Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis senantiasa diucapkan kepada


Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang karena atas rahmat dan
karunia-Nya telah memberi kemudahan dan kekuatan kepada penulis serta
atas kepastian ilmu Allah SWT yang tak berbatas sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada teladan kita Nabi Muhammad
SAW.

Laporan tugas ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien


Dengan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri” tujuan pembuatan tugas ini
adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Laporan
kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari masih banyak


kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan,
sehingga penulis mengalami hambatan, tantangan, dan kesulitan. Namun
atas segala bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, penulis
mampu menyelesaikan laporan tugas ini dengan baik. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih.

Mataram 31 januari 2022


1. Definisi
Menurut koziar (2010), mengatakan bahwa keamanan adalah keadaan bebas
dari segalah fisik fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi, serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan
kenyamanan sebagai suatu keadaan terpenuhi kebutuhan dasar manusia
meliputi kebutuhan akan ketentraman, kepuasan, kelegaan dan tersedia.
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) mengungkapkan
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah
dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup
empat aspek yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh,
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan
sosial,
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia  seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah
lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan
kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara
umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah
kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo / hipertermia. Hal ini
disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo / hipertermia merupakan kondisi
yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan
timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut
adalahpendapart beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri:
a. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang
tersebut pernah mengalaminya.
b. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu
perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa
menimbulkan ketegangan.
c. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan nyeri.
d. Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut
saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis
maupun emosional.
2. Sifat Nyeri
a. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi 
b. Nyeri bersifat subyektif dan individual 
c. Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah 
d. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan
fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien 
e. Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa
rasanya 
f. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis 
g. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan 
h.  Nyeri mengawali ketidakmampuan 
i. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi
tidak optimal 

Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:


1. Nyeri bersifat individu 
2. Nyeri tidak menyenangkan 
3. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi 
4. Bersifat tidak berkesudahan
Karakteristik Nyeri (PQRST)
P (Pemacu) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (Quality) : seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayat
R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity/Skala Neri) : keparahan / intensitas nyeri
T (Time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri
3. Klasifikasi Nyeri
a. Berdasarkan sumbernya
1. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). (contoh: terkena
ujung pisau atau gunting)
2. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama
daripada cutaneous. (contoh: sprain sendi)
3. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
iskemia, regangan jaringan
b.  Berdasarkan penyebab:
1. Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik (contoh: fraktur femur)
2. Psycogenic. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah
diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak
disadari. (contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri
pada dadanya)
Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
c. Berdasarkan lama/durasinya
1. Nyeri akut. Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya
berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa
kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada
kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita
untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan
nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi
penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan
dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri
akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa
detik hingga enam bulan.
2. Nyeri kronik. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di
luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat
dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat
tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering
sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan
respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa
sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya
menjadi masalah dengan sendirinya.
d. Berdasarkan lokasi/letak
1. Radiating pain. Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di
dekatnya (contoh: cardiac pain)
2.  Referred pain. Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg
diperkirakan berasal dari  jaringan penyebab
3. Intractable pain. Nyeri yg sangat susah dihilangkan (contoh: nyeri
kanker maligna)
4. Phantom pain. Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang
(contoh: bagian tubuh yang diamputasi)  atau bagian tubuh yang
lumpuh karena injuri medulla spinalis.
4. Penyebab,tanda dan gejala nyeri( pendekatan patofisiologi)
Tanda dan gejala nyeri:
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
5. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)
Masalah-masalah pada kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri) diartikan sesuai
klasifikasi nya. Yaitu: 
a. Nyeri menurut tempat dan sumbernya
 Peripheral pain
 Superficial pain (nyeri permukaan)
 Dreppain (nyeri dalam)
 Defereed ( nyeri alihan)
 Nyeri fisik : Nyeri fisik disebabkan karena kerusakan jaringan yang
timbul dari stimulasi serabut saraf pada struktur somatik viseral.
 Nyeri somatic : Nyeri yang terbatas waktu berlangsungnya kecuali
bila diikuti kerusakan jaringan diikuti rasa nyeri pada sigmen spinal
lokasi tertentu.
 Nyeri Viseral : Nyeri yang sulit ditentukan lokasi nya karena
lokasinya dari organ yang sakit ke seluruh tubuh.
 Sentral pain/ nyeri sentral thalamik : Nyeri ini terjadi karena
perangsangan system saraf pusat,spinal cord,batang otak,dll.
 Psyhcogenik pain : Nyeri yang dirasakan tanpa penyebab mekanik,
tetapi akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.
Biasanya disebabkan oleh ketegangan otot yang kronis yang terjadi
pada klien yang mengalami stress yang lama.
b. Nyeri menurut sifatnya
 Seperti diiris benda tajam
 Seperti ditusuk pisau
 Seperti terbakar
 Seperti diremas-remas
c. Menurut berat dan ringannya
 Nyeri ringan : Nyeri yang intensitasnya ringan
 Nyeri sedang : Nyeri yang intensitasnya menimbulkan reaksi
 Nyeri Berat : Nyeri yang intensitasnya tinggi
d. Menurut waktunya
 Nyeri Kronis
 Berkembang secara progresif selama 6 bulan lebih
 Reaksinya menyebar
 Respon parasimpatis
  Penampilan Depresi dan menarik diri
 Pola serangan tidak jelas.
 Nyeri akut
 Berlangsung singkat kurang dari 6 bulan
 Terelokasi
 Respon system saraf parasimpati
  Penampilan: Gelisah , cemas
 Pola serangan jelas
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri:
1. Usia
2. Lingkungan
3.  Keadaan fisik
4. Pengalaman masa lalu
5. Mekanisme penysuaian diri
6. Nilai-nilai budaya
7. Penilaian tingkat nyeri
Skala nilai menurut Mc. Gill
0 = tidak Nyeri
1 = Nyeri ringan
2 = Tidak menyenangkan
3 = Nyeri menekan
4 = Sangat Nyeri
5 = Nyeri yang menyiksa
1) Skala penilaian expresi wajah nyeri (whole dan Wrong)
o Skema tubuh (body outline)
o Skala numeric ( 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 )
Penyebab Rasa Nyeri :
1. Trauma
o Trauma mekanik : benturan, gesekan, dll
o Trauma thermis : panas dan dingin
o Trauma Chermis :tersentuh asam/basa kuat
2. Neoplasama
o Neoplasama jinak
o Neoplasma ganas
3. Peradangan : Abses ,pleuritis,dll
4. Gangguan pembuluh darah
5. Trauma psikol
6. Etiologi (patofisiologi)
Penggolongan nyeri yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan
satu dimensi yaitu berdasarkan patofisiologi (nosiseptif vs neuropatik) ataupun
berdasarkan durasinya (nyeri akut vs kronik).
1) Nosiseptik vs Neuropatik
Berdasarkan patofisiologinya nyeri dibagi menjadi nyeri nosiseptik
dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh
adanya stimuli noksius (trauma, penyakit atau proses radang). Dapat
diklasifikasikan menjadi nyeri viseral, bila berasal dari rangsangan pada
organ viseral, atau nyeri somatik, bila berasal dari jaringan seperti kulit,
otot, tulang atau sendi. Nyeri somatik sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu superfisial (dari kulit) dan dalam (dari yang lain).
Pada nyeri nosiseptik system saraf nyeri berfungsi secara normal,
secara umum ada hubungan yang jelas antara persepsi dan intensitas
stimuli dan nyerinya mengindikasikan kerusakan jaringan. Perbedaan yang
terjadi dari bagaimana stimuli diproses melalui tipe jaringan menyebabkan
timbulnya perbedaan karakteristik. Sebagai contoh nyeri somatik
superfisial digambarkan sebagai sensasi tajam dengan lokasi yang jelas,
atau rasa terbakar. Nyeri somatik dalam digambarkan sebagai sensasi
tumpul yang difus. Sedang nyeri viseral digambarkan sebagai sensasi
cramping dalam yang sering disertai nyeri alih (nyerinya pada daerah lain).
Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari
adanya kerusakan atau disfungsi dari sistim saraf baik perifer atau pusat.
Penyebabnya adalah trauma, radang, penyakit metabolik (diabetes
mellitus, DM), infeksi (herpes zooster), tumor, toksin, dan penyakit
neurologis primer. Dapat dikategorikan berdasarkan sumber atau letak
terjadinya gangguan utama yaitu sentral dan perifer. Dapat juga dibagi
menjadi peripheral mononeuropathy dan polyneuropathy, deafferentation
pain, sympathetically maintained pain, dan central pain.
Nyeri neuropatik sering dikatakan nyeri yang patologis karena
tidak bertujuan atau tidak jelas kerusakan organnya. Kondisi kronik dapat
terjadi bila terjadi perubahan patofisiologis yang menetap setelah
penyebab utama nyeri hilang. Sensitisasi berperan dalam proses ini.
Walaupun proses sensitisasi sentral akan berhenti bila tidak ada sinyal
stimuli noksius, namun cedera saraf dapat membuat perubahan di SSP
yang menetap. Sensitisasi menjelaskan mengapa pada nyeri neuropatik
memberikan gejala hiperalgesia, alodinia ataupun nyeri yang persisten.
Nyeri neuropatik dapat bersifat terus menerus atau episodik dan
digambarkan dalam banyak gambaran seperti rasa terbakar, tertusuk,
shooting, seperti kejutan listrik, pukulan, remasan, spasme atau dingin.
Beberapa hal yang mungkin berpengaruh pada terjadinya nyeri neuropatik
yaitu sensitisasi perifer, timbulnya aktifitas listrik ektopik secara spontan,
sensitisasi sentral, reorganisasi struktur, adanya proses disinhibisi sentral,
dimana mekanisme inhibisi dari sentral yang normal menghilang, serta
terjadinya gangguan pada koneksi neural, dimana serabut saraf membuat
koneksi yang lebih luas dari yang normal.
2) Akut vs Kronik
Nyeri akut diartikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan
yang kompleks berkaitan dengan sensorik, kognitif dan emosional yang
berkaitan dengan trauma jaringan, proses penyakit, atau fungsi abnormal
dari otot atau organ visera. Nyeri akut berperan sebagai alarm protektif
terhadap cedera jaringan. Reflek protektif (reflek menjauhi sumber stimuli,
spasme otot, dan respon autonom) sering mengikuti nyeri akut. Secara
patofisiologi yang mendasari dapat berupa nyeri nosiseptif ataupun nyeri
neuropatik.
Nyeri kronik diartikan sebagai nyeri yang menetap melebihi proses
yang terjadi akibat penyakitnya atau melebihi waktu yang dibutuhkan
untuk penyembuhan, biasanya 1 atau 6 bulan setelah onset, dengan
kesulitan ditemukannya patologi yang dapat menjelaskan tentang
adanyanyeri atau tentang mengapa nyeri tersebut masih dirasakan setelah
proses penyembuhan selesai. Nyeri kronik juga diartikan sebagai nyeri
yang menetap yang mengganggu tidur dan kehidupan sehari-hari, tidak
memiliki fungsi protektif, serta menurunkan kesehatan dan fungsional
seseorang. Penyebabnya bermacam-macam dan dipengaruhi oleh factor
multidimensi, bahkan pada beberapa kasus dapat timbul secara de novo
tanpa penyebab yang jelas. Nyeri kronik dapat berupa nyeri nosiseptif atau
nyeri neuropatik ataupun keduanya.
Nyeri kronik sering di bagi menjadi nyeri kanker (pain associated
with cancer) dan nyeri bukan kanker (chronic non-cancer pain, CNCP).
Banyak ahli yang berpendapat bahwa nyeri kanker diklasifikasi terpisah
karena komponen akut dan kronik yang dimilikinya, etiologinya yang
sangat beragam, dan berbeda dalam secara signifikan dari CNCP baik dari
segi waktu, patologi dan strategi penatalaksanaannya. Nyeri kanker ini
disebabkan oleh banyak faktor yaitu karena penyakitnya sendiri (invasi
tumor ke jaringan lain, efek kompresi atau invasi ke saraf atau pembuluh
darah, obstruksi organ, infeksi ataupun radang yang ditimbulkan), atau
karena prosedur diagnostik atau terapi (biopsy, post operasi, efek toksik
dari kemoterapi atau radioterapi). (Sudoyo WA, Setyo Hadi B, Alwi I,
dkk,2010)
Pathway:

Helicobacter pylori

Infeksi mukosa lambung

Gangguan difus barrier mukosa

asam lambung

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung hipotalamus

aktivitas mukosa lambung


Nyeriakut

asam lambung

Kontraksi otot lambung

Anoreksia mual muntah

masukan cairan tidak adekuat

Masukan nutrient tidaka dekuat


Resiko kekurangan
cairan
Penurunan berat badan

Defisit nutrisi
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan Data
b. Keluhan utama
1) Keluhan yang paling dirasakan klien
2) Klien mengatakan nyeri
a) P (Paliatif) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau
ringannya nyeri
b) Q (Qualitatif) : Seperti apa, tajam, tumpul, atau tersayat
c) R (Regio) : Daerah perjalan nyeri
d) S (Severe) : Keparahan atau intensitas nyeri
e) T (Time) : Lama waktu serangan atau frequensi nyeri
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital    : Tekanan darah, nadi, pernafasan
b. Perilaku                   : Meletakkan tangan di paha, tungkai, dan paha flexi
c. Expresi wajah
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeriakut
b. Defisitnutrisi
c. Resikokekurangan volume cairan
4. Rencana keperawatan :
1. Nyeri akut
Tujuan dan kriteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan 1 kali 24
jam diharapkan nyeri menurun.
 Keluhan nyeri menurun
 Meringis menurun
 Muntah dan mual menurun
 Nafsu makan membaik
Rencana tindakan : manageman nyeri
 Observasi
- Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,intensitas nyeri,
dan klafikasi
- Idetifikasi sekala nyeri
- Monitor efek samping penggunaan analgenetik
 Trapeutik
- Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(kompres air hangat)
 Edukasi
- Jelaskan penyebab priode dan pemicu nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgenetik (jika perlu)
2. Defisit nutrisi
Tujuan kriteria hasil :
Managemen nutrisi : setelah diberikan asuhan keperawtan 1 kali 24 jam
diharapkan status nutrisi membaik
Tujuan dan kriteria hasil:
 Porsi makanan yang di habiskan meningkat
 Nyeri abdomen menurun
 Berat badan membaik
 Frekuensi makan membaik
 Nafsu makan membaik
 Memberan mukosa membaik
Management nutrisi:
 Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang di sukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Monitor asupan makanan
 Trapeutik
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Edukasi
- Ajarkan diet yang di anjurkan
 Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang di perlukan/dibutuhkan (jika perlu)
3. Resiko kekurangan volume cairan
Tujuan dan kriteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan 1 kali 24
jam diharapkan volume cairan meningkat.
Kriteria dan hasil:
 Asupan cairan meningkat
 Kelembapan membrane mukosa meningkat
 Membrane mukosa membaik
 Turgor kulit membaik
Managemen cairan:
 Observasi
- Monitor satutus dehidrasi
- Monitor berat badan harian
 Terapeutik:
- catat intake dan hitung output balans cairan 24 jam
- berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
 kolaborasi:
- kolaborasi pemberian dieuritik, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan rasa nyaman
berdasarkan kriteria hasil pada tujuan keperawatan yaitu:
 Klien mengatakan nyeri berkurang
 Tidak ada hambatan pada nyeri
DAFTAR PUSTAKA

H.Alimul, A. Aziz. 2011. Pengantar Konsep Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba


Medika
Hidayat A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Salemba Medika,
Jakarta.
Price, Sylvia Anderson dan Loraine MW, Patofisiologi Vol. I Edisi 6, Jakarta :
EGC, 2009
Sudoyo WA, Setyo Hadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit dalam Edisi Ke-5, Jakarta
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam 2009
Tamsuri A. 2010. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Koziar, (2010). FundalmentalOf Nursing Concepts and Process7. Jakarta: EGC.
Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta:  Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN KDM
( Gangguan rasa nyamannyeri )

Disusun oleh :
Nama : Bq Fitria Susiani
Npm : 018.01.3528
Ruangan :Irna A

SekolahTinggiIlmuKesehatanMataram (stikes) Tahun


2020/2021

Anda mungkin juga menyukai