Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL

PENERAPAN SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PERUBAHAN


KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNGKID
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Diajukan Oleh:
Maskur

NIM 20101440118045

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO SEMARANG
DIPLOMA III KEPERAWATAN
2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maskur

NIM : 20101440118045

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Akademi Keperawatan Kesdam IV/Diponegoro Semarang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah yang saya

tulis ini adalah benar – benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alihan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Mengetahui Semarang, 2020


Pembimbing Pembuat Pernyataan

Endro Haksara, S.kep., Ners., M.Kep. Maskur


NIDN 8887360018 NIM 20101440118045

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Maskur NIM 20101440118045 dengan judul

“Penerapan Senam Kaki Diabetes terhadap Perubahan Kadar Gula Darah

pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mungkid”

telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Semarang, 2020
Pembimbing

Endro Haksara, S.kep., Ners., M.Kep.


NIDN 8887360018

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Maskur NIM 20101440118045 dengan


judul judul “Penerapan Senam Kaki Diabetes terhadap Perubahan Kadar
Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Mungkid” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

Dewan Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota

Ns. Diana T.L., M.Kep.,Sp.MB Endro Haksara, S.kep., Ners., M.Kep


NIDN 0616108001 NIDN 8887360018

Mengetahui
Direktur

Indah Setyawati, S.K.M., M.M


Letnan Kolonel Ckm (K) NRP 11960028180872

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan taufik dan hidayah-Nya serta inayah-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Penerapan Senam Kaki

Diabetes terhadap Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mungkid” .

Dengan segala keterbatasan, Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan berkat

bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang teah

membantu dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun pihak tersebut

antara lain:

1. Letnan Kolonel CKM (K) Indah Setyawati., S.K.M., M.M. selaku direktur

Akper Kesdam IV/Diponegoro Semarang yang telah memberikan izin penulis

melakukan penelitian.

2. Ns. Endro Haksara, M.Kep selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu

dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan sehingga saya dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Segenap Dosen serta staff Akademi Keperawatan Kesdam IV/Diponegoro

Semarang yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

4. Orangtua dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memotivasi serta

membantu peneliti baik secara moral, spiritual, dan materiil, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

v
5. Keluarga Besar teman-teman Angkatan XXIV Akademi Keperawatan

Kesdam IV/Diponegoro Semarang yang berjuang bersama-sama dan saling

memberikan dukungan dalam pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Istri yang selalu membuat saya termotivasi untuk terus semangat dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sangat jauh

dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Saya berharap semoga Karya

Tulis ini dapat bermanfaat bagi semua yang memerlukan dan membutuhkannya.

Semarang, 2020

Penulis

Maskur

NIM 20101440118045

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Pernyataan Keaslian ii
Lembar Persetujuan iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus.......................................................................................6
D. Manfaat Studi Kasus.....................................................................................6
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Diabetes Melitus...........................................................................................7
B. Kadar Gula Darah.......................................................................................16
C. Penerapan Senam Kaki Diabetes Melitus ..................................................17
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus...............................................................................25
B. Subyek Studi Kasus....................................................................................25
C. Fokus Studi Kasus......................................................................................26
D. Definisi Operasional...................................................................................26
E. Instrumen Studi Kasus................................................................................27
F. Metode Pengumpulan Data.........................................................................27
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus....................................................................28
H. Analisa Data dan penyajian Data................................................................28
I. Etika Penelitian.............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Penyakit tidak menular secara global telah mendapat perhatian serius.

Penyakit tidak menular sebagai salah satu target dalam Sustainable

Development Goals (SDGs) 2030. Bentuk perhatian ini tertuang pada Goal 3

yaitu Ensure healthy lives and well-being. Hal ini didasari pada fakta yang

terjadi bahwa meningkatnya usia harapan hidup dan perubahan gaya hidup

juga diiringi dengan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular.(1)

Penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian nomor satu di

dunia. Salah saatu penyakit tidak menular adalah diabetes melitus (DM).

World Health Organization (WHO) (2016) menyebutkan bahwa diabetes

melitus adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting karena diabetes

menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi

target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi

diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. (2)

Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan

diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980.

Prevalensi diabetes melitus di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah

meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7%

menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan

peningkatan faktor risiko terkait seperti kelebihan berat badan atau obesitas.

1
2

Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes meningkat lebih cepat

di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara

berpenghasilan tinggi.(2)

International Diabetes Federation (IDF) (2017) menyebutkan bahwa

prevalensi diabetes melitus di Indonesia mengalami peningkatan yaitu

peringkat ke enam dunia dengan jumlah penderita sekitar 10,3 juta orang.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terdapat peningkatan

prevalensi penyakit diabetes melitus (DM) dari 6,9% pada tahun 2013

menjadi 8,5% pada tahun 2018, sehingga estimasi jumlah penderita di

Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang. (3) World Health Organization

(WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4

juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. IDF

memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1

juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. (4)

Estimasi jumlah penderita diabetes di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019

adalah sebanyak 652.822 orang.(5) Berdasarkan Hasil Riskesdas 2018,

adapun permasalahan terkait proporsi kepatuhan minum/suntik obat

antidiabetes yaitu tidak sesuai petunjuk dokter yaitu sebanyak 7.83%. Tiga

alasan paling banyak penderita DM tidak minum/suntik obat antidiabetes

sesuai petunjuk dokter pada penduduk semua umur menurut karakteristik di

provinsi Jawa Tengah adalah penderita sudah merasa sehat (61,51%), tidak

rutin berobat ke fasilitas kesehatan (29.64), minum obat tradisional (20.25%).

(6)
3

Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang

membutuhkan perhatian terkait penanganan DM dikarenakan menurut data

Riskesdas tahun 2018 tentang prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter

pada penduduk semua umur di Kabupaten Magelang adalah sebanyak 1.33%.

Proporsi kepatuhan minum/suntik obat antidiabetes yaitu tidak sesuai

petunjuk dokter yaitu sebanyak 7.87%.(6)

Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya

kadar glukosa di dalam darah. (7) Diabetes dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu

DM tipe 1, DM tipe 2, DM Kehamilan dan DM yang berhubungan dengan

kondisi lainnya. Diantara empat klasifikasi DM tipe 2 yang banyak ditemui

sekitar 90-95% dari pasien DM. Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu

kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.(8) Diabetes

melitus tipe 2 merupakan kasus yang sering ditemukan dan terhitung sekitar

90% kasus dari semua DM yang ada di dunia.(9)

Diabetes disebut the silent killer karena hampir sepertiga orang dengan

diabetes tidak mengetahui mereka menderita diabetes mellitus (DM), sampai

penyakit tersebut berkembang menjadi serius yang berdampak pada organ

atau sistem tubuh lainnya dan mengakibatkan komplikasi.(10) Diabetes

merupakan salah satu penyebab utama penyakit kardiovaskuler, penyakit

ginjal dan kebutaan pada usia di bawah 65 tahun. Diabetes menjadi penyebab

terjadinya amputasi (yang bukan disebabkan oleh trauma), disabilitas, hingga

kematian. Dampak lain dari diabetes adalah mengurangi usia harapan hidup
4

sebesar 5-10 tahun.(2) Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian

ekonomi yang besar bagi penderita diabetes dan keluarga penderita, sistem

kesehatan dan ekonomi nasional melalui biaya medis langsung, kehilangan

pekerjaan dan penghasilan.(11)

Komplikasi yang paling sering dialami penderita penyakit diabetes

adalah komplikasi pada kaki yang mengakibatkan penurunan sensitivitas kaki

pada lansia. Pencegahan dan penanganan komplikasi tersebut dapat dilakukan

dengan menerapkan empat pilar penatalaksanaan diabetes. (7) Adapun empat

pilar penatalaksanaan diabetes yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan

jasmani, dan terapi farmakologi. Komponen latihan jasmani atau olahraga

sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat

menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa

oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Salah satu bentuk latihan

jasmani adalah senam kaki diabetes. (12)

Senam kaki diabetes dapat membantu sirkulasi darah dan memperkuat

otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, mengatasi

keterbatasan jumlah insulin pada penderita DM mengakibatkan kadar gula

dalam darah meningkat hal ini menyebabkan rusaknya pembuluh darah, saraf

dan struktur. Senam kaki diabetes juga digunakan sebagai latihan kaki.

Latihan kaki juga dipercaya untuk mengelola pasien yang mengalami DM,

pasien DM setelah latihan kaki merasa nyaman, mengurangi nyeri,

mengurangi kerusakan saraf dan mengontrol gula darah serta meningkatkan

sirkulasi darah pada kaki.(11)


5

Penelitian Santosa dan Rusmono tahun 2016 menyebutkan bahwa

senam kaki pada pasien diabetes mellitus secara signifikan dapat menurunkan

kadar gula darah sewaktu sejak pertama kali treatment p<0,05. Penelitian

Salindeho tahun 2016 juga menyebutkan bahwa terdapat pengaruh senam

diabetes melitus terhadap kadar gula darah penderita DM tipe 2. (13)

Penelitian Rusli dan Farianingsih tahun 2015 juga menyebutkan bahwa ada

pengaruh kuat senam kaki diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada

pasien diabetes mellitus tipe 2. Senam kaki diabetes sangat dibutuhkan dalam

pengelolaan diabetes mellitus, latihan jasmani secara teratur dapat

menurunkan kadar gula darah. Latihan jasmani selain untuk menjaga

kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas

insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. (10)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus

mengenai “Penerapan Senam Kaki Diabetes terhadap Perubahan Kadar Gula

Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Mungkid.”

B.Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan senam kaki diabetes tipe 2 terhadap perubahan

kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas

Mungkid?
6

C.Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan penerapan senam kaki diabetes terhadap perubahan

kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja

Puskesmas Mungkid.

D.Manfaat Studi Kasus

1. Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan keluarga

tentang penerapan senam kaki diabetes terhadap perubahan kadar gula

darah pada pasien diabetes melitus tipe 2.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan

untuk penelitian dalam penerapan senam kaki diabetes terhadap perubahan

kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.

3. Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengimplementasikan

penerapan senam kaki diabetes terhadap perubahan kadar gula darah pada

pasien diabetes melitus


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetus Melitus

1. Definisi

Diabetus melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.(8) Menurut WHO tahun 2016

diabetes melitus adalah penyakit kronis serius yang disebabkan pankreas

tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur glukosa) atau

tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.(3) Diabetus melitus

adalah penyakit degeneratif yang ditandai dengan kadar guladarah tinggi

yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin di dalam tubuh. (14)

Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik

yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah

(hiperglikemia) yang disebabkan karena gangguan sekresi insulin,

penurunan kerja insulin atau akibat dari keduanya, Keadaan hiperglikemia

kronis dari diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,

gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal,

saraf, jantung, dan pembuluh darah. (15) Dari pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam

7
8

darah (hiperglikemia) yang disebabkan karena gangguan sekresi insulin,

penurunan kerja insulin atau akibat dari keduanya.

2. Klasifikasi Diabetus Melitus

Klasifikasi diabetus melitus berdasarkan penyebabnya terdapat 4

tipe. Adapun keempat tipe tersebut adalah sebagai berikut:(16)

a. Diabetes Melitus tipe 1 atau insulin dependent diabetes melitus

(IDDM).

DM tipe ini terjadi karena adanya detraksi sel beta pankreas karena

sebab autoimun pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali

sekresi insulin dapat di tentukan dengan level protein-c yang jumlahnya

sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali, manifestasi klinik pertama dari

penyakit ini adalah ketoasidosis.

b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau insulin non –dependent diabetes melitus /

NIDDM.

Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia terapi insulin tidak

bisa membawa glukosa masuk kedalam jaringan karena terjadi

resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk

menghambat glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

dlukosa oleh hati.

c. Diabetes Melitus Tipe lain.

DM tipe ini terjadi karena etiologi lain misalnya pada defek genetik

fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit endokrin pankreas,
9

penyakit metabolik endokrin lain, latorgenik, infeksi virus, penyakit

autoimun, dan kelainan genetik lain.

d. Diabetes Gastasional selama masa kehamilan.

DM tipe ini terjadi dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali

pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga.(16)

3. Tanda dan Gejala

Gejala diabetes pada setiap penderita tidak selalu sama. Ada macam-

macam gejala diabetes, ada yang termasuk “gejala klasik” yaitu gejala

khas diabetes, dan yang tidak termasuk kelompok itu. Gejala Klasik yang

ditunjukkan meliputi: banyak makan (polifagia), banyak minum

(polidipsia), banyak kencing (poliuria), berat badan turun dan menjadi

kurus. (17) Beberapa keluhan dan gejala klasik pada penderita DM yaitu :

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita

kehilangancadangan lemak dan protein digunakan sebagai sumber

energi untuk menghasilkan tenaga akibat dan kekurangan glukosa yang

masuk ke dalam sel. (17)

b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)

Kadar glukosa darah yang tinggi, jika kadar gula darah melebihi nilai

ambang ginjal (>180 mg/dl) gula akan keluar bersama urine, untuk

menjaga agar urine yang keluar yang mengandung gula itu tidak terlalu

pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin kedalam urine sehinga
10

volume urine yang keluar banyak dan kencingpun menjadi sering

terutama pada malam hari. (17)

c. Polidipsi (peningkatan rasa haus)

Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena

banyaknyacairan yang keluar melalui sekresi urin lalu akan berakibat

pada terjadinya dehidrasi intrasel sehingga merangsang pengeluaran

Anti Diuretik Hormone (ADH) dan menimbulkan rasa haus. (17)

d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)

Pada pasien DM, pamasukan gula dalam sel-sel tubuh berkurang

sehingga energi yang dibentuk kurung. Inilah sebabnya orang merasa

kurang tenaga dengan demikian otak juga berfikir bahwa kurang energi

itu karena kurang makan, maka tubuh berusaha meningkatkan asupan

makanan dengan menimbulkan rasa lapar. Kalori yang dihasilkan dari

makanan setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak

seluruhnya dapat dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasa lapar.

(17)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diabetes Mellitus

Adapun faktor yang mempengaruhi diabetus melitus adalah sebagai

berikut:(18)

a. Gaya hidup, diet dan olahraga

Gaya hidup, diet dan olahraga yang tidak baik berperan besar terhadap

timbulnya Diabetes Mellitus yang dihubungkan dengan minimnya

aktivitas sehingga meningkatkan jumlah kalori dalam tubuh.


11

b. Umur

Peningkatan umur adalah salah satu faktor risiko yang penting. Pada

umur ≥60 tahun lebih rentang terkena diabetes dibanding dengan umur

muda ≤50 tahun, karena pada umur tua fungsi tubuh secara fisiologis

menurun diakibatkan terjadinya penurunan sekresi atau resistensi

insulin sehingga kemampuan untuk mengontrol kadar gula darah

kurang optimal. .(18)

c. Jenis Kelamin

Penyakit diabetes lebih sering dijumpai pada perempuan dibanding

laki-laki karena pada perempuan memiliki kadar LDL dan kolesterol

yang tinggi dibanding laki-laki, selain itu aktiffitas wanita juga lebih

sedikit dibanding laki-laki sehingga memicu terserang berbagai

penyakit, khusunya diabetes.(18)

d. Obesitas (kegemukan)

Ketidakseimbangan konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang

disimpan dalam bentuk lemak. Obesitas merupakan faktor risiko utama

pada penderita diabetes.(18)

e. Ras dan Suku Bangsa

Suku bangsa Amerika Afrika, Amerika Meksiko, Indian Amerika,

Hawai, dan Amerika Asia memiliki resiko diabetes dan penyakit

jantung yang lebih tinggi karena tingginya angka tekanan darah tinggi,

obesitas, dan diabetes pada populasi tersebut.(18)


12

f. Riwayat Keluarga Jika terdapat salah seorang anggota keluarga yang

mempunyai diabetes maka keturunannya mempunyai kesempatan

menyandang diabetes.(18)

5. Diagnosis Diabetus Melitus

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa

darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan

glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan

hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan

glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan

atas dasar adanya glukosuria. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada

penyandang DM. (17) Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila

terdapat keluhan seperti:

a. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

b. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi

ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita. (17)

Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis DM


No Diagnosis DM
1 Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam. ( puasa diartikan klien tidak mendapatkan kalori
tambahan sedikitnya satu jam)
2 Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. (TTGO atau Tes Toleransi
Glukosa Oral, dilakukan dengan standar WHO menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 g glukosa ankidrus yang dilarutkan ke dalam air )
3 Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik
(glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperlihatkan waktu makan terakhir)
4 Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
13

6. Penatalaksanaan Diabetus Melitus

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas

hidup

penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi menurut Parkeni

2015 adalah sebagai berikut:(18)

a. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki

kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.

b. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas

penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.

c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas

DM.

Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di

Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan

pada 4 pilar penatalaksanaan DM. Adapun keempat pilar penatalaksanaan

DM adalah sebagai berikut: (18)

a. Edukasi

Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat

yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien.

Upaya edukasi dilakukan secara komphrehensif dan berupaya

meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat. Tujuan

dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang

diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan

pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/komplikasi yang


14

mungkin timbul secara dini/saat masih reversible, ketaatan perilaku

pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan

perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada

penyandang DM meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki,

ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan

aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak. (18)

b. Terapi Gizi Medis

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM yaitu makanan yang

seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu,

dengan memperhatikan keteraturan jadwalal makan, jenis, dan jumlah

makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat

45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, Natrium kurang dari

3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari. (18)

c. Latihan Jasmani

Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing

selamakurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat

aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang.

Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas insulin. (18)

d. Intervensi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan

pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi

farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.(18)


15

7. Komplikasi Diabetus Melitus

Komplikasi utama pada diabetus tipe 1 dan tipe 2 adalah adanya

ulkus/ulserasi pada kaki. Penderita diabetus melitus yang mengalami

komplikasi berupa ulkus pada kaki mempunyai resiko angka kematian

yang lebih tinggi dibanding dengan penderita diabetus melitus tanpa

adanya komplikasi. (20) 2% dari penderita diabetus melitus mengalami

luka/ulkus kaki baru setiap tahun dan satu dari 400 yang mengalami ulkus

akan mengalami amputasi. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan luka

pada kaki diabetes membutuhkan biaya yang tinggi. (21)

Diabetus melitus juga merupakan salah satu penyebab utama

penyakit ginjal, kardiovaskuler dan kebutaan pada usia di bawah 65 tahun,

dan juga amputasi. Selain itu, diabetes juga menjadi penyebab terjadinya

amputasi (yang bukan disebabkan oleh trauma), disabilitas, hingga

kematian. Dampak lain dari diabetes adalah mengurangi usia harapan

hidup sebesar 5-10 tahun. Usia harapan hidup penderita DM tipe 2 yang

mengidap penyakit mental serius, seperti Skizofrenia, bahkan 20% lebih

rendah dibandingkan dengan populasi umum. (2)

Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar

bagi penderita diabetes dan keluarga mereka, sistem kesehatan dan

ekonomi nasional melalui biaya medis langsung, kehilangan pekerjaan dan

penghasilan. Termasuk komponen biaya utama adalah rumah sakit dan

perawatan rawat jalan, faktor lain yang membutuhkan biaya besar adalah

kenaikan biaya untuk insulin analog 1 yang semakin banyak diresepkan


16

meskipun sedikit bukti bahwa insulin tipe tersebut memberikan efek yang

signifikan dibandingkan insulin manusia yang lebih murah. (2)

B. Kadar Gula Darah

1. Pengertian Gula Darah

Kadar gula (glukosa) darah adalah kadar gula yang terdapat dalam

darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan

sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Kadar gula darah tersebut

merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh di otot dan jaringan. Tanda

seseorang mengalami DM apabila kadar gula darah sewaktu sama atau

lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan

126 mg/dl. (19) Menurut Sherwood tahun 2012 kadar glukosa darah diatur

sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh, dalam keadaan

absorbtif, sumber energi utama adalah glukosa. Glukosa yang berlebih

akan di simpan dalam bentuk glikogen atau triglisenda. Dalam keadaan

pasca- absorbtif, glukosa harus dihemat untuk digunakan oleh otak dan sel

darah merah yang sangat bergantung pada glukosa. Jaringan lain yang

dapat menggunakan bahan bakar alternatif (16)

2. Pemeriksaan Gula Darah

Adapun cara yang dilakukan untuk memeriksa kadar glukosa darah

adalah sebagai berikut: (16)


17

a. Tes Gula Darah Sewaktu.

Kadar gula darah sewaktu disebut juga kadar gula darah acak atau

kecuali tes gula darah sewaktu dapat dilakukan kapan saja.

Tabel 2.2 Kadar Gula Darah Sewaktu

Hasil Kadar Sewaktu


Normal >180 mg/dl
Tinggi >200 mg/dl
Rendah <70 mg/dl

b. Uji HbAIc

Uji HbAIc mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam 2-3 bulan

terkhir. Uji ini lebih sering digunakan untua mengontrol kadar glukosa

darah pada penderita diabetes(16)

Tabel 2.2 Kadar Uji HbAIc


Hasil Kadar HbAIc
Normal Kurang dari 5,7%
Prediabetes 5,7-6,4 %
Rendah Sama atau lebih dari 6,5 %

C. Penerapan Senam Kaki Diabetes

1. Kaki Diabetus Melitus

Kaki adalah bagian paling sensitif pada penderita diabetes melitus.

Adapun tanda-tanda terjadi gangguan pada kaki pada penderita diabetus

adalah sebagai berikut:(22)

a. Angiopati

Penderita penyakit diabetes melitus pada umumnya mengalami

angiopati perifer atau gangguan sirkulasi darah pada bagian ujung/tepi

tubuh yang lazim disebut dengan angiopati diabetik. Peredaran darah


18

kurang lancar karena darah terlalu kental, banyak mengandung gula.

Penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama),

sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). (22)

b. Neuropati

Gejala neuropati ini paling terasa pada tungkai bawah dan kaki sebelah

kanan dan kiri. Yang paling menyiksa dapat meyebabkan nyeri

berdenyut terus- menerus. Pasien tidak menyadari bahkan sering

mengabaikan luka yang terjadi karena tidak dirasakannya. Luka timbul

spontan sering disebabkan karena trauma misalnya kemasukan pasir,

tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan

bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu

yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan

bau yang disebut gas gangren. (22)

c. Paraestesi

Kurang rasa atau kesemutan pada ujung anggota tubuh tangan dan kaki

yang berisiko terjadi luka pada ujung kaki tanpa terasa dan berakhir

dengan gangren. (22)

d. Anastesi (tidak berasa)

Rasa tebal terjadi di telapak kaki, penderita merasa seperti berjalan di

atas kasur.

e. Gangguan imunologi

Daya tahan tubuh pasien diabetes melitus menurun, mudah infeksi pada

luka dan terserang penyakit. (22)


19

2. Cara Perawatan Kaki pada Penderita Diabetus Melitus

Seorang penderita Diabetes Mellitus (DM) harus selalu

memperhatikan dan menjaga kebersihan kaki, melatihnya secara baik

walaupun belum terjadi komplikasi. Jika tidak dirawat, dikhawatirkan suatu

saat kaki penderita akan mengalami gangguan peredaran darah dan

kerusakan syaraf yang menyebabkan berkurangnya sensitivitas terhadap

rasa sakit, sehingga penderita mudah mengalami cedera tanpa disadari.

Dengan kadar glukosa darah yang selalu tinggi dan rasa sakit yang hampir

tidak dirasakan, maka luka kecil yang tidak mendapat perhatian akan cepat

menjadi borok yang besar. Tanpa pengobatan cukup dan istirahat total,

borok di kaki bisa menjadi gangren (busuk). Kadang kerusakan di kaki

yang makin parah akan berakhir pada amputasi. Masalah yang sering

timbul pada kaki, antara lain kapalan, mata ikan, melepuh, cantengan (kuku

masuk ke dalam), kulit kaki retak, dan luka akibat kutu air, kutil pada

telapak kaki, radang ibu jari kaki (jari seperti martil). (22) Di bawah ini ada

beberapa langkah dalam melakukan perawatan kaki, antara lain sebagai

berikut:

a. Area Pemeriksaan Kaki

1) Kuku jari: periksa adanya kuku tumbuh di bawah kulit (ingrown

nail), robekan atau retakan pada kuku.

2) Kulit: periksa kulit di sela-sela jari (dari ujung hingga pangkal jari),

apakah ada kulit retak, melepuh,luka, atau perdarahan.


20

3) Telapak kaki: Periksa kemungkinan adanya luka pada telapak kaki,

apakah terdapat kalus (kapalan), palantar warts, atau kulit telapak

kaki yang retak (fisura).

4) Kelembaban kulit: periksa kelembaban kulit dan cek kemungkinan

adanya kulit berkerak dan kekeringan kulit akibat luka

5) Bau: periksa kemungkinan adanya bau dari beberapa sumber pada

daerah kaki. (22)

b. Perawatan (mencuci dan membersihkan) kaki

1) Menyiapkan air hangat: uji air hangat dengan siku untuk mencegah

cedera.

2) Cuci kaki dengan sabun yang lembut (sabun bayi atau sabun cair)

untuk menghindari cedera ketika menyabun.

3) Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan sela-sela

jari kaki, terutama sela jari kaki ke-3-4 dan ke-4-5.

4) Oleskan lotion pada semua permukaan kulit kaki untuk

menghindari kulit kering dan pecah pecah.

5) Jangan gunakan lotion di sela-sela jari kaki. Karena akan

meningkatkan kelembapan dan akan menjadi media yang baik

untuk berkembangnya mikroorganisme (fungi).(22)

3. Senam Kaki diabetus

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

diabetes militus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarkan peredarah darah bagian kaki. Senam kaki dapat membantu


21

memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan memperkuat otot-otot

kecil kaki pada pasien diabetes dengan neuropati. Selain itu dapat

memperkuat otot betis dan otot paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi

dan mencegah terjadinya deformitas. Keterbatasan jumlah insulin pada

penderita DM mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini

menyebabkan rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal

lainnya sehingga pasokan darah ke kaki semakin terhambat, akibatnya

pasien DM akan mengalami gangguan sirkulasi darah pada kakinya.(22)

Senam kaki diabetes juga digunakan sebagai latihan kaki. Latihan

atau gerakan-gerakan yang dilakukan oleh kedua kaki secara bergantian

atau bersamaan bermanfaat untuk memperkuat atau melenturkan otot-otot

di daerah tungkai bawah terutama pada kedua pergelangan kaki dan jari-

jari kaki. Pada prinsipnya, senam kaki dilakukan dengan menggerakkan

seluruh sendi kaki dan disesuaikan dengan kemampuan pasien. Dalam

melakukan senam kaki ini salah satu tujuan yang diharapkan adalah

melancarkan peredaran darah pada daerah kaki. (23)

Indikasi dan kontraindikasi Indikasi dari senam ini dapat diberikan

kepada seluruh penderita diabetes militus tipe 1 maupun tipe 2. Namun

sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita diabetes militus

sebagai tindakan pencegahan dini. Senam kaki ini juga dikontraindikasi

pada klien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dispnea

atau nyeri dada. Orang yang depresi, khawatir atau cemas. Keadaan
22

keadaan seperti ini perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam

kaki. (22)

a. Alat dan bahan

1) Kertas Koran 2 lembar

2) Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk)

b. Prosedur

1) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk

tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.

2) Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki

diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti

cakar ayam sebanyak 10 kali

3) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak

kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai

dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan

bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan

diulangi sebanyak 10 kali.

4) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke

atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada

pergelangan kaki sebanyak 10 kali.


23

5) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10

kali.

6) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari

kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan.

Ulangi sebanyak 10 kali.

7) Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki

tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan

kembali kelantai.

8) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun

gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.

9) Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut.

Gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.

10) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan

kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10

lakukan secara bergantian.

11) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti

bola dengan kedua belah kaki.

12) Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula

Menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali

saja.
24

13) Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.

14) Sebagian koran di sobek- sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua

kaki.

15) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua

kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.

16) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola. (22)

.
25

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus merupakan kerangka konsep yang menjadi dasar

terhadap studi kasus untuk melakukan pengkajian intensif yang berhubungan

dengan satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, dan institusi. Desain

penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan manusia. Fenomena tersebut bisa berupa bentuk,

aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara

fenomena yang satu dengan fenomena lainya. Deskripsi kasus dilakukan secara

jelas dan tanpa manipulasi dari pada penyimpulannya. (24) Studi kasus ini

dilakukan untuk menggambarkan penerapan senam kaki diabetes terhadap

perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah

kerja puskesmas Mungkid.

B. Subjek Studi Kasus

Rencana jumlah subyek dalam studi kasus ini adalah 2 orang yang

diamati secara mendalam. Subyek studi kasus mempertimbangkan kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi berdasarkan jurnal yang diterapkan. Adapun

kriteria inklusi berdasarkan jurnal yang diterapkan oleh penulis adalah:

25
26

1. Pasien yang terdiagnosis diabetes melitus tipe 2

2. Pasien dengan kesadaran composmentis.

3. Mendapat ijin dari petugas medis untuk melaksanakan senam kaki

diabetus.

4. Subyek mau berpartisipasi aktif dalam terapi sampai penelitian selesai.

Kriteria eksklusi berdasarkan jurnal yang diterapkan oleh penulis adalah:

1. Subyek yang tidak berpartisipasi aktif dalam penelitian sampai selesai.

2. Subyek mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dispnea atau nyeri

dada. (22)

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang dijadikan titik acuan

studi kasus. Dalam hal ini fokus studi kasus penulis adalah pengaruh penerapan

senam kaki diabetes terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes

melitus tipe 2

D. Definisi Operasional Studi Kasus

1. Senam kaki diabetes adalah adalah latihan pada kaki yang dilakukan oleh

pasien diabetes militus tipe 2 untuk mencegah terjadinya luka dan

membantu melancarkan peredarah darah bagian kaki. Adapun tahapan

meliputi mengatur posisi pasien, melakukan gerakan tumit, jari dan telapak

kaki, melakukan gerakan pada lutut, melakukan gerakan kaki, gerakan kaki

selanjutnya menulis angka 0 sampai 10 di udara, melakukan gerakan


27

membentuk sehelai koran menjadi seperti bola , membuka bola menjadi

lemberan seperti semula, gerakan merobek koran menjadi 2, gerakan

sebagian koran disobek-sobek menjadi kecil, gerakan memindahkan

sobekan-sobekan tersebut, dan membungkus semua sobekan dan

membentuk menjadi bola. (22)

2. Kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 adalah kadar gula yang

terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan

disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka pada pasien diabetes

melitus tipe 2. (16)

E. Instrument Studi Kasus

Peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

yaitu:

1. Lembar pengamatan

2. Kursi

3. Kertas Koran 2 lembar

4. Alat pemeriksaan gula darah

F. Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data peneliti tahapan sebagai berikut:

1. Mengurus perijinan dengan institusi terkait yaitu puskesmas untuk

melakukan studi kasus.


28

2. Menjelaskan waktu, tujuan, maksud studi kasus pada kepala puskesmas

atau petugas penanggung jawab di tempat studi kasus dan meminta

persetujuan untuk melibatkan subjek pada studi kasus.

3. Melakukan pengumpulan data pada pasien sesuai lembar observasi.

4. Melaksanakan pemeriksaan kadar gula darah subjek

5. Melakukan intervensi penerapan senam kaki diabetes sesuai dengan SOP.

6. Setelah subyek diberikan intervensi subjek dilakukan pemeriksaan kadar

gula darah subjek untuk mengetahui hasil perubahan setelah dilakukan

senam kaki diabetes.

7. Melakukan pengumpulan data.

8. Menyajikan hasil pengolaan data atau studi kasus.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Rencana penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Mungkid Kabupaten Magelang. Penelitian ini akan dilakukan pada 12-14 April

2020.

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.

Analisa desktiptif adalah digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan.

Pengolahan data ini dilakukan dengan mengukur perubahan kadar gula darah

pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mungkid


29

sebelum dan sesudah dilakukan penerapan senam kaki diabetes. Data kemudian

diolah dan data disajikan menggunakan table, diagram, grafik atau kurva untuk

mengetahui hasil perubahan perubahan kadar gula darah pada pasien.

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

Menurut Macnee 2004 pertimbangan etik dalam penelitian ini dilakukan

dengan prinsip – prinsip The Five Right of Human Subjects in Research:

1. Hak Autonomy

Hak untuk membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik

yang di miliki oleh klien serta tidak dalam penelitian atau mengundurkan

diri dari penelitian.

2. Hak Privasi dan Dignity

Bahwa klien mempunyai hak untuk dihargai tentang hal – hal yang

dilakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta kapan dan

bagaimana hal – hal tentang merek yang dibagi dengan orang lain.

3. Hak Anonymity dan Confidentiality

Semua informasi yang di dapat klien harus dijaga kerahasiaannya sehingga

orang lain tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien tentang

keterlibatannya dipenelitian. Peneliti harus menyimpan dokumen dari hasil

pengumpulan data seperti lembar persetujuan, biodata, kaset rekaman,


30

transkrip wawancara yang hanya bisa diakses oleh peneliti dan peneliti

menguraikan data tanpa identitas klien.

4. Hak Terhadap Penanganan yang Adil

Peneliti memberi hak individu yang sama untuk terlibat atau dipilih di

dalam penelitian tanpa diskriminasi dan diberi penanganan dengan cara

menghormati seluruh persetujuan yang disetujui dan untuk penanganan

masalah yang muncul selama penelitian.

5. Hak untuk Mendapatkan Perlindungan

Peneliti harus melindungi klien dari ketidaknyamanan, kerugian, exploitasi

dan peneliti harus memberikan jaminan untuk meminimalkan bahaya dari

penelitian serta memaksimalkan manfaat penelitian.


31

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan


Penyakit Tidak Menular Tahun 2015-2019. Indonesia; 2017.

2. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin. HARI DIABETES SEDUNIA


TAHUN 2018. Jakarta; 2019.

3. Putri R, F VN, Hidayati N. Pengaruh Kombinasi Buerger Allen Exercise


dan Senam Kaki Dibetes terhadap Nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. J Surya. 2020;1(2):1–10.

4. Decroli E. Diabetes Melitus Tipe 2. 1st ed. Kam A, Efendi YP, Decroli GP,
Rahmadi A, editors. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2019.

5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa


Tengah 2019. Semarang; 2019.

6. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Provinsi Jawa Tengah Riskesdas


2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan; 2019.

7. Margaretta SS. Efektivitas Senam Kaki Diabetes terhadap Sensitifitas Kaki


dan Resiko Jatuh pada Lansia DM. J Nusant Med. 2015;1(2):31–40.

8. Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). Pedoman Pengelolaan


dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa Di Indonesia 2019. 1st
ed. PB Parkeni; 2019.

9. Restu IG, Sugiarta M, Darmita IGK. Profil penderita Diabetes Mellitus


Tipe-2 ( DM-2 ) dengan komplikasi yang menjalani rawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Klungkung , Bali tahun 2018. Intisari Sains
Medis. 2020;11(1):7–12.

10. Rusli GR, Farianingsih S. Senam kaki diabetes menurunkan kadar gula
darah pasien diabetes mellitus tipe 2. Journals Ners Community.
2015;06(2):189–97.

11. Wahyuni A, Arisfa N. Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle


Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. J Ipteks Terap.
2016;9(2):155–64.
32

12. Ruben G, Rottie J, Karundeng MY. Pengaruh Senam Kaki Diabetes


terhadap Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Di Wilayah Kerja Puskesmas Enema. eJournal Keperawatan. 2016;4(1):1–
5.

13. Salindeho A, Mulyadi, Rottie J. Pengaruh Senam Diabetes Melitus


terhadap Kadar Gula Darah Penderita Daibetes Melitus Tipe 2 di
Sanggrahanggar Senam Persadia Kabupaten Gorontalo. e-journal
Keperawatan (e-Kp). 2016;4(1).

14. Krinatuti D, Yenrina R, Rasjmidi D. Diet Sehat untu Penderita Diabetes


Melitus. Padang-Bogor: Penebar swadaya; 2014.

15. Pebrianti S. BUERGER ALLEN EXERCISE DAN ANKLE BRACHIAL


INDEX ( ABI ) PADA PASIEN ULKUS KAKI DIABETIK DI RSU DR .
SLAMET GARUT. J Nurs Sci Pract. 2018;1(1):94–110.

16. Astuti A. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus di Poli penyakit dalam RSUD Jombang. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Jombang; 2017.

17. Ardhiyanto MD. Hubungan Kecerdasan Spiritual dan Lama Menderita


dengan Self Management pada klien DM tipe 2. Universitas Airlangga;
2019.

18. Rosikhoh NI. Gambaran penderita gangren dan Identifikasi faktor pemicu
terjadinya gangren pada penderita DM. Universitas Muhammadiyah
Semarang; 2016.

19. Rachmawati N. Gambaran Kontrol dan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Poliklinik Penyakit Dalam Poliklinik RSJ Prof. Dr.
Soerojo Magelang. Universitas Diponegoro Semarang; 2015.

20. Saluja S, Anderson SG, Hambleton I, Shoo H, Livingston M, Jude EB, et


al. Systematic Review or Meta-analysis Foot ulceration and its association
with mortality in diabetes mellitus : a meta-analysis. Diabet Med.
2019;37(2):211–8.

21. Kerr M, Barron E, Chadwick P, Evans T, Kong WM, Rayman G, et al.


Research : Health Economics The cost of diabetic foot ulcers and
amputations to the National Health Service in England. Diabet Med.
2019;36(8):995–1002.

22. Hidayat AR, Nurhayati I. Perawatan Kaki pada Penderita Diabetes Melitus.
J Permata Indones Vol. 2014;5(November):49–54.
33

23. Katuk IM, E. M, Samarauw L. PENGARUH SENAM KAKI DIABETES


TERHADAP NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX PADA PASIEN
DIABETES MELITUS. ejournal keperawatan Vol. 2017;5(1).

24. Hasdianah, Sandu S, Indasah RW. Buku Ajar Dasar-Dasar Riset


Keperawatan. 2015.
34

Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI ATAU PENGAMATAN

No Nama Subyek Alamat Subyek Kadar Gula darah


Penelitian Peneitian Sebelum dilakukan Sesudah dilakukan
senam diabetes senam diabetes
1

2
35

Lampiran 2

SOP SENAM DIABETES MELITUS

NO Kegiatan

A Persiapan Alat dan bahan

1 Kertas Koran 2 lembar

2 Kursi

B FASE ORIENTASI

1 Memberi salam

2 Memperkenalkan diri

3 Menjelaskan langkah prosedur dan tujuan

4 Menanyakan kesiapan pasien

5 Mencuci tangan

C FASE KERJA

1 Posisikan pasien duduk tegak di bangku dengan kaki menyetuh lantai

Letakkan tumit dilantai, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas kemudian ke bawah
2 seperti mencakar sebanyak 10 kali

Letakkan tumit satu kaki dilantai dengan telapak kaki menghadap atas, kaki lainnya
jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkat ke atas. Dilakukan
3 bergantian kaki kiri dan kanan sebanyak 10 kali

Letakkan tumit kaki di lantai, bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan
4 memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

Letakkan tumit kaki dilantai. Angkat ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan
5 memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

6
Letakkan jari-jari kaki di lantai. Angkat tumit dan buat gerakan memutar dengan
pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan
7 pada udara dengan kaki dari 0 hingga 10 lakukan secara bergantian
36

8 Letakkan sehelai koran dilantai

Bentuk kertas menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola
itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan hanya sekali saja

Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran

Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki

Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan


sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh

Bungkus semuanya dengan kaki menjadi bentuk bola

D Terminasi

1 Merapikan klien

2 Merapikan alat

3 Melakukan Evaluasi tindakan

4 Mencuci tangan
6 Berpamitan, mengucapkan salam
37

Anda mungkin juga menyukai