2013), oleh karenanya nyeri telah menjadi fokus perhatian umat manusia
dijabarkan oleh para ilmuan sejak lama. Sejak tahun 1999 nyeri telah
dikenal sebagai tanda vital kelima (fifth vital sign). Nyeri merupakan
2012).
Nyeri ada dua macam yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, nyeri yang
sering terjadi pada post operasi adalah nyeri akut (Potter & Perry, 2006).
atau potensial. Menurut Potter dan Perry (2006) nyeri akut adalah nyeri
yang dirasakan secara mendadak dari intensitas ringan sampai berat dan
lokasi nyeri dapat diidentifikasi. Selain itu nyeri akut didefinisikan sebagai
kunjungan dokter dan 10% dari penjualan obat dikaitkan dengan nyeri.
muncul dari penyebab yang terpisah, seperti nyeri pasca operasi atau nyeri
mana nyeri merupakan masalah utama, seperti nyeri neuropatik atau nyeri
pasien post operasi mayor yang mengalami nyeri sedang sampai berat
pada hari ke 4. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sandika et
al, (2015) yang menyatakan bahwa 50% pasien post operasi mengalami
nyeri berat dan 10% pasien mengalami nyeri sedang sampai berat.
3. Etiologi
Menurut SDKI (2017), nyeri dapat disebabkan oleh beberapa agen
diantaranya:
a. Agen pencedera fisiologis
1) Inflamasi
2) Iskemia
3) Neoplasama, dll.
b. Agen pencedera kimiawi
1) Terbakar
2
2) Bahan kimia iritan, dll.
c. Agen pencedera fisik
1) Abses
2) Amputasi
3) Mengangkat beban
4) Prosedur operasi
5) Trauma
6) Latihan fisik berlebihan.
4. Patofisiologi
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya terhadap
stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah
satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa berwarna
komponen, yaitu:
3
a. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30
Trauma jaringan,
infeksi
Kerusakan sel
Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)
Dihantarkan serabut
tipe A, dan serabut
tipe C
Medulla spinalis
4
Otak
(korteks somatosensoarik)
Persepsi nyeri
6. Klasifikasi
Menurut Hidayat 2009, nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam
5
nyeriterlokalisasi,nyeriparietal terlokalisasi,nyeri alih
lalu menghilang.
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul akan menetap serta
7. Gejala Klinis
Menurut Hidayat (2009), gejala klinis nyeri adalah sebagai berikut:
a. Vakolasi
1) Mengaduh
2) Menangis
3) Sesak nafas
4) Mendengkur
b. Ekspresi wajah
1) Meringis
2) Mengeletuk gigi
3) Mengkerutkan dahi
6
4) Menutup mata, mulut dengan rapat
5) Menggigit bibir
c. Gerakan tubuh
1) Gelisah
2) Imobilisasi
3) Ketegangan otot
4) Peningkatan gerakan jari dan tangan
5) Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
6) Gerakan melindungi bagian tubuh
d. Interkasi sosial
1) Menghindari percakapan
2) Fokus hanya pada aktivitas yang menghilangkan nyeri
3) Menghindari kontak sosial
4) Penurunan rentang perhatian.
8. Cara Mengukur Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.
7
setiap ujungnya. Skala ini memberi kebebasan pada pasien
setiap titik pada rankaian, dari pada dipaksa memilih satu kata
8
untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm
(Prasetyo, 2010).
(Faces Pain Rating Scale) untuk anak usia 3 tahun ke atas dan
(Prasetyo, 2010).
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1–3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat
9
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu
kaki untuk mengetahaui bagian tubuh mana saja yang mengalami nyeri.
10. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan diagnostik atau penunjang yang dapat dilakukan
ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat
10
banyak aktifitas keperawatan non farmakologi yang dapat membantu
pola tanggungjawab.
5) Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
prosedur.
6) Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
massage.
8) Mengajarkan prinsip dari manajemen nyeri.
9) Menggunakan teknik pengontrolan nyeri/ antisipasi sebelum nyeri
11
Menurut Susanti (2012) perawat mengkaji nyeri pasien untuk
a. Terapi Farmakologi
Keputusan perawat dalam penggunaan obat-obatan dan
isyarat.
b. Data Objektif
12
1) Wajah pasien tampak pucat, lemas dan meringis
2) Terdapat nyeri tekan pada bagian tubuh yang nyeri
3) Nadi > 100 x/menit
4) Pernafasan > 20 x/menit
c. Kaji nyeri yang berhubungan dengan:
1) Propocatif/ paliatif: Adanya riwayat trauma (mengangkat atau
batuk atau mengedan, berdiri atau duduk atau jangka waktu yang
lama dan nyeri berkurang bila dibuat istirahat atau berbaring. Sifat
nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat
krista iliaka).
3) Region: Letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri
dengan cermat.
4) Saverity: Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan
13
dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum
nyeri adalah:
a. Nyeri akut
1) Berhubungan dengan:
Agen cedara fisik (luka post operasi)
2) Ditandai dengan:
Klien mengeluh nyeri
Tampak meringis, gelisah dan bersikap proaktif
Tekanan darah meningkat
Nadi meningkat
Bersikap protektif
b. Nyeri kronis
1) Berhubungan dengan:
Kondisi pasca trauma
2) Ditandai dengan:
Mengeluh nyeri
Merasa depresi
Tampak meringis
Merasa takut mengalami cedera berulang
Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Pola tidur berubah
3. Intervensi Keperawatan
14
(prosedur nyeri, antara sampai dengan nyeri
pembedahan) lain penurunan tingkat yang manipulasi 3. Meminimalkan
nyeri pada dapat lingkungan nyeri
tingkat yang diterima (misal 4. Mengurangi rasa
dapat diterima ruangan nyeri yang
tenang, dirasakan pasien
batasi
pengunjung)
2. Berikan
analgesia
sesuai
ketentuan
3. Cegah
adanya
gerakan
yang
mengejutkan
seperti
membentur
tempat tidur
4. Cegah
peningkatan
TIK
4. Implementasi
dikemudian hari.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
15
a. Hilangnya perasaan nyeri
b. Menurunnya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yanga baik
c. Pasien mampu melakukan aktifitas sehari – hari tanpa keluhan nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
16
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
17