OLEH:
i
SKRIPSI
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali untuk memenuhi
salah satu persyaratan menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan
OLEH:
Ns. Ni Ketut Ayu Mirayanti, S.Kep., M.Kep Ns. I Made Mahardika, S.Kep., MM
NIK. 2. 04. 08. 018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kesiapan Interprofessional Education
(IPE) Pada Mahasiswa Kesehatan”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan
Program Sarjana, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan sejak
awal sampai terselesainya skripsi ini, untuk itu dengan segala hormat dan
kerendahan hati, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM. Selaku Ketua STIKes Wira
Medika Bali.
2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan proposal ini.
3. Ns. Ni Ketut Ayu Mirayanti, S.Kep., M.Kep, selaku Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi penulisan ini.
4. Ns. I Made Mahardika, S.Kep., MM, selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan semangat dan dukungan
sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
6. Teman-teman angkatan A10 khususnya A10B yang sudah membantu penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan terselesaikan tepat pada
waktunya.
iv
Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dalam penyusunan skripsi
ini. Penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan dalam menuangkan
pemikiran ke dalam skripsi ini, tentunya akan masih banyak ditemukan hal-hal
yang masih perlu diperbaiki. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran guna menyempurnakan skripsi ini.
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 8
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 9
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 9
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 9
1.5 Keaslian Penulisan ........................................................................................ 10
vi
3.1 Desain Penelitian...........................................................................................
40
3.2 Kerangka Kerja..............................................................................................
41
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................
42
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................
42
3.4.1 Populasi penelitian.............................................................................
42
3.4.2 Teknik pengambilan Sampel .............................................................
42
3.4.3 Teknik sampling.................................................................................
43
3.4.4 Besar Sampel.....................................................................................
43
3.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel................................
45
3.5.1 Variabel Penelitian ............................................................................
45
3.5.2 Definisi operasional variabel ............................................................
46
vii
4.1.4 Hasil Analisis Data............................................................................
4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian..................................................................
4.2.1 Tipe Kepribadian Mahasiswa Kesehatan di STIKes Wira Medika
Bali....................................................................................................
4.2.2 Kesiapan Interprofessional Education (IPE) Dikalangan
Mahasiswa Kesehatan di STIKes Wira Medika Bali........................
4.2.3 Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kesiapan Interprofessional
Education (IPE) Pada Mahasiswa Kesehatan di STIKes Wira
Medika Bali.......................................................................................
4.3 Keterbatasan Penelitian..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
hal kemajuan teknologi maupun prosedur layanan kesehatan yang digunakan. Hal
adanya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) pada pasien rawat inap di Amerika
(kesalahan dalam pelayanan medis) dan 7.000 kasus karena medication error
Medication error merupakan jenis medical error yang paling sering dan banyak
dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat yang berorientasi pada kebutuhan objektif
klien baik secara individu, keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat yang
demografi dan identitas klinik (subjektif, objektif, assessment, dan plan) (Tim
CFHC-IPE, 2013).
yang memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit adalah staf medis baik
dokter maupun dokter spesialis, staf klinis keperawatan (perawat dan bidan),
nutrisionis dan farmasis yang rutin dan pasti selalu berkontak dengan pasien, akan
tetapi tidak kalah pentingnya profesional lain yang berfungsi melakukan asuhan
penelitian yang membuktikan bahwa praktik kolaborasi yang efektif antar profesi
juga dapat mengurangi jumlah komplikasi, lama rawat inap, konflik antara tim
kesehatan, dan angka kematian. Tidak adanya kolaborasi yang baik di antara
2
petugas kesehatan akan memiliki dampak negatif pada pasien, pemborosan
masalah komunikasi yang dapat ditemukan dalam praktek klinis adalah pekerjaan
(JCAHO) melaporkan bahwa dua pertiga dari insiden kesalahan medis disebabkan
oleh komunikasi yang buruk antara tenaga kesehatan. Temuan ini menunjukkan
bekerja dalam tim dan berkomunikasi secara efektif (Barr, H, et al., 2015).
kesehatan yang optimal. Awal inisiatif pembuatan IPE sendiri muncul setelah
banyaknya laporan kasus malpraktik pada tahun 1960 yang terjadi di United
interprofesi dan buruknya kualitas kolaborasi antara tenaga kesehatan. Pada tahun
3
sebagai upaya meningkatkan kualitas kolaborasi antar profesi (Traynor et al.,
2016). Hingga saat ini penerapan IPE terus dikembangkan dan diterapkan
diseluruh dunia, bahkan penerapan IPE juga telah menjadi bagian dari tuntutan
akreditasi dan menjadi salah satu standar dalam kurikulum (Willgerodt et al.,
2015, p. 1).
dikarenakan tidak cukup bagi tenaga profesi kesehatan tertentu untuk bekerja
secara professional pada perawatan pasien. Dengan iklim global yang sekarang,
tenaga kesehatan juga perlu untuk interprofessional dan model kurikulum terus
berkembang dari waktu ke waktu sehingga penting bagi tenaga kesehatan agar
belum kuat karena masih kurangnya penelitian yang dilakukan (WHO, 2013).
periode tertentu, adanya interaksi sebagai tujuan utama dalam IPE untuk
sklill, attitute dan perilaku terhadap kolaborasi interprofesi. Hal tersebut akan
4
perawatan pada pasien (Tim CFHC-IPE, 2013). Keberhasilan proses pendidikan
interprofesional di perguruan tinggi tidak dapat terlepas dari peran dosen sebagai
pendidik serta inisiatif mahasiswa untuk belajar bersama yang dapat terjadi jika
terfasilitasi oleh lingkungannya seperti system dan juga tenaga pendidik (DIKTI,
2014).
pembelajaran IPE, faktor lain adalah persepsi dan peran dosen. Persepsi adalah
proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia,
IPE dapat membentuk peserta didik yang dapat memahami peran dan fungsi
masing-masing profesi sehingga akan muncul suatu tanggung jawab yang sesuai
dalam menyelesaikan sebuah masalah. Oleh karena itu suatu peran dan tanggung
jawab sebagai tenaga kesehatan sangat dibutuhkan untuk kesiapan dan pencapaian
Hal lain yang harus dimiliki dalam IPE adalah teamwork, kompetensi
teamwork ini meliputi kekompakan tim, saling percaya, berorientasi kolektif, dan
kompetensi IPE. Dasar dari pertimbangan sosial ini berawal dari kesadaran
seseorang bahwa harus membentuk suatu kelompok agar dapat bekerja secara
5
efektif dan efisien. Anggota tim harus memiliki tipe kepribadian yang baik dan
menjadi tiga, yaitu tipe ekstrovert dan introvert. Pada tipe ekstrovert tindakan
lebih dipengaruhi oleh dunia luar daripada diri sendiri sehingga sebagai individu
yang aktif secara fisik, hubungan dengan orang lain baik, berani mengambil
Tipe ekstrovert tidak dapat bertahan pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan
karena sesuatu yang baru merupakan tujuan hidup mereka, hal ini dapat
lebih tertutup dan dan mendalami diri sendiri tidak terpengaruh pada dunia luar.
2012:33). Sifat yang dimiliki oleh orang yang kepribadian introvert adalah
cenderung diliputi kekhawatiran, mudah malu dan canggung, lebih senang bekerja
sendiri, sulit menyesuaikan diri, dan jiwa yang tertutup. Hal ini akan sangat
Wira Medika Bali, pada 27 Desember 2019. Jumlah mahasiswa angkatan XIII di 3
6
hasil wawancara dengan 10 orang mahasiswa yang dipilih secara acak dan
memiliki tipe kepribadian introvert dan hanya 3 orang yang memiliki tipe
informasi yang saya dapatkan bahwa di STIKes Wira Medika Bali akan
Medika Bali“.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tipe
7
1.3.2 Tujuan Khusus
Medika Bali.
sebagai berikut :
2. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat dan sekaligus
8
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
mahasiswa kesehatan.
education (IPE).
Tipe Kepribadian Dengan Tingkat Stres Pada Lansia”. Penelitian ini adalah
dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Buleleng pada tahun
2017. Hasil penelitian pada pengukuran tipe kepribadian dari 44 orang sampel
9
dengan jumlah 25 responden (56,8%) dan hasil pengukuran pada tingkat stress
lamda, diperoleh nilai P = 0,000 (< α = 0,05) dan nilai r = 0, 810. Dapat
dismpulkan bahwa ada korelasi yang sangat kuat dengan arah korelasi positif
antara tipe kepribadian dengan stress pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Jara Mara Pati Buleleng. Adapun perbedaan pada penelitian ini
sama.
Agama Islam Negeri Kediri pada tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan
secara intrinsik. Adapun perbedaan pada penelitian ini dengan yang dilakukan
oleh peneliti adalah tempat penelitian, sasaran penelitian dan variabel terikat,
10
3. Dyeri Susanti. 2017. Melakukan penelitian tentang “Penerapan
Kota Cimahi pada tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
diberikan penyuluhan, dengan nilai rata-rata pretest -0,02 menjadi 2,46 nilai
rata-rata posttest. Simpulan pada penelitian ini adalah pembelajaran IPE dalam
bentuk kuliah umum, diskusi, dan praktik lapangan di komunitas pada Kelas
Ibu Balita oleh mahasiswa tenaga kesehatan dapat meningkatkan sikap ibu
terhadap kesehatan balita. Adapun perbedaan pada penelitian ini dengan yang
dilakukan oleh peneliti adalah pada tempat penelitian dan sasaran penelitian
11
pada penelitian ini dengan yang dilakukan oleh peneliti adalah pada tempat
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalankan pendidikan pada salah satu
bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,
institut dan universitas (Hartaji, 2012). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik
negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektulitas yang tinggi. Berpikir kritis dan
bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada
label yang melekat pada diri mahasiswa (Novita dalam Putra, 2015) misalnya:
melakukan perubahan.
13
3. Iron stock, sumber daya manusia dari mahasiswa itu tidak akan pernah habis
(CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau lebih profesi belajar dengan, dari, dan
tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan.
IPE merupakan pendekatan proses pendidikan dua atau lebih disiplin ilmu yang
terjadi ketika dua atau lebih mahasiswa profesi kesehatan yang berbeda
IPE itu adalah segalanya tentang berusaha saling mengerti dan saling
menghargai antar profesi kesehatan, dengan adanya interaksi diantara profesi yang
dapat terlepas dari peran dosen sebagai pendidik serta inisiatif mahasiswa untuk
14
belajar bersama yang dapat terjadi jika terfasilitasi oleh lingkungannya seperti
tidak cukup bagi tenaga profesi kesehatan tertentu untuk bekerja secara
professional pada perawatan pasien. Dengan iklim global yang sekarang, tenaga
berkembang dari waktu ke waktu sehingga penting bagi tenaga kesehatan agar
belum kuat karena masih kurangnya penelitian yang dilakukan (WHO, 2013).
WHO mencatat, ada 5 negara yang berhasil menerapkan konsep ini dengan baik
pada tahun 2013 lalu, seperti Kanada, Amerika Serikat, India, Brazil, dan Afrika
Colaboration (IPC), oleh karena itu IPC tak akan ada tanpa IPE. Namun
interprofesi yang cukup yang dibutuhkan, namun juga peraturan - peraturan dari
2011).
15
2.1.2.2 Tujuan interprofessional education
mahasiswa untuk lebih mengenal peran profesi kesehatan yang lain, sehingga
diharapkan mahasiswa akan mampu untuk berkolaborasi dengan baik saat proses
Menurut Cooper (2001) dalam Tim CFHC-IPE (2013) tujuan pelaksanaan IPE
antara lain:
dalam meningkatkan hasil perawatan pasien. IPE merupakan langkah yang sangat
penting untuk dapat menciptakan kolaborasi yang efektif antar tenaga kesehatan
16
2.1.2.4 Kompetensi dasar penerapan Interprofessional Education
namun juga sadar akan kebutuhan sudut pandang yang lebih besar;
4. Bekerja dengan profesi lain untuk menyelesaikan konflik dalam hal perawatan
dan tatalaksana;
interprofesional;
1. Kuliah klasikal
berbagai disiplin ilmu (team teaching) dan melibatkan mahasiswa dari berbagai
berbagai profesi kesehatan. Kuliah dapat berupa sharing keilmuan terhadap suatu
17
2. Kuliah Tutorial (PBL)
yang melibatkan mahasiswa yang berasal dari berbagai profesi kesehatan. Mereka
mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapi. Modul yang digunakan adalah
modul terintegrasi. Dosen berupa team teaching dari berbagai profesi dan bertugas
3. Kuliah Laboratorium
Skills Laboratorium merupakan metode yang baik bagi IPE karena dapat
5. Kuliah Profesi/Klinis-Lapangan
18
2.1.2.6 Keuntungan Interprofessional Education
stereotipe;
19
2.1.2.7 Faktor yang mempengaruhi pembelajaran Interprofessional Education
(IPE)
Kesiapan IPE dapat dilihat dengan tiga domain umum yaitu (ACCP, 2009):
1. Identitas Professional
Identitas profesi merupakan suatu hal yang penting karena hal ini menjadi
ciri khas profesi yang akan membedakan dengan profesi lain. Identitas profesi
seiring perkembangan zaman. Ini dapat dilakukan melalui interaksi dengan profesi
kesehatan.
2. Teamwork
1) Kekompakan tim, yaitu kekuatan tim yang membuat anggotanya untuk tetap
setia menjadi bagian sebuah tim yang merupakan salah satu cara untuk
2) Saling percaya, yaitu sebuah sikap positif dari anggota tim terhadap anggota
tim merupakan cara yang lebih kondusif dari pendekatan secara personal
20
4) Mementingkan kerjasama, yaitu sikap positif yang ditunjukkan anggota tim
Dalam hal ini saling percaya dan berorientasi kolektif sangat erat
(Djaali, 2013) sebagai organisasi yang dinamis, artinya kepribadian itu dapat
psikofisik seperti kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, emosi, perasaan, dan motif)
lingkungan.
bahwa harus membentuk suatu kelompok agar dapat bekerja secara efektif dan
efisien. Anggota tim harus memiliki tipe kepribadian yang baik dan sikap untuk
21
(2) Lingkungan fisik
atau bahkan menghambat terjadinya kolaborasi. Lingkungan kerja yang baik harus
dalam kolaborasi lintas profesi. Kebijakan yang dibuat oleh institusi tersebut
2) Proses
setiap profesi harus mengetahui peran profesi yang lain, sehingga dapat berbagi
22
Kolaborasi dapat berjalan dengan baik apabila setip profesi kesehatan memiliki
berkolaborasi sejak jenjang Pendidikan agar mereka terbiasa dengan profesi lain
konflik. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman tentang perawatan yang berfokus
pada komunikasi dan sikap yang mangacu pada keselamatan pasien yang
dengan posisi yang diberikan dalam unit sosial. Pemahaman terhadap peran
secara konsisten. Peran dosen dalam IPE diharapkan mampu membentuk peserta
sehingga akan muncul tanggung jawab yang sesuai dalam penyelesaian suatu
masalah. Peran dan tanggung jawab sebagai tenaga kesehatan sangat diperlukan
23
2.1.2.8 Elemen Pendukung Pelaksanaan Interprofessional Education (IPE)
dalam pelaksanaan IPE dari serta literatur yang diterbitkan untuk merencanakan,
1. Dosen
Persiapan dosen yang baik merupakan salah satu pokok penting untuk
Beberapa peran dosen dalam pembelajaran IPE yang sudah teridentifikasi antara
lain membantu mahasiswa untuk dapat mendalami situasi kasus yang dihadapi
yang akan mereka laksanakan, memperkirakan adanya perasaan tidak nyaman dari
mahasiswa akan pelaksanaan peran dengan anggota tim dari latar belakang yang
dari berbagai profesi bekerja sama sebagai satu tim dalam diskusi dengan
yang berbeda-beda.
24
2. Mahasiswa
Sulit untuk memilih pelatihan yang relevan bagi siswa dari profesi
3. Klien
sesuai dengan gambaran pasien pada lingkungan fasilitas layanan kesehatan. Agar
dapat menjadi klien yang dapat menunjang kinerja dari kelompok mahasiswa,
4. Konten
dalam keberhasilan IPE, dan pelatihan dalam keterampilan non-teknis ini menjadi
6. Tempat pelaksanaan
praktik yang sesuai dengan kebutuhan klien pada lingkungan yang mendukung.
25
7. Pengembangan fakultas
8. Logistik
membatasi waktu mahasiswa dari berbagai profesi untuk dapat belajar bersama-
sama. Di luar penjadwalan, pelaksanaan IPE juga dapat dipengaruhi oleh faktor-
9. Strategi pembelajaran
pengalaman belajar, pembekalan dan refleksi. Siswa harus didorong untuk aktif
10. Evaluasi
26
2.1.3 Kesiapan
Kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus capai dalam proses
individu yang membuatnya siap memberikan respon atau jawaban didalam cara
tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi (Slameto, 2015).
dan pilihan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan
suatu saat akan berpengaruh untuk memberikan suatu respon. Kondisi kesiapan
individu mencakup setidaknya 3 aspek yaitu kondisi fisik mental dan emosional
(Slameto, 2015).
2. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dan
pengalaman.
27
4. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu
1. Faktor internal
Faktor ini terdiri dari dua bagian yaitu jasmaniah dan rohaniah
jasmani adalah bagaimana kondisi fisik dan panca indra, sedangkan kondisi
seseorang (individu).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor datang dari luar diri seseorang yang
profesinya sendiri, luar profesinya sendiri, dan dengan pasien atau klien serta
Kesiapan terhadap IPE adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran
IPE, faktor lain adalah persepsi dan peran dosen. Persepsi adalah proses yang
28
persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya
membentuk peserta didik yang dapat memahami peran dan fungsi masing-masing
profesi sehingga akan muncul suatu tanggung jawab yang sesuai dalam
menyelesaikan sebuah masalah. Oleh karena itu suatu peran dan tanggung jawab
sebagai tenaga kesehatan sangat dibutuhkan untuk kesiapan dan pencapaian suatu
seseorang bereaksi dengan cara tertentu. Kesiapan IPE dapat dilihat dengan tiga
domain umum yaitu : (1) identitas profesional, (2) teamwork, (3) peran dan
kesiapan untuk penerapan IPE (Lee, 2010). Identitas professi untuk komponen
(Pullon, 2008).
dengan tim kolaborasi juga diperlukan dalam, 1) Berbagai sumber daya, keahlian,
dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama dalam praktik kolaboratif; 2)
29
interprofessional; 3) mengenali saat ada ketidaksesuaian dalam praktik kolaborasi;
Hal lain yang harus dimiliki dalam IPE adalah teamwork, kompetensi
teamwork ini meliputi kekompakan tim, saling percaya, berorientasi kolektif, dan
diri orang. Jika dikaji lebih dalam sebenarnya proses ini sudah berjalan dengan
penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap orang terhadap lingkungan
(Djaali, 2013:3-4).
Depkes (1992) dalam Jenita (2017: 112) Kepribadian adalah semua corak
perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan
untuk bereaksi serta menyesusaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar
maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasain ini merupakan kesatuan
30
fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat
dinamis, artinya selama individu bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta
memang khas dikaitkan dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu
bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terim dari lingkungan. Jadi yang
ubah dan antar berbagai komponen kepribadian tersebut (system psikofisik seperti
Dilain pihak, Freud menyebutnya sebagi struktur yang memiliki tiga system,
yakni id, ego, dan super ego. Fieldman menggambarkan sebagai perilaku yang
stabil dari manusia yang ditunjukkan pada sikap yang uniform dan merupakan
adalah hal yang aneh yang tidak bisa diperhitungkan jika berbicara tentang diri
merespons terhadap masalah. Apakah menyikapi dengan sifat unik, dinamis, yang
31
menunjukkan cara individu dalam mengelola (management) waktunya (Jenita,
2017: 113).
tipelogi kepribadian:
1. Tipe Ekstrovert
Pada orang yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert adalah orang yang
perhatiannya diarahkan keluar dari dirinya. Ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh
orang dengan tipe kepribadian ekstrovert adalah lancer dalam berbicara, mudah
bergaul, tidak malu, mudah menyesesuaikan diri, ramah dan suka berteman.
menginginkan orang lain juga berpikir hal yang sama. Pada orang dengan sikap
extravetion dan fungsi feeling yang dominan perasaan, dapat berubah sebanyak
situasi yang berubah. Mereka cenderung untuk emosional dan moody, tapi
terkadang sikap sosialnya muncul. Mereka biasanya realistic, praktis dan pekerja
keras. Mereka menikmati apa yang dapat mereka dari dunia ini, menikmati cinta
dan mencari kegairahan. Mereka mudah dipengaruhi oleh peraturan dan mudah
ketagihan pada berbagai hal. Mereka adalah orang-orang yang mencari sesuatu
hal yang baru. Mereka sangat baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru.
Namun mereka tidak dapat bertahan pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan
32
2. Tipe Introvert
dari tipe kepribadian ekstrovert. Perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Sifat
yang dimiliki orang dengan tipe kepribadian introvert adalah cenderung diliputi
kekhawatiran, mudah malu dan canggung, lebih senang bekerja sendiri, sulit
menyesuaikan diri, dan jiwanya agak tertutup. Orang dengan sikap introvert dan
fungsi thinking yang dominan biasanya tidak memiliki emosi dan tidak ramah
serta kurang bergaul. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kecenderungan untuk
mereka diterima oleh orang lain atau tidak. Mereka biasanya keras kepala,
dalam emosi yang kuat, tapi mereka menutupinya. Mereka mungkin menampilkan
meledak dengan tiba-tiba. Orang ini cenderung tenggelam dalam sensasi fisik
mereka dan mencari hal yang tidak menarik dari dunia sebagai perbandingan.
dalam berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun memiliki intuisi
33
1) Gapasioneerden (orang hebat)
ciri dari orang yang memiliki kepribadian seperti ini akan terlihat sifatnya
antara lain: selalu ambisuis, bersikap keras dan emosional. Selain itu sifat yang
terlihat dari orang yang memiliki rasa kekeluargaan yang baik, dan suka
Sifat yang terlihat dari orang yang memiliki kepribadian ini antara lain:
orangnya agresif, giat bekerja, pemberani, optimistis, dan suka pada hal-hal yang
bersifat nyata.
pintar berbicara, senang dengan kehidupan alam dan tidak suka keramaian.
4) Nerveuzen (gugup)
sifat yang terlihat dari kepribadian semacam ini adalah: mudah naik darah,
Sifat yang terlihat pada orang yang memiliki kepribadian ini adalah: selalu
bersikap tenang dan sabra, tekun bekerja dan memiliki pemikiran yang luas, rajin
dan cekatan.
6) Sanguinici (kekanak-kanakan)
Sifat yang dimiliki kepribaian ini adalah kekanan-kanakan, sukar atau plin
menyendiri.
34
7) Amorfem (orang tak berbentuk)
Tipe kepribadian ini memiliki sifat yang inteltualnya kurang, picik, tidak
Jenita (2017), Secara garis besar, ada dua faktor utama yang memengaruhi
lingkungan (environment).
kromosom dari ibu, dan 23 kromosom dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut
terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat fisik dan psikis individu atau
yang menentukan potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini tidak seorang pun
3) Struktur tubuh
temperamen
35
2) Membatasi perkembangan kepribadian dan mempengaruhi keunikan
kepribadian
belajar dan penyesuaian diri individu dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam
1) Keluarga
(1) Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identitas
anak
(3) Objektif
36
2) Kebudayaan
kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari.
telah dibuat orang lain untuk kita. Sehubung dengan pentingnya kebudayaan
sebagai faktor penentu kepribadian, maka dalam hal ini Linton (1945) dalam
3) Sekolah
kelas, disiplin, prestasi belajar, penerimaan teman sebaya, sikap dan perilaku
(Jenita, 2017):
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.
Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis
maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan
pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki oleh salah satu kedua
orangtuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orangtuanya.
37
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor
sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti Tv, VCD dan
internet, atau media cetak seperti koran, majalah dan lain sebagainya.
education
dua atau lebih mahasiswa dari program studi kesehatan yang berbeda belajar
Bersama yang bertujuan untuk peningkatkan kerja sama dan kualitas pelayanan
kerjasama antara dua atau lebih profesi kesehatan demi terwujudnya pelayanan
Hal lain yang harus dimiliki dalam IPE adalah teamwork, kompetensi
teamwork ini meliputi kekompakan tim, saling percaya, berorientasi kolektif, dan
38
Kepribadian manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep
diri orang. Jika dikaji lebih dalam sebenarnya proses ini sudah berjalan dengan
penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap orang terhadap lingkungan
(Djaali, 2013:3-4).
lebih menyukai kegiatan pembelajaran yang bersifat dua arah, seperti diskusi,
sedangkan seorang introvert lebih menyukai kuliah pakar yang bersifat satu arah
mendasar dalam domain inti IPE dan praktek kolaboratif (Febriana et al., 2019).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja antara lain: faktor dari dalam
Dalam usaha menilai dan mengerti kepribadian orang lain, kita sering
39
1. Seseorang yang berminat terhadap pekerjaan social sering dinilai sebai orang
orang yang kelak akan menjadi professor dan tidak senang bergaul.
kelakuan seseorang dikuasai oleh salah satu minat seingga sifat-sifat kepribadian
dan minat-minat lain mendesak. Sebetulnya, dalam keadaan biasa, minat yang
kepribadian cukup ramah, tetapi mereka hanya mengikuti satu arah minat saja,
sehingga mereka dianggap tidak bisa bergaul, yang sebenarnya perlu bagi setap
orang. Mereka dianggap tidak cukup luas pengetahuannya, padahal minat untuk
perawatan besar. Akibat mereka hanya mengambil jalan satu arah saja,
kepribadian mereka tidak stabil dan hanya berkembang sepihak (Singgih dan
40
2.2 Kerangka Konsep
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Nursalam,
gambar
Elemen Pendukung
Pelaksanaan
Interprofessional
Education: Faktor yang Faktor yang
1. Dosen mempengaruhi mempengaruhi
2. Mahasiswa pembelajaran kerjasama
3. Klien Interprofessional interprofesi:
4. Konten Education 1. Faktor
5. Peralatan (IPE): anteseden Kesiapan
dan Fasilitas 1. Identitas Interprofessiona
Belajar Tipe Kepribadian
Professional l Education
6. Tempat Identitas Profesi 2. Proses
pelaksanaan 3. Hasil
7. Pengembang
2. Peran Dan
Tanggungjawab (Utami, 2018)
an fakultas
Tipe Kepribadian
8. Logistik 3. Teamwork
9. Strategi (ACCP, 2009)
pembelajara
n
10. Evaluasi
(ACCP, 2009)
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Alur Pikir
Gambar 2. 1
Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kesiapan
Interprofessional Education (IPE) Pada Mahasiswa Kesehatan
di STIKes Wira Medika Bali
41
2.3 Hipotesis
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
42
BAB III
METODE PENELITIAN
pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian
yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya. Cross
pada variabel bebas yaitu tipe kepribadian dan variabel terikat kesiapan
Keterangan:
Gambar 3. 1
Rancangan penelitian korelasional
43
3.2 Kerangka Kerja
Populasi
Jumlah Mahasiswa angkatan XIII di STIKes Wira Medika Bali sebanyak 91 orang
Tahun 2019
Teknik Sampling
Probability sampling dengan teknik stratified random sampling.
Sampel
74 orang mahasiswa sesuai dengan kriteria insklusi.
Analisa Data
Uji statistik untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan kesiapan
Interprofessional Education pada mahasiswa kesehatan yang digunakan adalah uji
Koefisien Kontingansi.
Gambar 3.2
Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kesiapan
Interprofessional Education (IPE) Pada Mahasiswa Kesehatan
Di STIKes Wira Medika Bali
44
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
dimulai pada 27 April sampai Mei 2020 yang berlangsung selama 3 minggu.
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah semua mahasiswa angkatan XIII yang berjumlah 91 orang
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono. 2017). Syarat sampel ada dua yaitu representative
Keterangan:
45
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria ekslusi adalah
1. Kriteria inklusi
Medika Bali
2. Kriteria eksklusi
46
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
Kelas pada angkatan XIII yang akan diteliti oleh peneliti yaitu A13
Tabel 3.1
Perhitungan Jumlah Sampel Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kesiapan
Interprofessional Education (IPE) Pada Mahasiswa Kesehatan
Di STIKes Wira Medika Bali
Perhitungan Jumlah
No Program Studi Populasi Jumlah
Sampel
1 A13 Keperawatan 48 39
2 A3 RMIK 21 17
Total 91 74
47
3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen dalam
kesehatan.
48
menonjol dari ekstrovert <0
individu tersebut. kendali introvert)
dan
Ekstrovert
(Z ekstrovert
≥0,50 dan Z
introvert <0
kendali
ekstrovert)
Jenis data yang didapatkan pada penelitian ini adalah data primer yaitu
data yang diambil langsung dari responden. Data yang didapatkan berupa data tipe
49
(Nursalam, 2017). Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini,
sebagai berikut:
2. Mengurus surat ijin di Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Denpasar
3. Mengurus surat ijin di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar
5. Peneliti dibantu oleh empat orang teman sejawat yang sudah dilakukan
Tugas dari enumerator yaitu sama seperti peneliti yaitu mengumpulkan data
hari.
50
3.6.3 Instrumen pengumpulan data
mahasiswa.
Setuju : skor 4
Ragu-ragu : skor 3
51
Keterangan:
P : nilai akhir
f : skor responden
dalam bentuk ekstrovert dan introvert. Kuesioner ini terdiri dari 44 pertanyaan,
24 mengarah untuk tipe ektrovert dan 20 pertanyaan untuk tipe introvert. Tipe
ektrovert yaitu pertanyaan nomor 1-24, terdiri dari 16 pertanyaan positif (1, 2,
3, 4, 7, 8, 9, 12, 14, 15, 17, 18, 21, 22, 23, 24) dan 8 pertanyaan negatif (5, 6,
10, 11, 13, 16, 19, 20). Tipe introvert yaitu pertanyaan nomor 25-44, terdiri
dari 9 pertanyaan positif (25, 28, 29, 30, 32, 34, 35, 37, 38) dan 11 pertanyaan
negatif (26, 27, 31, 33, 36, 39, 40, 41, 42, 43, 44). Pertanyaan positif jawaban
52
3.7.1 Pengolahan data
2012).
5. 1. 1 Editing
sudah diisi berupa data umum seperti umur, jenis kelamin, Pendidikan, dan
memeriksa setiap pertanyaan yang sudah diisi dengan jelas dan benar, peneliti
langsung melakukan proses editing dihadapan responden. Jika ada kesalahan atau
5. 1. 2 Coding
Coding adalah mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan. Hasil kuesioner yang telah terkumpul diperiksa
diberikan sesuai dengan nomer urut responden yang diambil (Setiadi, 2013).
53
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master table atau data base komputer dengan bantuan Microsoft Excel,
kemudian distribusi frekuensi sederhana agar data dapat dianalisis dengan bantuan
SPSS.
agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan
data yang sudah di entri, apakah ada data yang tidak tepat masuk ke dalam paket
dimasukkan, melihat apakah ada missing data, lalu dilanjutkan dengan analisa
data. Setelah dilakukan Cleaning didapatkan bahwa tidak ada missing data dan
kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi
Analisa data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan secara
1. Analisis univariat
menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik
54
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Setelah data dianalisis kemudian dimasukan ke dalam bentuk master tabel dan
dihitung presentasenya. Data yang sudah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel
distrubusi frekuensi dan dalam bentuk narasi. Adapun data yang dianalisis secara
2. Analisis bivariat
kesehatan di STIKes Wira Medika Bali dianalisis dengan uji statistik Koefisien
variabel dapat dilihat dari besar kecilnya indeks korelasi yaitu terdiri dari:
Tabel 3.3
Indeks Korelasi
Jika nilai p<0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antara dua
variabel yang dilakukan uji, sedangkan jika nilai p>0,05 berarti tidak terdapat
55
korelasi yang bermakna antara dua variabel. Untuk arah korelasi jika (+)
dinyatakan searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar juga nilai
variabel lainnya, dan sebaliknya bila bersifat negatif (-) dinyatakan berlawanan
arah, semakin besar nilai satu variabel semakin kecil nilai variabel lainnya
(Dahlan, 2013).
2. Beneficence
3. Non-maleficence
mengandung unsur yang membahayakan, merugikan, rasa cemas, rasa takut. Pada
56
penelitian ini tidak ada bahaya terhadap subjek penelitian. Peserta penelitian
mungkin merasa tidak nyaman dalam menjawab kuesioner secara jujur, karena
4. Justice
5. Informed consent
laksanakan pada seluruh subjek yang diteliti. Jika subjek bersedia diteliti maka
harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, tetapi jika tidak bersedia maka
6. Anonymity
7. Confidentiality
lain, hanya kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan pada hasil
penelitian.
57
BAB IV
4. 1 Hasil Penelitian
sampel yang terlibat pada penelitian ini adalah 74 mahasiswa kesehatan di STIKes
Wira Medika Bali. Hasil analisa data yang yang sebelumnya telah dilakukan
sekolah tinggi kesehatan swasta di kota Denpasar yang terletak di Jalan Kecak
dan Pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali di Denpasar
November 2007.
Adapun program studi yang terdapat di STIKes Wira Medika Bali terdiri
dari Program Studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK) Program
58
Diploma Tiga memiliki ijin operasional berdasarkan Keputusan Menteri
Program Studi Pendidikan Profesi Ners program profesi memiliki ijin operasional
Fasilitas yang dimiliki STIKes Wira Medika Bali berdiri pada lahan yang
berlokasi di jalan Kecak No 9A Gatot Subroto Timur, Denpasar, Bali dengan luas
yang terdiri atas tempat ibadah, ruang yayasan, ruang ketua, ruang wakil ketua,
ruang satuan, pengawas internal, ruang dewan pertimbangan, ruang dosen, ruang
59
administrasi, ruang kuliah, ruang rapat, ruang perpustakaan, ruang badan
ruang konseling, ruang olahraga, ruang pertemuan, ruang cbt, griya wika, ruang
satpam, ruang teknisi, ruang rumah tangga, ruang ganset, ruang laboratorium
ruang timbang media dan reagensia, ruang sterilisasi alat dan media, ruang central
alat, ruang laboratorium rekam medis, kantin, fotocopy serta lahan parkir yang
luas.
angkatan 13 di STIKes Wira Medika Bali yang terdiri dari D3 Rekam Medis, D3
Wira Medika Bali. Pemilihan sampel sesuai dengan kriteria penelitian didapatkan
60
Keperawatam, 18 responden dari D3 Teknologi Laboratoriums Medis, dan 17
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
yaitu sebanyak
Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Program Studi
No. Program Studi Frekuensi (n) Persentase (%)
1 D3 Rekam Medis
2 D3 Teknologi Laboratorium
Medis
3 S1 Keperawatan
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang paling banyak yaitu S1
Keperawatan sebanyak 39 (%) responden dan yang paling sedikit yaitu D3 Rekam
Medis sebanyak 17 (%) responden
Penelitian
61
Tabel 4.3
Kategori Tipe Kepribadian Mahasiswa Kesehatan Di Stikes Wira Medika Bali
Tahun 2020
No. Tipe Kepribadian Jumlah responden Persentase (%)
1. Tipe Kepribadian Introvert
2. Tipe Kepribadian Ekstrovert
Total
sebanyak
Medika Bali pada 74 responden diuraikan dalam tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Kategori kesiapan Interprofessional Education (IPE) di STIKes Wira Medika Bali
tahun 2020
Total
62
kesiapan Interprofessional Education (IPE) pada mahasiswa kesehatan hasil
Tabel 4.5
Hasil Analisis Tipe Kepribadian Dengan Kesiapan Interprofessional Education
(IPE) Responden
Bali.
Bali.
4. 3 Keterbatasan Penelitian
Adapun beberapa keterbatasan dan kesulitan yang ada dalam penelitian ini
sehingga tidak dapat bertemu secara langsung sehingga data yang di dapatkan
kurang maksimal.
63
BAB V
5. 1 Simpulan
berikut:
1. Tipe kepribadian yang dominan pada responden di STIKes Wira Medika Bali
5. 2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan hasil bahwa ada hubungan tipe
klinik laboratorium.
64
profesi kesehatan lainnya sehingga mampu mengurangi terjadinya kesalahan
variabel yang diteliti khususnya pada mahasiswa, serta menilai penerapan dari
65
DAFTAR PUSTAKA
Aristana, Viska Raditya, dkk. 2017. Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan
Tingkat Stres Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati
Buleleng. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali,
Denpasar
Barr, H., Koppel, I., Reeves, S., Hammick, M. and Freeth. D. 2015. Effective
Interprofessional Education: Argument, Assumption and Evidence.
Blackwell Publishing. Oxford
Djaali, Haji. 2013. Psikologi Pendidikan. Ed. 1, Cet. 7. Jakarta: Bumi Aksara
Donsu, Jenita Doli Tine. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
Fauziah, F.A., 2010. Analisis gambaran persepsi dan kesiapan mahasiswa profesi
FK UGM terhadap Interprofessional Education di Tatanan Pendidikan
Klinik. [skripsi] S1 Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM, tidak
diterbitkan.
Institute for Healthcare Improvement (IHI), 2004. The Breakthrough Series: IHI’s
Collaborative Model for Achieving Breakthrough Improvement. Diabetes
Spectrum. (17):2
Sandro, B., Eliana, R. and Si, M. 2016. ‘Hubungan Antara Tipe Kepribadian
Dengan Orientasi Religiusitas’, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan,
4, p. 55. doi: http://dx.doi.org/10.1016/S0168-1605(98)00099-3. diunduh
pada tanggal 6 desember 2019
Wilhelmsson, M., Ponzer, S., Dahlgren, L.O., Timpka, T., Faresjö, T., 2011. Are
female students in general and nursing students more ready for teamwork
and interprofessional collaboration in healthcare?. BMC Medical
Education. (11):15