Anda di halaman 1dari 66

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN TERAPI INSULIN DENGAN


TERKONTROLNYA KADAR GULA DARAH PASIEN
DIABETES MELITUS POST KRS
DI POLI RAWAT JALAN RS LAVALETTE MALANG

SYLVIA MARNANI
NIM : 2024201030

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2022

1
i

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN TERAPI INSULIN DENGAN


TERKONTROLNYA KADAR GULA DARAH PASIEN
DIABETES MELITUS POST KRS
DI POLI RAWAT JALAN RS LAVALETTE MALANG

Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.)


Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

SYLVIA MARNANI
NIM : 2024201030

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2022
PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji

Proposal Skripsi

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep.)
Pada tanggal 4 Januari 2022

Mengesahkan

Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Ika Suhartanti, S.Kep.Ns., M.Kep


NIK. 220 250 086

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

Dr. Henry Sudiyanto, S.Kp., M.Kes


NIK. 220 250 001

ii
PENETAPAN TIM PENGUJI

Ketua : Sulis Diana,M.Kes ( )


NIK : 220 250 022

Anggota : 1. Nurul Mawaddah,S.Kep.Ns.,M.Kep ( )


NIK . 220 250 155

2. Mujiadi, S.Kep.Ns.,M.KKK ( )
NIK . 220 250 150

iii
PERSETUJUAN

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep.)
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

Oleh:

SYLVIA MARNANI
NIM : 2024201030

Menyertujui,

Mojokerto,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Nurul Mawaddah,S.Kep.Ns.,M.Kep Mujiadi, S.Kep.Ns.,M.KKK


NIK : 220 250 155 NIK : 220 250 150

iv
HALAMAN PERNYATAAN TENTANG ORIGINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Sylvia Marnani


NIM : 2024201030

Program Studi : S1 Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan

Angkatan : 2021/2022

Jenjang : Diploma III/ S1

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul “hubungan kepatuhan terapi insulin
dengan terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di
Poli Rawat Jalan RS Lavalette Malang”. Apabila suatu saat nanti saya
terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang
telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Mojokerto, Desember 2021


Peneliti

Sylvia Marnani

v
MOTTO
“Hidup Adalah Pelajaran Tentang Kerendahan Hati"
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan, motivasi dan mengiringi langkah serta doaku:
1. Pertama-tama karya penulis ini persembahkan ALLAH SWT atas tuntunan
dan bimbingan-Nya kepada penulis.
2. Kepada kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan penuh
dalam mengerjakan skripsi dan telah bekerja keras mengasuh dan mendidik
serta senantiasa menyediakan materi pendukung, dan doa selalu mengiringi.
3. Buat suami saya Muhamad Budi Satrio yang tidak pernah berhenti memberi
dukungan, terima kasih atas semuanya.
4. Sahabat sahabat saya terima kasih kepada kalian adalah atas segala dukungan
dan semangat. Teman-teman seperjuanganku di Stikes Majapahit terima kasih
atas dukungan dan bantuannya dari awal sampai akhir perkuliahan ini.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan Hidayahnya sehingga
penyusunan skripsi dengan judul “hubungan kepatuhan terapi insulin dengan
terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di Poli Rawat
Jalan RS Lavalette Malang” dapat terseleseikan.Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesikn Program Studi S 1 Ilmu
Keperawatan di STIKES MAJAPAHIT Mojokerto tahun Akademik 2021.
Skripsi ini berisikan mengenai analisis hubungan kepatuhan terapi insulin
dengan terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di RS
Lavalette Malang. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan
arahan dan petunujuk dari berbagai pihak .Untuk itu dengan penuh rasa hormat
penulis sampaikan banyak terimakasih kepada :
1. Direktur RS Lavalette Malang beserta jajaran management yang telah
memberi jalan dan kemudahan untuk saya dalam melanjutkan Pendidikan
alih jenjang ini.
2. Dr. Henry Sudiyanto ,S Kp ,M.Kes selaku ketua Stikes Majapahit
Mojokerto yang telah memberikan ijin penelitian .
3. Ika Suhartanti, S. Kep. Ns., M. Kep, selaku Ketua Program Studi S 1 Ilmu
Keperawatan Stikes Majapahit.
4. Nurul Mawaddah,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing pertama yang
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan. motivasi dan
saran demi kepentingan skripsi ini.
5. Mujiadi, S.Kep.Ns.,M.KKK selaku pembimbing kedua yang banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan. motivasi dan saran
demi kepentingan skripsi ini.
6. Responden penelitian atas kesediannya meluangkan waktu dalam proses
penelitian
7. Suami saya yang telah membantu baik secara moril maupun materiil dan
memberi semangat dalam penyusunan skripsi.
8. Semua temanku dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini.
Demikian semoga skripsi ini bisa memberi manfaat bagi diri kami sendiri
dan pihak lain yang menggunakan.

Mojokerto,

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
PENETAPAN TIM PENGUJI ...................................................................... iii
PERSETUJUAN............................................................................................ iv
ORIGINAL PENELITIAN............................................................................ v
MOTO............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah............................................... 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 4
1. Tujuan Umum............................................................................ 4
2. Tujuan Khusus........................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan......................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis......................................................................... 5
2. Manfaat Praktis.......................................................................... 5

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA........................................................................ 7


A. Landasan Teori ......................................................................... 7
1. Konsep diabetes mellitus .......................................................... 7
2. Konsep kadar gula darah ........................................................... 21
3. Konsep kepatuhan terapi insulin .............................................. 25
B. Kerangka Konsep ......................................................................... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................ 31


A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian........................................... 31
B. Frame Work................................................................................... 32
C. Hipotesis Penelitian....................................................................... 32
D. Variabel Penelitian......................................................................... 33
1. Jenis Variabel............................................................................. 33

viii
2. Definisi Operasional.................................................................. 34
E. Populasi.......................................................................................... 34
F. Sampel............................................................................................ 35
G. Lokasi dan Waktu........................................................................... 35
H. Teknik dan Istrumen Pengumpulan data........................................ 36
I. Teknik analisa Data......................................................................... 38
J. Etika Penulisan................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 42

ix
DAFTAR TABEL

No Tabel halaman
3.1 Definisi operasional 34

x
DAFTAR GAMBAR

No Gambar halaman
2.1 Kerangka Konsep 29
3.1 Frame Work 32

xi
DAFTARLAMPIRAN

No Lampiran
1 Lembar permohonan menjadi responden
2 Informed consent
3 Data umum
4 Kuesioner
5 Lembar bimbingan pembimbing 1
6 Lembar bimbingan pembimbing 2

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan pada penderita diabetes melitus menimbulkan dampak

yang dapat meluas ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter

kemajuan bangsa dalam pelayanan kesehatan. Diabetes melitus (DM) merupakan

penyakit kronis kompleks ditandai dengan peningkatan kadar Gula darah atau

hiperglikemi, yang terjadi akibat kegagalan sekresi insulin, penurunan sekresi

insulin atau resistensi insulin (American Diabetes Association., 2018). Sehingga

perlu adanya terapi tambahan dalam menanggulangi hal tersebut yaitu pemberian

terapi insulin yang diberikan secara berkala setiap hari. Kegagalan dalam

pemberian insulin dapat berakibat terjadinya hiperglikemia kronis. Hiperglikemia

kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, dan

disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan

pembuluh darah, yang menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain

aterosklerosis, neuropati, gagal ginjal, dan retinopati. (Rasdianah et al 2016).

Menurut organisasi International Diabetes Federation (IDF) (2020)

memperkirakan sedikitnya terdapat 483 juta orang di dunia menderita diabetes

pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total

penduduk pada usia yang sama. Angka diprediksi terus meningkat hingga

mencapai 578 juta dii tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045. Diabetes Melitus

Tipe 2 merupakan penyakit dengan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan

yang tinggi di seluruh dunia. Prevalensi DM tipe 2 di Indonesia berdasarkan

wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 2%, hal ini mengalami peningkatan
2

dari tahun 2013 sebesar 0,5%. Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 menempati

prevalensi DM urutan ke-5 teratas di Indonesia yaitu sebesar 2,1%. Sedangkan

prevalensi DM di Kota Malang menempati urutan ke-11 tertinggi dari 38 kota dan

kabupaten se-Jatim yaitu sebesar 2,3% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Dari

studi pendahuluan di Rumah Sakit Lavalette Malang pada bulan September

sampai dengan bulan November 2021 ada sebanyak 49 pasien post KRS penderita

diabetes mellitus type 2. Dari 49 pasien penderita diabetes, yang menjalankan

pengobatan dengan terapi insulin sebanyak 32 orang, sebanyak 17 pasien

menggunakan terapi OAD. Dari 32 responden pengguna insulin didapatkan 21

responden tidak patuh dan kadar Gula yang didapatkan tinggi >200 mmhg,

ketidak patuhan tersebut dikarenakan dikarenakan nyeri pada area suntik dan

sering mengalami pusing setelah diberikan penyuntikan. Dan pada 11 responden

yang lain patuh dan didapatkan kadar Gula <200 mmhg.

DM mempunyai gejala seperti banyak makan (polifagi), banyak minum

(polidipsi) dan banyak kencing (poliuri). Penderita diabetes mengetahui dirinya

mengidap diabetes setelah terjadi komplikasi progresif seperti gangguan

kardiovaskular, muskuloskeletal dan integumen yang akhirnya dapat

menyebabkan kematian. Komplikasi ini biasa dicegah jika penderita mau

melakukan tatalaksana perubahan pola makan, edukasi, olahraga dan terapi

farmakologi (Nurrahmani & Kurniadi, 2014). Menurut Konsensus PERKENI

(2015), pada awalnya kendali Gula darah dapat dicapai dengan perubahan pola

hidup dan anti hiperglikemia oral, namun dalam perjalanannya sebagian besar

individu penderita diabetes melitus tipe 2 akan membutuhkan insulin untuk

mengendalikan hiperglikemianya. Terapi insulin bagi penderita diabetes melitus


3

tipe 2 dapat dimulai untuk pasien dengan kegagalan terapi oral, kendali Gula yang

buruk, gejala klasik diabetes dan penurunan berat badan, Gula darah puasa >250

mg/dL, Gula darah sewaktu >300 mg/dL, dan HbA1C >9%. Selain itu pemberian

terapi insulin apabila terdapat riwayat disfungsi pankeras, riwayat ketoasidosis,

riwayat penggunaan insulin lebih dari 5 tahun, dan penyandang diabetes melitus

lebih dari 10 tahun. Penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus harus

dilakukan seumur hidup sehingga seringkali penderita mengalami kejenuhan dan

ketidakpatuhan dalam penatalaksanaan pengobatan diabetes sering terjadi.

Penderita diabetes akan memiliki tingkat kualitas hidup yang tinggi apabila dapat

memanajemen diabetesnya dengan baik (International Diabetes Federation,

2017).

Solusi yang bisa diberikan agar responden patuh dengan memberikan

informasi yang tepat dan benar berkaitan dengan penyakit dan pengobatan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan. Pemahaman penderita DM terhadap penyakit ini

dan perjalanan penyakit selanjutnya, sangat dipengaruhi oleh informasi yang

diterima dari tenaga kesehatan/dokter pertama yang mendeteksi diabetesnya. Jika

informasi dan nasehat medis yang diterima lengkap, tegas dan benar, penderita

bisa menjalani hidup yang lebih berkualitas. Jika informasi dan nasehat medis

yang diterima salah dan tidak lengkap, maka hal tersebut sangat mempengaruhi

kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Kepatuhan pasien dalam

penggunaan insulin merupakan suatu perubahan perilaku yang positif dan

diharapkan, sehingga proses pencegahan komplikasi dan keparahan diabetes

melitus dapat terkontrol dengan baik. Perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan mempunyai peranan sebagai educator tentang kepatuhan penggunaan


4

insulin pada penderita diabetes melitus. Perawat diharapkan dapat membantu

klien dalam mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah kesehatan. Dengan

asuhan keperawatan, perawat dapat membantu penderita diabetes melitus untuk

mencegah terjadinya komplikasi dan keparahan penyakit diabetes melitus.

Pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu akan meminimalkan lama hari

perawatan, mencegah terjadinya infeksi, mencegah terjadinya komplikasi pada

penderita (Malik, 2005).

Berdasarkan studi pendahuluan dari hasil wawancara diatas peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “hubungan kepatuhan terapi insulin dengan

terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di Poli Rawat

Jalan RS Lavalette Malang”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah ada hubungan kepatuhan

terapi insulin dengan terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post

KRS di RS Lavalette Malang.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

mengetahui “Adakah hubungan kepatuhan terapi insulin dengan terkontrolnya

kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di RS Lavalette Malang?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan kepatuhan terapi insulin dengan

terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di Poli Rawat

Jalan RS Lavalette Malang


5

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kepatuhan terapi insulin pasien Diabetes Melitus post

KRS di Poli Rawat Jalan RS Lavalette Malang.

b. Mengidentifikasi kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di

Poli Rawat Jalan RS Lavalette Malang.

c. Menganalisis hubungan kepatuhan terapi insulin dengan terkontrolnya

kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di Poli Rawat Jalan

RS Lavalette Malang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini sebagai tambahan informasi untuk meningkatkan

kualitas pelayanan keperawatan medikal bedah.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini di harapkan agar dapat meningkatkan wawasan dan mutu

pendidikan, juga melengkapi literatur/referensi khususnya tentang pilar-

pilar pencegahan komplikasi dan keparahan yang terjadi akibat penyakit

Diabetes Melitus bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa program studi

ilmu keperawatan Stikes Majapahit dan dapat melakukan penelitian

tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi. terkontrolnya kadar gula

darah pada penderita diabetes melitus tipe 2.

b. Bagi Masyarakat
6

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang

hubungan kepatuhan penggunaan terapi insulin dengan terkontrolnya

kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2.

c. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi PKMRS

untuk bahan acuan penyuluhan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan di RS Lavalette Malang berkaitan dengan pemberian insulin.


7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Diabetes Melitus

a. Definisi

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau kedua-duanya (Henderina, 2010). Menurut PERKENI

(2011) seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai

gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai

dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126

mg/dl.

b. Manifestasi Klinik

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM

diantaranya:

1) Pengeluaran urin (Poliuria)

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam

meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM

dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak

sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya

melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada

malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung Gula (PERKENI,

2011).

2) Timbul rasa haus (Polidipsia)


8

Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar

Gula terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan

asupan cairan (Subekti, 2010).

3) Timbul rasa lapar (Polifagia)

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut

disebabkan karena Gula dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar

Gula dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).

4) Peyusutan berat badan

Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh

terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi

(Subekti, 2010).

c. Klasifikasi DM

1) Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi

karena kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes

Association (CDA) 2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β

pankreas diduga karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak

diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis,

memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan

meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di negara

berkembang (IDF, 2014).

2) Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014).

Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset,


9

yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar

90% dari penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan

akibat dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan

dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).

3) Diabetes gestational

Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang

didiagnosis selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan

hiperglikemia (kadar Gula darah di atas normal) (CDA, 2013 dan

WHO, 2014). Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan

risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta

memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF,

2014).

4) Tipe diabetes lainnya

Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi

karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan

mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga

mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur

sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat

mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom

chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA, 2015)

d. Patofisiologi DM

1) Patofisiologi diabetes tipe 1

Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan

menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta pankreas (ADA,


10

2014). Kondisi tersebut merupakan penyakit autoimun yang ditandai

dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi sel antiislet dalam

darah (WHO, 2014). National Institute of Diabetes and Digestive and

Kidney Diseases (NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa autoimun

menyebabkan infiltrasi limfositik dan kehancuran islet pankreas.

Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan

dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin

yang dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya

kekurangan sel beta pankreas yang berfungsi memproduksi insulin.

Oleh karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan terapi insulin, dan tidak

akan merespon insulin yang menggunakan obat oral.

2) Patofisiologi diabetes tipe 2

Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak

mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan

kurangnya sel beta atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer

(ADA, 2014). Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada

reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi

kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel (CDA,

2013). Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral

gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka

pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.

3) Patofisiologi diabetes gestasional


11

Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin

yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan

resistensi insulin dan Gula tinggi pada ibu yang terkait dengan

kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan

ADA, 2014).

e. Komplikasi DM

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat

menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :

1) Komplikasi metabolik akut.

Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat

tiga macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar

Gula darah jangka pendek, diantaranya:

a) Hipoglikemia

Hipoglikemia (kekurangan Gula dalam darah) timbul

sebagai komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan

yang kurang tepat (Smeltzer & Bare, 2008).

b) Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan

kadar Gula dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh

sangat menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik

yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis

(Soewondo, 2016).

c) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)


12

Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang

ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar Gula serum

lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson, 2016).

2) Komplikasi metabolik

Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price &

Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil

(mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar

(makrovaskuler) diantaranya:

a) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu :

a) Kerusakan retina mata (Retinopati) Kerusakan retina mata

(Retinopati) adalah suatu mikroangiopati ditandai dengan

kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil (Pandelaki,

2019).

b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik) Kerusakan ginjal

pada pasien DM ditandai dengan albuminuria menetap

(>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali

pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati

diabetik merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal

terminal.

c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik) Neuropati diabetik

merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada

pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada


13

sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf

(Subekti, 2010).

3) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien

diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner.

a) Penyakit jantung koroner. Komplikasi penyakit jantung koroner

pada pasien DM disebabkan karena adanya iskemia atau infark

miokard yang terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau

disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction) (Widiastuti,

2012).

b) Penyakit serebrovaskuler. Pasien DM berisiko 2 kali lipat

dibandingkan dengan pasien non-DM untuk terkena penyakit

serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan menyerupai gejala

pada komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan pusing atau

vertigo, gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara pelo

(Smeltzer & Bare, 2018)

f. Faktor Risiko DM

1) Faktor risiko yang dapat diubah

a) Gaya hidup

Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang

ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji,

olahraga tidak teratur dan minuman bersoda adalah salah satu gaya

hidup yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 (ADA, 2019).

b) Diet yang tidak sehat


14

Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga,

menekan nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji

(Abdurrahman, 2014)

c) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama untuk

terjadinya penyakit DM. Menurut Kariadi (2009) dalam Fathmi

(2012), obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin

(resisten insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh,

maka tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila

lemak tubuh terkumpul didaerah sentral atau perut (central obesity)

d) Tekanan darah tinggi

Menurut Kurniawan dalam Jafar (2010) tekanan darah

tinggi merupakan peningkatan kecepatan denyut jantung,

peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan

peningkatan volume aliran darah.

2) Faktor risiko yang tidak dapat diubah

a) Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko

terkena diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa

setengah baya, paling sering setelah usia 45 tahun (American Heart

Association [AHA], 2012). Meningkatnya risiko DM seiring

dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan

fungsi fisiologis tubuh.

b) Riwayat keluarga diabetes melitus


15

Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua.

Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota

keluarga yang juga terkena penyakit tersebut (Ehsa, 2010). Fakta

menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu penderita DM

tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan 3,5

kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah penderita DM. Apabila

kedua orangtua menderita DM, maka akan memiliki risiko terkena

DM sebesar 6,1 kali lipat lebih tinggi (Sahlasaida, 2015).

c) Ras atau latar belakang etnis

Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit

hitam, penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2019).

d) Riwayat diabetes pada kehamilan

Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan

bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 (Ehsa,

2010).

g. Pencegahan DM

1) Pengelolaan makan

Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak,

rendah lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan

pada setiap orang yang mempunyai risiko DM. Jumlah asupan kalori

ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat

kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan

seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak Gula darah yang tinggi

setelah makan (Goldenberg dkk, 2013).


16

Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J yaitu

jumlah, jadwal, dan jenis diet (Tjokroprawiro, 2016).

a) Jumlah

Yaitu jumlah kalori setiap hari yang diperlukan oleh seseorang

untuk memenuhi kebutuhan energi. Jumlah kalori ditentukan sesuai

dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) dan ditentukan dengan satuan

kilo kalori (kkal).

b) Jadwal

Makan diatur untuk mencapai berat badan ideal. Sebaiknya jadwal

makannya diatur dengan interval 3 jam sekali.

c) Jenis

Adalah jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi. Beberapa

contoh jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi untuk

pencegahan DM. Makanan yang harus dihindari adalah makanan

manis, yang termasuk pantangan buah golongan A seperti sawo,

jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka dan anggur. Jenis

dianjurkan adalah makanan manis termasuk buah golongan B yaitu

pepaya, kedondong, salak, pisang (kecuali pisang raja, pisang

emas, pisang tanduk), apel, tomat, semangka.

2) Aktifitas fisik

Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur

(3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari

pemanasan ±15 menit dan pendinginan ±15 menit), merupakan salah

satu cara untuk mencegah DM. Kegiatan sehari-hari seperti menyapu,


17

mengepel, berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun

harus tetap dilakukan dan menghindari aktivitas sedenter misalnya

menonton televisi, main game komputer, dan lainnya. Latihan jasmani

selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan

dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kendali Gula darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan

jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,

jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan

umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan kebiasaan hidup yang

kurang gerak atau bermalasmalasan (PERKENI, 2011).

3) Kontrol Kesehatan

Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar

diketahui nilai kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes

melitus supaya ada penanganan yang cepat dan tepat saat terdiagnosa

diabetes melitus (Sugiarto & Suprihatin, 2012). Seseorang dapat

mencari sumber informasi sebanyak mungkin untuk mengetahui tanda

dan gejala dari diabetes melitus yang mungkin timbul, sehingga

mereka mampu mengubah tingkah laku sehari-hari supaya terhindar

dari penyakit diabetes melitus.

h. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe II

Tujuan utama pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar

gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar

normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakan mendekati kisaran yang


18

normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka

panjang semakin berkurang. Pengobatan utama diabetes mellitus tipe II adalah

penurunan berat badan. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes,

yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi (jika diperlukan), dan pendidikan

(Smeltzer & Bare, 2012). Komponen lain dalam penatalaksanaan diabetes

yaitu dengan belajar mengelola stres atau manajemen stres (Soebroto, 2019).

1) Diet

Menurut Smeltzer & Bare (2012) diet dan pengendalian berat

badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Pelaksanaan

nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan

berikut ini :

a) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin,

mineral).

b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

c) Memenuhi kebutuhan energi

d) Mencegah fluktuasi kadar Gula darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar Gula darah mendekati normal melalui cara —

cara yang aman dan praktis

e) Menurunkan kadar lemak darah jika kadarnya meningkat

2) Latihan (olahraga)

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena

efeknya dapat menurunkan kadar Gula darah dan mengurangi faktor

risiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar Gula darah

dengan meningkatkan pengambilan Gula oleh otot dan memperbaiki


19

pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki

dengan berolahraga (Smeltzer & Bare, 2012).

Setelah mengetahui manfaat olahraga bagi penderita diabetes mellitus

para diabetis pun harus mengetahui hal apa saja yang perlu diketahui

dan diperhatikan sebelum melakukan olahraga agar tidak terjadi halhal

yang tidak diinginkan akibat olahraga. Diabetis tidak dianjurkan untuk

berolahraga jika kondisi tubuh dalam keadaan pusing, sesak nafas,

cedera berat, tekanan darh tidak normal, mata kabur, nyeri dada, dan

mengalami gejala-gejala hipoglikemi: lemas, berdebar, keringat dingin.

Lapar, ingin pingsan (Sari, 2012).

3) Pemantauan

Penderita diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk

mengendalikan kadar Gula darah secara optimal dengan melakukan

pemantauan kadar Gula darah secara mandiri (SMBG; selfmonitoring

of blood glucose). Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan

hipoglikemia seta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan

kadar Gula darah normal yang memungkinkan akan mengurangi

komplikasi diabetes jangka panjang. Berbagai metode kini tersedia

untuk melakuakn pemantauan mandiri kadar Gula darah (Smeltzer &

Bare, 2012)

4) Terapi Insulin dan Obat Hiperglikemia

Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula

darah pada penderita DM tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe

I. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tobutamid, dan klopropamid.


20

Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang

pelepasan insulin oleh pangkreas dan meningkatkan efektivitasnya.

Pangkreas pada penderita DM tipe I tidak dapat menghasilkan insulin

sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya

dapat dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan didalam

lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (Maulana, 2019).

5) Pendidikan

Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan

perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Karena diet,

aktivitas fisik dan stres fisik serta emosional dapat mempengaruhi

pengendalian diabetes, maka pasien harus belajar untuk mengatur

keseimbangan berbagai faktor. Pasien bukan hanya harus belajar

keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari

penurunan atau kenaikan kadar Gula darah yang mendadak, tetapi juga

harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari

komplikasi diabetik jangka panjang. Penghargaan pasien tentang

pentingnya pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh

penderita diabetes dapat membantu perawat dalam melakukan

pendidikan dan penyuluhan (Smeltzer & Bare, 2012).

6) Manajemen Stres

Orang orang yang menderita diabetes, stres dapat mengubah kadar

Gula darah dengan dua cara. Pertama, orang-orang yang mengalami

stres mungkin tidak menjaga dirinya dengan baik. Kedua, hormon-

hormon stres (kortisol dan adrenalin) juga dapat mengubah kadar Gula
21

secara langsung. Penderita DM tipe II dalam keadaan stres, tubuh

berhenti merespon insulin sehingga kemampuan pankreas untuk

memproduksi insulin juga berkurang. Keadaan inilah yang harus

dikendalikan pada penderita diabetes yaitu dengan manajemen stres.

Salah satu manajemen stres yang mudah dilakukan yaitu dengan

relaksasi (Soebroto, 2019).

2. Kadar Gula Darah

a. Pengertian

Kadar gula darah adalah tingkat Gula dalam darah yang diatur

ketat didalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-

batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat

setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari,

sebelum orang makan (Henrikson & Bech-Nielsen, 2019)

b. Pengaturan Kadar Gula Darah

Hormon insulin diproduksi oleh sel beta dalam pankreas yang

selanjutnya pankreas mengeluarkan insulin kedalam aliran darah. Hati

merupakan tempat penyimpanan sekaligus pusat pengolahan Gula. Kadar

insulin akan meningkat seiring dengan makanan yang masuk ke dalam

tubuh (Tandra, 2015).

Karbohidrat yang berasal dari makanan akan dipecah menjadi

monosakarida. Sekitar 80 % monosakarida tersebut adalah Gula. Sebagian

Gula disimpan dalam sel hati sebagai glikogen dan sebagian lagi akan
22

masuk kedalam jaringan seperti otak, otot, dan jaringan lemak (adipose

tissue) untuk disimpan atau dimetabolisir menjadi energi. Kelebihan Gula

didalam otot disimpan sebagai glikogen dan Gula yang masuk kedalam

jaringan lemak disimpan sebagai trigliserida (Dalimartha, 2017).

Menurut Fox dan Kilvert (2010) banyak faktor yang

mempengaruhi kadar gula darah meningkat, salah satu diantaranya yaitu

stres. Secara fisiologi, situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang

selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem

simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatis memberi sinyal

ke medula adrenal untuk melepaskan neurotransmiter yaitu epinefrin dan

norepinefrin dalam respon stres. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika

hipotalamus mensekresikan CRH (corticotropin releasing hormone), suatu

zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah

hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH

(adenocorticotropin), yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal

selanjutnya menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk

kortisol, yang meregulasi kadar gula darah (Randall, 2013).

ACTH (adenocorticotropin) juga memberi sinyal ke kelenjar

endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi

berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah

aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan

dalam respons fight or flight salah satunya peningkatan kadar gula darah

(Stanfield, 2013).
23

c. Faktor yang dapat mempengaruhi kadar gula darah

Ada beberapa hal yang menyebabkan gula darah naik, yaitu kurang

berolah raga, bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi,

meningkatnya stress dan faktor emosi, obesitas, usia, serta dampak

perawatan dari obat, misalnya steroid (Fox & Kilvert, 2010).

1) Olah raga

Olah raga secara teratur dapat mengurangi resistensi insulin

sehingga insulin dapat dipergunakan lebih baik oleh sel-sel tubuh. Sebuah

penelitian menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas fisik (sekitar 30

menit/hari) dapat mengurangi resiko diabetes. Olah raga juga dapat

digunakan sebagai usaha untuk membakar lemak dalam tubuh sehingga

dapat mengurangi berat badan bagi orang obesitas (Fox & Kilvert, 2010).

2) Bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi

Asupan makanan terutama melalui makanan berenergi tinggi atau

kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat mengganggu stimulasi sel-

sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Asupan lemak di dalam

tubuh juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap

kepekaan insulin (Fox & Kilvert, 2010).

3) Meningkatnya stres dan faktor emosi

Menurut penelitian Nugroho (2010) stres mempunyai hubungan

terhadap kadar gula darah. Stres dapat menyebabkan produksi kortisol

yang berlebih. Kortisol adalah musuh dari insulin sehingga membuat

Gula lebih sulit untuk memasuki sel dan meningkatkan gula darah

(Tandra, 2015)
24

4) Obesitas

Orang dengan obesitas cenderung mempunyai kadar gula darah

tinggi karena banyak hormon dari lemak yang bersifat menghalangi

kinerja insulin sehingga kadar gula darah menjadi sukar diturunkan

(Tandra, 2015).

5) Usia

Semakin bertambah usia perubahan fisik dan penurunan fungsi

tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada usia lanjut sebagian

besar merupakan masalah gizi berlebih dan kegemukan/obesitas yang

memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk diabetes mellitus

(Maryam, et al.,2018).

6) Obat

Interaksi antara pituitary, adrenal gland, pancreas dan liver sering

terganggu akibat stress dan penggunaan obat-obatan. Gangguan organ-

organ tersebut mempengaruhi metabolisme ACTH (hormon dari

pituitary), kortisol, glucocorticoids (hormon adrenal gland), glucagon

merangsang glukoneogenesis di liver yang akhirnya meningkatkan kadar

gula dalam darah (Mahendra, et al., 2018).

7) Ukuran gula darah normal

Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring

dan Diagnosis DM (mg/dl).


25

Belum pasti
Bukan DM DM
DM
Kadar Gula
Plasma vena < 100 100-199 ≥200
darah sewaktu
Darah kapiler < 90 90-199 ≥200
(mg/dl)
Kadar Gula
Plasma vena < 100 100-125 ≥126
darah Puasa
Darah kapiler < 90 90-99 ≥100
(mg/dl)
Sumber : Konsesus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2006

d. HBA1C

HbA1C merupakan bentuk fraksi hemoglobin yang mengalami

proses glikosilasi (penambahan gugus glukosa) yang berikatan kovalen

dengan valin Nterminal rantai beta molekul hemoglobin secara spontan

akibat paparan glukosa terhadap hemoglobin, dan tanpa bantuan enzim.

Jumlah hemoglobin terglikasi bergantung pada konsentrasi glukosa darah,

dimana semakin tinggi kadar glukosa darah makan konsentrasi

hemoglobin terglikasi juga akan meningkat (WHO, 2011; English dan

Garry, 2012).

Pembentukan HbA1C melibatkan suatu proses glikosilasi non-

enzimatik (glikasi) antara gugus amino protein dengan glukosa, reaksi ini

disebut dengan Maillard reaction. Proses ini diawali difusi terfasilitasi

glukosa melalui GLUT-1 transporter eritrosit sehingga glukosa terpapar

dengan hemoglobin. Glukosa kemudian berikatan dengan N-terminal valin

rantai beta hemoglobin membentuk senyawa aldimine (Schiff base) yang

tidak stabil. Selanjutnya schiff base menjalani suatu penyusunan molekul

yang disebut dengan Amadori rearrangement, menghasilkan produk

Amadori dengan ketoamin yang lebih stabil, yaitu HbAIC. Oleh karena

masa hidup eritrosit yang berlangsung sekitar 120 hari, HbA1C dianggap
26

dapat mencerminkan kadar glukosa darah sampai 3 bulan sebelumnya dan

tidak dipengaruhi perubahan keadaan glukosa darah harian yang sangat

fluktuatif. Pada tahap akhir proses glikasi, karena paparan glukosa yang

berlangsung lama, dapat terbentuk Advanced Glycation End-product

(AGE) yang merupakan bentuk ireversibel dari Maillard reaction.

Akumulasi dari proteinAGE juga dapat menjadi pemicu dari berbagai

komplikasi DM seperti retinopati, nefropati dan neuropati (Guptaet al,

2017; Paputungan dan Harsinen, 2014; Nagaiet al, 2012; English dan

Garry, 2012; Hareet al, 2012)

Peningkatan atau penurunan konsentrasi HbA1C dianggap

berkorelasi positif dengan konsentrasi glukosa darah. Berikut merupakan

perkiraan hubungan konsentrasi HbA1C dengan rata-rata glukosa darah

oleh ADA :

Tabel 2.1 Hubungan antara HbA1C dengan Rata-Rata Glukosa


Darah.sumber. ADA, 2011
Glukosa Darah Glukosa Darah
HbA1C (%)
(mg/dL) (mmol/L)
6 126 7,0
7 154 8,6
8 183 10,2
9 212 11,8
10 240 13,4
11 269 14,9
WHO menentukan cut-off point diagnosis diabetes melitus dengan

kadar HbA1C ≥ 6.5% atau setara 48mmol/mol (WHO, 2011). Sedangkan

seseorang dengan kadar HbA1C 5.7-6.4% dianggap memiliki resiko tinggi

untuk menderita DM tipe 2 (ADA, 2011). Selain untuk fungsi diagnosis,

nilai HbA1c pada penderita DM merupakan indikator terkontrol atau


27

tidaknya kadar glukosa darah selama kira-kira 3 bulan terakhir.

Interpretasi kadar HbA1C pada penderita DM dapat dikelompokkan

menjadi DM teratur baik (< 7%) sesuai dengan target ADA, DM teratur

sedang (7-8%), dan DM tidak teratur (> 8%) (Kosasih, 2008).

3. Konsep kepatuhan Terapi Insulin

a. Pengertian kepatuhan

Kepatuhan merupakan perilaku seseorang dalam memetuhi atau

mengikuti peraturan minum obat, mematuhi diet, mengontrol kesehatan, dan

harus perubahan gaya hidup sesuai anjuran yang diberikan oleh tenaga

kesehatan (Kozier, 2010).

Kepatuhan merupakan suatu tingkatan pasien dalam melaksanakan cara

pengobatan dan pemeriksaan kesehatan yang disarankan oleh dokter.

Dikatakanlebih lanjut bila tingkat kepatuhan pada seluruh populasi medis yang

kronis mencapai sekitar 20% hingga 60% (Sarafino, 2011 )

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan

merupakan sejauh mana perilaku seseorang dalam mengikuti dan

melaksanakan sesuai peraturan atau anjuran yang diberikan oleh petugas

kesehatan untuk menunjang kesehatan

b. Macam – macam kepatuhan

Mennurut Fauzi, 2018 kepathan penderitan dapat di bedakan menjadi :

1) Kepatuhan penuh ( total compliace ) Pada penderita mengikuti

kegiatan yang diadakan oleh pemerintah.

2) Penderita yang sama sekali tidak patuh (non compliance) penderita


28

yang tidak mengikuti perintah yang dibuat oleh tenaga kesaehtan ,

penderita tidak melakukan diet nutrisi secara teratur

c. Faktor –faktor yang mempengaruhi kepatuhan terapi insulin

Faktor – faktori yang mempengaruhi kepatuhan menurut Smert dalam

penelitian (Yunita, 2019) adalah :

1) Faktor komunikasi

Dari proses komunikasi pada pasien dengan petugas kesehatan dapat

mempengaruhi tingkat ketidaktaatan. Seperti kurang informasi

pengawasan yang kurang tidak puas serta hungan em,osional dengan

petugas kesehatan.

2) Pengetahuan

Ketaatan dalam memberikan informasi sangat jelas dan penting dalam

memberikan informasi tentang kepatuhan pasien GGK dalam diet

nutrisi.

3) Faktor kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan hal yang utama dn sangat penting

dalam memeberikan suatu informasi terhadap penderita gagal ginjal

kronis dan diharapkan penderita mampu menerima informasi dari

tenaga kesehatan yaitu tenaga kesehatan dan penyuluhan kesehatan.

Kepatuhan ditentukan oleh banyak faktor yaitu terkait dengan kondisi

pasien, sosioekonomi, terkait sistem kesehatan dan terapi pengobatan dimana

kelas obat juga mempengaruhi tingkat kepatuhan dari pasien karena masing-

masing obat memiliki efek samping yang berbeda dan cenderung memiliki

dampak diferensial pada kepatuhan. Begitu pula regimen dosis dan rute
29

pemberiaan obat juga mempengaruhi kepatuhan pasien (McGovern dkk, 2016:

3). Ada banyak alasan dari ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Alasan dari

ketidakkepatuhan pengobatan adalah multifaktorial dan sulit untuk

diidentifikasi meliputi usia, persepsi dan durasi penyakit, polytherapy, faktor

psikologis, keamanan, tolerabilitas, dan biaya (Emilio dkk, 2013: 180). Faktor

yang mempengaruhi ketidakpatuhan yaitu dari pasien, karakteristik rejimen

pengobatan, ciri penyakit, faktor tingkat prescriber (termasuk hubungan pasien

dengan dokter) dan pengaturan klinis (Blackburn, dkk, 2013: 184). Faktor yang

menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kepatuhan terapi insulin

adalah prosesnya yang memakan waktu, merasa lebih buruk setelah suntikan,

lupa, pengalaman hipoglikemia, biaya pengobatan, kekurangan insulin dan

kesulitan dalam menyiapkan injeksi (Gerada, dkk, 2017: 5)

d. Pengukuran Kepatuhan Terapi Insulin Dengan Morisky’s Insulin

Adherence Scale (MIAS-8).

Morisky et al. mengembangkan MIAS untuk mengetahui kepatuhan

pasien dengan terapi insulin berupa kuesioner. Morisky et al. mempublikasikan

versi terbaru pada tahun 2008 yaitu MIAS-8 dengan reliabilitas yang lebih

tinggi yaitu 0,83 serta sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi pula.

Morisky secara khusus membuat skala untuk mengukur kepatuhan dalam

mengonsumsi obat yang dinamakan Morisky Insulin Adherence Scale (MIAS),

dengan delapan item yang berisi pernyataanpernyataan yang menunjukkan

frekuensi kelupaan dalam penggunaan obat, kesengajaan berhenti


30

menggunakan obat tanpa sepengetahuan dokter, kemampuan untuk

mengendalikan dirinya untuk tetap menggunakan obat (Morisky, 2016: 160).

Kuesioner MIAS-8 adalah metode yang populer, mudah dan ekonomis

dalam pengumpulan data, memudahkan mengumpulkan data dalam jumlah

yang besar dalam waktu singkatdan alat penilaian dari WHO yang sudah

divalidasi dan sering digunakan untuk menilai kepatuhan pengobatan pasien

dengan penyakit kronik, seperti diabetes melitus. MIAS-8 berisi delapan

pertanyaan tentang penggunaan obat dengan jawaban ya dan tidak (Al-Haj

Mohd, dkk, 2016: 3).


31

B. Kerangka Konseptual

Penatalaksanaan
DM:
1. edukasi
2. diet
3. aktiftas
fisik/latihan
jasmani
4. farmakologi

Pemberian insulin Pemberian OAD

Kepatuhan Faktor yang mempngaruhi


kepatuhan:
a. Patuh : 80-100% a. Komunikasi
b. tidak patuh: <80% b. Pengetahuan
c. kesehatan

Kadar glukosa darah

a. Baik (<7%)
b. Tidak baik (>7%)

Keterangan :

= di teliti

= tidak di teliti

Gambar 2.1 Kerangka konseptual hubungan kepatuhan terapi insulin dengan


terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di
RS Lavalette Malang
Solusi yang bisa diberikan agar responden patuh dengan memberikan
informasi yang tepat dan benar berkaitan dengan penyakit dan pengobatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan. Pemahaman penderita DM terhadap penyakit ini
dan perjalanan penyakit selanjutnya, sangat dipengaruhi oleh informasi yang
diterima dari tenaga kesehatan/dokter pertama yang mendeteksi diabetesnya. Jika
32

informasi dan nasehat medis yang diterima lengkap, tegas dan benar, penderita
bisa menjalani hidup yang lebih berkualitas. Jika informasi dan nasehat medis
yang diterima salah dan tidak lengkap, maka hal tersebut sangat mempengaruhi
kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Kepatuhan pasien dalam
penggunaan insulin merupakan suatu perubahan perilaku yang positif dan
diharapkan, sehingga proses pencegahan komplikasi dan keparahan diabetes
melitus dapat terkontrol dengan baik.
33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan rancang bangun penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian. Metode penelitian ini berdasarkan rumusan

masalah dan tujuan yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan jenis

penelitian korelasional. Rancangan penelitian dalam peneliti ini adalah rancangan

cross sectional. Menurut Hidayat (2017) menyatakan bahwa rancangan penelitian

cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran atau

pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat.

Dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan kepatuhan

terapi insulin dengan terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post

KRS di Poli Rawat Jalan RS Lavalette Malang


34

B. Frame Work
Populasi
Seluruh pasien DM post KRS di Poli Rawat Jalan RS Lavalette bulan November – bulan
Desember berjumlah 40 responden

Sampel

Seluruh pasien Poli Rawat Jalan yang post KRS dari RS Lavalette selama 3
bulan sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 36 responden

Teknik Sampling
Menggunakan purposive sampling

INFORM CONSENT

Pemberian kuesioner

Pengumpulan Data

Pengelompokan Data
(editing, coding, entry, tabulating)

Analisa Data
(sperman rho test)

Kesimpulan
H1 ditolak jika nilai Pvalue α 0,05
Ho diterima jika nilai Pvalue α 0,05

Gambar 3.1 Kerangka Kerja hubungan kepatuhan terapi insulin dengan


terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di RS
Lavalette Malang

C. Hipotesis penelitian

Biasanya hipotesis terdiri atas pernyataan terhadap adanya atau tidak

adanya hubungan antara dua variable. Jadi hipotesis itu merupakan suatu
35

kesimpulan sementara dari rumusan masalah atau pernyataan peneliti

(Nursalam,2015).

Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

H1: Ada hubungan kepatuhan terapi insulin dengan terkontrolnya kadar gula

darah pasien Diabetes Melitus post KRS di Poli Rawat Jalan RS Lavalette Malang

Ho: Tidak Ada hubungan kepatuhan terapi insulin dengan terkontrolnya kadar

gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di Poli Rawat Jalan RS Lavalette

Malang

D. Variabel Penelitian

Variabel menurut Notoatmodjo (2012) adalah konsep yang mempunyai

bermacam- macam nilai. Sedangkan lain lagi dengan yang disampaikan

(Nursalam, 2013) Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain – lain). Dalam

riset, variabel dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan.

Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan

sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran suatu penelitian.

1. Jenis Variabel

1) Variabel Independen

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

nilainya mempengaruhi variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang

dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada

variabel dependen (Nursalam,2013). Dalam penelitian ini variabel

kepatuhan terapi insulin

2) Variable Dependen
36

Variabel Dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari

manipulasi variabel – variabel lain (Nursalam, 2013). Dalam

penelitian ini variabel dependent yaitu terkontrolnya kadar Gula

darah

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena (Hidayat,2011).

Variabel Definisi operasional Kriteria Skala


Kepatuhan Perilaku seseorang dalam Kuesioner : Ordinal
terapi insulin mematuhi atau mengikuti a) Patuh : 80-100%
peraturan pemberian insulin b) tidak patuh:
sesuai anjuran yang <80%
diberikan oleh tenaga (Morisky, 2016)
kesehatan
Terkontrolnya Kadar gula darah seseorang Hasil pemeriksaan Ordinal
Kadar Gula di katakan terkontrol, jika Penunjang :
darah hasil pemeriksaan tidak a. Terkontrol Baik
(<7%)
melebihi batas normal.
b. Tidak terkontrol
baik (>7%)
(ADA, 2011)

E. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Populasi yang di

gunakan dalam penelitian ini sebagai subjek kasus adalah Seluruh pasien DM post

KRS di RS Lavalette yang datang kontrol ke Poli Rawat Jalan bulan November –
37

bulan Desember berjumlah 40 responden

F. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian

keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana

kriteria itu menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat,

2017). Sampel dalam penelitian ini adalah Seluruh pasien yang post MRS dari RS

Lavalette selama 3 bulan sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 36 responden

N
n
1  N (d 2 )

n= 40/ 1+40(0,05)

n=40/1,1

n= 36,3 =36 responden

jumlah sampel yang di ambil sebnayak 36 responden

Kriteria inklusi:

1) Pasien dengan umur 20-45 tahun yang post MRS dengan diagnosa DM di

RS lavalette minimal 3 bulan.

2) Pasien yang diberikan terapi injeksi insulin saat KRS

3) Pasien minimal 3 bulan sebelumnya memiliki pemeriksaan HbA1c

Kriteria eksklusi:

1) Pasien dengan betrest total

2) Penurunan kesdaran
38

G. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Lavalette

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian bulan Januari 2022

H. Teknik dan Instrumen penelitian

1. Teknik pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data pengumpulan data dengan beberapa tahapan.

Berikut ini merupakan tahapan—tahapan yang dilalui oleh peneliti, diantaranya

sebagai berikut:

1. Perizinan

a. Sebelum dilakukan penelitian dilakukan uji etik terlebih dahulu,

setelah dinyatakan lulus uji etik baru mulai pengambilan data

b. Tahap awal prosedur pengambilan data dilakukan dengan meminta

surat pengantar izin pengambilan data awal dari pihak Sokolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Mojokerto dan ditujukan kepada Direktur Rumah Sakit

Lavalette Malang.

2. Skrinning sampel

a. Skrinning sampel dilakukan peneliti dengan upaya menetapkan

responden yang sesuai dengan kriteria responden

b. Peneliti melakukan kontrak perjanjian kepada pasien untuk melakukan

kunjungan kerumah untuk melakukan penelitian.

c. Peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat


39

penelitian yang berjudul “hubungan kepatuhan terapi insulin dengan

terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di

RS Lavalette Malang”.

d. Informed Consent

Peneliti mengajukan surat persetujuan menjadi responden kepada

responden.

e. Responden menandatangani surat persetujuan menjadi responden.

f. Melakukan pengukuran kepatuhan penggunaan terapi insulin dengan

menggunakan lembar kuesioner.

g. Peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada

pasien dan melakukan pengukuran HbA1C.

h. Peneliti melakukan observasi

i. Mencatat hasil di tabel hasil data.

2. Instrumen ppenelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan tipe

pertanyaan tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan

menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi

tanda pada jawaban yang dipilih (Rizal, 2011). Instrument penelitian yang di

gunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner.

1. Data demografi meliputi umur, jenis kelamin pendidikan, pekerjaan, lama

menderita DM.

2. Morisky et al, mengembangkan MMAS untuk mengetahui kepatuhan

pasien berupa kuesioner. kuesioner MMAS-8 (Morisky Medication

Adherence Scale) berisi pertanyaan Morisky et al, mempublikasikan versi


40

terbaru pada tahun 2008 yaitu MMAS-8 dengan reliabilitas yang lebih

tinggi yaitu 0,83 serta sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi. Morisky

secara khusus membuat skala untuk mengukur kepatuhan dalam

mengkonsumsi obat yang dinamakan Morisky Medication Adherence

Scale (MMAS), dengan 8 item pertanyaan (Morisky & Muntner, 200).

Terdapat 7 pertanyaan dengan respon ”Ya” atau “Tidak”, dimana “Ya”

memiliki skor 0 dan “Tidak” memiliki skor 1 kecuali pertanyaan nomor 5

jawaban “Ya” bernilai 1. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 8 memiliki

beberapa pilihan, “tidak pernah” memiliki skor 1, “sesekali” memiliki skor

0,75, “kadang-kadang” memiliki skor 0,5, “biasanya” memiliki skor 0,25,

dan “selalu” memiliki skor 0. Total skor MMAS-8 dapat berkisar dari 0-8

dan dapat dikategorikan kedalam tiga tingkat kepatuhan: kepatuhan tinggi

(skor = 8), kepatuhan sedang (skor = 6 -<88), dan kepatuhan rendah (skor

=<6) (Okello et al, 2016).

3. Kadar Gula dilakukan dengan pengecekan 3 bulan setelah penggunaan

insulin yang diberikan oleh tenaga kesehatan dengan menggunakan

HbA1C.

I. Teknik Analisa data

1). Pengolahan data

Sistem pengolahan data yang digunakan yaitu sebagai berikut:

a. Pemeriksaan data (editing data )

Data yang telah dikumpulkan diperiksa segera mungkin berkenaan

dengan ketepatan dan kelengkapan jawaban, sehingga memudahkan


41

pengolahan selanjutnya.

b. Pemberian kode (coding)

Tahap ini mengklasifikasikan data dan memberikan kode untuk

masing-masing kelompok sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data.

Pemberian kode dilakukan dengan mengisi kotak yang tersedia

disebelah kanan kuesioner.

Usia :
1. 20-40 tahun: kode 1
2. 41-50 tahun: kode 2
3. 51-60 tahun: kode 3
Jenis kelamin:
1. Laki-laki: kode 1
2. perempuan: kode 2
Pendidikan:
1. SD: kode 1
2. SMP: kode 2
3. SMA: kode 3
4. DIPLOMA: kode 4
5. SARJANA: kode 5
Lama menderita DM
1. <5tahun: kode 1
2. >5 tahun: kode 2
Kepatuhan
1. Patuh : kode 1
2. Tidak patuh : kode 2

c. Scoring

Data yang telah dikumpulkan kemudian diberikan skor sesuai

ketentuan pada aspek pengukuran.

d. Tabulasi Data (tabulating)

Untuk memudahkan analisa data maka data dikelompokkan ke dalam

tabel kerja, kemudian data dianalisis.

100% : seluruhnya dari responden

76%-79% : hampir seluruhnya dari responden


42

51%-75% : sebagian besar dari responden

50% : setengahnya dari responden

26%-49% : hampir setengahnya dari responden

1%-25% : sebagian kecil dari responden

0% : tidak satupun dari responden (Sugiono, 2012).

Analisa data di bagi menjadi 2 metode analisa Univariat dan Analisa

Bivariat yaitu sebagai berikut:

a. Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang digunakan untuk

mengetahui jumlah frekuensi setiap variable yang diteliti (Nursalam,

2010). Analisa univariat penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kepatuhan terapi insulin pasien Diabetes

Melitus post KRS di Poli Rawat Jalan RS Lavalette Malang

2. Mengidentifikasi kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post

KRS di Poli Rawat Jalan RS Lavalette Malang

Analisa univariat ini dilakukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut (Arikunto,2007).

P=NF x 100%

Keterangan:

P=Presentase kategori

F=Frekuensi Kategori

N=Jumlah Responden

Hasil penelitian setiap kategori tersebut di deskripsikan

dengan menggunakan kategori sebagai berikut (Arikunto,2007).


43

0% : Tidak seorangpun

1-25% : Paling kecil

26-49% : Hampir setengahnya

50% : Setengahnya

51-74% : Paling besar

75-99% : Hampir seluruhnya

100% : Seluruhnya

b. Bivariat

Menganalisis hubungan kepatuhan terapi insulin dengan

terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di

RS Lavalette Malang. Analisa uji di atas untuk mengetahui signifikansi

ada atau tidak. Teknik pengolahan data statistik dilakukan dengan

menggunakan SPSS.

J. Etika penelitian

Pada penelitian ilmu keperawatan, hampir 90 persen subjek penelitian yang

digunakan adalah manusia. Oleh karena itu, peneliti harus memahami prinsip-

prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau

pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat,

prinsip menghargai hak-hak subjek dan prinsip keadilan (Nursalam, 2011).

1. Informed Consent (Persetujuan)

Peneliti memberikan surat ijin yang telah disetujui dari STIKES Bulan

Januari 2022 kepada responden sebagai bukti persetujuan untuk penelitian di

Ruang interne RS Lavalette.

2. Anonimity (Tanpa Nama)


44

Untuk menjaga kerahasiaan dan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek dalam lembar pengumpulan data yang diisi oleh

subyek, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh subyek dijamin oleh peneliti,

hanya data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

riset/penelitian (Hidayat, 2011).


45

DAFTAR PUSTAKA

Adnani, Hariza, 2011, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Nuha Medika , Yogyakarta.

American Diabetes Association. (2015). Diagnosis and classification of diabetes


mellitus. Journal of Diabetes Care; 21 (1), S11-S13.

Anderson, T.R., Cynthia J.G., Manjiri, D.P., Fabian, T.C., Jorge, C., et al. (2009).
Diabetes medication satisfication tool (DMSAT): a focus on treatment
regimens. Journal of Diabetes Care, 32, 1, 51-53.

Aprilia, 2016. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Pada Pasien Pasca
Stroke untuk Menjalani Fisioterapi di RSUD Wilayah Kabupaten Semarang.

Ariyadi, 2010. Studi literaturHubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi


Pasien Stroke Dalam Memeriksakan rehabilitasi.

Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta:


PT. Rineka Cipta

Arisman. (2011). Obesitas, diabetes mellitus & dislipidemia. Jakarta: EGC.

Avery, L., Backwith, S. (2019). Oxford handbook of diabetes nursing. Oxford


Universtity Press.

Bell, D. S. H. (2013). Heart failure: The frequent, forgotten and often fatal
complication of diabetes. Journal of Diabetes Care, 26, 2433-2441.

Chew, B. H., Ismail, M., Sazlina, S. G., Ping Y. L., Ai, T. C., et al.
(2012). Determinants of uncontrolled hypertension in adult type 2 diabetes
mellitus: An analysis of the Malaysian diabetes registry 2009. Journal of
Cardiovascular Diabetology, 11; 54, 1-8.

Gunarso, 2012. Psikologi Perawatan. Jakarta : BPK. Gunung Mulia

Ho, M., Rumsfeld, J.S., Masoudi, F.A., McClure, D.L., Plomondon, M.E., et al.
(2016). Effect of medication nonadherence on hospitalization and mortality
among patiens with diabetes mellitus. Journal of Arch Intern Med; 166,
1836-1841.

IDF diabetes atlas. (2014). 6th ed. International Diabetes Federation.


Kivimaki, M., Batty, G D., Mark, H., Hermann, N., Maarit, K. (2013). Influence
of retirement on nonadherence to medication for hypertension and diabetes.
Journal of Canadian Medical Association, 1-7.

Mangesha, A. Y. (2017). Hypertension and related risk factors in type 2 diabetes


mellitus (DM) patients in Gaborone City Council (GCC) Clinics,
Gaborone, Botswana. Journal ofAfr. Health Sci, 7 (4), 244-245.
46

Medication adherence-improving health outcomes. (2011). American College of


Preventive Medicine

Morisky, D.E., Dimatteo, M.R. (2011). The Morisky 8-item self-report measure of
medication taking behavior (MMAS-8). Journal of Clinical Epidemiology,
64, 262-263.

Morisky, D.E., Lawrence W.G., David M.L. (2016). Concurrent and predictive
validity of a self-reported measure of medication adherence. Journal of
Medical Care, 24(1), 67-74.

Mubarak, Wahit, dkk. 2010. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep & Aplikasi,
Salemba Medika. Jakarta.

Niven, Neil, 2018, Psikologi Kesehatan, EGC, Jakarta


.
NotoadmodjoSoekidjo.2010.MetodologiPenelitianKesehatan.Rinekacipta.Jakarta

NotoadmodjoSoekidjo.2012.MetodologiPenelitianKesehatan.Rinekacipta.Jakarta.

Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Klinis (3𝑡ℎ


ed.). Jakarta: Salemba Medika

Osterberg, L. and Terrence, B. (2015). Adherence to Medication. English Journal


Med: 353(5), 487-491

PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia


2011. Semarang: PB PERKENI.

Price, S. A., Lorraine, M. W. (2016). Patofisiologi konsep klinis proses-proses


penyakit. Ed 6. Jakarta: EGC.

Polonski, W.H., Fisher, L., Earles, J., Dudley, R.J., Lees, J., Mullan, J.T. &
Jackson, R.A. Assessing psychological stress in diabetes. Diabetes Care.
28, 626 – 631. 2012

Smeltzer, S., & Bare. (2018). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical surgical
Nursing. Philadelpia: Lippincott.
Soewondo, P. (2016). Ketoasidosis diabetik.In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I.
Alwi, M. S. K & S. Setiati (Eds.), Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III
edisi IV Jakarta: Penerbit FK UI

Suryani, N.M, Wirasuta, I.M.A.G, Susanti, N.M.P. (2013). Pengaruh Konseling


Obat Dalam HOME CARE Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Dengan Komplikasi Hipertensi. Jurnal Farmasi Udayana. Bali.
Available at: http://www.google.com (Diakses pada 3/4/2019)
47

Subekti, I. (2019). Neuropati Diabetik. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi,


M. S. K & S. Setiati. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Penerbit FK
UI.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D), Alfabeta, Bandung.

Vijaya, Julian Afferino T: Pemeriksaan Diagnostik Praktis Untuk


Apoteker,Pengantar EKG-Seri Farmasi Klinik, PCC-Pharma Care
Consulting, Yogyakarta, 2019.
48

Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Assalamualaikum Wr. Wb.


Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sylvia Marnani
NIM : 2024201030
Adalah mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO, akan melakukan penelitian
dengan judul :
“ HUBUNGAN KEPATUHAN TERAPI INSULIN DENGAN
TERKONTROLNYA KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS
POST KRS DI RS LAVALETTE MALANG”
Berdasarkan judul Skripsi diatas, maka saya mohon dengan hormat kepada
Bapak/Ibu untuk agar kiranya berkenan menjadi responden dalam penelitian ini,
maksud dari penelitian ini adalah :
1) Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan terapi insulin
dengan terkontrolnya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS
di RS Lavalette Malang
2) Kesediaan untuk menandatangani informed consent.
3) Identitas akan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti.
4) Kerahasiaan informasi yang diberikan dijamin oleh peneliti karena hanya
kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
Atas perhatian dan Partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang , Desember 2021

Hormat saya

......................................
49

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia setelah


mendapat penjelasan menjadi peserta / responden penelitian yang dilakukan oleh
Sylvia Marnani mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES
MAJAPAHIT MOJOKERTO yang berjudul :
“ HUBUNGAN KEPATUHAN TERAPI INSULIN DENGAN
TERKONTROLNYA KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS
POST KRS DI RS LAVALETTE MALANG”
Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, Desember 2021


Yang menyetujui,

(...................................)
50

Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN KEPATUHAN TERAPI INSULIN DENGAN
TERKONTROLNYA KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS
POST KRS DI RS LAVALETTE MALANG
PENGUMPULAN DATA UMUM
A. DATA UMUM RESPONDEN

Nama :..................................................

Usia :
 20-40 tahun
 41-50 tahun
 51-60 tahun
Jenis kelamin:
 Laki-laki
 Perempuan
Pendidikan:
 SD
 SMP
 SMA
 DIPLOMA
 SARJANA
Lama menderita Dm
 <5tahun
 >5 tahun

Kadar Gula darah (HbA1C): ................................................

Lampiran 4

KUESIONER KEPATUHAN TERAPI INSULIN


51

N PERNYATAAN IYA TIDAK


O
1 Apakah anda pernah lupa menggunakan insulin ?
2 Selain lupa, Apakah dalam 2 minggu terakhir terdapat
hari dimana anda tidak menggunakan obat?
3 Apakah anda pernah mengurangi atau berhenti
menggunakan insulin tanpa sepengetahuan dokter
karena anda merasa insulin yang diberikan membuat
keadaan anda menjadi lebih buruk ?
4 Apakah anda pernah lupa membawa insulin ketika
bepergian?
5 Apakah anda menggunakan insulin kemarin ?
6 Apakah anda berhenti menggunakan insulin ketika
merasa kondisi anda lebih baik?
7 Menggunakan insulin setiap hari menyebabkan
ketidaknyamanan untuk beberapa orang. Apakah anda
merasa terganggu harus menggunakan insulin setiap
hari ?
8 Apakah anda sering mengalami kesulitan dalam
mengingat penggunaan obat ?

Lampiran 5
52

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT


MOJOKERTO
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Sylvia Marnani


NIM : 2024201030
Judul Skripsi : hubungan kepatuhan terapi insulin dengan terkontrolnya
kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di RS Lavalette Malang

Nama Pembimbing I : Nurul Mawaddah,S.Kep.NS.,M.Kep

Saran Tanda
No Tanggal Isi Konsultasi
Pembimbing Tangan

Lampiran 6
53

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT


MOJOKERTO
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Sylvia Marnani


NIM : 2024201030
Judul Skripsi : hubungan kepatuhan terapi insulin dengan terkontrolnya
kadar gula darah pasien Diabetes Melitus post KRS di RS Lavalette Malang

Nama Pembimbing II : Mujiadi, S.Kep.NS.,M.KKK

Saran Tanda
No Tanggal Isi Konsultasi
Pembimbing Tangan

Anda mungkin juga menyukai