Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR

KEBUTUHAN RASA NYAMAN (BEBAS NYERI)

Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)


1) Definisi Kenyamanan.
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat
aspek yaitu:
a) Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
b) Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial
c) Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
d) Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan,
harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri,
dan hipo / hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo / hipertermia
merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan
dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
2) Definisi Nyeri.
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut
(Long,1996). Secara umum,nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak
nyaman,baik ringan maupun berat (Priharjo,1992).

Berikut adalah pendapart beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri:


a) Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi
seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya.
b) Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita
secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
c) Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi
tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
d) Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional.
Istilah dalam nyeri:
 Nosiseptor : Serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri.
 Non-nosiseptor : Serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri.
 System nosiseptif : System yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap
nyeri.
 Ambang nyeri : Stimulus yang paling kecil yang akan menimbulkan nyeri.
 Toleransi nyeri : intensitas maksimum/durasi nyeri yang individu ingin untuk
dapat ditahan.
3) Sifat Nyeri.
Sifat nyeri sebagai berikut :
a) Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi
b) Nyeri bersifat subyektif dan individual
c) Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
d) Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis
tingkah laku dan dari pernyataan klien
e) Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa
rasanya
f) Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
g) Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
h) Nyeri mengawali ketidakmampuan
i) Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak
optimal
Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:
 Nyeri bersifat individu
 Nyeri tidak menyenangkan
 Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi
 Bersifat tidak berkesudahan
4) Fisiologi Nyeri.
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau mekanis. Stimulasi oleh zat kimiawi
diantaranya seperti histamine, bradikmin, prostaglandin, dan macam-macam asam
seperti adanya asam lambung yang meningkat pada gastritis atau stimulasi yang
dilepaskan apabila terdapat kerusakan pada jaringan. (A.Aziz, 2008 : 121), Selanjutnya,
stimulus yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri
ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) yang
bermielin rapat dan serabut ramban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh
serabut delta A, mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. (A.Aziz,
2008 : 121).
Dalam sumber yang lain dibahas :
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik , emosi , dan perilaku . cara yang baik untuk
memahami pengalaman nyeri , akan membantu menjelaskan tiga komponen fisiologis
berikut, yakni : resepsi dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui
serabut saraf saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah
satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di
medulla spinalis.terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa ahambatan
ke kortek serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri (McNair,1990).

5) Klasifikasi Nyeri.
Di dalam buku ajar kebutuhan dasar manusia (Wahit Iqbal Mubarok,2008) klasifikasi
nyeri dibagi menjadi tiga :
a) Nyeri perifer,nyeri ini terbagi menjadi 3 macam : (1). Nyeri superfisial,yaitu rasa
nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa; (2). Nyeri visceral,yaitu
rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga
abdomen,cranium,dan toraks; (3). Nyeri alih,yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah
lain yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.
b) Nyeri sentral yaitu nyeri yang muncul akibat stimulus pada medulla spinalis,batang
otak,dan thalamus.
c) Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata
lain,nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri. Seringkali,nyeri ini muncul
karena factor psikologis,bukan fisiologis.
Dalam sumber yang lain dibahas klasifikasi nyeri :
 Berdasarkan sumbernya
 Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan.
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). (ex: terkena ujung pisau atau gunting)
 Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneous. (ex:
sprain sendi)
 Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen,
cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan
jaringan
Berdasarkan penyebab.
a) Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
b) Psycogenic. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber
dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba
merasa nyeri pada dadanya)

Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut


Berdasarkan lama/durasinya
 Nyeri akut. Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan
cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah
terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan
mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial
menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri
ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan.
Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan.
 Nyeri kronik. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan
yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera
spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap
dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat
menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana
mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya.
o Berdasarkan lokasi/letak
a) Radiating pain. Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex:
cardiac pain)
b) Referred pain. Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan
berasal dari jaringan penyebab
c) Intractable pain. Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker
maligna)
d) Phantom pain. Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian
tubuh yang diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla
spinalis
Nyeri secara esensial dapat dibagi atas dua tipe yaitu nyeri adaptif dan nyeri
maladaptif. Nyeri adaptif berperan dalam proses survival dengan melindungi
organisme dari cedera atau sebagai petanda adanya proses penyembuhan dari cedera.
Nyeri maladaptif terjadi jika ada proses patologis pada sistem saraf atau akibat dari
abnormalitas respon sistem saraf. Kondisi ini merupakan suatu penyakit (pain as a
disease).

Pada praktek klinis sehari-hari kita mengenal 4 jenis nyeri:


 Nyeri Nosiseptif
o Nyeri dengan stimulasi singkat dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan.
Pada umumnya, tipe nyeri ini tidak memerlukan terapi khusus karena
perlangsungannya yang singkat. Nyeri ini dapat timbul jika ada stimulus yang
cukup kuat sehingga akan menimbulkan kesadaran akan adanya stimulus
berbahaya, dan merupakan sensasi fisiologis vital. Intensitas stimulus
sebanding dengan intensitas nyeri. Contoh: nyeri pada operasi, nyeri akibat
tusukan jarum, dll.
 Nyeri Inflamatorik
o Nyeri dengan stimulasi kuat atau berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan atau lesi jaringan. Nyeri tipe II ini dapat terjadi akut dan kronik dan
pasien dengan tipe nyeri ini, paling banyak datang ke fasilitas kesehatan.
Contoh: nyeri pada rheumatoid artritis.
 Nyeri Neuropatik
o Merupakan nyeri yang terjadi akibat adanya lesi sistem saraf perifer (seperti
pada neuropati diabetika, post-herpetik neuralgia, radikulopati lumbal, dll)
atau sentral (seperti pada nyeri pasca cedera medula spinalis, nyeri pasca
stroke, dan nyeri pada sklerosis multipel).
 Nyeri Fungsional
o Bentuk sensitivitas nyeri ini ditandai dengan tidak ditemukannya abnormalitas
perifer dan defisit neurologis. Nyeri disebabkan oleh respon abnormal sistem
saraf terutama hipersensitifitas aparatus sensorik. Beberapa kondisi umum
memiliki gambaran nyeri tipe ini yaitu fibromialgia, iritable bowel syndrome,
beberapa bentuk nyeri dada non-kardiak, dan nyeri kepala tipe tegang. Tidak
diketahui mengapa pada nyeri fungsional susunan saraf menunjukkan
sensitivitas abnormal atau hiper-responsifitas (Woolf, 2004).
Nyeri nosiseptif dan nyeri inflamatorik termasuk ke dalam nyeri adaptif, artinya
proses yang terjadi merupakan upaya tubuh untuk melindungi atau memperbaiki diri
dari kerusakan. Nyeri neuropatik dan nyeri fungsional merupakan nyeri maladaptif,
artinya proses patologis terjadi pada saraf itu sendiri sehingga impuls nyeri timbul
meski tanpa adanya kerusakan jaringan lain. Nyeri ini biasanya kronis atau rekuren,
dan hingga saat ini pendekatan terapi farmakologis belum memberikan hasil yang
memuaskan (Rowbotham, 2000; Woolf, 2004).

6) Stimulus Nyeri.
Seseorang dapat Menoleransi menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali
jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis
stimulus nyeri, di antaranya:
a) Motorik disebabkan karena
 Gangguan dalam jaringan tubuh
 Tumor, spasme otot
 Sumbatan dalam saluran tubuh
 Trauma dalam jaringan tubuh
b) Thermal (suhu)
 Panas dingin yang ekstrim
c) Kimia
 Spasme otot dan iskemia jaringan

7) Teori Nyeri.
Ada 4 teori yang berusaha menjelaskan bagaiman nyeri itu timbul dan terasa, yaitu :
a) Teori spesifik ( Teori Pemisahan)
Teori yang mengemukakan bahwa reseptor dikhususkan untuk menerima suatu
stimulus yang spesifik, yang selanjutnya dihantarkan melalui serabut A delta dan
serabut C di perifer dan traktus spinothalamikus di medulla spinalis menuju ke pusat
nyeri di thalamus. Teori ini tidak mengemukakan komponen psikologis.. Menurut
teori ini rangsangan sakit masuk ke medula spinalis (spinal cord) melalui kornu
dorsalis yang bersinaps di daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat
rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
b) Teori pola (pattern)
Teori ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri adalah pola informasi sensoris.
Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu stimulus timbul pada tingkat saraf
perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola aksi potensial tertentu. Rangsangan
nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang
aktivitas sel. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang
lebih tinggi, yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot
berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi olch modalitas
respons dari reaksi sel.tu. Pola aksi potensial untuk nyeri berbeda dengan pola untuk
rasa sentuhan.
c) Teori kontrol gerbang (gate control)
Pada teori ini bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme
pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori
menghilangkan nyeri. Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut
kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C
melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui
mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih
tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme
pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat
menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi
mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan
serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan
sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek
yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan
opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang
berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan
menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo
merupakan upaya untuk melepaskan endorphin.
 Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965
 Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat
oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.
 Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian
ujung dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang
(gating Mechanism), mekanisme gate control ini dapat memodifikasi dan
merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri
dan menimbulkan nyeri.
 Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika
pintu gerbang tertutup
 Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri
 Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri
pasien
 Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat
pembentukan substansi P.
 Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri
d) Teori Transmisi dan Inhibisi.
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga
transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian,
inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada scrabut-serabut besar yang
memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogcn opiate sistem supresif.

8) Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri.


Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman
seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam
pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.
a) Usia
Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi
nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang
ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan
orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri
dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-
anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan
mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau
perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
b) Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara
signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis
kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak
laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat
menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989)
dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada
wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.
c) Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud,
1991).
Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari
budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat mencakup menghindari
ekspresi nyeri yang berlebihan, seperti menangis atau meringis yang berlebihan.
Pasien dengan latar belakang budaya yang lain bisa berekspresi secara berbeda,
seperti diam seribu bahasa ketimbang mengekspresikan nyeri klien dan bukan
perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari satu pasien ke pasien lain.
Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-
nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari
mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang.
Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih
besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-
respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien
(Smeltzer& Bare, 2003).
d) Ansietas
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin
tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu
hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa
pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun,
ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi
pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat
mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara
umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan
pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).
e) Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin
takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan.
Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin
nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir
pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri
dan pengobatan yang tidak adekuat. Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah
akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya
f) Efek plasebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan lain
karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar bekerja. Menerima
pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek positif.
Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan medikasi
atau intervensi lainnya. Seringkali makin banyak petunjuk yang diterima pasien
tentang keefektifan intervensi, makin efektif intervensi tersebut nantinya. Individu
yang diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir
pasti akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu bahwa
medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien –perawat
yang positif dapat juga menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek
plasebo (Smeltzer & Bare, 2002).
g) Keluarga dan Support Sosial
Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari
orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada
keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau
teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua
merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter
& Perry, 1993).
h) Pola koping
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal
yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak
mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan
untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti
sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti
berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai
rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.
Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin tergantung
pada support emosional dari anak-anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih
ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian. Kepercayaan pada agama dapat memberi
kenyamanan untuk berdo’a, memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi
ketidaknyamanan yang datang (Potter & Perry, 1993).
9) Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Rasa Nyama (Bebas Nyeri).
Masalah-masalah pada kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri) diartikan sesuai klasifikasi
nya. Yaitu:
a) Nyeri menurut tempat dan sumbernya
 Peripheral pain
 Superficial pain (nyeri permukaan)
 Dreppain (nyeri dalam)
 Defereed ( nyeri alihan)
Nyeri fisik : Nyeri fisik disebabkan karena kerusakan jaringan yang timbul dari stimulasi
serabut saraf pada struktur somatik viseral.
Nyeri somatic : Nyeri yang terbatas waktu berlangsungnya kecuali bila diikuti
kerusakan
jaringan diikuti rasa nyeri pada sigmen spinal lokasi tertentu.
Nyeri Viseral : Nyeri yang sulit ditentukan lokasi nya karena lokasinya dari organ yang sakit
ke seluruh tubuh.
Sentral pain/ nyeri sentral thalamik : Nyeri ini terjadi karena perangsangan system saraf
pusat,spinal cord,batang otak,dll.
Psyhcogenik pain : Nyeri yang dirasakan tanpa penyebab mekanik, tetapi akibat trauma
psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.. Biasanya disebabkan oleh ketegangan otot yang
kronis yang terjadi pada klien yang mengalami stress yang lama.
b) Nyeri menurut sifatnya
 Seperti diiris benda tajam
 Seperti ditusuk pisau
 Seperti terbakar
 Seperti diremas-remas
c) Menurut berat dan ringannya
 Nyeri ringan : Nyeri yang intensitasnya ringan
 Nyeri sedang : Nyeri yang intensitasnya menimbulkan reaksi
 Nyeri Berat : Nyeri yang intensitasnya tinggi
d) Menurut waktunya
 Nyeri Kronis
- Berkembang secara progresif selama 6 bulan lebih
- Reaksinya menyebar
- Respon parasimpatis
- Penampilan Depresi dan menarik diri
- Pola serangan tidak jelas.
 Nyeri akut
- Berlangsung singkat kurang dari 6 bulan
- Terelokasi
- Respon system saraf parasimpatis
- Penampilan: Gelisah , cemas
- Pola serangan jelas
Keamanan & Keselamatan
1) Definisi keselamatan
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman
bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak
diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman
dan tentram.
2) Tugas seorang perawat :
a) Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit
b) Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS
c) Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang mempengaruhi
hidup dan keadaan klien
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan & Keamanan
a) Usia
b) Tingkat kesadaran
c) Emosi
d) Status mobilisasi
e) Gangguan persepsi sensori
f) Informasi / komunikasi
g) Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
h) Keadaan imunitas
i) Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
j) Statrus nutrisi
k) Tingkat pengetahuan
4) Macam-macam Bahaya / Kecelakaan
a) Di Rumah
 Tersedak
 Jatuh
 Tertekan alat-alat rumah tangga
 Tersiram air panas
 Jatuh dari jendela / tangga
 Terpotong
 Luka tusuk / gores
 Luka bakar
 Tenggelam
 Terkena pecahan kaca
 Terkunci dalam kamar
 Jatuh dari sepeda
 Keracunan
b) Di Rumah Sakit
 Mikroorganisme
 Cahaya
 Kebisingan
 Temperatur
 Kelembapan
 Cedera / jatuh
 Kesalahan prosedur
 Peralatan medik
 Radiasi
 Keracunan inhalasi
 Elektrik syok
 Asfiksia dan kebakaran
5) Pencegahan Kecelakaan di Rumah Sakit
a) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.
b) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur
c) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik,
menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
d) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda
e) Menghindari kecelakaan :
f) Mengunci roda kereta dorong saat berhenti
g) Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah
h) Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau
i) Meja yang mudah dijangkau
j) Kereta dorong ada penghalangnya
k) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction,
kipas angin, dan lain-lain.
l) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak
seperti tabung oksigen dan termos.
m) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar
n) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan
klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi
o) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat
p) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan
q) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi
r) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan
mampumenggunakannya.
s) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas (Wahyudi & Wahid , 2016)
Bibliography
Wahyudi, A. S., & Wahid , A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar . Jakarta: Mitra Wacana
Medika.

Dosen pengampu

Prinawatie, S.Kep., M.Kes

Anda mungkin juga menyukai