Oleh:
Ni Made Mirah Kamudasari
NIM. 0602105032
Oleh:
Ni Made Mirah Kamudasari
NIM. 0602105032
SKRIPSI
Oleh
NIM. 0602105032
dr. I Made Jawi, M.kes Ns. I Made Sukma Wijaya, S.Kep, CWCC
NIP. 131572551 NIK. 04.04.2009
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh
NI MADE MIRAH KAMUDASARI
NIM. 060210503 2
TIM PENGUJI:
1. Ns. Drs. I Made Oka Bagiarta, S.kep (Ketua) ......................
NIP. 195201261978031003
KETUA DEKAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Badan Mencit”.
Udayana Denpasar.
2. Prof. dr. Made Kornia Karkata, Sp.OG (K), sebagai ketua PSIK
Universitas Udayana.
waktu.
5. Ns. I Made Sukma Wijaya, S.Kep, CWCC sebagai pembimbing
8. Kepada orangtua penulis Ketut Sariyata dan Ni Ketut Suparni yang telah
penyusunan skripsi ini, serta kakak penulis I Putu Ary Saputra yang telah
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
ABSTRACT........................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Nutrisi........................................................................................................8
3.3 Hipotesis....................................................................................................34
4.4.2 Sampel....................................................................................................36
4.6.1.3 Coding......................................................................................................38
4.6.1.3 Entry.......................................................................................................38
4.6.2 Teknik Analisa Data...............................................................................38
Variabel Penelitian...................................................................................43
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan..............................................................................................61
6.2 Saran........................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 kerangka perubahan kimian karbohidrat di dalam tubuh...............12
Halaman
Tabel 5.3 Gambaran Rata-Rata Kadar Hemoglobin Darah Mencit Pre-test dan 44
Post-test
Tabel 5.5 Gambaran Rata-Rata Berat Badan Mencit Pre-test dan Post-test
Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Data Dengan Uji Prasayrat Analisis Yaitu 46
Tabel 5.7 Hasil Uji homogenitas varians dengan uji prasyarat analisis yaitu uji 47
homogeneity of variances 47
Nutrisi adalah sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar dapat
berfungsi dengan baik. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi diperlukan makanan
dengan kandungan nutrisi yang lengkap, salah satunya madu. Madu adalah cairan
manis alami berasal dari nektar tumbuhan yang di produksi oleh lebah dan
mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan komponen lainnya. Masalah
kekurangan gizi terutama terjadi pada negara berkembang seperti Indonesia.
Sekitar 50% penduduk Indonesia mengalami masalah gizi mikro dan 4,1 juta
orang menderita gizi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya
pengaruh pemberian dan dosis madu yang diperlukan untuk meningkatkan kadar
hemoglobin dan berat badan pada mencit. Penelitian ini merupakan ekperimental
murni dengan rancangan pretest-posttest control group design, menggunakan
sampel 32 ekor mencit yang dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan
langsung pada objek menggunakan metode Cyanmethemoglobin dan timbangan
digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang diberikan madu,
mengalami peningkatan kadar hemoglobin dan berat badan yang berbeda nyata
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan uji Anova (F) didapatkan
nilai Sig.<0,05. Dari uji Paired t Test didapatkan nilai p<0,05, dengan perbedaan
mean kadar hemoglobin pada tiap kelompok dari pre-test ke post-test, yaitu: pada
kelompok I (0,1cc/hari) -1,77, kelompok II (0,4cc/hari) -2,26, kelompok III
(0,8cc/hari) -3,03 dan kelompok IV (kontrol) -0,71, serta perbedaan mean berat
badan pada tiap kelompok adalah -1,25; 3,87; -4,50; dan -2,00, maka dapat
disimpulkan madu dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan berat badan mencit
dan dosis efektif madu untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan berat badan
adalah 0,1-0,8cc/hari. Berdasarkan hasil temuan diatas disarankan kepada perawat
untuk memberikan madu pada pasien dengan anemia dan masalah gizi dalam
upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif.
Nutrisi adalah sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar dapat
berfungsi dengan baik. Nutrisi bisa didapatkan dari makanan yang kita makan.
Madu sejak zaman dahulu telah digunakan oleh manusia untuk mengobati
(anemia), serta untuk pertumbuhan karena kandungan gizi dan khasiatnya yang
aktivitas sehari-hari.
Masalah gizi utama di Indonesia masih berkutat pada empat masalah, yaitu:
kurang kalori protein kronis (KEK), anemia gizi, kurang vitamin A (KVA), dan
terhadap sumber daya manusia (SDM) dari suatu negara. Sekitar 50% penduduk
saat ini mengalami masalah gizi mikro atau biasa disebut kelaparan tersembunyi
(hidden hunger) akibat kekurangan gizi terutama vitamin dan mineral. Data
orang di Indonesia menderita gizi buruk. Salah satu akibat dari gizi buruk adalah
sering terjadi pada kelompok umur tertentu (usia sekolah) dan terjadi pada wanita.
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa
prevalensi anemia gizi pada balita yaitu 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%,
remaja putri usia (10-18 tahun) 57,1%, dan usia 19-45 tahun 39,5%.
diberikan terhadap peningkatan kadar hemoglobin dan berat badan mencit serta
dosis efektif madu yang diperlukan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan
Berdasarkan uji Anova (F) didapatkan nilai Sig.<0,05. Dari uji Paired t Test
didapatkan nilai p<0,05, dengan perbedaan mean kadar hemoglobin pada tiap
(kontrol) -0,71, serta perbedaan mean berat badan pada tiap kelompok adalah
-1,25; 3,87; -4,50; dan -2,00. Maka, dapat disimpulkan madu dapat meningkatkan
kadar hemoglobin dan berat badan mencit dan dosis efektif madu yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan berat badan mencit adalah
kadar hemoglobin dan berat badan, penulis sangat menyarankan kepada perawat
ataupun petugas medis lainnya agar dapat memberikan madu pada pasien dengan
anemia dan masalah gizi dalam upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif. Serta,
kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian ini dengan tambahan waktu
PENDAHULUAN
Nutrisi adalah sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar dapat
berfungsi dengan baik. Nutrisi bisa didapatkan dari makanan yang kita makan
“Jadikanlah makanan sebagai obatmu, dan obatmu sebagai makanan.” Salah satu
makanan kaya nutrisi yang di maksud adalah madu. Madu sejak zaman dahulu
Menurut data Bank Dunia, dengan kriteria penghasilan US$ 2 per-hari, jumlah
penduduk miskin di Indonesia mencapai 124 juta orang atau separuh lebih
(56,4%) dari jumlah penduduk Indonesia (220 juta jiwa) (Setiawan, 2008).
Masalah gizi utama di Indonesia masih berkutat pada empat masalah, yaitu:
kurang kalori protein kronis (KEK), anemia gizi, kurang vitamin A (KVA), dan
gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Masalah gizi sangat berpengaruh
terhadap sumber daya manusia (SDM) dari suatu negara (Purwaningsih, 2007:8).
Di Indonesia Sekitar 50% peduduk saat ini mengalami masalah gizi mikro
atau biasa disebut kelaparan tersembunyi (hidden hunger) akibat kekurangan gizi
terutama vitamin dan mineral (Siswono, 2005). Gizi kurang menyebabkan Angka
kejadian anemia di Indonesia masih tinggi. Dalam kajian tim nasional masalah
gizi buruk, daerah di Indonesia yang memiliki masalah gizi buruk diantaranya,
yaitu: Nusa Tenggara Timur (NTT), Nanggroe Aceh Darussalam dan Jawa
Tengah. NTT merupakan daerah dengan jumlah penderita gizi buruk tertinggi di
Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan provinsi NTT, jumlah gizi buruk di
kawasan ini mencapai 60.616 orang dari total balita sebanyak 504.900 orang (Seo,
2010).
2007 menunjukkan 4,1 juta orang di Indonesia menderita gizi buruk (Setiawan,
2008). Salah satu akibat dari gizi buruk adalah penyakit kekurangan darah
(anemia). Di Indonesia, angka kejadian anemia lebih sering terjadi pada kelompok
umur tertentu (usia sekolah) dan terjadi pada wanita (Sasongko, 2007). Data
prevalensi anemia gizi pada balita yaitu 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%,
remaja putri usia (10-18 tahun) 57,1%, dan usia 19-45 tahun 39,5% (Isniati,
2007:100).
protein, vitamin, dan mineral (Susianto dkk, 2008:47). Apabila zat gizi yang
dipakai untuk pertumbuhan kurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh, maka
otak, dan meningkatkan risiko menderita infeksi karena daya tahan tubuh
menurun (Reniati, 2008 dalam Cahyani, 2009:2). Salah satu akibat dari gizi yang
kurang adalah penyakit anemia gizi yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi besi
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Berkurangnya sel darah
merah akan mengakibatkan kadar hemoglobin menjadi rendah (LIPI, 2004 dalam
Isniati, 2007:100).
(2009:139) yang mengatakan terdapat hubungan timbal balik antara KEK dan
Defisiensi zat-zat gizi makro ini biasanya akan diikuti dengan defisiensi beberapa
zat gizi mikro seperti Fe dan Zn, sehingga memperburuk pertahanan tubuh
balita dan ibu hamil, penyuluhan kesehatan melalui posyandu, program kesehatan
satunya yaitu madu. Madu adalah makanan alami yang mudah diperoleh, madu
Kandungan utama madu adalah glukosa. Selain itu, madu juga mengandung
vitamin seperti thiamin (B1), riboflavin (B12), asam askorbat (C), piridoksin (B6),
niasin, asam pantotenat, biotin, asam folat, dan vitamin K. Enzim-enzim penting
pada madu yang berfungsi bagi metabolisme tubuh seperti enzim diastase,
invertase, glukosa oksidase, peroksidase, dan lipase. Madu bersifat rendah lemak,
nilai kalori madu adalah 3.280 kal/kg, setara dengan 50 butir telur ayam, 5,7 liter
susu, 25 buah pisang, 40 buah jeruk, 4kg kentang, dan 1,68kg daging (Suranto,
2004:25). Dalam madu juga terdapat beberapa komponen penting seperti asam
fenol dan flavonoids, karoten, asam organik, asam amino, protein, dan α-
dan kesehatan, jika dikonsumsi pada dosis yang lebih tinggi dari 50-80g per-
Serta penelitian pada atlet menunjukkan daya tahan atlet yang diberikan madu
lebih baik daripada yang diberikan plasebo (Anonim, 2004). Madu berfungsi
sebagai stimulasi bagi pencernaan dan memperbaiki nafsu makan karena
mempunyai kadar gula dan selulosa yang tinggi sehingga mudah diserap oleh usus
Mencit adalah hewan yang sering digunakan oleh peneliti di laboratorium karena
disamping untuk keseragaman dalam penelitian, juga karena sifat anatomi dan
fisiologi mencit yang hampir sama dengan manusia. Sebagian besar gen mencit
melakukan fungsi yang sama pada mencit seperti gen manusia berfungsi pada
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pemberian madu
terhadap peningkatan kadar hemoglobin dan berat badan pada mencit dan
berapakah dosis efektif madu untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan berat
badan mencit?”
peningkatan kadar hemoglobin dan berat badan mencit serta dosis efektif madu
yang diperlukan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan berat badan mencit.
1.3.2 Tujuan Khusus
diberikan madu.
(3) Mengetahui perbedaan kadar hemoglobin darah dan berat badan saat pre-
test dan post-test pada mencit yang diberikan madu dan tidak diberikan
madu.
(4) Mengetahui dosis efektif pemberian madu untuk meningkatkan kadar
(1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat di ruangan
untuk berkolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan madu pada pasien
dengan status malnutrisi dan anemia serta membantu perawat dalam upaya
(3) Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya untuk
2.1 Nutrisi
Pengertian Nutrisi adalah “sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
Pengertian lain tentang nutrisi adalah jumlah zat gizi baik makro dan mikro yang
dibutuhkan individu untuk mengurangi risiko penyakit terkait diet dan untuk
Zat gizi merupakan zat kimia organik maupun anorganik yang ditemukan
dalam makanan dan diperlukan agar tubuh dapat berfungsi dengan sebaik-
memperhatikan zat gizi yang mesti dipenuhi. Untuk itu, intake gizi ke dalam
mengandung zat gizi esensial tertentu dan seimbang. Zat gizi esensial adalah zat
gizi utama bagi tubuh, yaitu berupa karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral,
a. Karbohidrat
Karbohidrat tersusun dari unsur-unsur karbon, hydrogen, dan oksigen.
utama energi tubuh. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga memiliki
manfaat lain, yaitu: untuk metabolisme lemak, dalam hati berfungsi sebagai
pengikat racun kimia dan bakteri, mempertahankan integritas fungsi sel saraf dan
sumber energi otak, sisa laktosa dalam usus berfungsi sebagai laksatif serta
Dalam diet manusia terdapat tiga sumber utama karbohidrat, yaitu: sukrosa
yang merupakan disakarida yang dikenal sebagai gula tebu; laktosa, suatu
disakarida yang terdapat dalam susu; dan tepung yang terdapat pada hampir
semua bahan makanan bukan hewani dan terutama terdapat pada padi-padian.
karbohidrat kompleks, termasuk didalamnya zat tepung, glikogen (salah satu jenis
polisakarida yang disimpan di dalam hati yang dengan mudah diubah menjadi
Dalam tubuh karbohidrat dicerna pertama kali di mulut, ketika makanan yang
dikunyah bercampur dengan saliva, yang terdiri dari enzim ptyalin (suatu α-
polimer glukosa kecil lainnya, tetapi makanan dicerna dalam mulut sangat
singkat, sehingga tidak lebih dari lima persen dari semua tepung yang dimakan
dihidrolisis pada saat makanan ditelan. Pencernaan berlanjut di dalam korpus dan
fundus lambung selama satu jam sebelum makanan bercampur dengan asam yang
di sekresi oleh lambung. Didalam lambung, sebanyak 30-40 persen tepung akan
dihidrolisis terutama menjadi maltosa. Dalam waktu 15-30 menit setelah kimus
maltosa dan polimer-polimer glukosa yang sangat kecil lainnya sebelum keduanya
melewati duodenum atau jejunum bagian atas (Guyton dan Hall, 2000:1038-
1039).
lainnya dipecahkan menjadi unsur monoskarida oleh enterosit yang terletak pada
vili usus halus yang mengandung empat enzim, yaitu: laktase, sukrase, maltase,
border enterosit, dan disakarida dicernakan sewaktu kontak dengan membran ini.
Laktosa dipecahkan menjadi suatu molekul galaktosa dan satu molekul glukosa.
Sukrosa dipecahkan menjadi satu molekul fruktosa dan satu molekul glukosa.
masuk dalam jaringan hati dan sisanya masuk ke jaringan-jaringan lain (otot).
Setelah masuk ke jaringan hati, terjadi interkonversi ketiga heksosa tersebut. Pada
hati terdapat enzim fruktokinase yang mengubah fruktosa menjadi fruktosa 1-
fosfat, enzim glukokinase yang mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat, serta
jaringan hati atau otot, glukosa diubah menjadi glukosa-6-fosfat, kemudian diubah
disebut proses glikogenesis. Glikogen juga dapat dibuat dari zat-zat bukan gula
(glukosa), seperti gliserol, asam laktat, atau asam amino glikogenik melalui proses
menjadi glukosa melalui beberapa tahap reaksi, proses tersebut disebut proses
glikogen otot dapat mengalami pemecahan menjadi asam piruvat, perubahan ini
disebut glikolisis. Asam piruvat yang terbentuk dapat diubah menjadi asam laktat
atau diubah menjadi asetil-S-KoA yang masuk dalam siklus Krebs (siklus asam
sitrat atau siklus asam trikarbosilat) untuk mengalami proses lebih lanjut
Bila karbohidrat yang memasuki tubuh lebih banyak dari yang dapat dipakai sebagai
energi atau disimpan dalam bentuk glikogen, kelebihan karbohidrat tersebut dengan
cepat diubah menjadi trigliserida dan kemudian disimpan dalam jaringan adiposa.
Sintesis trigliserida terjadi didalam hati, dan sejumlah kecil juga dibentuk di dalam
tubuh yang melibatkan banyak enzim ditunjukkan secara sederhana pada Gambar 2.1
Otot
n
USUS DARAH uli
Ins
HATI
Glukosa Glukosa Glukosa Glikogen
Fruktosa Fruktosa
Galaktosa Galaktosa
Glikolisis
Asam amino Asam amino
anaerobik
Asam piruvat
Asam Laktat
Kolesterol Lemak
Asam laktat
Gambar 2.1 Kerangka Perubahan Kimia Karbohidrat Di Dalam Tubuh (Sumardjo, 2009:241)
b. Protein
Protein adalah penyusun jaringan tubuh terbesar setelah air, yakni sekitar
molekul yang disebut asam amino. Peranan utama protein di dalam tubuh manusia
adalah untuk membangun sel baru, memelihara sel-sel yang telah ada, dan
mengganti sel-sel yang telah rusak. Protein juga berperan sebagai sumber energi,
apabila konsumsi makan berenergi tinggi yaitu lemak dan karbohidrat tidak
tergantung pada jenis kelamin, umur, gaya hidup, dan aktivitas seseorang, seperti
Protein dalam makanan dibentuk dari rantai panjang amino yang diikat
ditentukan dari jenis asam amino dalam molekul protein dan dari susunan asam-
lambung yang penting yang disekresi dalam bentuk tidak aktif yaitu pepsinogen.
Agar enzim pepsin dapat diaktifkan dari bentuk pesinogen, maka diperlukan
cairan getah lambung yang bersifat asam. Sehingga, pepsin dapat bekerja untuk
memecah peptide dan dipeptida menjadi asam amino. Asam amino tersebut
dihantarkan ke sisi yang berlawanan dari enterosit masuk ke dalam darah. Setiap
Terdapat hubungan timbal balik antara KEP dan defisiensi Fe serta Zn. Adanya
energi serta meningkatkan proteolisis dan lipolisis. Defisiensi zat-zat gizi makro
ini biasanya akan diikuti dengan defisiensi beberapa zat gizi mikro seperti Fe dan
c. Lemak
disimpan dalam tubuh sebagai jaringan adiposa. Kebutuhan lemak dalam tubuh
dari membran sel, insulator suhu tubuh, pelarut vitamin A, D, E, dan K, jenis
lemak yaitu kolesterol berfungsi untuk menghasilkan asam empedu (Susianto,
dkk, 2008:55).
Lemak yang paling banyak dalam makanan adalah lemak netral, yang dikenal
kolesterol, dan eter kolesterol. Fosfolipid dan ester kolesterol terdiri dari asam
memperlihatkan beberapa sifat fisik dan kimia dari lemak, merupakan turunan
lemak, dan di metabolisme seperti lemak. Sehingga, dari sudut makanan dikatakan
sebagai lemak.
Sejumlah kecil trigliserida dicerna didalam lambung oleh lipase lingual yang
disekresikan oleh kelenjar lingual di dalam mulut dan ditelan bersama dengan
saliva. Jumlah pencernaan lemak dilambung kurang dari 10 persen dan umumnya
tidak penting. Pada dasarnya semua pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus
dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah proses emulsifikasi lemak yaitu
memecahkan gelembung lemak menjadi ukuran yang lebih kecil, sehingga enzim
pencernaan yang larut dalam air dapat bekerja pada permukaan gelembung lemak.
Proses ini terjadi karena adanya reaksi lemak didalam lambung bersama dengan
sejumlah besar garam empedu dan fosfolipid lesitin. Fungsi utama garam empedu
dan lesitin dalam empedu adalah untuk membuat gelembung lemak siap untuk
dipecahkan oleh usus halus. Didalam pankreas, trigliserida dicerna oleh enzim
lipase pankreas yang terdapat didalam getah pankreas. Sebagian besar trigliserida
dalam makanan dipecahkan oleh getah pankreas menjadi asam lemak bebas dan 2-
mono-trigliserida, dan sebagian kecil tetap dalam bentuk digliserida (Guyton dan
Hall, 2000:1040-1041).
d. Vitamin
Vitamin merupakan zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit
untuk kerja metabolisme tubuh secara normal dan tidak dapat dibuat dalam sel
tubuh. Secara umum, fungsi vitamin dalam tubuh adalah sebagai pengatur.
vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan vitamin C) dan vitamin yang larut
dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Pada tubuh, vitamin disimpan dalam
jumlah kecil di dalam semua sel, dan sebagian besar vitamin disimpan dihati.
Penyimpanan vitamin larut air relatif sangat kecil. Hal ini, terutama berlaku bagi
Kekurangan vitamin akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak
Jumlah kebutuhan vitamin harian harian bagi tubuh dapat dilihat pada tabel
2.2
e. Mineral
Mineral dibutuhkan oleh tubuh dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada
tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral
2004:8).
dalam tingkat asupan lebih besar dari 100mg per-hari seperti kalsium, fosfor,
kalium, natrium, klorida, magnesium, dan sulfur. Sedangkan, mineral minor atau
trace mineral adalah mineral yang diperlukan dalam tingkat asupan lebih kecil,
Hipotermi;
dibanding laki-laki. Hal ini karena pada wanita BMR-nya lebih rendah
dibanding laki-laki;
Gaya hidup pasif, ekonomi, dan budaya sehingga gizi dari makanan yang
dikonsumsi kurang
Bed-Rest.
Pada Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki
sifat cepat berbiak, banyak menghasilkan anak pada tiap reproduksinya, mudah
luas, variasi genetiknya cukup besar serta memiliki sifat anatomi dan fisiologi
Berat badan mencit normal berumur tiga minggu adalah 10-12gr dan akan
berkembang biak dengan baik. Bahan dasar makanan mencit terdiri atas protein
20-25%, lemak 10-12%, pati 45-55%, serat kasar 4% dan abu 5-6%, serta
kecil dan juga mineral. Biasanya makanan mencit diberikan dalam bentuk pelet
yang telah dikeringkan sebelumnya agar tidak cepat rusak dan mengurangi
perhari adalah 3-5 gram (Smith dan Mangkoewidjojo, 1989 dalam Permana,
2008). Air minum yang dibutuhkan mencit setiap hari berkisar antara 4-8 ml.
madu. Dosis madu yang diberikan pada mencit ditentukan menggunakan rumus
Laurence & Bacharach (1964 dalam Anggara, 2007:37) yaitu tingkat konversi dari
didapatkan rumus “0,0026 x dosis efektif madu bagi kesehatan : 20”. Dosis efektif
madu yang baik bagi kesehatan menurut Bogdanov (2008) adalah 50-80gr per-
asupan, sehingga dalam penelitian ini mencit diberikan tambahan madu minimal
0,1cc/hari.
besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh, pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga
tubuh. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus
heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi (Wikipedia, 2010). Menurut
dalam sel darah merah. Satu molekul hemoglobin tersusun dari empat rantai
globin (dua rantai alfa dan dua rantai beta) serta empat kelompok heme, masing-
masing dengan satu atom besi fero. Lebih rinci, Sumardjo (2009:18) menjelaskan,
kadar hemoglobin adalah kadar zat warna merah darah yang terbentuk dari suatu
protein majemuk yang tersusun atas protein sederhana (globin) dan radikal
paru-paru.
Saat berupa janin, pembentukan sel darah atau hemopoiesis, terjadi di yolk
sac, hati, dan limpa. Di akhir kehamilan, sumsum tulang menjadi area utama
untuk hemopoiesis dan pembentukan sel darah terjadi disemua tulang. Saat masa
kanak-kanak, sebagian besar sumsum merah aktif ini digantikan oleh lemak;
hemopoietik merah hanya terdapat pada panggul, vertebra, sternum, dan ujung
merah dapat meningkat sampai sepuluh kali lipat bahkan lebih bila jumlah
eritropoetin banyak. Sel darah merah mempunyai jangka waktu hidup yang relatif
singkat (120 hari), sehingga perlu diganti secara terus-menerus. Sel darah merah
sel darah merah mutlak membutuhkan beberapa zat tertentu, yakni: besi untuk
sintesa hemoglobin, vitamin B12 dan asam folat untuk sintesa DNA, serta nutrisi
nutrisi seseorang. Dalam proses pematangan sel, sel darah merah memerlukan
riboflavin (B12) serta asam folat untuk mensintesis DNA yang mempengaruhi
bentuk sel darah merah dan siklus hidup sel darah merah didalam tubuh. Sel darah
besi hemoglobin sel agar tetap dalam bentuk fero. zat lainnya yang dibutuhkan
oleh sel darah merah adalah zat besi, yang diperlukan dalam pembentukan
yang keluar selama menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat
abnormal. Sel-sel yang abnormal ini bersifat rapuh sehingga mudah hancur ketika
melewati kapiler, terutama sewaktu melewati limpa. Walaupun sel darah merah
yang terbentuk jumlahnya normal, namun masa hidup sel darah merah ini sangat
singkat (120 hari) sehingga mengakibatkan anemia (Guyton dan Hall, 2000:538).
(3) Umur
Kebutuhan zat besi serta kadar hemoglobin normal mempunyai tolak ukur
yang berbeda-beda pada setiap umur. Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami
masa pertumbuhan perlu tambahan jumlah zat besi. Kebutuhan zat besi relatif
lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang dewasa apabila dihitung
berdasarkan per-kg berat badan. Bayi yang berumur dibawah satu tahun, dan anak
berumur 6–16 tahun membutuhkan jumlah zat besi sama banyaknya dengan laki–
fisiologis tubuh yang berubah, seperti: pencernaan yang tidak sempurna, dan
tanggalnya gigi (Besral dkk, 2007:39). Faktor umur juga mempengaruhi sumsum
tulang dalam proses pembentukan sel darah merah. Pada usia dibawah lima tahun,
sel darah merah diproduksi di sumsum tulang dari semua tulang. Setelah itu,
tulang bagian proksimal humerus dan tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak
memproduksi sel darah merah setelah berumur 20 tahun. Setelah usia ini,
seperti vertebra, sternum, iga, dan ilium. Bahkan dalam tulang-tulang ini, sumsum
tulang menjadi kurang produktif sejalan dengan bertambahnya usia (Guyton dan
Hall, 2000:530).
(4) Makanan
Makanan dapat mempengaruhi keadaan sel darah merah, karena dalam
pematangan dan pembentukan sel darah merah memerlukan zat gizi yang hanya
dapat diperoleh dari makanan jika cadangan dalam tubuh tidak mencukupi. Zat
(vitamin B12), asam askorbat (Vitamin C), asam folat, dan zat besi (Guyton dan
Hall, 2000:1111-1124).
(5) Kondisi tubuh
Kondisi tubuh yang mempengaruhi meningkatnya kebutuhan zat besi, yaitu:
kehamilan dan menyusui. Kebutuhan besi juga dapat dipengaruhi oleh penyakit
yang ada dalam tubuh manusia, diantaranya diakibatkan oleh adanya parasit
cacing, seperti Taenia Saginata, cacing tambang, Schistosoma dan mungkin pula
individu. Anemia biasa terjadi pada masyarakat dengan ekonomi yang rendah
mengganggu penyerapan zat besi dalam darah (Besral dkk, 2007:39). Selain itu,
(Wahyuni, 2004).
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya hemoglobin adalah
anemia. Seseorang yang menderita anemia atau kekurangan darah tidak akan
memiliki semangat belajar yang tinggi karena sulit untuk berkonsentrasi. Kadar
hemoglobin yang rendah akan menurunkan kemampuan belajar dan daya tahan
dan prestasi seseorang. Kadar Hemoglobin (satuan gr/dl) diukur dengan cara
2.3 Madu
Madu adalah cairan manis alami berasal dari nektar tumbuhan yang di
produksi oleh lebah madu (Susanto, 2007:26). Dalam Wikipedia (2010), madu
diartikan sebagai cairan yang lengket dan manis yang dihasilkan oleh lebah dan
serangga lainnya dari nektar bunga. Berbeda dengan kedua pengertian tersebut,
menurut Bogdanov (2009), madu adalah suatu komposisi yang sebagian besar
terdiri dari karbohidrat, sejumlah air, dan terdapat banyak dari komponen-
komponen kecil. Komposisi kimia madu per-100gram dapat dilihat pada tabel 2.3
Komposisi Jumlah
Kalori 328kal
Kadar air 17,2g
Protein 0,5g
Karbohidrat 82,4g
Abu 0,2g
Tembaga 4,4-9,2mg
Fosfor 1,9-6,3mg
Besi 0,06-1,5mg
Mangan 0,02-0,4mg
Magnesium 1,2-3,5mg
Thiamin 0,1mg
Riboflavin 0,02mg
Niasin 0,20mg
Lemak 0,1g
pH 3,9
Asam total (mek/kg) 43,1mg
Sumber : Suranto, 2004:26
berikut:
(1) Karbohidrat
mudah dicerna dalam usus (Jeffrey dan Echazarreta, 1996 dalam Bogdanov,
2009).
Komponen gula utama dalam madu mencapai 80%, berupa monosakarida
heksosa fruktosa (38%) dan glukosa (31%), yang merupakan hasil hidrolisis dari
disakarida sukrosa. Selain itu, terdapat 25 komponen gula yang berbeda dalam
setiap madu. Secara prinsip oligosakarida dalam madu yang berasal dari bunga,
mengandung disakarida yang terdiri dari sukrosa, maltosa, turanosa, dan erlosa.
Selain itu, terdapat pula madu embun yang mengandung melezitosa trisakarida
dan rafinosa (Donner, 1977; Siddiqui, 1970 dalam Bogdanov, 2009 ; Martos et al,
2008).
Karbohidrat adalah sumber energi utama. Karbohidrat dalam madu yang
berupa glukosa sangat berguna bagi eritrosit. Eritrosit bergantung pada glukosa
darah merah, glukosa dimetabolisme oleh sel darah merah matur menggunakan
enzim-enzim sitoplasmik karena sel darah merah matur tidak memiliki inti,
membran, mempertahankan besi hemoglobin sel agar tetap dalam bentuk fero, dan
mencegah oksidasi protein dalam sel darah merah (Guyton dan Hall, 2000:537-
538).
madu nektar. Pada varietas madu embun, isi rata-rata asam amino bebas adalah 78
mg (54-26 mg). Komposisi asam amino bebas utama yang terdapat dalam madu,
yaitu prolin adalah 49-59% dari total kandungan asam amino bebas madu
(Tomasik, 2003:75).
Protein dalam madu terutama enzim berupa enzim diastase, invertase, glukosa
2009).
(4) Vitamin
Vitamin-vitamin yang terdapat dalam madu adalah thiamin (B 1), riboflavin
(B12), asam askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam
folat, dan vitamin K (Suranto, 2004:25). Vitamin yang dapat membantu proses
sel darah merah. Vitamin B12 dan asam folat berfungsi membentuk timidin
trifosfat untuk mensintesis DNA dalam sel. DNA berfungsi dalam reproduksi
sel-sel agar berbentuk normal dan dapat bertahan hidup lama. Bila kekurangan
vitamin B12 dan asam folat menyebabkan kurangnya pembentukan DNA yang
berakibat kegagalan pematangan dan pembelahan inti sel darah merah sehingga
pertumbuhan tulang dan mencegah terjadinya efek skorbut dalam tubuh. Efek
rapuh yang disebabkan oleh kegagalan sel endotel untuk saling merekat satu
sama lain dengan baik serta kegagalan untuk terbentuknya fibril kolagen dalam
mudah diserap dalam pH lebih tinggi dalam duodenum dan usus halus
(Almatsier, 2003).
(5)Mineral
Madu mengandung banyak mineral seperti natrium, kalsium, magnesium,
aluminium, besi, fosfor, dan kalium. Mineral penting dalam madu yang
berpengaruh terhadap kadar hemoglobin adalah zat besi. Zat besi penting bagi
pembentukan hemoglobin, ketika besi diabsorbsi dari usus halus, besi tersebut
bergabung dengan beta globulin dalam plasma darah dan membentuk transferin.
dalam tinja, bila terjadi perdarahan maka jumlah besi yang hilang lebih banyak
dan flavonoids, karoten, asam organik, dan α-tocopherol (Martos et al, 2008).
Dari hasil penelitian menyebutkan Komponen utama madu yang baik bagi gizi
dan kesehatan adalah karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa serta sekitar 25
tinggi, indeks glisemik madu bervariasi, yaitu: diantara 32-85, tergantung pada
sumber nabati. Madu juga mengandung sejumlah protein, enzim, asam amino,
mineral, vitamin, dan polifenol. Hal ini menunjukkan madu memiliki manfaat
bagi gizi dan kesehatan, jika dikonsumsi pada dosis yang lebih tinggi dari 50-80g
per-asupan (Bogdanov, 2008). Madu mengandung asam fenol dan flavonoid
sebagai aktioksidan didalam darah yang berperan dalam mencegah stress oksidatif
(Gheldof et.al, 2003:1500-1505). Pada atlet yang diberikan madu dan plasebo,
didapatkan hasil, atlet yang dberikan madu memiliki daya tahan tubuh yang lebih
baik daripada yang diberikan plasebo (Anonim, 2004). Madu juga dapat
Nilai kalori madu sangat tinggi, karena glukosa dan komposisi lain yang
BAB III
KERANGKA KONSEP
Madu:
Kandungan
nutrisi madu
Protein Lemak Glukosa Vitamin Mineral
“pemberian madu” dan variabel dependennya adalah “berat badan dan kadar hemoglobin mencit”.
3.3 Hipotesis
Pada proposal penelitian ini dapat ditarik hipotesa pemberian dan dosis
madu berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin dan berat badan pada
mencit
BAB IV
METODE PENELITIAN
pretest-posttest control group design, dalam design ini terdapat dua kelompok
yang masing-masing dipilih secara random, kemudian diberi pretest dan postest
untuk mengetahui keadaan awal dan akhir, adakah perbedaan antara kelompok
Populasi
Mencit betina
Sampling
Probability Sampling dengan teknik simple random sampling
Sample
Sampel yang digunakan sesuai perhitungan teknik sampling ferderer adalah 32 ekor mencit betina
Pre-test Kelompok A Pre-test Kelompok B
Pengukuran kadar hemoglobin dan berat Pengukuran kadar hemoglobin dan
Intervensi
badan mencit1betina Intervensi
berat badan 2
mencit betina
Kelompok A adalah tiga kelompok yang diberi pakan Kelompok B adalah satu kelompok yang diberi
standar 3gr/hari ditambah madu, tiap kelompok pakan standar 3gr/hari dan tidak diberi madu,
Post-test Kelompok A
terdiri dari 8 ekor mencit betina terdiriPost-test Kelompok
dari 8 ekor B
mencit betina
Pengukuran kadar hemoglobin dan berat Pengukuran kadar hemoglobin dan berat
badan mencit betina Analisa Data badan mencit betina
Uji statistik untuk perbedaan kadar hemoglobin dan berat badan mencit dengan analisis Uji Anova (F)
4.3 Tempat dan t-test
dan paired Waktu Penelitian
program SPSS for windows (Tk. Kepercayaan 95%, P ≤0,05)
Tempat dilakukan penelitian ini Hasil
Penyajian adalah di Laboratorium Farmakologi
Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka Kerja
Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 21 hari, yaitu tanggal 4-26 Juli 2010.
4.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling penelitian
Universitas Udayana.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 32 ekor
mencit betina, dimana 24 sampel sebagai kelompok perlakuan yang dibagi lagi
Dimana jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Federer, yaitu (Smith dan
sebagai berikut:
(k-1) (n-1) ≥ 15
(4-1) (n-1) ≥ 15
3(n-1) ≥ 15
3n ≥ 18
n ≥6
sebanyak 8 ekor pada tiap kelompok dengan total mencit yang digunakan
sebanyak 32 ekor.
eksperimen langsung pada mencit dan pengumpulan data langsung pada objeknya.
Cara yang akan digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan alat
adalah dengan menggunakan spuit sebagai alat zonde, berat badan mencit diukur
cyanmethemoglobin.
(1) Editing
(2) Coding
Hasil pengukuran kedar hemoglobin dan berat badan mencit yang sudah
(3) Entry
softcopy.
Teknik analisa data yang digunakan adalah dengan Uji Anova (F) untuk
independen lebih dari dua) dan menggunakan paired t test yang digunakan untuk
membandingkan rata-rata nilai pre-test dan rata-rata post-test dari satu sampel
(Riwidikdo, 2007:55,131).