pada pasien post

operasi apendiktomi dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan, penurunan

ini merupakan efek dari teknik relaksasi genggam jari yang dilakukan

minimal 3 kali selama 10-15 menit. Penurunan nyeri sebenarnya terjadi

secara berbeda-beda akibat kondisi seseorang, ada berbagai faktor yang

mempengaruhi nyeri seseorang yang misal salah satunya dengan

kehadiran keluarga dan dukungan sosial dari keluarga. Selama masa

perawatan pasca operasi pasien senantiasa ditemani oleh keluarga dan

suami sehingga memberikan rasa tenang dan mengurangi kecemasan.

Teknik relaksasi genggam jari melibatkan genggaman jari dan

pengaturan nafas. Pada setiap anggota tubuh terdapat aliran energi,

dimana pada genggaman jari ini aliran energi dipersepsikan sebagai

stimulus untuk rileks. Stimulus ini mengaktifkan transmisi serabut saraf

A-beta yang lebih besar dan cepat, menurunkan transmisi nyeri melalui

serabut C dan delta-A yang berdiameter lebih kecil, proses ini

menghambat stimulus nyeri. Jika tidak ada informasi nyeri yang

disampaikan ke otak, maka tidak ada nyeri yang dirasakan. Dengan

pengaturan nafas melalui genggaman jari, ketegangan serta kecemasan

pasien dapat dikontrol, pasien akan merasa rileks dan santai yang
76

selanjutnya akan menimbulkan tingkat kenyamanan yang lebih baik

sehingga intensitas nyeri dapat menurun. Perlakuan relaksasi genggam

jari akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen

non nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptormengakibatkan “pintu

gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang

(Aswad, 2020)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus yang sudah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa implementasi yang dilakukan mulai dari tanggal 23-

25 April 2022 dimana pasien mengalami masalah keperawatan nyeri akut.

Hasil analisa data yang didapat menunjukan masalah keperawatan nyeri

akut, intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri akut yaitu

manajemen nyeri dengan teknik non farmakologi yaitu teknik relaksasi

genggam jari selama 3 hari berturut-turut dengan durasi 3-5 menit.

Hasil evaluasi keperawatan menunjukkan adanya penurunan nyeri

pada masalah nyeri akut pasien yang ditandai dengan keluhan nyeri

menurun, meringis menurun, tanda-tanda vital dalam rentang normal,

keluhan sulit tidur menurun. Setelah dilakukan implementasi teknik

relaksasi genggam jari selama 3 hari berturut-turut didapatkan hasil

adanya penurunan nyeri pada pasien post operasi dengan rata-rata

penurunan 1-2 skala nyeri yang diukur dengan Numeric Rating Scale atau

dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan evaluasi langsung penerapan EBP ini didapatkan terjadi

penurunan nyeri yang signifikan pada pasien post operasi dengan

77
78

masalah nyeri akut, sehingga karya ilmiah ini dapat dijadikan

referensi dalam mengembangkan standar prosedur operasional untuk

manajemen nyeri dengan teknik non farmakologi terapi relaksasi

genggam jari.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran baru

mengenai intervensi pada manajemen nyeri dengan teknik relaksasi

genggam jari pada pasien dengan post operasi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hayat, E. M. (2020). Pengaruh Tehnik Relaksasi genggam Jari Terhadap


Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Appendictomy Di Ruang Irna III
RSUD P3 Gerung Lombok Barat. Manuju : Malahayati Nursing Journal, 2,
188-200.

Aswad, A. (2020). Relaksasi Finger Hold Untuk Penurunan Nyeri Pasien Post
Operasi Appendektomi. Jambura Health and Sport Journal.

Awan Hariyanto, S. N. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah I Dengan


Diagnosis NANDA Internasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Fitriawati, e. E. (2020). Penurunan Skala Nyeri Pasien Post-Op Appendictomy


Menggunakan Teknik Relaksasi Genggam Jari. Ners Muda.

Grece Frida Rasubala, L. T. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap


Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi di RSUP Prof. DR. R.D Kandao dan
RS TK.III R.W Mongisidi Teling Manado. e-Journal Keperawatan (e-Kp)
volume 5 Nomor 1.

Griffin, P. P. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan


Praktik. Jakarta: EGC.

Hill, R. Y. (2011). Nursing from the inside-out living : Living and Nursing from the
highest point of your consciousness. London: Jones and Barlett Publishers.

Majid, A. (2011). Keperawatan Perioperatif Edisi 1. Yogyakarta: Goysen.

Mansjoer, A. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI.

Melkias Dikson, B. T. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap


Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien Post Appendiktomi Di Ruang Dahlia
RSUD DR. T.C Hillers Maumere. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
Masyarakat, VI.

Neila Sulung, S. D. (2017). Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Intensitas


Nyeri pada Pasien Post Apendiktomi. Jurnal Endurance, 397-405.

Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik


Surabaya. Surabaya: Salemba Medika.

Prasetyo, S. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

79
80

Priscilla LeMone, K. M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (5 ed.).


Jakarta: EGC.

Rosiska, M. (2021). Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap


Penurunan Nyeri pada Pasien Post Op. Jurnal Ilmu Kesehatan Dharma
Indonesia.

S, K. S. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sjamsuhidajat, W. d. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart, Volume 1 edisi 12. Alih Bahasa : Andry Hartanono,
H.Y Kuncara, Elyna S. Laura Siahaan, Agung Waluyo. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Edisi 12. Alih Bahasa : Devi Yulianti, S.Kp., Amelia
Kimin, S.Kp., Jakarta: EGC.

Sri Dinengsih, E. S. (2017). The Influence Of Finger Hold Relaxation Technique


On Pain Reduction Of Post Sectio Caesarea Patients. ANUN MEDIKA

Sulistyo Andarmoyo, S. N. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media .

Tarwiyah, M. R. (2022). Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Skala Nyeri


Pasien Post Operasi. JINTAN : Jurnal Ilmu Keperawatan, 27-32.
81

LAMPIRAN
82

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Elis Puji Lestari


Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 11 Februari 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Masjid Nurul Iman, Kp. Kongsi Baru RT. 04/01
Email : ellis.puji.lestari@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. 2005 – 2011 : Madrasah Ibtidaiyah Tasywiquth Thulab (TBS)


2. 2011 - 2014 : Madrasah Tsanawiyah Tasywiquth thulab (TBS
3. 2014 - 2017 : SMK Kesehatan Bina Prestasi Tangerang
4. 2017 - 2021 : Program Studi D IV Keperawatan Politekkes Kemenkes Banten
5. 2021 – 2022 : Program Studi Pendidikan Profesi Ners Politekkes Kemenkes Banten

Riwayat Organisasi :

1. 2018-2019 : Anggota Divisi Kewirausahaan Badan Pengawas Mahasiswa Jurusan


DIV Keperawatan
83

Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
84

Lampiran 3
Persetujuan Menjadi Responden
85

Lampiran 4

Balasan Surat Izin Penelitian


86

Lampiran 5

Tindakan Teknik Relaksasi Genggam Jari


87

Lampiran 6

Pemeriksaan Penunjang
88

Lampiran 7

Lembar Konsultasi
89

Lampiran 8
90

Lampiran 9
91

Lampiran 10

Anda mungkin juga menyukai