PROPOSAL PENELITIAN
ECHA AMELIA
NIM. P07220219086
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
Keperawatan
ECHA AMELIA
NIM. P07220219086
PERNYATAAN KEASLIAN
Nim : P07220219086
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa proposal skripsi yang saya tulis ini
benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepengatahuan saya dalam naskah
proposal skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang penuh diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitukan oleh orang lain, kecuali
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan
daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat
dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiat saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Samarinda,
Materai
Rp.10.000
( Echa Amelia )
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH MASSAGE & RENDAM AIR JAHE HANGAT
PADA KAKI TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA
DI PSTW NIRWANA PURI KOTA SAMARINDA
PROPOSAL PENELITIAN:
Disusun dan diajukan oleh:
ECHA AMELIA
NIM P07220219086
Ns. Edi Purwanto, SST, MH., Kes Ns. Tini, S.Kep., M.Kep
NIDN.4014048101 NIDN.4001078101
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kaltim
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH MASSAGE & RENDAM AIR JAHE HANGAT
PADA KAKI TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA
DI PSTW NIRWANA PURI KOTA SAMARINDA
PROPOSAL PENELITIAN:
Disusun dan diajukan oleh:
ECHA AMELIA
NIM P07220219086
Menyetujui,
Panitia Penguji
Ns. Lukman Nulhakim, S.Kep., M.Kep Ns. Edi Purwanto, SST, MH., Kes Ns.Tini, S.Kep., M.Kep
NIDN.4020047801 NIDN.4014048101 NIDN.4001078101
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kaltim
Ns.Parellangi, S.Kep., M.Kep., MH.Kes
NIP.197512152002121004
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Massage & Rendam Air Jahe Hangat pada Kaki Terhadap
Kualitas Tidur Lansia di PSTW Nirwana Puri Kota Samarinda”. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW,
para sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Samarinda,….,….,2022
Echa Amelia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8%. Data internasional
mencatat penduduk lansia dunia (60 tahun keatas) tumbuh sangat cepat
dibanding kelompok usia lain. Tahun 2017 jumlah lansia dunia sekitar 600 juta
(11%) diperkirakan menjadi 1,2 milyar (22%) di tahun 2025 dan menjadi 2
milyar di tahun 2050, pada saat itu lebih banyak lansia di bandingkan anak-anak
usia 1-14 tahun (WHO, 2021).
Lansia merupakan seseorang/individu yang berusia diatas 60 tahun dimana
memiliki tanda-tanda penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial, dan
ekonomi yang terus menerus secara alamiah. Ada beberapa batasan-batasan
umur pada lansia di antaranya usia pertengahan (middle age) yakni usia 45-59
tahun, lanjut usia (elderly) yakni usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old)
usia diatas 90 tahun (Sunaryo dkk, 2016).
Perubahan dan peningkatan pembangunan dalam bidang kesehatan dapat
meningkatkan usia harapan hidup sehingga meningkat pula populasi usia lebih
dari 60 tahun, dan dengan adanya peningkatan usia harapan hidup dapat
mencerminkan bahwa adanya perbaikan kesehatan (Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia, 2017). Sensus penduduk tahun 2021 mencatat jumlah
lansia di Indonesia mencapai 26,82 juta jiwa atau sekitar 9,92 % dari populasi.
Sementara PBB juga merilis data bahwa Indonesia tercatat sebagai negara
dengan jumlah penduduk lansia terbanyak ke-8 di dunia.
Dengan demografi penduduk lansia yang begitu besar, wajar jika kondisi
kesehatan, potensi ekonomi, keadaan sosial dan akses penduduk lansia terhadap
berbagai perlindungan serta pemberdayaan bagi peningkatan kualitas hidupnya
menjadi penting untuk diperhatikan (Dinas Sosial 2021). Data badan pusat
statistik Samarinda tahun 2021 menyebutkan bahwa jumlah penduduk
Samarinda sebanyak 812,597 jiwa.
Lansia dengan usia 45-49 tahun sebanyak 46,224 jiwa, lansia dengan usia
55-59 tahun sebanyak 21,881 jiwa, dan jumlah lansia dengan usia 65 tahun ke
atas sebanyak 17,650 jiwa atau sekitar 5%(Badan Pusat Statistik, 2021). Dan
pada Tahun 2022 jumlah lansia di Samarinda cukup meningkat menjadi 5,36%
(Badan Pusat Statistik 2022).
Berdasarkan data tersebut yang menunjukkan peningkatan jumlah lansia di
Indonesia dari tahun ke tahun, hal yang paling esensial untuk diperhatikan
adalah pemenuhan kebutuhan dasar untuk lansia. Adapun kebutuhan dasar
lansia yang harus dipenuhi adalah kebutuhan akan oksigen dan cairan elektrolit,
nutrisi, eliminasi, seksualitas, aktivitas dan olah raga, keamanan, serta
kebutuhan tidur dan istirahat. Dari beberapa kebutuhan dasar tersebut,
kebutuhan yang sering diabaikan dan tidak disadari peranannya adalah
kebutuhan tidur dan istirahat (Erliana dkk, 2019).
Penuaan adalah cara alami ditandai penurunan kondisi fisik yang di
sebabkan karena fungsi organ tubuh menurun, disertai emosi yang berubah
secara psikologi dan biologiss yang saling berhubungan. Kondisi itu dapat
menyebabkan kesehatan fisik dan jiwa menjadi bermasalah.(Kadir, 2017).
Menua suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari. Proses penuaan terjadi
secara alamiah. Hal ini dapat menimbulkanmasalah fisik, mental, sosial,
ekonomi dan psikologis (Mustika, 2019).
Kurang tidur adalah tanda kondisi kesehatan yang terjadi pada lanjut usia.
Keluhan tidur yang sering diraskan lanjut usia yaitu susah tidur, bangun lebih
awal, susah untuk tetap tertidur, serta mengantuk. Gangguan tidur pada lansia
merupakan keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam
kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman
atau mengganggu gaya hidup yangdi inginkan.Gangguan tidur pada lansia jika
tidak segera ditangani akan berdampak serius dan akan menjadi gangguan tidur
yang kronis.
National Sleep Foundation tahun 2019 sekitar 67% dari 1.508 lansia di
Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami insomnia dan sebanyak
7,3 % lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau
insomnia. Kebanyakan lansia beresiko mengalami insomnia yang disebabkan
oleh berbagai faktor seperti pensiunan, kematian pasangan atau teman dekat,
peningkatan obat-obatan, dan penyakit yang dialami. Di Indonesia insomnia
menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun, setiap tahun diperkirakan
sekitar 20%-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17%
mengalami insomnia yang serius.
Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% (Puspitosari,
2017) Insomnia pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dari faktor
status kesehatan, penggunaan obat-obatan, kondisi lingkungan, stres psikologis,
diet/nutrisi, gaya hidup Insomnia pada usia lanjut dihubungkan dengan
penurunan memori, konsentrasi terganggu dan perubahan kinerja fungsional.
Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang
lambat, terutama stadium empat, gelombang alfa menurun,dan meningkatnya
frekuensi terbangun di malam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena
seringnya terbangun. Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga
lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan, kalau seorang dewasa muda
normal akan terbangun sekitar 2-4 kali. Tidak begitu halnya dengan lansia, ia
lebih sering terbangun (Darmojo, 2015). Gangguan juga terjadi pada dalamnya
tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan.
Selama tidur malam, seorang dewasa muda normal akan terbangun sekitar
2-4 kali. Tidak begitu halnya dengan lansia, ia lebih sering terbangun.
Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total lansia hampir sama dengan
dewasa muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun lansia juga sering terganggu. Jam
biologi lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju.
Seringnya terbangun pada malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk,
dan mudah jatuh tidur pada siang hari, dengan perkataan lain bertambahnya
umur juga dikaitkan dengan kecenderungan untuk tidur dan bangun lebih awal.
Toleransi terhadap fase atau jadwal tidur-bangun menurun, misalnya sangat
rentan dengan perpindahan jam kerja Adanya gangguan ritmik sirkadian tidur
juga berpengaruh terhadap kadar hormon yaitu terjadi penurunan sekresi
hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid, dan kortisol pada lansia.
Hormon-hormon ini dikeluarkan selama tidur dalam. Sekresi melatonin
juga berkurang. Melatonin berfungsi mengontrol sirkadian tidur. Sekresinya
terutama pada malam hari. Apabila terpajan dengan cahaya terang, sekresi
melatonin akan berkurang (Guyton, 2018). Menurut data WHO, di Amerika
Serikat, lansia yang mengalami kecelakaan akibat gangguan tidur per tahun
sekitar delapan puluh juta orang, biaya kecelakaan yang berhubungan dengan
gangguan tidur per tahun sekitar seratus juta dolar (WHO, 2012).
Dampak Insomnia pada lansia; misalnya mengantuk berlebihan di siang
hari, gangguan atensi dan memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan
hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup. Beberapa
gangguan tidur dapat mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya
insomnia yang bersifat keturunan dan fatal dan apnea tidur obstruktif) atau
secara tidak langsung misalnya kecelakaan akibat gangguan tidur.
Melihat akibat dari gangguan tidur pada lansia diatas diperlukan
penanganan atau sikap yang tepat untuk mengatasinya dengan tindakan non
farmakologis seperti hindari dan meminimalkan penggunaan minum kopi, teh,
soda dan alkohol, serta merokok sebelum tidur dapat mengganggu kualitas tidur
lansia, hindari tidur siang terutama setelah pukul 14.00 WIB dan batasi tidur
siang, batas untuk satu kali tidur kurang dari 30 menit, pergi ke tempat tidur
hanya bila mengantuk, mempertahankan suhu yang nyaman di kamar tidur,
suara gaduh, cahaya, dan temperatur dapat mengganggu tidur (Hardiwinoto,
2010).
Penanganan untuk kualitas tidur yang buruk dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni farmakologi dan nonfarmakologi. Farmakologi adalah cara yang
menggunakan media obat-obatan untuk merangsang penderita tertidur seperti
zolpidem, tradozon, lozepram, diazepam dan amitripilin (Ariani & Suryanti,
2019). Non farmakologi merupakan suatu metode alternatif yang tidak
menggunakan obat-obatan sebagai media penyembuhannya.
Pada pelaksanaannya non farmakologi dapat dilakukan dengan beberapa
cara seperti terapi, senam dan olahraga sehingga badan menjadi rileks (Subandi,
2017). Terapi relaksasi yang umum digunakan untuk mengatasi kualitas tidur
buruk adalah dengan merendam kaki pada air hangat. Air hangat dapat
memberikan efek relaksasi karena terjadi penurunan ketegangan otot akibat
meregangnya selsel pada otot dan pelebaran pembuluh darah yang dapat
meningkatkan suplai nutrisi dan oksigen kedalam jaringan.
Pada sistem endokrin air hangat dapat menstimulus hormon serotonin yang
kemudian diubah menjadi melatonin, yakni hormon yang menimbulkan kondisi
mengantuk serta rileks pada tubuh (Putra, 2017). Merendam kaki pada air yang
memiliki temperatur 37˚C-39˚C selama 10 menit sampai betis bermanfaat untuk
mengurangi kontraksi otot sehingga menimbulkan perasaan rileks yang dapat
mengatasi masalah tidur (Permady, 2015).
Kualitas tidur buruk pada lansia selanjutnya juga dapat diatasi dengan
memberikan terapi massage. Terapi massage ini menggunakan tangan untuk
merelaksasi, mengurangi stres, serta memberikan kenyamanan saat tidur dan
mengurangi kecemasan (Dionesia, 2017). Massage sebelum tidur dapat
mempercepat proses tidur dengan beberapa mekanisme yaitu dengan stimulasi
morpin endogen seperti endorfin, dinorfin dan enkifalin serta perannya dalam
menimbulkan relaksasi otot.
Pemberian massage khususnya pada area kaki dapat melancarkan sistem
peredaran darah. Massage dapat merangsang sistem saraf dan meningkatkan
aktifitas otot sehingga pijatan pada kaki dapat merelaksasi otototot yang
memberikan efek sedatif (Ariani & Suryanti, 2019). Salah satu pengobatan
relaksasi yaitu menggunakan air. Mengobati dan meringakan bermacam
keluhan dengan menggunakan air disebut hydrotherapy. Terapi relaksasi yang
dapat dilakukan berupa massage, terapi massage ini menggunakan tangan untuk
merelaksasikan, mengurangi stres, memberi kenyamanan saat tidur serta
mengurangi kecemasan (Dionesia, 2017).
Air bisa dipergunakan dalam berbagai cara serta manfaatnya telah diakui
sejak dahulu, seperti Kebudayaan Turki, kerajaan Yunani, masyarakat Eropa,
kekaisaran Romawi dan Tiongkok kuno. Manfaat air hangat juga di ketahu oleh
masyarakat umum untuk mengantar agar tidur bisa lebih nyenyak,
menghilangkan rasa pegal-pegal dan kaku di otot, membuat tubuh lebih rileks,
dan. Air hangat membuat kita merasa santai, menghilangkan sakit dan tegang
pada otot dan peredarah darah menjadi lancar. Dengan demikian, berendam
dengan air hangat dapat menghilangkan stress dan tidur menjadi lebih mudah.
(Sustrani dkk, 2019).
Merendam kaki dengan air hangat yang dikombinasikan dengan bahan
herbal salah satunya jahe yang dapat menimbulkan respon sistemik terjadi
melalui mekanisme vasodilatasi, jahe yang digunakan untuk obat-obatan adalah
jahe merah, karena jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih
tinggi dibandingkan dengan jahe lainnya (Nurahmandani et al, 2016).Manfaat
rendam kaki air jahe hangat mengurangi pegal-pegal, mengantar agar tidur
nyenyak, membuka pori-pori memperlebar pembuluh darah, merangsang
pengeluran keringat, mengendurkan otot-otot, memberikan efek relaksasi
(Pamungkas, 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Wungouw & Hamel, 2018)
tentang "Pengaruh terapi rendam air hangat pada kaki terhadap insomnia pada
lansia di Kelurahan Angges Kecamatan Tahuna Barat". Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi rendam air hangat pada kaki
terhadap insomnia pada lansia (p = 0,004 < 0,05).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (L. Azmi, N. Yuliadarwati, 2017)
tentang "Pengaruh terapi rendam kaki air hangat dan massage terhadap kualitas
tidur komunitas lansia di Kelurahan Tunjungsekar". Hasil penelitian
membuktikan adanya pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan
intervensi terapi rendam kaki air hangat dan massage terhadap kualitas tidur
lansia dengan menggunakan uji paired t-test didapatkan hasil nilai signifikasi
0,000 (P<0,05) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan penelitian (Pamungkas, 2019) tentang "Pengaruh Rendam
Kaki Air Jahe Hangat Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Hipertensi Di
Posyandu Lansia Kendal Rejo Mojosongo". Dengan hasil analisis bivariat
didapatkan ada perbedaan bermakna antara tingkat kualitas tidur sebelum dan
sesudah diberikan rendam kaki air jahe hangat.
Gangguan tidur pada lansia dapat terjadi akibat kualitas tidur yang tidak
adekuat. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu
dioptimalkan. Perawat perlu mengkaji kualitas tidur sehingga dapat
memberikan intervensi yang tepat bagi lansia yang mengalami gangguan tidur
sehingga dapat mempertahankan produktivitas, kebugaran dan kesehatan
lansia. Peneliti melakukan studi pendahuluan di PTSW Nirwana Puri. Setelah
melakukan wawancara dengan perawat, peneliti mendapatkan beberapa
informasi.
Jumlah lansia di PTSW Nirwana Puri yaitu sebanyak 107 orang terdiri dari
59 lansia berjenis kelamin perempuan dan 48 orang lansia berjenis kelamin laki
-laki. Berdasarkan studi pendahuluan kepada 10 orang lansia di wilayah PTSW
Nirwana Puri dengan metode wawancara dan pengisian kuisioner, ditemukan
bahwa 7 orang lansia mengalami kualitas tidur yang buruk seperti sering
terbangun pada malam hari, merasa kurang puas pada tidurnya di malam hari,
ketika bangun tidur pada pagi hari merasa ngantuk, tidak bersemangat pada saat
beraktivitas setelah bangun tidur pada pagi hari dan mengalami kelelahan.
Sedangkan 3 orang lansia mengalami kualitas tidur yang baik karena lansia
suka melalukan aktivitas sebelum tidur yang bisa membuat pola tidurnya
nyaman sehingga tidak mengalami gangguan kualitas tidur. Berdasarkan dari
fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Massage dan Rendam Air Jahe Hangat Pada Kaki Terhadap Kualitas
Tidur Lansia Di PTSW Nirwana Puri”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Pengaruh Massage dan Rendam Air Jahe
Hangat Pada Kaki Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di PTSW Nirwana Puri”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massage dan rendam
air jahe hangat pada kaki terhadap kualitas tidur lansia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, dan
jenis kelamin
b. Untuk menganalisis kualitas tidur lansia sebelum dan sesudah pada
kelompok intervensi.
c. Untuk menganalisis perbedaan kualitas tidur lansia sebelum dan
sesudah pada kelompok kontrol.
d. Menganalisis perbedaan kualitas tidur pada kedua kelompok.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan,
pengetahuan dan pengalam meneliti serta ilmu terbaru dibidang
keperawatan gerontik. Serta dapat menjadi sumber data bagi penelitian
berikutnya dan bahan pembanding bagi penelti lainnya untuk melakukan
penelitian selanjutnya mengenai bagaimana pengaruh massage rendam air
jahe hangat pada kaki terhadap kualitas tidur lansia.
2. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu penderita dengan
memberikan informasi tentang pengaruh Massage dan Rendam Air Jahe
Hangat Pada Kaki Terdahap Kualitas Tidur Lansia sehingga diharapkan
pasien dapat lebih memiliki semangat untuk melakukan penanganan non
framakologis agar kualitas tidur membaik.
3. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau
saran bagi perawat mengenai pengaruh Massage dan Rendam Air Jahe
Hangat Pada Kaki Terdahap Kualitas Tidur Lansia sehingga menjadi
acuan dalam pengelolaan sumber daya manusia keperawatan menjadi
lebih efisien.
4. Bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan pada dunia Kesehatan untuk lebih mengetahui tentang
pengaruh Massage dan Rendam Air Jahe Hangat Pada Kaki Terhdapa
Kualitas Tidur Lansia.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran penulis, ditemukan beberapa penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan judul atau penelitian penulis dalam bentuk
tabel sebagai berikut.
No Nama peneliti Metode penelitian Hasil Perbedaan
dan judul (desain, sampel, penelitian
penelitian variabel,
instrument, dan
analisis)
1. Pengaruh terapi D: Static Group Hasil penelitian Variabel
rendam air Comparison ini dependen,des
hangat pada S: Purposive menunjukkan ain penelitian,
kaki terhadap sampling bahwa terdapat jumlah
insomnia pada V: Terapi rendam pengaruh terapi sampel,
lansia di air hangat pada rendam air tempat
Kelurahan kaki terhadap hangat pada penelitian.
Angges insomnia pada kaki terhadap
Kecamatan lansia insomnia pada
Tahuna Barat I: lansia (p =
A: Independent 0,004 <
Sample t-test 0,05).
(Wungouw &
Hamel, 2018)
2. Pengaruh D: Quasi Hasil penelitian Variabel
rendam kaki air eksperiment ini independent,
hangat terdahap S: Total sampling menunjukkan jumlah
kualitas tidur V: Terapi rendam bahwa terdapat sampel,
pada lansia di air hangat pada pengaruh terapi tempat
wilayah kerja kaki terhadap rendam air penelitian.
Psuskesma kualitas tidur pada hangat pada
Handapherang lansia kaki terhadap
I: Kuisioner The kualitas tidur
(Daniel Akbar Pittsburgh Sleep pada lansia p
Wibowo, 2019) Quality Index value sebesar
(PSQI) 0,000 dari nila a
A: Independent sebesar 0,05
Sample t-test
TINJUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 lanjut usia
mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial.
Perubahan yang bersifat fisik antara lain adalah penurunan kekuatan fisik,
stamina dan penampilan. Hal ini dapatmenyebabkan beberapa orang menjadi
depresi atau merasa tidak senang saat memasuki masa usia lanjut. Mereka
menjadi tidak efektif dalam pekerjaan dan peran sosial, jika mereka bergantung
pada energi fisik yang sekarangtidak dimilikinya lagi (Azizah, 2017).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan
dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik,
mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya
sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada
makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan
degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan
jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka
lebih rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan
dengan orang dewasa lain (Kholifah, 2016).
Pada seseorang yang sudah lanjut usia banyak yang terjadi penurunan salah
satunya kondisi fisik maupun biologis, dimana kondisi psikologisnya
sertaperubahan kondisi sosial dimana dalam proses menua ini memiliki arti
yang
Artinya proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap lesion atau luka (infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Hal
ini dikarenakan fisik lansia dapat menghambat atau memperlambat
kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya
umur.(Mawaddah, 2020)
2. Ciri-ciri Lansia
Menurut Oktora & Purnawan, (2018) adapun ciri dari lansia diantaranya :
a. Lansia merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia sebagian
datang dari faktor fisik dan faktor psikologis sehingga motivasi memiliki
peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang
memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang
memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan
lebih lama terjadi.
b. Penyesuaian yang buruk pada lansia prilaku yang buruk terhadap lansia
membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk
sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk
pula. Contoh:lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,
cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
3. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut (Kemenkes.RI, 2018) yaitu :
a. Seseorang dikatakan lansia ketika telah mencapai usia 60 tahun keatas.
b. Status pernikahan Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015,
penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar
berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu
lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari
keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang 13 berstatus kawin
ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga
presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak dan
lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi.
c. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptive.
d. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
4. Klasifikasi Lansia
Menurut (Mawaddah, 2020) terdapat beberapa versi dalam pembagian
kelompok lansia berdasarkan batasan umur, yaitu sebagai berikut.
a. Menurut WHO, lansia dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1). Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-59 tahun
2). Lansia (edderly), yaitu kelompok usia 60-74 tahun
3). Lansia tua (old),yaitu kelompok usia 75-90 tahun
4). Lansia sangat tua (very old),yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun
5. Perubahan Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang biasanya akan berdampak pada perubahan- perubahan pada
jiwa atau diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
perasaan, sosial dan sexual (National & Pillars, 2020).
a. Perubahan fisik
Dimana banyak sistem tubuh kita yang mengalami perubahan seiring
umur kita seperti:
1). Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2). Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur,
tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan
atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
b. Perubahan Kognitif
Banyak lansia mengalami perubahan kognitif, tidak hanya lansia
biasanya anak- anak muda juga pernah mengalaminya seperti:
Memory (Daya ingat, Ingatan)
c. Perubahan Psikososial
Sebagian orang yang akan mengalami hal ini dikarenakan
berbagai masalah hidup ataupun yang kali ini dikarenakan umur
seperti:
1). Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan
kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2). Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia,
panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma
dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan
dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
3). Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbilitas yang
signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada
lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan
atensi dan memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan
hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup.
Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi
pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang
dari 6 jam per hari bila dibandingkan. dengan seseorang yang
lama tidurnya antara 7-8 jam per hari. Berdasarkan dugaan
etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat kelompok
yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan
mental lain, gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan
gangguan tidur yang diinduksi oleh zat.
B. Konsep Kualitas Tidur
1. Definisi Tidur
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis.
Tidur adalah suatu keadaan di mana kesadaran seseorang akan sesuatu
menjadi turun, namun aktivitas otak tetap memainkan peran yang luar
biasa dalam mengatur fungsinya, seperti mengatur fungsi pencernaan,
aktivitas jantung dan pembuluh darah, serta fungsi kekebalan dalam
memberikan energi pada tubuh dan dalam pemrosesan kognitif,
termasuk penyimpanan, penataan, dan pembacaan informasi yang
disimpan dalam otak, serta perolehan informasi saat terjaga. Tidur
diyakini dapat memulihkan tenaga karena tidur memberikan waktu
untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode
keterjagaan berikutnya.(Muhaningsyah et al., 2021).
2. Fisiologi Tidur
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (Jam biologis) yang
berbeda. Bioritme ini dikontrol oleh tubuh disesuaikan Selama tahap-
tahap tertentu tidur, penyerapan O2 bahkan meningkat melebihi tingkat
normal sewaktu terjaga dan proses penghambatan aktif diduga sebagai
penyebab tidur ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitasi
pada batang otak bagian atas, yang disebut sistem aktivasi retikuler
mengalami kelelahan setelah seharian terjaga sehingga menjadi tidak
aktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting telah
mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur
disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti bahwa
pemotongan batang otak setinggi regio midpons menghasilkan otak
dengan korteks yang tak pernah tidur. suatu pusat yang terletak di bawah
tingkat midpons pada batang otak,yang diperlukan untuk menyebabkan
tidur dengan cara menghambat bagianbagian otak lainnya.
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan
priode yang lama dari keterjagaan. Siklus tidur terjaga mempengaruhi
dan mengatur fungsi fisiologis dan respon prilaku. Dua sistem didalam
batang otak, sistem pengaktifasi retikulum dan daerah sinkronisasi
bulbar diyakini bekerja bersama mengontrol sifat siklus pada tidur
formasi retikulum ditemukan dibatang otak, ini membentang keatas
sampai ke medula, pons, otot tengah dan kemudian ke hipotalamus, ini
bisa terjadi banyak sel saraf dan serabut saraf mempunyai hubungan
yang melalui impul kedalam korteks serebral dan kedalam medula
spinalis.(Janah et al., 2020)
3. Siklus Tidur
Selama tidur individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus
tidur yang komplit normalnya berlangsung selama 1,5 jam ,dan setiap
orang biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur.
Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM.
Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan
ke tahap IV selama kurang lebih 20 menit. Tahap 1 REM muncul
sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.(Rusiana et al., 2021).
Pre-sleep
Tidur REM
4. Fungsi Tidur
Tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan energi untuk periode
terjaga berikutnya. Periode tidur juga bagian dari proses
mempertahanan fungsi fisiologis normal. Penggunaan energi sehari-hari
perlu diganti dengan periode istirahat pada waktu malam hari (Potter &
Perry, 2017).
Dalam siklus tidur dikenal tahap REM, tahap ini sangat penting
untuk jaringan otak dan memelihara fungsi kognitif. Tidur REM
menyebabkan perubahan aliran darah ke otak, peningkatan aktivitas
korteks, peningkatan konsumsi oksigen dan pengeluaran ephineprine.
Selain itu, tidur juga berfungsi untuk mempertahankan fungsi mental,
memori, aktivitas sistem imun dan regulasi hormon (Potter & Perry,
2017).
5. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dialami seseorang
individu bisa dapat menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat
terbangun. (Janah et al., 2020). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang
terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan
perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis,
kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,
mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap
atau mengantuk. Menurut (Mawaddah, 2020) kualitas tidur dapt dilihat
melalui tujuh
komponen yaitu:
a. Kualitas tidur subjektif
Penilaian subjektif diri sendiri terhadap kualitas tidur yang
dimiliki. Adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman pada diri
sendiri berperan terhadap penilaian kualitas tidur.
b. Durasi tidur
Dinilai dari waktu mulai tidur sampai waktu terbangun, waktu
tidur yang tidak terpenuhi akan menyebabkan kualitas tidur
buruk.
c. Letensi tidur
Beberapa waktu yang dibutuhkan sehingga seseorang bisa
tertidur, ini berhubungan dengan gelombang tidur seseorang.
d. Efisiensi tidur
Didapatkan melaui presentase kebutuhan tidur manusia
,dengan menilai jam tidur seseorang dan durasi tidur seseorang
,durasi tidur sehingga dapat disimpulkan apakah sudah tercukupi
atau tidak.
e. Gangguan tidur
Seperti adanya mengorok, gangguan pergerakan sering
terganggu dan mimpi buruk dapat mempengaruhi proses tidur
seseorang.
f. Pengunaan obat tidur
Obat tidur dapat menandakan seberapa berat gangguan tidur
yang dialami karena penggunaan obat tidur diindikasikan
apabila orang tersebut sudah sangat terganggu pola tidurnya dan
obat tidur diaggap perlu untuk membantu tidur.
g. Gangguan aktifitas pada siang hari
Akibat dari kualitas tidur yang buruk, seseorang akan merasa
bangun dengan perasaan segar, frekuensi mengantuk yang sering
di siang hari sulit berkonsentrasi dan mudah Lelah.
6. Penyebab Menurunnya Kualitas Tidur
`Seiring berjalannya waktu banyak yang terjadi pada diri kita terutama
pada lansia yang gampang sekali terkena penyakit, salah satunya adalah
Gangguan Tidur pada lansia dimana sering dipengaruhi beberapa faktor
seperti usia, kondisi medis (hipertiroid, penyakit neurologi, penyakit
paru, hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, obesitas), psikiatri
(depresi, stress, gangguan anxietas), konsumsi obat-obatan, lingkungan,
cahaya, suhu, pola makan, konsumsi alkohol, dan konsumsi kafein. yang
paling terkecil yaitu terganggunya kualitas tidur kita yang berujung
mengalami berbagai penyakit. Menurunnya kualitas tidur disebabkan
oleh banyak hal yang paling utama biasanya dialami oleh lansia yaitu:
a. Gaya hidup tidak sehat
Jika seseorang terlalu banyak mengonsumsi yang berlebihan bisa
juga menggangu sistem tubuh sehingga tidak sehat dan akan banyak
menimbulkan penyakit seperti jika biasanya lansia banyak minum
atau mengkonsumsi kafein dan sering merokok juga dapat menjadi
penyebab susah tidur Kafein adalah stimulan dan karenanya
menghambat tidur. Kandungan kafein akan tetap di dalam tubuh
untuk jangka waktu yang relatif lama, kurang lebih 6 jam untuk
menghilangkan hanya setengah dari kafein yang dikonsumsi. Dan
jika seseorang mengkonsumsi secara berlebihan dari takaran
normal, maka tubuh yang akan sulit untuk rileks.
b. Pola makan
Ternyata banyak ada hubungan antara pola makan dan juga
kualitas tidur Dalam studi yang berjudul Effects of Diet on Sleep
Quality menunjukkan bahwa produk susu, ikan, buah, dan sayuran
bisa mempermudah untuk tidur. Sedangkan, asupan karbohidrat
yang tinggi dikaitkan dengan waktu tidur yang kurang nyenyak dan
jangka waktu tidur yang lebih pendek makan sebelum tidur juga
bisa membuat merasa sulit untuk tidur.
c. Pengaruh obat – obatan
Tanpa disadari banyak obat yang dapat mengganggu tidur, seperti
antidepresan tertentu dan obat untuk asma atau tekanan darah.
Banyak juga obat yang dijual bebas seperti beberapa obat
penghilang rasa sakit, alergi dan obat flu, dan produk penurun berat
badan mengandung kafein dan stimulan lain yang dapat
mengganggu tidur.
7. Dampak Menurunnya Kualitas Tidur
Masalah tidur dapat disebabkan oleh faktor, diantaranya karena
hormonal, obat obatan dan kejiwaan. Selain itu, kopi dan teh yang
mengandung zat perangsang susunan syaraf pusat juga dapat
menimbulkan kesulitan tidur. Selain itu insomnia yang utama karena
adanya permasalahan emosional, kognitif, dan fisiologis yang berperan
terhadap terjadinya disfungsi kognitif, kebiasaan tidak sehat, dan
berakibat insomnia. (Anggarwati & Kuntarti, 2021). Gangguan tidur
juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada
beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya angka
kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang
yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila
dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per
hari.
Dari berbagai permasalahan kualitas tidur pada lansia tersebut, maka
diperlukan peningkatan pengetahuan tentang pencegahan kualitas tidur
tersebut dengan memberikan penyuluhan tentang tindakan mencegah
insomnia baik itu secara non farmakologis seperti hindari dan
minimalkan penggunaan minimum kopi, teh, soda, dan alcohol, serta
merokok sebelum tidur dapat mengganggu kualitas tidur lansia, hindari
tidur siang terutama setelah pukul 14.00 WIB siang dan batas untuk 1
tidur kurang dari 30 menit, pergi ketempat tidur hanya bila mengantuk,
mempertahankan suhu yang nyaman di tempat tidur, suara gaduh,
cahaya dan temperature dapat mengganggu tidur, lansia sangat sensitive
terhadap stimulus lingkungannya.
8. Gangguan Tidur pada Lansia
Sampai saat ini berbagai penelitian menunjukkan, penyebab
gangguan tidur pada lanjut usia dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Darmojo (2015) menyatakan bahwa ada 3 gangguan tidur yang
digolongkan sebagai gangguan tidur primer, yakni terdiri atas;
a. Gangguan tidur karena gangguan pernapasan (Sleep Disordered
Breathing). Gangguan tidur ini ditandai dengan mengorok saat tidur
dan mengatuk hebat pada siang hari. Gangguan tidur ini dibagi
menjadi 3, yaitu; Upper Airway Resistance Syndrome (UARS),
Obstructive Sleep Apnea (OSA), Obesity Hypoventilation Syndrome
(OHS). Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Obstructive
Sleep Apnea (OSA) yang terjadi karena oklusi sebagian atau total
saluran napas atas. Hal ini disertai dengan penurunan tonus otot
pernapasan dan jaringan pada cavum oral selama tidur.
b. Sindrom kaki kurang tenang atau Restless Legs Syndrome (RLS) dan
gangguan gerakan tungkai secara periodik atau Periodic Limb
Movement Disorder (PLMD). Restless Legs Syndrome (RLS)
ditandai dengan rasa tidak enak pada kaki yang berlebihan selama
malam saat penderita istirahat. Penderita juga merasa seperti
dirayapi semut atau hewan kecil sehingga menyebabkan penderita
menggerakkan kakinya, atau berjalan guna menghilangkan rasa
tidak enak tersebut. Sedangkan gangguan tungkai yang periodik atau
juga disebut Periodic Limb Movement Disorder (PLMD), mungkin
menyertai sindrom kaki kurang tenang atau berdiri sendiri. Biasanya
ditandai gerakan yang tiba-tiba dan berulang contohnya gerakan
menendang, lamanya sekitar 20-40 detik. Dengan adanya kondisi
seperti ini, penderita biasanya mengeluhkan rasa lelah yang
berlebihan saat bangun tidur dan tidur tidak nyenyak.
c. Gangguan perilaku Rapid Eye Movement (REM). Gangguan ini
sangat jarang terjadi, tetapi sering muncul pada usia lanjut. Proses
yang mendasari gangguan ini adalah disinhibisi transmisi aktivitas
motorik saat bermimpi. Pasien sering jatuh atau melompat dari
tempat tidur.
9. Dampak kualitas tidur yang buruk
Kualitas tidur yang buruk dapat memberikan 2 dampak, yaitu fisik
dan psikologis seperti :
a. Dampak Fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak
mata, konjungtiva kemerahan, dan mata terlihat cekung), kantuk
yang berlebih, tidak mampu berkonsentrasi, tampak tanda keletihan
seperti penglihatan kabur, mual, muntah, serta tanda –tanda
peningkatan tekanan darah, pusing dan kaku pada tengkuk.
b. Dampak Psikologis
Menarik diri, apatis dan respon menurun, merasa tidak enak
badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul
halusinasi pendengaran atau penglihatan, serta kemampuan
memberikan pertimbangan dan keputusan menurun.
10. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Lansia
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lansia yang adalah
stress psikologis, gizi, lingkungan, motivasi, gaya hidup dan olahraga
(Nursalam, 2020). Lingkungan adalah faktor penting untuk penerapan
sleep hygiene. Kepadatan dan luas kamar, pencahayaan terlalu terang,
kebisingan dari kegiatan panti dan kebersihan lingkungan yang
diciptakan antar individu (Brewster et al., 2019). Faktor Psikologis yang
menyebabkan gangguan tidur pada lansia panti sangat beragam. Antara
lain seperti kisah hidup traumatis, masalah rumah tangga terdahulu,
kekhawatiran masa kini dan masa depan, mimipi buruk dan perasaan
gelisah. Lansia yang stress dan memilih menghabiskan waktu siang nya
untuk tidur dapat memicu gangguan tidur di malam hari. Hal ini
mempengaruhi kualitas tidur secara negatif pada lansia (Aşiret &
Dutkun, 2018). Status kesehatan lanjut usia dipengaruhi oleh faktor
gizinya. Status gizi pada lanjut usia harus mendapatkan perhatian
khusus karena dapat mempengaruhi status kesehatan, penurunan
kualitas tidur, kualitas hidup dan mortalitas.
Sedangkan faktor gaya hidup dan aktivitas fisik dipengaruhi oleh
keaktifan lansia sehari-hari, kebiasaan menghabiskan waktu harian hal
ini terkait dengan imobilitas yang dihubungkan dengan tirah baring.
Bedrest kronis mengganggu ritme sikardian / dan ritme waktu tidur.
Terlalu lama berbaring di tempat tidur di siang hari menyebabkan
episode bangun pendek di malam hari dan kualitas tidur lansia menjadi
buruk.(Friska et al., 2020)
11. Penatalaksanaan Gangguan Tidur
Ada dua cara dalam hal penatalaksanaan gangguan tidur, yaitu
secara farmakologis dan non-farmakologis.(Mubarak, 2017)
a. Farmakologis
Dalam penatalaksanaan farmakologis, hanya ada beberapa yang
efektif untuk menangani gangguan tidur pada lanjut usia.
1). Restless Legs Syndrome (RLS) dan Periodic Limb Movement
Disorder (PLMD) dapat diberikan obat anti parkinson
carbidopa- levodopa (formula 25-100 mg) dengan dosis awal 1
kali setengah tablet saat mau tidur. Pergolide dapat juga
digunakan dengan dosis awal sangat rendah (0,05 mg) 2 jam
sebelum tidur. Obat lain yang dapat digunakan untuk kedua
gangguan tidur ini adalah benzodiazepine 1 kali saat mau tidur,
atau codeine atau oxycodone.
2). REM Behavior Disorder (RBD) dapat diberikan obat golongan
benzodiazepine kerja lama seperti klonasepam saat mau tidur
sekali sehari.
b. Non Farmakologis
Penanganan secara non-farmakologi sangat beragam macamnya,
tergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami. Pada kasus
Obstructive Sleep Apne (OSA) dapat dilakukan posisi tidur miring,
dan aktivitas/olahraga untuk penurunan berat badan. Lain halnya
dengan kasus Restless Legs Syndrome (RLS) dan Periodic Limb
Movement Disorder (PLMD), merendam kaki dan tungkai atas
dengan air hangat serta olah raga ringan (jalan kaki) yang dikerjakan
teratur dapat menghilangkan gejala kedua gangguan tidur ini .
Terapi non-farmakologis yang lainnya adalah terapi
komplementer. Terapi komplementer ini bersifat terapi pengobatan
alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi,
relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupresur,
aromaterapi, refleksiologi dan hidroterapi (Sudoyo, 2017).
Salah satu terapi komplementer yang dapat direkomendasikan
untuk mengatasi gangguan tidur adalah dengan Hydrotherapy.
Teknik yang digunakan adalah memanfaatkan air untuk
menyembuhkan dan meredakan berbagai macam penyakit ringan
dan air juga bisa digunakan dalam sejumlah cara yang berbeda
(Sulaiman, 2015). Manfaat hydrotherapy khususnya penggunaan air
hangat adalah membantu merangsang sirkulasi darah, serta
menyegarkan tubuh. Hal ini berakibat pada efek peningkatan
relaksasi (Handoyo, 2014).
C. Konsep Hydrotherapy
1. Definisi Hydrotherapy
Hydrotherapy adalah penggunaan air untuk menyembuhkan dan
meringankan berbagai keluhan. Untuk itu, air dapat digunakan dalam
berbagai cara dan kemampuannya sudah diakui sejak dahulu (Sustrani,
dkk, 2019). Hydrotherapi juga merupakan metode terapi dengan
pendekatan “lowtech” yang mengandalkan pada respon-respon tubuh
terhadap air.
The National Center on Physical Activity and Disability (2009)
menyatakan bahwa hydrotherapy adalah aplikasi eksternal yang
menggunakan air, baik untuk efek tekanan atau sebagai sarana
menerapkan energi fisik untuk jaringan. Hydrotherapy diindikasikan
untuk gangguan sensori, Range of Motion atau ROM yang terbatas,
kelelahan, nyeri, masalah respirasi, masalah sirkulasi, depresi, penyakit
jantung, dan obesity. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan
tidur. Hydrotherapy juga merupakan sejumlah latihan fisik dengan
berendam di dalam air hangat. Bentuk terapi fisik ini dapat membantu
seseorang untuk mengurangi berbagai keluhan, salah satunya dengan
merendam kaki. Kehangatan air membantu mengendurkan otot dan
mengurangi nyeri, hal inilah yang menimbulkan rasa rileks pada tubuh
(Arnot, 2018).
2. Jenis-jenis Hydrotherapy
Hydrotherapy memiliki berbagai macam jenis, Ningrum (2020)
membaginya sebagai berikut:
a. Rendaman air
Jenis terapi ini adalah dengan melakukan perendaman bagian
tubuh tertentu di dalam bak atau kolam yang berisi air bersuhu
tertentu selama minimal 10 menit.
b. Pusaran Air (Whirlpool)
Terapi ini menggunakan berbagai alat jet atau juga nozzle yang
dapat menambah tekanan pada pompa. Alat ini dirancang khusus
dengan tekanan dan suhu yang dapat diatur sesuai kebutuhan.
c. Pancuran Air
Terapi ini menggunakan pancuran air dengan tekanan dan suhu
tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Terapi air panas dan dingin (Contrast Bath)
Terapi ini menggunakan dua jenis air yang temperaturnya
berbeda, yakni panas dan dingin dan dilakukan secara bergantian.
Diantara jenis-jenis hydrotherapi di atas, perendaman menggunakan
air hangat sangat efektif sebagai upaya untuk peningkatan kualitas tidur
(Ebben dan Spielman, 2019). Teknik yang digunakan dapat berupa
perendaman kaki dalam sebuah bak yang berisi air hangat.
3. Merendam Kaki dengan Air Hangat
Merendam kaki dengan air hangat merupakan pemberian aplikasi
panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun kronis.
Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan
ketegangan otot walaupun dapat juga dipergunakan untuk mengatasi
masalah hormonal dan kelancaran peredaran darah. Pengobatan
tradisional Tiongkok menyebut kaki adalah jantung kedua tubuh
manusia, barometer yang mencerminkan kondisi kesehatan badan. Ada
banyak titik akupunktur di telapak kaki. Enam meridian (hati, empedu,
kandung kemih, ginjal, limpa dan perut) ada di kaki (Arnot, 2018).
Panas pada fisioterapi dipergunakan untuk meningkatkan aliran darah
kulit dengan jalan melebarkan pembuluh darah yang dapat
meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga
meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot (Intan
A, 2019).
Beberapa negara maju menerapkan terapi stimulus control dengan
menggunakan air hangat sudah banyak dilakukan. Menurut Vinencenz
Priesnisz dan Pastor Sebastian Kneipp (2016), merendam kaki dengan
air hangat yang bertemperatur 37°C-39°C bermanfaat dalam
menurunkan kontraksi otot sehingga menimbulkan perasaan rileks yang
bisa mengobati gejala kurang tidur dan infeksi.
4. Respon Tubuh Saat Merendam Kaki dengan Air Hangat
Kerja air hangat pada dasarnya adalah meningkatkan aktivitas
molekuler (sel) dengan metode pengaliran energi melalaui konveksi
(pengaliran lewat medium cair) (Intan A, 2019). Metode perendaman
kaki dengan air hangat memberikan efek fisiologis terhadap beberapa
bagian tubuh organ manusia. Berikut ini adalah beberapa organ yang
mengalami perubahan fisiologis, yaitu:
a. Jantung
Tekanan hidrostatik air terhadap tubuh mendorong aliran darah
dari kaki menuju ke rongga dada dan darah akan berakumulasi di
pembuluh darah besar jantung. Air hangat akan mendorong
pembesaran pembuluh darah kulit dan meningkatkan denyut
jantung. Efek ini berlangsung cepat setelah terapi air hangat
diberikan (Ningrum, 2020).
b. Jaringan otot
Air hangat dapat mengendorkan otot sekaligus memiliki efek
analgesik. Tubuh yang lelah akan menjadi segar dan mengurangi
rasa letih yang berlebihan. Hal ini dapat mengurangi gejala
kesemutan atau Restless Legs Syndrom (RLS) pada lansia (Darmojo,
2015; Ningrum, 2020).
c. Organ Pernapasan
Aliran darah yang lancar akan membawa nutrisi dan oksigen yang
cukup untuk dibawa ke rongga dada serta paru-paru. Peningkatan
kapasitas paru juga dapat terjadi, hal ini dapat mengurangi gejala
Sleep Disordered Breathing (SDB) (Darmojo, 2015; Ningrum,
2020).
d. Sistem Endokrin
Berendam menggunakan air hangat dapat melepaskan dan
meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan tubuh. Sirkulasi
hormon kortisol misalnya, air hangat dapat meningkatkan sekresi
hormon tersebut dan menimbulkan rasa “kegembiraan” bagi
seseorang. Pada terapi merendam kaki dengan air hangat dapat
menyebabkan efek sopartifik (efek ingin tidur), hal ini kemungkinan
dapat disebabkan oleh peningkatan sekresi hormone melatonin
sebagai dampak dari rendam air hangat pada kaki sehingga
seseorang yang merendam kakinya dengan air hangat dapat
meningkat kualitas tidurnya (Amirta, 2007; Ningrum 2020).
e. Persyarafan
Efek merendam kaki dengan air hangat dapat menghilangkan
stress (Ningrum, 2020). Tidak hanya itu, jika merendam kaki
dilakukan lebih dari 5 menit akan menimbulkan relaksasi (Ebben &
Spielman, 2019).
Adapun manfaat dari terapi air hangat adalah sebagai berikut :
1). Produksi perasaan rileks.
2). Merangsang ujung saraf untuk membuat perasaan segar kembali.
3). Meningkatkan sirkulasi darah.
4). Peningkatan metabolisme jaringan.
5). Penurunan kekakuan tonus otot.
6). Peningkatan migrasi leukosit.
7). Analgesik dan efek sedative
D. Konsep Dasar Massage atau Pijat Refleksi
1. Definisi Massage atau Pijat Refleksi
Relaksasi adalah kondisi fisik dan mental untuk mengatasi tekanan
dan stres. Teknik relaksasi memberikan individu kemampuan untuk
mengendalikan diri dan meningkatkan stres fisik dan emosional ketika
stres itu terjadi (Potter & Perry, 2017). Pijat refleksi adalah kebiasaan
memijat titik-titik tertentu pada tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi
bagi kesehatan memang sudah tidak diragukan lagi. Salah satu sifat yang
paling populer adalah meredakan nyeri tubuh. Manfaat lainnya antara
lain mencegah berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu mengatasi stres, meredakan gejala migrain, membantu
pengobatan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan obat.
(Wahyuni, 2019).
Pijat adalah suatu teknik yang mengedarkan darah, memberikan rasa
rileks pada tubuh, meredakan ketegangan, menghilangkan stres,
menghilangkan rasa lelah dan letih dengan memberikan tekanan pada
titik-titik tertentu. Dapat dikatakan bahwa pijat merupakan terapi
alternatif yang bergantung pada kekuatan dan kelenturan tubuh, serta
memberikan sentuhan pijatan pada telapak tangan atau tangan yang
dapat menyembuhkan penyakit dan memberikan kesegaran jasmani
pada tubuh.
2. Tujuan Massage atau Pijat Refleski
Tujuan utama pijat adalah untuk menyembuhkan, namun dengan
melancarkan peredaran darah, Anda dapat menghindari atau bahkan
menyembuhkan penyakit (Pemungkas, 2010). Tujuan pemijatan adalah
untuk melancarkan peredaran darah ke kulit. Adalah untuk mengurangi
tekanan pada otot dan meningkatkan kenyamanan. relaksasi. Sedangkan
menurut (Kozier, 2002), tujuan dari pemijatan adalah:
a. Mengurangi stres pada otot
b. Relaksasi pikiran dan tubuh
c. untuk meningkatkan fungsi otot dan kulit.
d. Mengurangi insomnia
e. Menurunkan nyeri
3. Manfaat Massage atau Pijat
Manfaat dari Pijat menurut (Ali, 2018) antara lain :
a. Mencegah dan Mengatasi Penyakit
Pijat meningkatkan sirkulasi darah, sehingga meningkatkan
fungsi organ bermasalah. Masalah dengan distribusi oksigen dan
nutrisi dalam sel-sel tubuh. Proses pendistribusian oksigen dan
nutrisi ke sel-sel tubuh juga menjadi lancar, dan racun yang
tersimpan di dalam tubuh juga dikeluarkan, sehingga terjadi
perbaikan bertahap pada organ-organ tubuh yang bermasalah.
b. Meningkatkan daya tahan fisik melalui pemijatan,
meningkatkan kekuatan dan daya tahan fisik. Saraf dan otot
tubuh akan meningkat tubuh akan menjadi tidak sabaran dapat
mencegah penyakit
c. Dengan menerapkan mekanika refleks untuk meningkatkan
semangat kerja, fungsi organ tubuh dapat dipertahankan,
sehingga meningkatkan semangat atau motivasi kerja.
d. Membantu mengurangi efek buruk pada kondisi fisik dari stres
mengambil tindakan kontra-fleksiologis untuk menormalkan
kondisi fisik, dan stres akibat perlambatan akan berkurang dan
hilang.
4. Prosedur Tindakan
Adapun teknik-teknik pemijatan refleksi menurut Oxenford.
(Nugroho, 2018)
a. Gerakan mengelus (Effleurage)
1) Geser kedua tangan ke bawah dari punggung kaki (in step), yaitu
dari punggung kaki (pergelangan kaki) ke ujung secara
berurutan. Jari kaki
2) Gosok ujung jari di sekitar tulang siku. Gerakan ini
melembutkan kulit dan jaringan secara bersamaan.
3) Geser jari ke bawah dari sisi kaki. Dengan bagian atas siku
(pergelangan kaki) menghadap kaki, satu tangan di kedua sisi
terasa seperti air mengalir melalui kaki. Pegang kaki
menggunakan telapak tangan dan jari. Di sisi lain, putar telapak
kaki di antara jari kelingking dan pergelangan kaki.
4) Gerakan Menyebar
5) Pegang kedua tangan di dekat kaki di mana ibu jari menyentuh
bagian atas, sementara jari-jari kaki lainnya mengambil kaki.
Tarik ibu jari dari tengah ke samping.
6) Pegang kedua tangan dengan kaki di mana ibu jari menyentuh
telapak kaki, dan jari-jari kaki lainnya mengambil kaki. Tarik
ibu jari dari tengah ke samping.
b. Siku kaki
1) Rotasi siku, tumit telapak tangan, tangan kedua meletakkan
empat jari di jari kaki, lalu ibu jari di sebelah ibu jari kaki. Putar
kaki searah jarum jam. Lakukan beberapa putaran, lalu ulangi
dengan arah yang berlawanan.
2) Mengencangkan siku pegang kaki seperti pada rotasi siku.
Letakkan kaki ke bawah sehingga jari-jari kaki anda mengarah
ke bawah seperti yang rasakan. Kemudian gerakkan kaki
kembali ke kaki sehingga jari-jari kaki mengarah ke atas
senyaman mungkin
c. Pencampuran uji penghancuran / roti
Pegang satu kaki erat-erat dengan satu tangan, satu tangan
dengan tangan lainnya. Tangan di kepalan kencang, gunakan
kepalan depan (depan, bukan tulang) di semua kaki, bergerak seperti
sedang mencampur adonan roti. Ini adalah gerakan yang lambat,
dalam dan berirama. Sangat berguna dalam pelaksanaan dengan
kaku, bagian tulang dari sendi kedua jari dapat digunakan untuk
mengendurkan jaringan tumit secara mendalam, di mana refleks
pelana dan pinggul berada.
d. Gerakan Insentif Stimulasi ( perangsang)
1) Dengan bergerak ke atas dan ke bawah dari samping ke samping,
jaga kaki di antara tangan , gerakkan tangan ke atas dan ke
bawah di sisi pemberhentian, dari tumit ke ujung kaki yang
berlawanan. Dalam posisi yang sama, gerakkan kaki di antara
kedua tangan anda sehingga bisa naik dari sisi ke sisi.
2) Rilekskan kaki setelah bergerak di atas siku, bekerja dengan
bagian belakang kaki di sisi tangan, dengan.
e. Rotasi jari kaki
Tahan kaki pada posisi standar dengan tumit dengan satu tangan
untuk menopang kaki dengan kuat. Pegang jari dengan kuat dengan
tangan yang lain, tetapi jangan menekannya terlalu keras. Putar jari-
jari kaki. Ini mengendurkan jari-jari kaki dan melemaskan dan
meningkatkan fleksibilitas otot-otot leher jari kaki.
f. Putaran Spinal Gerakkan tangan di telapak kaki gantikan ibu jari di
bawah telapak kaki dengan jari telunjuk. Perlahan gerakkan telapak
kaki dan bagian dalam telapak kaki ke depan dan ke belakang.
Kemudian gerakkan tangan sedikit ke depan (ke arah jari kaki) dan
ulangi seluruh gerakan.
g. Diafragma
1) Pegang kaki, letakkan tangan, letakkan ibu jari di pangkal bola,
dan letakkan jari-jari di telapak kaki . Dorong ke bawah di mana
ibu jari meluncur ke samping dan tahan. Gerakan ini seperti
menggerakkan botol bir besar ke atas dan ke bawah.
2) Dapat memegang kaki untuk mengendurkan diafragma, atau
memutar jari-jari pemijat dengan kuat untuk menggerakkan.
E. Tinjauan Pustaka Tentang Pengaruh Rendam Air Hangat dan Jahe
1. Merendam Kaki dengan Air Hangat
Merendam kaki dengan air hangat merupakan pemberian aplikasi
panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun kronis.
Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan
ketegangan otot walaupun dapat juga dipergunakan untuk mengatasi
masalah hormonal dan kelancaran peredaran darah. Pengobatan
tradisional Tiongkok menyebut kaki adalah jantung kedua tubuh
manusia, barometer yang mencerminkan kondisi kesehatan badan. Ada
banyak titik akupunktur di telapak kaki. Enam meridian (hati, empedu,
kandung kemih, ginjal, limpa dan perut) ada di kaki (Arnot, 2018).
Panas pada fisioterapi dipergunakan untuk meningkatkan aliran darah
kulit dengan jalan melebarkan pembuluh darah yang dapat
meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga
meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot (Intan
A, 2019).
Beberapa negara maju menerapkan terapi stimulus control dengan
menggunakan air hangat sudah banyak dilakukan. Menurut Vinencenz
Priesnisz dan Pastor Sebastian Kneipp (2016), merendam kaki dengan
air hangat yang bertemperatur 37°C-39°C bermanfaat dalam
menurunkan kontraksi otot sehingga menimbulkan perasaan rileks yang
bisa mengobati gejala kurang tidur dan infeksi.
Salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk
intervensi secara mandiri dan bersifat alami yaitu hidroterapi (rendam
kaki air hangat). Merendam kaki dengan air hangat yang
dikombinasikan dengan bahan herbal salah satunya jahe yang dapat
menimbulkan respon sistemik terjadi melalui mekanisme vasodilatasi,
jahe yang digunakan untuk obat-obatan adalah jahe merah, karena jahe
merah memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jahe lainnya. Merendam kaki dengan air hangat,
air digunakan untuk terapi memiliki suhu 37- 39˚C.Suhu tersebut dapat
mengobati gejala kurang tidur dan infeksi, meningkatkan kelenturan
otot jaringan ikat, kelenturan pada otot, menstabilkan kerja jantung dan
aliran darah, memberikan pengaruh pada sistem pembuluh darah
sehingga aliran darah menjadi lancer. Manfaat rendam kaki air jahe
hangat mengurangi pegal-pegal, mengantar agar tidur nyenyak,
membuka pori-pori memperlebar pembuluh darah, merangsang
pengeluran keringat, mengendurkan otot-otot, memberikan efek
relaksasi (Pamungkas, 2019). Terapi non farmakologi untuk mengatasi
gangguan tidur yaitu terapi psikologi dan terapi relaksasi. Merendam
kaki dengan air hangat yang dikombinasikan dengan bahan herbal
(Nurahmandani dkk, 2018). Rendam kaki dapat dikombinasikan dengan
bahan-bahan herbal lain salah satunya jahe.
2. Manfaat Terapi Rendam Kaki Air Hangat Jahe
Merendam kaki dengan air hangat dengan jahe akan membuat
pembuluh darah melebar meningkatkan sirkulasi darah. Ini dapat
merelakskan seluruh tubuh dan mengurangi kelelahan dari hari yang
penuh dengan aktifitas. Efek merendam kaki dengan air hangat dapat
menghilangkan stres. Rendam kaki menggunakan air hangat dengan
jahe bermanfaat untuk mendilatasi pembuluh darah, melancarkan
peredaran darah dan memicu syaraf yang ada pada telapak kaki untuk
bekerja. (Ninit Dwi Pratiwi, 2020).
3. Manfaat Massage atau Pijat Refleksi
Pijat Refleksi adalah metode yang membuat tubuh merasa nyaman
dan rileks sehingga tekanan darah dapat dikontrol dengan efek samping
yang minimal.Sebuah penelitian (Zunaida,susi & Prihatin, 2014)
menunjukkan bahwa setelah refleksi, Hampir semua responden
mengatakan bahwa mereka merasa lega dengan sirkulasi yang lancar
dan efek relaksasi dan kesegaran pada semua anggota tubuh.
4. Langkah-langkah Massage dan Terapi Rendam Kaki dengan
Rebusan Air Jahe Hangat
Peneliti mempersiapkan
Responden diminta untuk
ruangan, kursi, termometer
duduk dikursi yang telah
air, stopwatch, kuesioner,
disediakan.
baskom, air hangat dan jahe
bubuk.
Kemudian, peneliti
mengajarkan tata cara Responden diminta untuk
melakukan Massage atau duduk dengan posisi yang
Pijat Kaki yang dipandu oleh nyaman dan rilkes.
peneliti.
Massage
Kualitas Tidur
Lansia
H. Hipotesis
a. Hipotesis Kerja (Ha)
Dalam penelitian ini ada Pengaruh Kombinasi Relaksasi Nafas
Dalam dan Terapi Rendam Kaki dengan Rebusan Air Jahe Hangat
terhadap Kualitas Tidur Lansia.
b. Hipotesis Statistik (H0)
Dalam penelitian ini tidak ada Pengaruh Kombinasi Relaksasi Nafas
Dalam dan Terapi Rendam Kaki dengan Rebusan Air Jahe Hangat
terhadap Kualitas Tidur La
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan
B. Populasi Sampel
1. Populasi
Menurut (Arikunto 2019) “populasi adalah keseluruhan objek
penelitian”. Penelitian hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga
dan subyeknya tidak terlalu banyak. Populasi dalam penelitian ini
adalah Lansia di PTSW Nirwana Puri sejumlah 107 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang diambil
berdasarkan keseuaian kriteria inklusi dari populasi dan telah setuju
menjadi responden dengan menandatangani informed consent dan
sesuai dengan kriteria inkluasi dan ekslusi. Adapun kriteria inklusi dan
eksluasi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1). Lansia gangguan tidur di panti sosial tresna werdha nirwana
puri samarinda.
2). Lansia yang kurang tidur selama <8 jam sehari
3). Lansia yang mampu berkomunikasi dengan baik dan
kooperatif.
4). Lansia yang skor PSQI > 5
5). Lansia yang sering terbangun di malam hari
6). Bersedia menjadi responden penelitian yang menyetujui dan
menandatangani informed consent.
b. Kriteria Ekslusi
1). Lansia yang tidak sedang dalam gangguan jiwa
2). Lansia yang tidak mengalami gangguan pendengaran
3). Lansia yang bagian kaki nya terluka
4). Lansia dengan penderita Diabete Miletus
c. Metode Sampling
Besar sampel ditentukan dengan cara probability sampling
dengan metode simple random sampling, yakni Teknik sampling
yang dilakukan secara acak sederhana dengan metode undian (L.
Azmi, N. Yuliadarwati, 2017)
d. Besar Sampling
Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini
menggunakan teori dari roscoe ke-4 yaitu untuk ukuran penelitian
eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat,
ukuran sampel bias kelompok eksperimen dan kontrol anatra 10-
20 orang. Dalam Penelitian ini peneliti ingin menambahkan jumlah
sampel berdasarkan sampel drop out dari penelitian. Adapun
Perhitungan yang digunakan sebagai berikut:
𝑛
n1
1−𝑓
Keterangan :
20
= 1−0,1
20
= 0,9
= 22,22
Informed Consent
Daniel Akbar Wibowo, L. P. (2019). Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Terhadap
Kualitas Tidur Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Hanapherang. In
Jurnal keperawatan Galuh (Vol. 1, Issue 2, pp. 104–123).
Kepada Yth.
Bpk/Ibu/Sdr/I Responden
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Sarjana Terapan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Kalimantan Timur.
Nama : Echa Amelia
Nim : P07220219086
Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Massage dan Air Jahe
Hangat terhadap Kualitas Tidur Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri
Samarinda”. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat
Ners.
penelitian ini. Apabila bersedia dan menyetujui, maka saya mohon untuk
Hormat Saya,
Echa Amelia
Nim.P07220219086
Lampiran 2. Informed Consent
Lembar Penjelasan dan Persetujuan
(Informed Consent)
Peserta akan diukur Kualitas tidurnya (pre test) yang terdiri dari 9 Pertanyaan.
Setelah selesai diukur, Peneliti mengumpulkan Kelompok Terapi Rendam Kaki Air
Jahe Hangat dan melakukan intervensi sekitar 15 menit.
Peneliti menjamin kerahasiaan semua data peserta penelitian dengan
menyimpannya dengan baik dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
saja. Kepesertaan dalam penelitian bersifat sukarela. Jika setuju untuk menjadi
peserta penelitian ini, peserta diminta untuk menandatangani lembar penjelasan dan
persetujuan (informed consent) sebagai peserta penelitian setelah peserta benar-
benar memahami tentang penelitian ini.
Apabila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang
dapat mempengaruhi keputusan peserta untuk kelanjutan kepesertaan dalam
penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada peserta.
Jika ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silahkan hubungi
peneliti :
Echa Amelia (085157299920)
Tanda tangan saya dibawah ini menunjukkan bahwa saya telah membaca, telah
memahami dan telah mendapat kesempatan untuk bertanya kepada peneliti tentang
penelitian ini dan meyetujui untuk menjadi peserta penelitian.
POLTEKKES
KEMENKES
KALTIM
Pengertian Merendam kaki dalam air jahe hangat adalah prosedur yang
sederhana namun efektif efeknya terhadap seluruh sirkulasi
darah dalam tubuh. Dengan membesarkan pembuluh- pembuluh
darah pada kaki dan tungkai, maka merendam kaki dalam air
panas itu dapat meredakan sumbatan- sumbatan di bagian-bagian
tubuh yang lain, seperti otak, paru-paru, atau organ-organ di
dalam perut, kemudian darah akan dialirkan dari satu bagian
tubuh ke bagian tubuh yang lainnya.
Tujuan 1. Menurunkan kecemasan pada pasien
2. Responden yang sepakat dilakukan tindakan terapi rendam
kaki dengan air jahe hangat
3. Petugas yang melakukan adalah perawat
Indikasi Cemas, Insomnia
Kontra Indikasi Gangguan pendengaran
Persiapan Pasien Kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan terapi
rendam kaki dengan air jahe hangat
Persiapan Meyakinkan klien bahwa terapi rendam kaki dengan air jahe
Perawat hangat aman
Persiapan Alat 1. Ember/baskom (untuk merendam kaki)
2. Handuk
3. Air hangat 2 liter dengan suhu sekitar 39°C
4. Jahe merah kering 20 gram (dalam kemasan berbentuk
bubuk)
5. Termometer/barometer (mengukur suhu air)
6. Kursi duduk
Prosedur 1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Beri kesempatan pasien untuk bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
5. Pertahankan privasi selama tindakan dilakukan
6. Bawa peralatan ke dekat pasien
7. Berikan posisi nyaman kepada pasien
8. Isi baskom dengan air hangat yang diberikan bubuk jahe
merah kering 20 gram dan suhu air sekitar 39°C - 40°C
9. Masukkan kedua kaki ke dalam ember dan tutup dengan
handuk agar tetap hangat
10. Lanjutkan perendaman sampai 20 menit
11. Bila selesai kaki diangkat keluar dari air hangat, maka
12. Segerakanlah menyiram kedua kaki dengan air dingin dan
letakkan di atas handuk. & keringkan kedua kaki terutama di
bagian sela-sela jari.
13. Setelah prosedur selesai, dilakukan tekanan darah kembali
Terminasi 1. Evaluasi hasil : Kemampuan pasien untuk melakukan Terapi
Rendam Kaki dengan Air Jahe Hangat
2. Memberikan kesempatan pada klien untuk memberikan umpan
balik dari terapi yang dilakukan
3. Tindak lanjut : menjadwalkan Terapi Rendam Kaki dengan Air
Jahe Hangat
4. Kontrak : topik,waktu, tempat untuk kegiatan selanjutnya.
Refrensi Jurnal :
Sucipto, Muhamad Bayu. (2019). Efektifitas Terapi Rendam Kaki
Dengan Air Jahe Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Kecamatan Cempaka
Putih Jakarta Pusat.
Lampiran 5
(Pre-Test/Post-Test)