Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RUANG PICU-NICU RSUD SANJIWANI GIANYAR

Oleh:
Putu Liawan
239013088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RUANG PICU-NICU RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 18-30 SEPTEMBER 2023

Clinical Instructure (CI) Mahasiswa

(Ns. Ni Made Suryati, S.Kep) (Putu Liawan)


NIP. 19820924 200501 2 009 NIM. 239013088

Clinical Teacher (CT)

(Ns. Ni Luh Gede Puspita Yanti S.Kep., M. Biomed)


NIK.2.04.10278
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh (Tarwoto & Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, 2006). Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan
aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito & Moyet, 2012).
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting bagi proses metabolisme sel
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan
kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang
paling utama dan sangat vital bagi tubuh.

2. Etiologi
Menurut Ambarwati (2014) dalam (Eki, 2017), terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status
kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi
pernapasannya di antaranya adalah:
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau
pada saat terpapar zat beracun.
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi.
3) Hipovolemia.
4) Peningkatan laju metabolik.
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitasdan penyakit kronis.
b. Status kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi, pada individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses
oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan:
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteri osklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
paru menurun
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi
fungsi pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional dan penggunaan zat- zat tertentu secara sedikit banyaknya
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi
yaitu:
1) Suhu lingkungan.
2) Ketinggian.
3) Tempat kerja (polusi).

3. Patofisologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar
dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka
oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon
jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu
akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada
proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Smeltzer & Bare, 2002).
4. Pathway

Udara di Atmosfer

Udara masuk melalui hidung


terdapat infeksi patogen

Gangguan
Sumbatan Bronkus
pengeluaran muskus

Terjebaknya udara di paru


Akumulasi muskus
pada bronkus
Tidak ada saluran
Udara diserap oleh aliran darah untuk meloloskan
udara yang terjebak
BERSIHAN JALAN
NAFAS TIDAK
EFEKTIF Oksigen lebih cepat di serap dari
nitrogen dan helium Ventilasi Kolateral

Terjadi dengan cepat dan luas Udara yang lolos


melalui pori
alveoli/fistula bronkioli
Dispnea alveoli

Gangguan
Pola nafas cepat dan dangkal pegembangan
paru/kolaps alveoli

POLA NAFAS TIDAK


EFEKTIF Ventilasi dan
perfusi tidak
seimbang

GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
5. Klasifikas
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi (Kusnanto, 2016).
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-
ekspirasi). Ventilasi paru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
2) Daya pengembangan dan pengempisan thorak dan paru pada alveoli
dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
3) Jalan napas
Inspirasi udara dimulai dari hidung hingga alveoli dan sebaliknya
saat ekspirasi, yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya
sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan
simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi
vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses
penyempitan.
4) Pengaturan Nafas
Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons. Pusat
nafas biasanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang
merupakan hasil metabolism sel yang mampu dengan mudah
melewati sawar darah otak atau sawar darah cairan cerebrospinalis.
Kenaikan CO2 inilah yang akan meningkatkan konsentrasi hydrogen
dan akan merangsang pusat nafas. Perangsangan pusat pernafasan
oleh peningkatan CO2 merupakan mekanisme umpan balik yang
penting untuk mengatur konsentrasi CO2 seluruhtubuh. Adanya
trauma kepala atau edema otak atau peningkaan tekanan intracranial
dapat menyebabkan gangguan pada system pengendalian ini.
b. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru
dan CO2, di kapilerdengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti luasnyapermukaan paru, tebal membran respirasi
atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial
(keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana
O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam
rongga alveoli lebih tinggidari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis,
masuk dalam darah secara difusi).
1) Luasnya permukaan paru
Bila luas permukaan total berkurang menjadi tinggal sepertiga saja,
pertukaran gas-gas tersebut dapat terganggu secara bermakna bahkan
dalam keadaan istirahat sekalipun. Penurunan luas permukaan
membran yang paling sedikitpun dapat menganggu pertukaran gas
yang hebat saat olahraga berat atau aktifitas lainnya. Pada
konsolidasi paru seperti dijumpai pada randang paru akut, atau
pada tuberkulosa paru, pengangkatan sebagian lobus paru, terjadi
penurunan luas permukaan membran respirasi.
2) Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara
epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam
darah oleh karena tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari
tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara
berdifusi) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke
dalam alveoli.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat
HB.
c. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan
berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam
plasma (3%) sedangkan CO2 akan berikatan dengan hb membentuk
karbominohemiglobin (30%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian
menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1) Kardiak output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang,
maka jumlah oksigen yang ditransport juga akan berkurang.
2) Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan HB akan
berkurang juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
3) Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya
pembuluh darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan
lancar menuju daerah tujuan.
4) Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau
plasma darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental
keadaan darah maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
5) Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah
(Eki, 2017)

6. Gejala Klinis.
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea

7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secaraefisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
h. CT-Scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

8. Therapy
Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2015), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2
> 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan
dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan,
menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2
> 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada:
a. Perubahan frekuensi atau pola napas
b. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
c. Hipoksemia
d. Menurunnya kerja napas
e. Menurunnya kerja miokard
f. Trauma berat

Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk memenuhi


kebutuhan oksigen:

a. Inhalasi oksigen
Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2015), terdapat dua sistem inhalasi
oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1–6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau
dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 -
60%.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong
yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi.
Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah
oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi
pada kantong. Aliran oksigen 8-10 liter/menit, dengan
konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Sungkup muka non rebreathing mempunyai dua katup, satu
katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi
dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian
oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 80 – 100%.
2) Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih
stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh
dari sistem aliran tinggi adalah dengan venturymask atau sungkup
muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip
pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju
sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat
diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih
28%, jingga 31%, kuning 35%, merah40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan
gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas
(Hidayat, 2009).
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh
yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret
pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara
memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan
yang diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini
bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan
sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran
sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan
posisi berbeda pada setiap segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki
ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress.
Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukanuntuk melatih
pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan
untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau
benda asing di jalan napas.
5) Penghisapan lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan padapasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau
lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan
jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Hidayat, 2009).

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara
fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat
keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
c. Riwayat perkembangan
1) Neonatus : 30 - 60 x/menit
2) Bayi : 44 x/menit
3) Anak : 20 - 25 x/menit
4) Dewasa : 15 - 20 x/menit
5) Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yangmengalami
masalah/penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya:
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen
dll.
f. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalh kebutuhan oksigen
meliputi; ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan
hidung dan tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi akibat
luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,
gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), obstruksi nasal
(akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan
keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap
pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media,
keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar
38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada
anak- anak), faring berwarna merah, dan adanya edema.
g. Pola batuk dan Produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk
termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan
berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker.
Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian
tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien
sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap
lingkungan tempat tinggal pasien (apakah berdebu, penuh asap, dan
adanya kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan.
Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan,
dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh
pasien.
h. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang
sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan
nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya
hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.
i. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a) Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah
napas spotan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau
menggunakan selang endotrakeal atau trachcostomi, kemudian
menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya
sekret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik.
b) Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu
menit (umumnya wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali
permenit orang dewasa, kurang dari 30 kali permenit pada anak-
anak, pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
c) Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal
dan kombinasi dari keduanya.
d) Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa
inspirasi dan ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih
lama dari inspirasi yaitu 2:1 pada orang sesak napas ekspirasi
lebih cepat. Dalam keadaan normal perbandingan frekuensi
pernapasan dan frekuensi nadi adalah 1:1 sedangkan pada orang
yang keracunan barbiturat perbandinganya adalah 1:6. Kaji
ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irregular.
- Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea.
- Kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau
pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
e) Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan.
Pada pernapasan dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak
bergerak ini biasanya dijumpai pada pasien penderita emfisema.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri
tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat,
metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan
pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks
pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti
getaran suara atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat
getaran sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya sewaktu pasien
berbicara. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga
ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu
inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran antara membran pleura
pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara
perkusi paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi
pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan
(ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
a) Suara perkusi normal
- Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru
dannormalnya bergaung dan bersuara rendah.
- Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru.
- Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara
umumnyabersifat musical.
b) Suara perkusi abnormal
- Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal
berisi udara.
- Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat
didengar pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya
berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencangkup mendengar suara napas normal dan suara tambahan
(abnormal).Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a) Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan
oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar
keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda
di antara kedua fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas
trachea atau daerah lekuk suprasternal.
b) Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi
sama panjang dengan ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di
daerah dada dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.
c) Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan
(E < I).

Jenis suara napas tambahan adalah:

a) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan


karakter suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang
disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang menyempit.
b) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-
menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan
produksi sputum.
c) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat
dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami
nyeri saat bernapas dalam.
d) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
- Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
- Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas
c. Pola nafas tidak efektif

3. Rencana Tindakan

DIAGNOSA KRITERIA HASIL TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Bersihan Jalan 1. Tidak ada batuk Setelah dilakukan NIC: Airway suctioning 1. Mengetahui
Napas Tidak Efektif 2. Suara nafas tindakan keperawatan 1. Tentukan perkembangan
tambahan 3x24 jam, kepatenan kebutuhan suction terapi oksigen
3. Perubahan jalan nafas, dengan oral dan atau dan kondisi klien
frekuensi napas kriteria hasil: trakheal 2. Mengetahui
4. Perubahan irama 1. Tidak mengalami 2. Auskultasi suara apakah masih
pernafasan demam (5) nafas sesudah dan terdapat sputum
5. Sianosis 2. Tidak mengalami sebelum 3. Mengurangi
6. Kesulitan berbicara kecemasan (5) melakukansuction kecemasa klien
7. Penurunan bunyi 3. Tidak tersedak (5) 3. Informasikan dan klrga trhadap
napas 4. Memiliki RR kepada klien dan tindakan
8. Dispnea dalam batas normal keluarga 4. Mencegah
9. Sputum dalam (4) tentang suction penularan
jumlah berlebihan
10. Batuk yang tidak 5. Memiliki irama 4. Gunakan universal 5. Mengetahui
efektif pernafasan yang precaution(masker, perkembangan
11. Ortopnea normal (4) sarung tangan) klien
12. Gelisah 6. Mampu 5. Pasang nasal kanul 6. Memantau jenis
13. Mata terbuka mengeluarkan selama sputum yang
lebar sputum dari jalan dilakukan suction dapat dijadikan
nafas (4) 6. Monitor status untuk
7. Bebas dari suara oksigen pasien pemeriksaan
nafas tambahan(4) (tingkat SaO2 dan klinis.
SvO2) dan status
hemodinamik
(tingkat
MAP [mean
arterial
pressure] dan
irama jantung)
segera sebelum,
selama dan
setelah suction
7. Perhatikan tipe dan
jumlah sekresi yang
dikumpulkan
Gangguan 1. Gas darah arteri Setelah dilakukan NIC: Airway 1. Untuk
Pertukaran Gas normal tindakan keperawatan management mempermudah
2. pH arteri normal 3x24 jam, status 1. Posisikan klien pertukaran gas
3. Pernafasan respiratori: pertukaran untuk 2. Untuk memantau
abnormal gas dengan indikator: memaksimalkan kondisi jalan
(kecepatan, irama 1. Status mental potensi nafas klien
dan kedalaman) dalam batas normal ventilasinya. 3. Untuk
4. Warna kulit (5) 2. Identifikasi mengeluarkan
abnormal (pucat, 2. Dapat melakukan kebutuhan klien sputum
kehitaman, napas dalam (5) akan insersi jalan 4. Memantau
kebiruan) 3. Tidak terlihat nafas baik aktual kondisi
5. Diaphoresis sianosis (5) maupun potensial. pernafasan klien
6. Sakit kepala saat 4. Tidak mengalami 3. Lakukan terapi 5. Memantau
bangun somnolen (4) fisik dada kondisi klien
7. Hipoksia 5. PaO2 dalam 4. Auskultasi suara
8. Hipoksemia rentang normal (4) nafas, tandai area
9. Nafas cuping 6. pH arteri normal penurunan atau
hidung (4) hilangnya ventilasi
10. Gelisah 7. ventilasi-perfusi dan adanya bunyi
11. Somnolen dalam kondisi tambahan
12. Takikardi seimbang (4) 5. Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi, sesuai
kebutuhan
Pola Nafas Tidak 1. Penggunaan otot Setelah dilakukan NIC: Respiratory 1. Mengetahui
Efektif bantu pernafasan tindakan keperawatan monitoring usaha nafas klien
2. Pernafasan cuping 3x24 jam, status 1. Monitor rata-rata, 2. Klien dengan
hidung respirasi: ventilasi irama, kedalaman pola nafas tidak
3. Fase ekspirasi dengan indikator: dan usaha respirasi efektif akan
memanjang 1. Respiratory Rate 2. Perhatikan mengalami
4. Hiperventilasi (5) pergerakan dada, pernafasan
5. Ansietas 2. Ekspansi dinding amati kesemetrisan, dengan bantuan
6. Ortopnea dada simetris (5) penggunaan otot- otot pernafasan
3. Mampu melakukan otot aksesoris, dan 3. Mengetahui
inspirasi dalam (5) retraksi otot kondisi
4. Tidak mengalami supraklavikuler dan pernafasan klien
dispnea (5) interkostal sekarang Kondisi
5. Tidak mengalami 3. Monitor pola kecemasan akan
ortopnea (5) pernafasan: memperparah
6. Auskultasi bunyi bradipneu, kesulitan nafas
nafas dalam takipneu, klien karena akan
rentang normal (5) hiperventilasi, semakin
respirasiKussmaul, mengkontrisika
respirasi Cheyne- 4. Mengetahui
Stokes perubahan
4. Monitor kondisi klien dari
peningkatan nadi yang
ketidakmampuan melemah semakin
istirahat, membaik dan dari
kecemasan, dan suhu yang tinggi
haus udara, menjadi normal.
perhatikan
perubahan pada
SaO2, SvO2,
CO2 akhir-tidal,
dan nilai gas darah
arteri (AGD),
dengan tepat
5. Monitor kualitas
dari nadi
6. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit.
4. Evaluasi
Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan terbagi
menjadi dua yaitu:
a. Evaluasi formatif (proses) Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi
formatif harus dilaksanakan segra setelah perencanaan keperawatan telah
diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi
tersebut. Evaluasi formatif harus dilaksanakan terus menerus hingga
tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam
evaluasi formatif terdiri atas analisis rencana asuhan keperawatan,
pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan
from evaluasi. Ditulis dalam catatan perawatan.
b. Evaluasi Sumatif (hasil) Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan
kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada
tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan. Fokus evaluasi sumatif adalah
perubahan prilaku atau status kesehatan pasien pada akhir asuhan
keperawatan. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan
secara paripurna. Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah
tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, tujuan tercapai sebagian/masalah
teratasi sebagian: jika klien menunjukan perubahan sebagian dari standar
dan kriteria yang telah ditetapkan, dan tujuan tidak tercapai/masalah tidak
teratasi jika klien tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali
dan bahkan timbul masalah baru. Penentuan masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara
SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.Perumusan
evaluasi sumatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan.
1) S (subjektif) Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada
klien yang afasia
2) O (objektif) Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh
perawat.
3) A (analisis) Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis
atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan) Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang
dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan pasien.

C. DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J., & Moyet. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (13 ed.).
Jakarta: EGC.

Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen


pada Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA Penyakit
Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhab Dasar Manusia: Apliksi Konsep


dan Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.


Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth (8 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Tarwoto, & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan (3 ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan (5 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. B
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RUANG PICU RSUD SANJIWANI GIANYAR

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Identitas Klien
Nama : An. B
Umur : 5 Tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Marital : Anak
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Kintamani Desa Subaya
Tanggal Masuk : 15 September 2023
Tanggal Pengkajian : 19 September 2023
No. Register : 746074
Diagnosa Medis : Sups Encepalitis + Pneumonia + Epusi Pleura

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. A
Umur : 23 Tahun
Hub. Dengan Klien : Orang Tua
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kintamani Desa Subaya
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Saat MRS: Ibu pasien mengatakan anaknya demam naik turun sejak 6 hari yang
lalu disertai lemas.
Saat pengkajian: Pasien tampak tidak sadarkan diri, sesak nafas, suara nafas
pasien ronkhi dan terpasang ventilator/alat bantu nafas.

Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu pasien mengatakan anaknya sakit dengan keluhan demam naik turun sejak
enam hari yang lalu kemudian ibu pasien membawa anaknya untuk berobat ke
RS BMC pada tanggal 13 September 2023. Pada tanggal 14 September 2023
pasien dikeluhkan nyeri saat BAK dengan disertai perut kembung. Mual (+) dan
pasien mengeluh tidak bisa kentut sejak pagi dan BAB terakhir pagi. Pada
tanggal 15 September 2023 pasien dilaporkan kejang pukul 00.10 WITA
didahului muntah sebanyak 3 kali. Kejang berlangsung 3 kali dengan jarak
kejang kurang lebih 30 menit. Kejang berlangsung kurang lebih 1 menit, kejang
tonic clonic, di antara episode kejang pasien tidak sadar, setelah kejang paien
tidak sadar. Pasien dirawat di ICU pada pagi hari dan langsung dirujuk ke RS
Sanjiwani dengan suspek ensefalitis dengan riwayat terapi yang didapat:
- Ivfd NaCl 0,9% 50cc/jam
- Diazepam IV ekstra kalu perlu, kejang
- Phenitoin 250 mg habis dalam 30 menit. Lanjut 2x50 mg
- Ranitidine 3x1/3 ampul
- Ondensentron 3x1/3 mg
- Ceftriaxone 2x750
- Dexamethasone 3x1 ampul
- Sanmol tiap 4 jam
- CA glukonas 3x1/3 ampul
- Metamizole 3x200 mg
- Microla supp extra
- Insersi NGT
- Insersi DC

Riwayat Kesehatan Dahulu


Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu pasien mengatakan di keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
atau riwayat sakit yang sama dengan pasien.

Genogram :

3. Pola Fungsi Kesehatan Gordon


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Ibu pasien mengatakan keluarga mengetahuai tentang penyakit yang dialami
pasien setelah mendapatkan penjelasan dari dokter yang menangani pasien.
Ibu pasien juga mengatakan ketikan ada keluarga yang sakit maka akan
dibawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan.

b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya makan 3-4 kali/hari dengan
komposisi nasi daging dan sayur secukupnya habis satu porsi dan minum air
mineral kurang lebih 800-100 ml/hari .
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya makan dan minum dibantu
oleh petugas kesehatan menggunakan selang NGT.

c. Pola Eleminasi
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya BAB normal 1-2 kali sehari
dan BAK 3-4 kali sehari.
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya BAB dibantu menggunakan
pampers dan BAK dibantu menggunakan selang kateter.

d. Pola Aktivitas dan Latihan


1) Aktivitas
Kemampuan
0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan Minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakain 
Berpindah 
0: Mandiri, 1: Alat Bantu, 2: Dibantu Orang Lain, 3: Dibantu orang lain dan
alat, 4: Tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya masih bisa beraktivitas
secara normal dan bermain dengan rekan-rekan sebayanya.
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya hanya bisa berbaring di
tempat tur pasien dengan kondisi tidak sadarkan diri.

e. Pola kognitif dan Persepsi


Ibu pasien mengatakan tahu tentang penyakit yang dialami pasien setelah
mendapatkan penjelasan dari dokter

f. Pola Persepsi-Konsep diri


Tidak terkaji

g. Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya tidur 12 jam sehari, pada
malam hari pasien tidur dari jam 20.30-08.30 WITA dan siang hari pasien
hanya bermain.
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya hanya tertidur saja.

h. Pola Peran-Hubungan
Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan semua anggota keluarga
terjalin dengan baik.

i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya merupakan anak laki-laki ke 2
dari 2 bersaudara.
Saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki gangguan
pada alat vitalnya.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Ibu pasien mengatakan ketika ada masalah anaknya selalu menceritakan
kepada ayah dan ibu.

k. Pola Nilai-Kepercayaan
Ibu pasien mengatakan anaknya beragama hindu dan sering mengikuti
kegiatan sembahyang.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran: Koma
GCS: Verbal: 1 Motorik: 1 Mata: 1
b. Tanda-tanda Vital
N: 117x/menit
SpO2: 94%
Suhu:37,9˚C
TD:73/37 mmHg
RR:18x/menit
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan Leher
Inspeksi: Kepala normocephali, tidak ada lesi, penyebaran rambut merata,
rambut berwarna hitam, bentuk leher simetris, tidak ada pembengkakan
pada kelenjar tiroid
Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
2) Mata
Inspeksi: Mata Simetris, anemis (-/-), ikterik (-/-), iso
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
3) Telinga
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada perdarahan
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
4) Hidung dan Sinus
Inspeksi: Hidung Simetris, tidak ada perdarahan
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
5) Mulut dan Faring
Inspeksi: Bibir kering, tidak ada sianosis, terpasang ventilator
6) Dada (Thoraks)
Paru-paru:
Inspeksi: Retraksi
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Suara redup
Auskultasi: Suara nafas ronkhi
Jantung:
Inspeksi: tampak apex jantung di kanan
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Suara pekak
Auskultasi: Suara jntung lup dup S1 S2 tunggal, reguler. Murmur (-)
7) Abdomen
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, Distensi (+)
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi: Bising usus (+)
8) Pemeriksaan batang tubuh (truncus)/ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi: Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, edema (=)
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
111 111
111 111
5. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik) :
a. Data Laboratorium
Tanggal 15/09/2023
NILAI
PARAMETER HASIL SATUAN
NORMAL
REG NO: 2532494
HEMATOLOGI
Eos% 0.1 % 0.0 – 8.0
Neu% 85.6 % 25.0 – 27.0
Bas% 0.2 % 0.0 – 3.0
Neu# 11.83 10^3/uL 1.80 – 8.00
Bas# 0.03 10^3/uL 0.00 – 0.20
Mon# 0.76 10^3/uL 0.12 – 1.20
Hematokrit (HCT) 37.5 % 35.0 – 49.0
MVP 10.7 fL 6.5 – 12.0
Lym% 8.6 % 20.0 – 65.0
PDW 16.6 fL 9.0 – 17.0
DARAH LENGKAP :
RDW-SD 48.3 fL 35.0 – 56.0
Lym# 1.19 10^3/uL 1.20 – 5.80
MCHC 34.0 g/dL 32.0 – 36.0
Eritrosit (RBC) 4.91 10^6/uL 3.50 – 5.50
Trombosit (PLT) 171 10^3/uL 150 -450
MCV 76.4 fL 80.0 – 100.0
RDW-CV 14.1 % 11.0 – 16.0
Hemoglobim (HGB) 12.7 g/dL 11.0 – 16.0
Eos# 0.01 10^3/uL 0.00 – 0.50
Mon# 5.5 % 0.0 – 9.0
MCH 25.9 pg 27.0 – 34.0
Leukosit (WBC) 13.82 10^3/uL 4.00 – 12.00
PCT 0.183 % 0.108 – 0.282
KIMIA KLINIK
Pemeriksaan Elektrolit
Natrium 105 mmol/l 132 - 145
Kalium 4.9 mmol/l 3.5 – 5.0
-Chlorida 79 mmol/l 96 - 111
AGD
ICO2 22 mmol/l 22 - 29
PO2 192 mmHg 75 – 100
BE 0 mmol/l -2 - +2
HCO3 21.7 mmol/l 22 - 28
PCO2 20.9 mmHg 35 - 45
PH 7.623 mmHg 7.35 – 7.45
ANALISA GAS DARAH :
SaO2 100 % 94 - 100
AaDO2 210 mmHg 0.0 24

6. DATA TAMBAHAN
a. Radiologi
1) CT Scan kepala non kontras
Tanggal 16/09/2023
Setelah dilakukan pemeriksaan CT Scan Kepala tanpa kontras, dengan
berikut:
Kesan:
 Tidak Tampak perdarahan intracranial
 Tidak tampak SOL
 Tulang-tulang intak
2) X Ray Thorak
Tanggal 18/09/2023
Kesan:
Efusi fleura kanan
Cor: Ukuran Normal namum apex jantung di kanan (Dextrocardia)
7. THERAPI
Tanggal
No. awal Nama Dosis Rute Indikasi
diberikan
Ventilator PCV Melimitasi tekanan
I:E
1 FiO2 100, pip Inhalasi pada jalan nafas pada
1:2
20, peep 6 paru-paru
Tridex 27b (kaen
Menggantikan
3b) 1000 +
2 4occ/jam IV kehilangan akut cairan
Aminofusin Ped
tubuh
300
Dopamin Menangani masalah
3 50mg+NaCl 0,7cc/jam IV ketidakseimbangan
0,9=50cc hemodinamik
19/09/2023
Mengobati supresi
4 Dexametason 3x1 ampul IV inflamasi dan
gangguan alergi
Mengontrol dan
5 Phenobarbital 2x50 mg IV
meredakan kejang
6 Metronidazole 3x150 mg IV Mencegah infeksi
7 Paracetamol 16 cc/4 jam IV Menurunkan demam
Mencegah perdarahan
8 Omeprazole 2x20 mg IV
saluran cerna atas
9 Dulcolax Supp 1x1 Dubur Terapi Konstipasi
B. ANALISA DATA
Masalah Kolaboratif /
Data Etiologi
Keperawatan
DS : Sumbatan bronkus
Ibu pasien mengatakan
kesadaran pasien
Gangguan pengeluaran muskus
menurun
DO :
Bersihan jalan nafas tidak
KU pasien menurun,
Akumulasi muskus pada bronkus efektif berhubungan
tampak sesak, suara nafas
dengan sekresi yang
ronkhi,
tertahan didukung infeksi
TTV:
Bersihan Jalan Nafas Tidak saluran nafas
N: 117x/menit
Efektif
SpO2: 94%
Suhu:37,9˚C
TD:73/37 mmHg
RR:18x/menit

Tabel Daftar Masalah Kolaboratif/Diagnosa Keperawatan


TANGGAL/JAM DIAGNOSA TANGGAL, JAM
NO
DITEMUKAN KEPERAWATAN LENYAP/TERATASI
Bersihan jalan nafas tidak efektif
19/09/2023 berhubungan dengan sekresi
1
Jam 14.30 WITA yang tertahan didukung infeksi
saluran nafas
C. PERENCANAAN
No. Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Rasional
Diagnosa hasil
Setelah dilakukan NIC: Airway suctioning 1. Mengetahui
tindakan keperawatan 1. Tentukan perkembangan
3x24 jam, kepatenan kebutuhan suction oral terapi oksigen dan
jalan nafas, dengan dan atau trakheal kondisi klien
2. Auskultasi suara nafas
kriteria hasil: 2. Mengetahui apakah
sesudah dan sebelum
1. Tidak tersedak (5) melakukan suction masih terdapat
2. Memiliki RR dalam 3. Informasikan kepada sputum
batas normal (4) klien dan keluarga 3. Mengurangi
3. Memiliki irama tentang suction kecemasa klien dan
pernafasan yang 4. Gunakan universal kelurga trhadap
normal (4) precaution (masker, tindakan
sarung tangan)
4. Mampu 4. Mencegah
5. Pasang nasal kanul
mengeluarkan selama penularan
sputum dari jalan dilakukan suction 5. Mengetahui
1 1 nafas (4) 6. Monitor status perkembangan
5. Bebas dari suara oksigen pasien klien
nafas tambahan(4) (tingkat SaO2 dan 6. Memantau jenis
Dengan kriteria hasil SvO2) dan status sputum yang dapat
hemodinamik (tingkat
1. Tidak ada suara dijadikan untuk
MAP [mean arterial
nafas tambahan pressure] dan irama pemeriksaan klinis.
2. Perubahan frekuensi jantung) segera
napas sebelum, selama dan
3. Perubahan irama setelah suction
pernafasan 7. Perhatikan tipe dan
4. Sianosis jumlah sekresi yang
5. Penurunan bunyi dikumpulkan
napas
6. Dispnea
7. Sputum dalam
jumlah berlebihan
D. IMPLENTASI
Hari/ No
Implementasi Evaluasi Ttd
Tgl/Jam Dx
Melakukan tindakan TD: 73/37 mmHg
Selasa
pengukuran TTV N: 117x/menit
19/09/2023
1 RR: 18x/menit
Jam 09.46
SpO2: 94%
WITA
S: 37,9˚C Putu Liawan
Memonitor status RR: 20x/menit
Jam 11.08
1 respirasi: adanya suara Suara nafas terdengar
WITA
tambahan ronkhi Putu Liawan
Melakukan tindakan Secret berwarna bening,
Jam 11.20 suction jumlah -/+ 5 cc
1
WITA
Putu Liawan
Melakukan KU: Koma

Jam 13.30 pengukuran tingakt GCS: E: 1 V:1 M:1


1
WITA kesadaran pasien

Putu Liawan
Melakukan tindakan TD: 59/36
Rabu
pengukuran TTV N: 77
20/09/2023
1 RR: 24
Jam 10.34
SpO2: 99%
WITA
S: 35˚C Putu Liawan
Memonitor status RR: 20x/menit
Jam 14.21 respirasi: adanya suara Suara nafas terdengar
1
WITA tambahan ronkhi
Putu Liawan
Melakukan tindakan Secret berwarna bening,
Jam 14.34 suction jumlah -/+ 5 cc
1
WITA
Putu Liawan
Melakukan KU: Koma

Jam 19.40 pengukuran tingkat GCS: E: 1 V:1 M:1


1
WITA kesadaran pasien

Putu Liawan
Melakukan tindakan TD: 66/43 mmHg
Kamis pengukuran TTV N: 100x/menit (lemah,
21/09/2023 tidak kuat angkat)
1
Jam 00.20 RR: 24x/menit
WITA SpO2: 96% on venti
S: 36˚C Putu Liawan
Memonitor status RR: 30x/menit
respirasi: adanya suara SpO2: 94%
Jam 06.29
1 tambahan + Suara nafas terdengar
WITA
Memonitor saturasi ronkhi
oksigen Putu Liawan
Melakukan tindakan TD: 72/68 mmHg
pengukuran TTV N: 80x/menit
Jam 20.19
1 RR: 20x/menit
WITA
SpO2: 96% on venti
S: 36,8˚C Putu Liawan
Melakukan tindakan Secret berwarna bening,
suction jumlah -/+ 5 cc
Jam 20.25 1

Putu Liawan
Melakukan KU: Koma

Jam 23.50 pengukuran tingkat GCS: E: 1 V:1 M:1


1
WITA kesadaran pasien

Putu Liawan
Melakukan tindakan TD: 66/45 mmHg
Jumat
pengukuran TTV N: 60x/menit
22/09/2023
1 RR: 24x/menit
Jam 00.00
SpO2: 95% on venti
WITA
S: 36,8˚C Putu Liawan
Melakukan tindakan Secret berwarna bening,
Jam 00.10 suction berkala jumlah -/+ 5 cc
1
WITA
Putu Liawan
Melakukan KU: Koma
pengukuran tingkat GCS: E: 1 V:1 M:1
Jam 03.00 1
kesadaran pasien
Putu Liawan
Melakukan tindakan TD: 66/45 mmHg
pengukuran TTV N: 60x/menit
Jam 07.03
1 RR: 24
WITA
SpO2: 95% on venti
S: 36,8˚C Putu Liawan
Memonitor status RR: 24x/menit
respirasi: adanya suara SpO2: 95% on venti
Jam 07.03
1 tambahan + Suara nafas terdengar
WITA
Memonitor saturasi ronkhi
oksigen Putu Liawan
E. EVALUASI

No Hari/Tgl No Dx Evaluasi TTd

S: -
O:
KU: Koma
GCS: E: 1 V:1 M:1
Pasien tampak lemas, suara
nafas terdengar ronkhi dan
terpasang ventilator
Selasa TD: 73/37 mmHg
1 1
19/09/2023 N: 117x/menit
RR: 18x/menit
SpO2: 94%
S: 37,9˚C
Secret berwarna bening,
jumlah -/+ 5 cc
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi Putu Liawan
S: -
O:
KU: Koma
GCS: E: 1 V:1 M:1
Rabu
1 1 Pasien tampak lemas, suara
20/09/2023
nafas terdengar ronkhi dan
terpasang ventilator
TD: 59/36
N: 77 Putu Liawan
RR: 24
SpO2: 99%
S: 35˚C
Secret berwarna bening, jumlah
-/+ 5 cc
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
S: -
O:
KU: Koma
GCS: E: 1 V:1 M:1
Pasien tampak lemas, suara
nafas terdengar ronkhi dan
terpasang ventilator
Kamis TD: 72/68 mmHg
1 1
21/09/2023 N: 80x/menit
RR: 20x/menit
SpO2: 96% on venti
S: 36,8˚C
Secret berwarna bening,
jumlah -/+ 5 cc
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi Putu Liawan

S: -
Jumat O:
1 1
22/09/2023 KU: Koma
GCS: E: 1 V:1 M:1
Pasien tampak lemas, suara
nafas terdengar ronkhi dan
terpasang ventilator
TD: 66/45 mmHg
N: 60x/menit
RR: 24
SpO2: 95% on venti
S: 36,8˚C
Secret berwarna bening,
jumlah -/+ 5 cc
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Putu Liawan

Anda mungkin juga menyukai