OLEH :
NI MADE SEPTYARI
219012702
DENPASAR
2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Gangguan Rasa Nyaman dan Nyeri
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera
atau nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial. Dimana kenyamanan
fisik merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik. Kenyamanan
lingkungan merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman yang
dirasakan didalam atau dengan lingkungannya. Kenyamanan sosial
merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman
dengan situasi sosialnya (Keliat dkk, 2015).
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang
nyaman dan sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan,
budaya dan sosialnya. Gangguan rasa nyaman mempunyai batasan
karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal,
gejala distress, gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk rileks, kurang
puas dengan keadaan, menangis, merasa dingin, merasa kurang senang
dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak nyaman,
merintih, dan takut (Keliat dkk, 2015).
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan
adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak
menyenangkan yang terkadang dialami individu. Nyeri dalam kamus
medis yaitu perasaan distres, kesakitan, ketidaknyamanan yang
ditimbulkan dari stimulasi ujung saraf tertentu. Tujuan nyeri terutama
untuk perlindungan, nyeri berperan sebagai suatu sinyal peringatan dari
tubuh terhadap jaringan yang sedang mengalami kerusakan dan meminta
individu untuk meredakan atau menghilangkan nyeri dari sumber (Rosdahl
& Kowalski, 2017).
Jadi dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu rasa yang tidak
nyaman bagi individu bersifat subjektif dan berhubungan dengan panca
indra baik ringan maupun berat.
2. Etiologi
Agen cidera sebagai berikut:
a) Biologis: penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau jaringan
tubuh.
b) Zat kimia: penyebab nyeri karena bahan kimia.
c) Fisik: penyebab fisik karena trauma fisik.
d) Psikologi: penyebab nyeri yang bersifat psikologi seperti kelainan
organic, nekrosis traumatic, eulzofronia (Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia, 2016).
Kerusakan jaringan/sel
Medulla spinalis
Talamus
Hipotalamus dan sistem
limbik Talamus
Persepsi nyeri
Nyeri kurang dari 3 bulan, mengeluh Nyeri telah ada lebih dari 3 bulan,
nyeri, gelisah, meringis, bersikap gelisah, berfokus pada diri sendiri,
protektif, nadi meningkat anoreksia, meringis
Gambar 1
Numeric Rating Scale (NRS)
Sumber : (Yudiyanta, Khoirunnisa, & Novitasari, 2015)
Gambar 2
Verbal Rating Scale (VRS)
Sumber : (Yudiyanta, Khoirunnisa, & Novitasari, 2015)
3) Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) adalah skala linear yang
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin
dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis
sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter
( Gambar 2.3). Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka
atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri,
sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang
mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS
juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya atau reda rasa nyeri.
Digunakan pada klien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama
VAS adalah penggunaan sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk
periode pasca bedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena VAS
memerlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan
konsentrasi.
Gambar 3
Visual Analog Scale (VAS)
Sumber : (Yudiyanta, Khoirunnisa, & Novitasari, 2015)
Gambar 4
Wong Baker FACES Pain Rating Scale
Sumber : (Kozier, 2011)
7. Manifestasi Klinis
1) Tanda dan gejala nyeri akut yaitu (SDKI, 2016) :
a. Mengeluh nyeri
b. Tampak meringis
c. Bersikap protektif
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Gelisah
f. Sulit tidur
g. Tekanan darah meningkat
h. Pola nafas berubah.
2) Tanda dan gejala nyeri kronis yaitu (SDKI, 2016) :
a. Mengeluh nyeri
b. Merasa depresi (tertekan)
c. Tampak meringis
d. Gelisah
e. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
f. Merasa takut mengalami cidera ulang
g. Bersikap protektif
h. Waspada
i. Pola tidur berubah
j. Anoreksia.
8. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda yang perlu dicatat
adalah kesadaran pasien (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis,
yang bergantung pada keadaan pasien), kesakitan atau keadaan
penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur
tibia-fibula biasanya akut), tanda-tanda vital tidak normal karena ada
gangguan lokal baik fungsi maupun bentuk. Nyeri dapat
mempengaruhi tanda-tanda vital. Ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan frekuensi
denyut nadi. Faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah salah
satunya adalah nyeri yang mengakibatkan stimulasi simpatik, yang
meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskular
perifer (Lopes et al., 2014).
2) Tanda-tanda vital pasien, meliputi nadi, pernafasan, tekanan darah
serta suhu tubuh.
3) Keadaan fisik meliputi pemeriksaan kepala, leher, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan faring, status mental.
9. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan (Wardani, 2014) pemeriksaan penunjang yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan
yang dilakukan seperti :
1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
diabdomen
2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3) Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan lainya
4) CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah diotak
5) EKG untuk mengetahui irama jantung
6) MRI (Magnetic Resonance Imaging), untuk mengetahui gambar
struktur tubuh guna mendignosis luka atau penyakit tertentu
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan nyeri bersifat sangat individual, dan intervensi
yang berhasil untuk satu orang klien mungkin tidak berhasil untuk klien
lain.ada dua jenis penatalaksaan nyeri yaitu meliputi tindakan farmakologi
dan tindakan non farmakologi.
1) Terapi farmakologi
Analgesik adalah obat yang meredakan nyeri. Analgesik biasanya
efektif jika diberikan secara teratur atau saat awitan nyeri sangat dini.
Analgesik pada umumnya meredakan nyeri dengan mengubah kadar
natrium dan kalium tubuh, sehingga memperlambat atau memutus
transmisi nyeri. Tiga kelas analgesik umumnya digunakan untuk
meredakan nyeri. Ketiga kelas analgesik adalah:
a. Obat anti-inflamasi non steroid (nonsteroidal anti-inflammatory
drugs, NSAID) non opioid: contoh NSAID antara lain aspirin,
ibuprofen, (Morfin), dan naproksen (naprosyn, Aleve). Obat-
obatan ini biasanya diberikan kepada klien yang memiliki nyeri
ringan sampai sedang. Analgesik nonopioid lain yang umunya
digunakan untuk nyeri ringan adalah asetaminofen (tylenol).
b. Analgesik opioid/narkotik: contoh yang paling sering digunakan
adalah morfin untuk mengatasi nyeri pada klien nyeri yang
mengalami nyeri sedang sampai berat.
c. Obat pelengkap (adjuvan): contoh umumnya mencakup
antikonvulsan dan antidepresan. Obat ini dapat membantu
meningkatkan alam perasaan klien, dengan demikian membantu
relaksasi otot. Ketika otot relaks, nyeri membaik dan produksi
endorfin sering meningkat (Rosdahl & Kowalski, 2017).
2) Terapi Non Farmakologi
Klien dapat menggunakan banyak tindakan non farmakologi untuk
menangani nyeri. Diuraikan sebagai intervensi fisik dan kognitif-
perilaku.
a. Intervensi fisik memberikan kenyamanan, meningkatkan mobilitas,
dan membantu respon fisiologis. Contoh tindakannya meliputi:
pijat, kompres hangat dan dingin, Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation, akupuntur, akupresur.
b. Intervensi kognitif-perilaku mengubah persepsi nyeri, menurunkan
ketakutan, juga memberikan perubahan fisiologis. Contoh
tindakannya meliputi: relaksasi napas dalam, relaksasi progresif,
musik,napas ritmik, Guided Imagery, distraksi, biofeedback, terapi
sentuhan, meditasi, hipnotis, humor (Black & Hawks, 2014).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teoritis
I. Pengkajian
1. Biodata
- Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, no register, dan diagnose medis
- Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis
kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat
- Catatan medis
2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama, pasien akan mengeluh nyeri terlihat meringis
tampak gelisah serta nadi meningkat
- Riwayat kesehatan sekarang, mulai kapan dimulai nyeri, skala
nyeri, lokasi, intensitas, kualitas, gejala yang menyertai perjalanan
nyeri dan pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Skala nyeri yang
digunakan adalah 0-5 / 0-10. Dimana 0 = tidak nyeri, 1-3 = nyeri
ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat terkontrol serta 10 =
nyeri berat tidak terkontrol
- Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan kemungkinan
memakan makanan/minuman yang terkontaminasi dan pentingnya
mengetahui perkembangan penyakit klien, dan sejauh mana
perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah yang sedang
dialami klien.
- Riwayat kesehatan keluarga, apakah ada keluarga yang memiliki
penyakit keturunan dll
3. Pengkajian Fungsional Gordon
- Pola persepsi dan manajemen kesehatan
- Pola nutrisi-metabolik
- Pola eliminasi
- Pola istirahat dan tidur
- Pola kognitif dan persepsi
- Pola aktivitas dan latihan
- Pola persepsi dan konsep diri
- Pola hubungan dan peran
- Pola seksual dan reproduksi
- Pola toleransi stress-koping
- Pola nilai kepercayaan
4. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum dan kesadaran umum
- Tanda-tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu
- Keadaan fisik
- Data penunjang
- Program terapi
5. Pengkajian status nyeri, meliputi: P (respon paliatif meliputi faktor
pencetus nyeri), Q (kualitas nyeri meliputi nyeri luka pre/post operasi),
R (lokasi nyeri), S (skala nyeri, ringan, sedang, berat atau sangat
berat), T (waktu meliputi kapan, berapa lama dan terakhir dirasakan).
Edukasi :
6. Ajarkan teknik 6. Meningkatkan
nonfarmakologis untuk pengetahuan pasien
mengurangi rasa nyeri dalam mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian 7. Meredakan nyeri
analgetik, jika perlu
IV. Implemantasi
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan
dimana perawat memberikan perawatan kepada pasien. Perawat memulai
dan menyelesaikan tindakan atau intervensi yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
V. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
yang dilakukan dengan format SOAP.
S : (Subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan diberikan.
O : (Objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
A : (Analis) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P : (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialih bahasakan oleh Nampira R. Jakarta :
Salemba Emban Patria
Keliat, dkk. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Kozier, B. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Novitasari, R. W., Khoirunnisa, N., & Yudiyanta. 2015. Assessment Nyeri.
Kalbemed.com, 42 (3), 214-234.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. 2017. Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta:
EGC.
Tamsuri, Anas. 2012. Gangguan Mata dan Penglihatan: Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI
Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Gosyen Publisihing
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN FORMAT GORDON
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 60 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan :-
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Br. Batan Duren, Ds. Cepaka, Kediri, Tabanan
Tanggal Masuk : 14 Oktober 2021 (01.18 wita)
Tanggal Pengkajian
: 14 Oktober 2021 (01.30 wita)
No. Register : 176309
Diagnosa Medis : OF Cruris Sinistra
g) Dada
Paru
Inspeksi : pergerakan dada tampak simetris, tidak tampak luka/lesi
Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru sonor
Auskultasi : suara vesikuler
Jantung
Inspeksi : tidak tampak lesi
Palpasi : tidak teraba thrill di ictus cordis, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara pekak
Auskultas : suara S1 S2 tunggal reguler
i) Abdomen
Inspeksi : tidak terlihat sianosis
Auskultasi : bising usus terdengar
Perkusi : suara timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
j) Genetalia
Tidak dilakukan pengkajian karena pasien menolak
k) Integumen
Inspeksi : warna kulit terlihat sawo matang, tidak ada luka, kulit lembab
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
l) Ekstremitas
Atas
Inspeksi : tidak nampak lesi, tampak simetris, terpasang infus ditangan
kanan
Palpasi : tidak ada benjolan, akral teraba hangat, turgor kulit elastis,
CRT< 2 detik
Bawah
Inspeksi : tampak luka terbuka pada kaki sebelah kiri, tidak terlihat
adanya tanda-tanda infeksi, bengkak (-), adanya krepitasi,
dengan ukuran luka : panjang 4 cm, lebar 1 cm
Palpasi : pada kaki kiri tidak dilakukan palpasi karena terdapat luka
serta fraktur
m) Neurologis
Status mental dan emosi
Tidak terlihat gangguan pada status mental pasien
Pengkajian saraf kranial
- Saraf I : fungsi saraf I tidak ada kelainan
- Saraf II : tes ketajaman penglihatan dalam kondisi normal
- Saraf III, IV, dan VI : tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak
mata dan pupil isokor
- Saraf V : tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan refleks
kornea tidak ada kelainan
- Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
- Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
- Saraf IX dan X : kemampuan menelan baik
- Saraf XI : tidak ada atrofi otot setrnokleidomastoideus dan trapezius
- Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi
Pemeriksaan refleks
-
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan
- Hb : 11 g/dL (nilai normal : 12-13 G/dL)
2) Pemeriksaan radiologi
- Tampak gambaran AP cruris
- Jaringan lunak tampak
- Tampak fraktur terbuka pada tulang tibia (cruris sinistra)
3) Hasil konsultasi
Pasien menunggu jadwal operasi pada kaki sebelah kiri dan sudah dilakukan
anastesi di ruangan
4) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
-
6. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
Nyeri Akut
B. Tabel Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
DO :
Pasien tampak meringis dan gelisah. Dengan TD :
150/90 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 20 x/menit, T :
360C.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian 7. Meredakan nyeri
analgetik, jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ No Ttd
Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam Dx
03.40 WITA 1 Mengukur tanda-tanda vital DS : pasien mengatakan nyeri pada luka di
kaki sebelah kiri
DO : meringis tampak berkurang
TD : 130/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,70C
RR : 20x/menit
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl
No No Dx Evaluasi TTd
Jam
A. Kondisi Klien
1. Alasan masuk RS
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kaki sebelah kiri (cruris
sinistra).
2. Data Fokus
DS : pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kiri (cruris
sinistra)
DO : pasien tampak meringis dan gelisah
B. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik yang ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah.
C. Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 120 menit
diharapkan nyeri pasien berkurang (0-3).
D. Tindakan Keperawatan: Tindakan apa yang akan dilakukan
Melakukan pemberian obat melalui Injeksi Intravena
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
A. Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat malam, perkenalkan saya tyari mahasiswa praktek
STIKes Wira Medika Bali. Saya mahasiswa yang bertugas pada
malam hari ini. Sebelumnya kalau boleh tau dengan bapak siapa?”
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana kondisi bapak saat ini, apakah memiliki keluhan?”
3. Kontrak (Tujuan, Prosedur, Waktu dan Tempat)
Tujuan :
“Baik bapak, tujuan saya disini yaitu akan melakukan tindakan
pemberian kolaborasi obat melalui intravena dimana tujuannya
adalah untuk mengurangi nyeri yang bapak rasakan”.
Prosedur :
“Baik pak, untuk prosedurnya bapak hanya mengikuti instruksi
dari saya, nanti saya akan menyuntikan obat pada daerah tangan
yaitu pada pembuluh darah vena bapak, sebelumnya saya akan
membersihkan lokasi yang akan saya suntikan dengan
menggunakan alkohol swab kemudian saya akan memasukan obat
yang sudah disiapkan”.
Waktu :
“Baik pak, disini saya meminta waktu bapak ±5-10 menit nggih
pak, apakah bapak bersedia?”
Tempat :
“Saya akan melakukan tindakannya di dalam ruangan , jadi mohon
kerjasamanya pak”.
B. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan) : komunikasi saat
melakukan tindakan
“Sebelum saya mulai tindakannya, apakah ada yang ingin bapak
tanyakan? Karena bapak sudah merasa nyaman dengan posisi tidur
terlentang jadi saya akan mulai tindakannya sekarang pak nggih.
Pertama saya lakukan palpasi serta menentukan area suntikan
selanjutnya saya pasang pengalas dan tourniquet kemudian saya akan
membersihkan lokasi suntikan dengan alkohol swab. Baik pak saya
akan mulai menyuntikkan obat pereda nyeri (paracetamol 3 x 1 gr)
pada tangan bapak, bapak rileks saja nggih. Nanti jika ada reaksi
alergi seperti gatal-gatal, kemerahan atau apneu bapak bisa
memberitahu saya nggih. Baik sekarang sudah selesai saya akan
merapikan alat-alatnya. Bagaimana perasaan bapak setelah saya
melakukan pemberian obat melalui intravena?”
C. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subjektif :
“Pasien mengatakan nyeri pada kaki sedikit berkurang”
Objektif :
“Pasien tampak mulai tenang serta gelisah berkurang”
Tindakan lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan
hasil tindakan yang telah dilakukan)
“Baik terimakasih bapak atas kerjasamanya, nanti jika bapak
memerlukan bantuan bapak/keluarga bisa memanggil saya di raung
perawat”
Kontrak yang akan datang (topik, waktu, dam tempat)
Topik :
“Baik pak, nanti saya akan kembali lagi untuk mengecek tanda-
tanda vital bapak sekaligus mengecek apakah ada alergi obat
nggih”.
Waktu :
“Nanti kurang lebih 30 menit lagi saya akan kembali”.
Tempat :
“Nanti saya akan melakukan tindakannya diruangan nggih”.