LP Dan Askep Stase KDP Dengan Gangguan Oksigenasi - Putu Liawan - Nim. 239013088
LP Dan Askep Stase KDP Dengan Gangguan Oksigenasi - Putu Liawan - Nim. 239013088
Oleh:
Putu Liawan
239013088
2. Etiologi
Menurut Ambarwati (2014) dalam (Eki, 2017), terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status
kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi
pernapasannya di antaranya adalah:
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau
pada saat terpapar zat beracun.
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi.
3) Hipovolemia.
4) Peningkatan laju metabolik.
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitasdan penyakit kronis.
b. Status kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi, pada individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses
oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan:
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteri osklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
paru menurun
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi
fungsi pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional dan penggunaan zat- zat tertentu secara sedikit banyaknya
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi
yaitu:
1) Suhu lingkungan.
2) Ketinggian.
3) Tempat kerja (polusi).
3. Patofisologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar
dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka
oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon
jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu
akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada
proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Smeltzer & Bare, 2002).
4. Pathway
Udara di Atmosfer
Gangguan
Sumbatan Bronkus
pengeluaran muskus
Gangguan
Pola nafas cepat dan dangkal pegembangan
paru/kolaps alveoli
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
5. Klasifikas
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi (Kusnanto, 2016).
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-
ekspirasi). Ventilasi paru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
2) Daya pengembangan dan pengempisan thorak dan paru pada alveoli
dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
3) Jalan napas
Inspirasi udara dimulai dari hidung hingga alveoli dan sebaliknya
saat ekspirasi, yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya
sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan
simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi
vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses
penyempitan.
4) Pengaturan Nafas
Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons. Pusat
nafas biasanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang
merupakan hasil metabolism sel yang mampu dengan mudah
melewati sawar darah otak atau sawar darah cairan cerebrospinalis.
Kenaikan CO2 inilah yang akan meningkatkan konsentrasi hydrogen
dan akan merangsang pusat nafas. Perangsangan pusat pernafasan
oleh peningkatan CO2 merupakan mekanisme umpan balik yang
penting untuk mengatur konsentrasi CO2 seluruhtubuh. Adanya
trauma kepala atau edema otak atau peningkaan tekanan intracranial
dapat menyebabkan gangguan pada system pengendalian ini.
b. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru
dan CO2, di kapilerdengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti luasnyapermukaan paru, tebal membran respirasi
atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial
(keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana
O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam
rongga alveoli lebih tinggidari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis,
masuk dalam darah secara difusi).
1) Luasnya permukaan paru
Bila luas permukaan total berkurang menjadi tinggal sepertiga saja,
pertukaran gas-gas tersebut dapat terganggu secara bermakna bahkan
dalam keadaan istirahat sekalipun. Penurunan luas permukaan
membran yang paling sedikitpun dapat menganggu pertukaran gas
yang hebat saat olahraga berat atau aktifitas lainnya. Pada
konsolidasi paru seperti dijumpai pada randang paru akut, atau
pada tuberkulosa paru, pengangkatan sebagian lobus paru, terjadi
penurunan luas permukaan membran respirasi.
2) Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara
epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam
darah oleh karena tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari
tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara
berdifusi) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke
dalam alveoli.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat
HB.
c. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan
berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam
plasma (3%) sedangkan CO2 akan berikatan dengan hb membentuk
karbominohemiglobin (30%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian
menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1) Kardiak output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang,
maka jumlah oksigen yang ditransport juga akan berkurang.
2) Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan HB akan
berkurang juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
3) Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya
pembuluh darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan
lancar menuju daerah tujuan.
4) Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau
plasma darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental
keadaan darah maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
5) Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah
(Eki, 2017)
6. Gejala Klinis.
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secaraefisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
h. CT-Scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
8. Therapy
Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2015), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2
> 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan
dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan,
menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2
> 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada:
a. Perubahan frekuensi atau pola napas
b. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
c. Hipoksemia
d. Menurunnya kerja napas
e. Menurunnya kerja miokard
f. Trauma berat
a. Inhalasi oksigen
Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2015), terdapat dua sistem inhalasi
oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1–6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau
dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 -
60%.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong
yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi.
Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah
oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi
pada kantong. Aliran oksigen 8-10 liter/menit, dengan
konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Sungkup muka non rebreathing mempunyai dua katup, satu
katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi
dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian
oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 80 – 100%.
2) Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih
stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh
dari sistem aliran tinggi adalah dengan venturymask atau sungkup
muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip
pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju
sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat
diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih
28%, jingga 31%, kuning 35%, merah40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan
gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas
(Hidayat, 2009).
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh
yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret
pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara
memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan
yang diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini
bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan
sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran
sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan
posisi berbeda pada setiap segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki
ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress.
Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukanuntuk melatih
pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan
untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau
benda asing di jalan napas.
5) Penghisapan lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan padapasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau
lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan
jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Hidayat, 2009).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas
c. Pola nafas tidak efektif
3. Rencana Tindakan
C. DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J., & Moyet. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (13 ed.).
Jakarta: EGC.
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Identitas Klien
Nama : An. B
Umur : 5 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Marital : Anak
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Kintamani Desa Subaya
Tanggal Masuk : 15 September 2023
Tanggal Pengkajian : 19 September 2023
No. Register : 746074
Diagnosa Medis : Sups Encepalitis + Pneumonia + Epusi Pleura
Genogram :
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya makan 3-4 kali/hari dengan
komposisi nasi daging dan sayur secukupnya habis satu porsi dan minum air
mineral kurang lebih 800-100 ml/hari .
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya makan dan minum dibantu
oleh petugas kesehatan menggunakan selang NGT.
c. Pola Eleminasi
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya BAB normal 1-2 kali sehari
dan BAK 3-4 kali sehari.
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya BAB dibantu menggunakan
pampers dan BAK dibantu menggunakan selang kateter.
h. Pola Peran-Hubungan
Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan semua anggota keluarga
terjalin dengan baik.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya merupakan anak laki-laki ke 2
dari 2 bersaudara.
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki gangguan
pada alat vitalnya.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Ibu pasien mengatakan ketika ada masalah anaknya selalu menceritakan
kepada ayah dan ibu.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Ibu pasien mengatakan anaknya beragama hindu dan sering mengikuti
kegiatan sembahyang.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran: Koma
GCS: Verbal: 1 Motorik: 1 Mata: 1
b. Tanda-tanda Vital
N: 117x/menit
SpO2: 94%
Suhu:37,9˚C
TD:73/37 mmHg
RR:18x/menit
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan Leher
Inspeksi: Kepala normocephali, tidak ada lesi, penyebaran rambut merata,
rambut berwarna hitam, bentuk leher simetris, tidak ada pembengkakan
pada kelenjar tiroid
Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
2) Mata
Inspeksi: Mata Simetris, anemis (-/-), ikterik (-/-), iso
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
3) Telinga
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada perdarahan
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
4) Hidung dan Sinus
Inspeksi: Hidung Simetris, tidak ada perdarahan
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
5) Mulut dan Faring
Inspeksi: Bibir kering, tidak ada sianosis, terpasang ventilator
6) Dada (Thoraks)
Paru-paru:
Inspeksi: Retraksi
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Suara redup
Auskultasi: Suara nafas ronkhi
Jantung:
Inspeksi: tampak apex jantung di kanan
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Suara pekak
Auskultasi: Suara jntung lup dup S1 S2 tunggal, reguler. Murmur (-)
7) Abdomen
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, Distensi (+)
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi: Bising usus (+)
8) Pemeriksaan batang tubuh (truncus)/ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi: Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, edema (=)
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
111 111
111 111
5. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik) :
a. Data Laboratorium
Tanggal 15/09/2023
NILAI
PARAMETER HASIL SATUAN
NORMAL
REG NO: 2532494
HEMATOLOGI
Eos% 0.1 % 0.0 – 8.0
Neu% 85.6 % 25.0 – 27.0
Bas% 0.2 % 0.0 – 3.0
Neu# 11.83 10^3/uL 1.80 – 8.00
Bas# 0.03 10^3/uL 0.00 – 0.20
Mon# 0.76 10^3/uL 0.12 – 1.20
Hematokrit (HCT) 37.5 % 35.0 – 49.0
MVP 10.7 fL 6.5 – 12.0
Lym% 8.6 % 20.0 – 65.0
PDW 16.6 fL 9.0 – 17.0
DARAH LENGKAP :
RDW-SD 48.3 fL 35.0 – 56.0
Lym# 1.19 10^3/uL 1.20 – 5.80
MCHC 34.0 g/dL 32.0 – 36.0
Eritrosit (RBC) 4.91 10^6/uL 3.50 – 5.50
Trombosit (PLT) 171 10^3/uL 150 -450
MCV 76.4 fL 80.0 – 100.0
RDW-CV 14.1 % 11.0 – 16.0
Hemoglobim (HGB) 12.7 g/dL 11.0 – 16.0
Eos# 0.01 10^3/uL 0.00 – 0.50
Mon# 5.5 % 0.0 – 9.0
MCH 25.9 pg 27.0 – 34.0
Leukosit (WBC) 13.82 10^3/uL 4.00 – 12.00
PCT 0.183 % 0.108 – 0.282
KIMIA KLINIK
Pemeriksaan Elektrolit
Natrium 105 mmol/l 132 - 145
Kalium 4.9 mmol/l 3.5 – 5.0
-Chlorida 79 mmol/l 96 - 111
AGD
ICO2 22 mmol/l 22 - 29
PO2 192 mmHg 75 – 100
BE 0 mmol/l -2 - +2
HCO3 21.7 mmol/l 22 - 28
PCO2 20.9 mmHg 35 - 45
PH 7.623 mmHg 7.35 – 7.45
ANALISA GAS DARAH :
SaO2 100 % 94 - 100
AaDO2 210 mmHg 0.0 24
6. DATA TAMBAHAN
a. Radiologi
1) CT Scan kepala non kontras
Tanggal 16/09/2023
Setelah dilakukan pemeriksaan CT Scan Kepala tanpa kontras, dengan
berikut:
Kesan:
Tidak Tampak perdarahan intracranial
Tidak tampak SOL
Tulang-tulang intak
2) X Ray Thorak
Tanggal 18/09/2023
Kesan:
Efusi fleura kanan
Cor: Ukuran Normal namum apex jantung di kanan (Dextrocardia)
7. THERAPI
Tanggal
No. awal Nama Dosis Rute Indikasi
diberikan
Ventilator PCV Melimitasi tekanan
I:E
1 FiO2 100, pip Inhalasi pada jalan nafas pada
1:2
20, peep 6 paru-paru
Tridex 27b (kaen
Menggantikan
3b) 1000 +
2 4occ/jam IV kehilangan akut cairan
Aminofusin Ped
tubuh
300
Dopamin Menangani masalah
3 50mg+NaCl 0,7cc/jam IV ketidakseimbangan
0,9=50cc hemodinamik
19/09/2023
Mengobati supresi
4 Dexametason 3x1 ampul IV inflamasi dan
gangguan alergi
Mengontrol dan
5 Phenobarbital 2x50 mg IV
meredakan kejang
6 Metronidazole 3x150 mg IV Mencegah infeksi
7 Paracetamol 16 cc/4 jam IV Menurunkan demam
Mencegah perdarahan
8 Omeprazole 2x20 mg IV
saluran cerna atas
9 Dulcolax Supp 1x1 Dubur Terapi Konstipasi
B. ANALISA DATA
Masalah Kolaboratif /
Data Etiologi
Keperawatan
DS : Sumbatan bronkus
Ibu pasien mengatakan
kesadaran pasien
Gangguan pengeluaran muskus
menurun
DO :
Bersihan jalan nafas tidak
KU pasien menurun,
Akumulasi muskus pada bronkus efektif berhubungan
tampak sesak, suara nafas
dengan sekresi yang
ronkhi,
tertahan didukung infeksi
TTV:
Bersihan Jalan Nafas Tidak saluran nafas
N: 117x/menit
Efektif
SpO2: 94%
Suhu:37,9˚C
TD:73/37 mmHg
RR:18x/menit
Putu Liawan
Melakukan tindakan TD: 59/36
Rabu
pengukuran TTV N: 77
20/09/2023
1 RR: 24
Jam 10.34
SpO2: 99%
WITA
S: 35˚C Putu Liawan
Memonitor status RR: 20x/menit
Jam 14.21 respirasi: adanya suara Suara nafas terdengar
1
WITA tambahan ronkhi
Putu Liawan
Melakukan tindakan Secret berwarna bening,
Jam 14.34 suction jumlah -/+ 5 cc
1
WITA
Putu Liawan
Melakukan KU: Koma
Putu Liawan
Melakukan tindakan TD: 66/43 mmHg
Kamis pengukuran TTV N: 100x/menit (lemah,
21/09/2023 tidak kuat angkat)
1
Jam 00.20 RR: 24x/menit
WITA SpO2: 96% on venti
S: 36˚C Putu Liawan
Memonitor status RR: 30x/menit
respirasi: adanya suara SpO2: 94%
Jam 06.29
1 tambahan + Suara nafas terdengar
WITA
Memonitor saturasi ronkhi
oksigen Putu Liawan
Melakukan tindakan TD: 72/68 mmHg
pengukuran TTV N: 80x/menit
Jam 20.19
1 RR: 20x/menit
WITA
SpO2: 96% on venti
S: 36,8˚C Putu Liawan
Melakukan tindakan Secret berwarna bening,
suction jumlah -/+ 5 cc
Jam 20.25 1
Putu Liawan
Melakukan KU: Koma
Putu Liawan
Melakukan tindakan TD: 66/45 mmHg
Jumat
pengukuran TTV N: 60x/menit
22/09/2023
1 RR: 24x/menit
Jam 00.00
SpO2: 95% on venti
WITA
S: 36,8˚C Putu Liawan
Melakukan tindakan Secret berwarna bening,
Jam 00.10 suction berkala jumlah -/+ 5 cc
1
WITA
Putu Liawan
Melakukan KU: Koma
pengukuran tingkat GCS: E: 1 V:1 M:1
Jam 03.00 1
kesadaran pasien
Putu Liawan
Melakukan tindakan TD: 66/45 mmHg
pengukuran TTV N: 60x/menit
Jam 07.03
1 RR: 24
WITA
SpO2: 95% on venti
S: 36,8˚C Putu Liawan
Memonitor status RR: 24x/menit
respirasi: adanya suara SpO2: 95% on venti
Jam 07.03
1 tambahan + Suara nafas terdengar
WITA
Memonitor saturasi ronkhi
oksigen Putu Liawan
E. EVALUASI
S: -
O:
KU: Koma
GCS: E: 1 V:1 M:1
Pasien tampak lemas, suara
nafas terdengar ronkhi dan
terpasang ventilator
Selasa TD: 73/37 mmHg
1 1
19/09/2023 N: 117x/menit
RR: 18x/menit
SpO2: 94%
S: 37,9˚C
Secret berwarna bening,
jumlah -/+ 5 cc
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi Putu Liawan
S: -
O:
KU: Koma
GCS: E: 1 V:1 M:1
Rabu
1 1 Pasien tampak lemas, suara
20/09/2023
nafas terdengar ronkhi dan
terpasang ventilator
TD: 59/36
N: 77 Putu Liawan
RR: 24
SpO2: 99%
S: 35˚C
Secret berwarna bening, jumlah
-/+ 5 cc
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
S: -
O:
KU: Koma
GCS: E: 1 V:1 M:1
Pasien tampak lemas, suara
nafas terdengar ronkhi dan
terpasang ventilator
Kamis TD: 72/68 mmHg
1 1
21/09/2023 N: 80x/menit
RR: 20x/menit
SpO2: 96% on venti
S: 36,8˚C
Secret berwarna bening,
jumlah -/+ 5 cc
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi Putu Liawan
S: -
Jumat O:
1 1
22/09/2023 KU: Koma
GCS: E: 1 V:1 M:1
Pasien tampak lemas, suara
nafas terdengar ronkhi dan
terpasang ventilator
TD: 66/45 mmHg
N: 60x/menit
RR: 24
SpO2: 95% on venti
S: 36,8˚C
Secret berwarna bening,
jumlah -/+ 5 cc
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Putu Liawan