Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Keperawatan Medikal Bedah Lanjut
Oleh
Sumber: diolah kembali dari Kopf A dan Patel NB. Guide to Pain
Management in Low-resource Setting; 2010
Sumber: diolah kembali dari Dansie EJ and Turk DC. Assessment of
patient with chronic pain. Br J Anaesth. 2013; 111: 19-25
Dituntun oleh hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dilakukan terhadap
sistem tubuh tertentu untuk melihat asal dan dampak nyeri terhadap fungsi
tubuh. Pemeriksaan ini membutuhkan pengetahuan tentang beragam
diagnosis banding penyakit, pengetahuan anatomi dan fisiologi. Skala
nyeri dapat memberikan informasi yang bermanfaat secara klinis namun
pada pasien-pasien dengan kondisi tertentu skala nyeri sulit digunakan.
Sebagai contoh, anak kecil, individu dengan gangguan kognitif atau
komunikasi seperti pasien dengan ventilator atau pasien dengan dementia
akan kesulitan melakukan penilaian nyeri yang sahih. Untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap, dibutuhkan cara mengevaluasi nyeri yang
didasarkan pada perubahan fisiologi dan tidak membutuhkan komunikasi.
Penilaian fisiologis pada dasarnya dilakukan terhadap respons motoris,
sensoris dan autonom tubuh terhadap nyeri. Ekspresi wajah, gerakan, laju
nadi, laju pernafasan atau tekanan darah dapat memberikan informasi
tentang intensitas nyeri.
b. Functional assessment
Uni-dimensional: - Hanya mengukur intensitas nyeri - Cocok (appropriate)
untuk nyeri akut - Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi outcome
pemberian analgetik - Skala assessment nyeri uni-dimensional ini
meliputi4 :
No Worst
Pain Possible
Pain
Gambar 1. Visual Analog Scale (VAS)
skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri (Gambar 2).
koordinasi visual dan motorik. Skala verbal menggunakan kata - kata dan
bukan garis atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang
berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri hilang sama sekali. Karena skala
ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan
dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS
terutama untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah
dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan efek
analgesik.
Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak
c. Multidimensional
Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness) nyeri, Diaplikasikan
untuk nyeri kronis, Dapat dipakai untuk penilaian klinis Skala
multidimensional ini meliputi:
a. McGill Pain Questionnaire (MPQ) (lampiran 1)
1) gambar nyeri
lokasinya
4) indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini. Terdiri dari 78 kata
variasi status penyakit sehari- hari dan respons pasien terhadap terapi.
Daftar Lampiran
3) Please rate your pain by circling the one number that best describes your
pain at its WORST in the past 24 hours.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No pain Pain as bad as
you can imagine
4) Please rate your pain by circling the one number that best describes your
pain at its LEAST in the past 24 hours.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No pain Pain as bad as
you can imagine
5) Please rate your pain by circling the one number that best describes your
pain on the AVERAGE.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No pain Pain as bad as
you can imagine
6) Please rate your pain by circling the one number that tells how much pain you
have RIGHT NOW.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No pain Pain as bad as
you can imagine
7) What treatments or medications are you receiving for your pain?
8) In the past 24 hours, how much relief have pain treatments or medications
provided? Please circle the one percentage
that most shows how much RELIEF you have received.
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
No Complete
relief relief
9) Circle the one number that describes how, during the past 24 hours, pain has
interfered with your:
A. General activity:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Does not Completely
interfere interferes
B. Mood:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Does not Completely
interfere interferes
C. Walking ability:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Does not Completely
interfere interferes
D. Normal work (includes both work outside the home and housework):
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Does not Completely
interfere interferes
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Does not Completely
interfere interfer
F. Sleep:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Does not Completely
interfere interferes
G. Enjoyment of life:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Does not Completely
interfere interferes
Assessment nyeri
Ekspresi wajah Wajah tenang, ekspresi netral
0 – Otot relaks Otot wajah tegang, alis berkerut (ekspresi wajah negatif)
1 – Meringis
Tangisan Tenang, tidak menangis
0 – Tidak menangis Mengerang lemah intermiten
1 – Merengek Menangis kencang, melengking terus menerus
2 – Menangis keras (catatan: menangis tanpa suara diberi skor bila bayi
diintubasi)
Pola napas Bernapas biasa
0 – Relaks Terikan ireguler, lebih cepat disbanding biasa, menahan
1 – Perubahan nafas napas, tersedak
Tungkai Tidak ada kekakuan otot, gerakan tungkai biasa
0 – Relaks Tegang kaku
1 – Fleksi / Ekstensi
Tingkat kesadaran Tenang tidur lelap atau bangun
0 – Tidur / bangun Sadar atau gelisah
1 - Gelisah
Interpretasi:
Skor 0 tidak perlu intervensi
Skor 1-3 intervensi non-farmakologis
Skor 4- 5 terapi analgetik non-opioid
Skor 6-7 terapi opioid
berada di ujung sebelah kanan adalah nyeri hebat. Untuk anak sekolah
mengukur nyeri akut dimana pengertian terhadap kata atau angka tidak
angka tujuh / FPS sebenarnya) yang mewakili angka 0 - 5 atau 0 -10. Anak
- anak memilih satu dari enam sketsa muka yang memilih mencerminkan
yang mereka rasakan. Skor tersebut nyeri menjadi nyeri ringan (0 - 3),
nyeri sedang (4- 6) dan nyeri berat (7- 10) (Balga et al., 2013).
10. Jelaskan faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan kasus pemicu!
Jawaban :
Berdasarkan kasus pemicu yang menjadi faktor resiko yang berhubungan
dengan kejadian vertigo antara lain ibu B mempunyai Riwayat jatuh di kamar mandi
dengan kepala membentur tembok bak mandi yang dapat mengakibatkan adanya
gangguan pada salah satu saraf kranial yaitu saraf kranial VIII (saraf
vestibulokoklear). Selain itu juga faktor kelelahan karena ibu B bekerja di pasar yang
sesungguhnya menyita waktu dan tenaga sehingga ibu sering merasa kelelahan yang
berlebihan yang dapat menimbulkan vertigo.
Faktor resiko seseorang terkena vertigo atau munculnya tanda dan gejala
vertigo yang berulang antara lain karena rasa kelelahan yang berlebihan, adanya rasa
lesu pada tubuh, adanya masalah pada bagian sistem pencernaan, adanya rasa nyeri
otot, memiliki penyakit hipertensi (darah tinggi) dan hipotensi (darah rendah)
(Triyanti, Natalistiwi, dan Supono, 2018).
11. Jelaskan pengkajian apa lagi yang perlu dilakukan pada kasus pemicu?
Jawaban :
Pengkajian yang perlu dilakukan antara lain pengkajian nyeri, pengkajian fisik head
to toe, dan pengkajian psikososial.
12. Diagnosa keperawatan apa saja yang terdapat pada kasus pemicu!
Berdasarkan analisis pada kasus pemicu, terdapat beberapa diagnosa keperawatan
antara lain :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d tampak meringis/kesakitan
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan sensori persepsi d.d cemas saat bergerak,
Gerakan terbatas, fisik lemah, dan nyeri saat bergerak.
3. Resiko jatuh d.d gangguan keseimbangan
4. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir dengan aktibat dari kondisi
yang dihadapi, tampak gelisah, mengeluh pusing.
13. Bagaimana intervensi keperawatan untuk kasus tersebut? Sertakan evidence-based (minimal satu artikel) yang mendukung intervensi
tersebut!
Jawaban :
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
fisik d.d tampak intervensi keperawatan Observasi Observasi
meringis/kesakitan selama 1 x 24 jam, maka 1. Observasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui secara komperhensif
tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, dan mengenai nyeri yang dirasakan.
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri. 2. Menilai tingkat nyeri yang
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri. dirasakan.
menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang 3. Menganjurkan aktivitas yang
2. Gelisah menurun memperberat dan memperingan dapat dilakukan dan aktivitas
(5) nyeri. yang tidak dapat dilakukan.
4. Identifikasi pengetahuan dan 4. Menilai tingkat pemahaman
keyakinan tentang nyeri. mengenai nyeri.
5. Identifikasi keberhasilan terapi 5. Melihat keefektifan dari terapi
komplementer yang sudah komplementer yang diterima.
diberikan 6. Menilai dampak dari penggunaan
6. Monitor efek samping penggunaan analgesik.
analgesic
Terapeutik Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis 1. Tidak bergantung pada konsumsi
untuk mengurangi rasa nyeri. obat-obatan secara medis.
2. Kontrol lingkungan yang 2. Mengurangi rasa nyeri.
memperberat rasa nyeri (cahaya
dan suhu ruangan).
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan 1. Meningkatkan pengetahuan
pemicu nyeri. mengenai konsep nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Meningkatkan pemahaman
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mengenai cara meredakan nyeri.
mandiri. 3. Meningkatkan kemampuan
4. Anjurkan menggunakan analgesic individu dalam mengelola nyeri.
secara tepat 4. Meredakan nyeri.
5. Anjurkan teknik nonfarmakologis 5. Meningkatkan kemampuan dan
untuk mengurangi rasa nyeri. pemahaman mengenai teknik
Kolaborasi nonfarmakologi dalam
1. Kolaborasi pemberian analgesic, menurunkan rasa nyeri.
jika perlu. Kolaborasi
1. Menurunkan tingkat nyeri.
3. Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi Dukungan mobilisasi
gangguan sensori persepsi d.d intervensi keperawatan Observasi Observasi
cemas saat bergerak, Gerakan selama 2 x 24 jam, maka 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui adanya gangguan
terbatas, fisik lemah, dan nyeri mobilitas fisik keluhan fisik lainnya. pada bagian tubuh yang
saat bergerak. meningkat, dengan 2. Identifikasi tolerenasi fisik menyebabkan nyeri.
kriteria hasil : melakukan pergerakan. 2. Mengetahui tingkat kemampuan
1. Nyeri menurun 3. Monitor kondisi umum selama otot gerak pasien.
(5) melakukan mobilisasi. 3. Mengetahui adanya keterbatasan
2. Kecemasan Terapeutik dalam melakukan mobilisasi
menurun (5) 1. Fasilitasi melakukan pergerakan. Terapeutik
3. Gerakan terbatas 2. Libatkan keluarga untuk 1. Meningkatkan kekuatan otot-otot
menurun (5) membantu pasien dalam ekstermitas.
4. Kelemahan fisik meningkatkan pergerakan 2. Meningkatan kerja sama keluarga
menurun (5) Edukasi dalam membantu pergerakan
1. Anjurkan melakukan mobilisasi pasien
dini. Edukasi
1. Meningkatkan kemampuan
kekuatan otot pasien.
4. Resiko jatuh d.d gangguan Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan Lingkungan Manajemen Keselamatan
keseimbangan intervensi keperawatan Observasi Lingkungan
selama 1 x 24 jam, maka 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan Observasi
tingkat jatuh menurun, (Kondisi fisik, fungsi kognitif). 1. Mengetahui kebutuhan
dengan kriteria hasil : 2. Monitor perubahan status keselamatan yang dibutuhkan.
1. Jatuh saat berdiri keselamatan lingkungan. 2. Mencegah terjadinya bahaya
menurun(5) Terapeutik terhadap keselamatan lingkungna
2. Jatuh saat 1. Hilangkan bahaya keselamatan pasien.
berjalan menurun lingkungan ( fisik, biologi, dan Terapeutik
(5) kimia). 1. Meningkatkan keselamatan di
3. Jatuh di kamar 2. Modifikasi lingkungan untuk daerah lingkungan pasien.
mandi menurun meminimalkan bahaya dan risiko. 2. Mencegah terjadinya bahaya
(5) 3. Sediakan alat bantu keamanan jatuh.
lingkungan. 3. Meningkatkan keselamatan
Edukasi lingkungan.
1. Ajarkan individu, keluarga, dan Edukasi
kelompok risiko tinggi bahaya 1. Meningkatkan pemahaman dan
lingkungan. keterampilan pasien dalam
mencegah risiko tinggi jatuh.
5. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas
situasional d.d merasa intervensi keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Mengetahui adanya faktor
khawatir dengan aktibat dari selama 2 x 24 jam berubah (mis, kondisi. Waktu, dan penyebab perubahan tingkat
kondisi yang dihadapi, tingkat ansietas stressor). ansietas.
tampak gelisah, mengeluh menurun, dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda ansietas 2. Mengetahui adanya tanda-tanda
pusing. hasil : (verbal dan nonverbal). ansietas.
1. Perilaku gelisah Terapeutik Terapeutik
menurun (5) 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk 1. Meningkatkan kepercayaan
2. Keluhan pusing menumbuhkan kepercayaan. antara pasien dan perawat.
menurun (5) 2. Pahami situasi yang membuat 2. Mengurangi situasi yang
3. Perasaan ansietas. menyebabkan ansietas.
ketidakberdayaan 3. Dengarkan dengan penuh 3. Meningkatkan pengungkapan
membaik (5) perhatian. perasaan pasien.
4. Motivasi mengidentifikasi situasi 4. Meningkatkan kemampuan
yang memicu kecemasan. pasien dalam mengenal penyebab
Edukasi ansietas.
1. Anjurkan keluarga untuk tetap Edukasi
Bersama pasien, jika perlu. 1. Meningkatkan suasana yang
2. Anjurkan melakukan kegiatan menyenangkan pasien.
yang tidak kompetitif, sesuai 2. Meningkatkan kemampuan
kebutuhan. menghalau ansietas.
3. Anjurkan mengungkapkan 3. Menurunkan tingkat ansietas.
perasaan dan persepsi. 4. Meningkatkan kemampuan dalam
4. Latih penggunaan mekanisme mengahadapi ansietas..
pertahanan diri yang tepat. 5. Meningkatkan oksigen dalam
5. Latih teknik relaksasi. tubuh sehingga dapat mengurangi
ansietas.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat Kolaborasi
antiansietas, jika perlu 1. Menghilangkan ansietas
Evidence Based Pratice
Diagnosa Evidence Based
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d Judul : Dizziness In Older People
tampak meringis/kesakitan Penulis : Sielski, Grzegorz; Sielska,
Małgorzata; Podhorecka, Marta; Gębka,
Dominika; Sucharska-Szymkowiak, Marta; Ciesielska,
Natalia; Rolka, Łukasz; Porzych, Katarzyna; Kędziora-
Kornatowska, Kornelia
Tahun : 2015
Pembahasan :
Obat -obatan yang digunakan dalam perawatan pusing
adalah didefinisikan dalam farmakologi sebagai
antivertiginosa. Ini obat obatan yang memiliki
mekanisme aksi yang berbeda, dan Oleh karena itu, sulit
untuk merekomendasikan satu hal tertentu pengobatan.
Seorang pasien dengan gejala parah pusing biasanya
menerima terapi obat yang diresepkan, yang dapat
mengurangi kemampuan saraf pusat sistem untuk
mengkompensasi. Sebagian besar obat yang digunakan
untuk mengobati pusing memiliki efek penghambatan di
pusat sistem saraf dan dapat membatasi kemampuan
pusat sistem saraf untuk beradaptasi dengan perubahan
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dan respons
yang benar terhadap rehabilitasi.
Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan Judul : An update on vestibular physical therapy
sensori persepsi d.d cemas saat bergerak, Penulis : Ahmad H. Alghadir, Zaheen A. Iqbal, Susan L.
Gerakan terbatas, fisik lemah, dan nyeri Whitney
saat bergerak. Penulis : 2013
Latihan rehabilitasi vestibular yang agresif harus
disediakan untuk pasien yang mungkin berisiko
ketidakseimbangan yang persisten setelah operasi.
Setelah penghinaan vestibular, Sebagian besar pasien
dapat secara efektif memanfaatkan kompensasi sentral
mekanisme pemulihan. Mobilisasi dini dapat mengurangi
perubahan pasien yang mengalami rasa takut jatuh dan
kecemasan dari Gejala pusing mereka. Cass et al77
melaporkan bahwa 60% dari Pasien yang berpartisipasi
dalam program latihan vestibular setelah operasi
menunjukkan peningkatan keseimbangan yang objektif
fungsi, dengan 25% pasien meningkat menjadi normal.
Skor keseimbangan pada tes organisasi sensorik
posturografi dinamis terkomputerisasi. Latihan vestibular
meningkatkan kompensasi vestibulospinal pada pasien
dengan gangguan vestibular perifer akut. Latihan
adaptasi vestibular menghasilkan peningkatan postural
stabilitas dan dalam persepsi ketidakseimbangan yang
berkurang baik tahap kronis dan akut. Banyak pasien
dengan kerugian vestibular bilateral mendapat manfaat
dari latihan individual program dengan meningkatkan
fungsi fisik dan mengurangi tingkat handicap yang
memiliki harga sendiri. Studi lain juga memiliki
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam gejala,
kecacatan, keseimbangan, stabilitas postural dan kualitas
hidup pada orang dengan hipofungsi vestibular unilateral
kronis setelah disesuaikan dengan program Latihan.
Resiko jatuh d.d gangguan keseimbangan Judul : Vertigo and Dizziness Understanding and
Managing Fall Risk
Penulis : Jennifer C. Alyono
Tahun : 2018
Intervensi kaki dan alas kaki. Bunion atau kelainan
bentuk mungkin memerlukan konsultasi podiatri. Pilihan
alas kaki juga penting: sepatu dengan tinggi tumit rendah,
area kontak tinggi dengan tanah, selain itu juga
modifikasi rumah perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya risiko jatuh dengan beberapa cara antara lain
menghapus bahaya perjalanan di dalam rumah, seperti
melempar karpet dan furnitur rendah, menghilangkan
bahaya perjalanan di luar rumah, seperti trotoar yang
retak dan
akar pohon yang terbuka, meningkatkan iluminasi malam
hari, memasang pegangan tangan di kamar mandi dan
tangga.
Ansietas b.d krisis situasional d.d Judul : Self-Regulation of Breathing as a Primary
merasa khawatir dengan aktibat dari Treatment for Anxiety
kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, Penulis : Jerath, R., Crawford, M. W., Barnes, V. A., &
mengeluh pusing. Harden, K.
Tahun : 2015
Emosi dan respirasi terkait erat dalam kompleks. Loop
Umpan Balik. Memahami keterkaitan antara respirasi dan
emosi ini sangat penting untuk lebih memahami cara
mengobati kecemasan, stres, depresi, dan Gangguan
emosional. Banyak efek merugikan dari keadaan
emosional negatif dan dominasi simpatik ANS telah
terbukti ditimbulkan oleh berbeda. Bentuk meditasi,
relaksasi, dan teknik pernapasan. Teknik meditasi dan
pernapasan mengurangi stres, kecemasan, depresi, dan
keadaan emosi negatif lainnya. Mekanisme yang
mendasari dimana ini dan manfaat lainnya terjadi kurang
dipahami. Kami mengusulkan bahwa ANS adalah
dimodulasi dengan bernafas sehingga dominan simpatik.
Negara seperti stres dan kecemasan, teknik pernapasan
dan meditasi yang lebih lambat dapat mengubah
dominasi simpatik. Dominasi parasimpatis. Napas yang
lambat dan dalam ini dan. Sinkronisasi kardiorespirasi
dapat menyebabkan homeostatis. Peningkatan potensial
membran seluler dan generalisasi penurunan rangsangan
intrinsik alat pacu jantung seperti jantung dan amigdala,
menyebabkan penghambatan fisiologis emosi negatif.
Kami mengusulkan bahwa teknik pernapasan ini dapat
digunakan sebagai perawatan lini pertama dan tambahan
untuk stres, kecemasan, depresi, dan beberapa emosional
gangguan. Gangguan ini terutama diperlakukan obat
yang mempengaruhi neurotransmiter di otak, daripada
perawatan yang mempengaruhi seluruh tubuh dan otak.
Perubahan homeostatik yang meluas terjadi selama stres
dan kecemasan sehingga perawatan yang menggeser
ANS dari simpatik ke keadaan parasimpatis bisa sangat
efektif. Sepanjang artikel ini kami telah menunjukkan
bahwa emosi bisa mempengaruhi respirasi dan respirasi
juga dapat mempengaruhi emosi, namun hubungan yang
mapan ini tidak digunakan perawatan konvensional.
Teknik pernapasan dan meditasi sederhana, mudah, dan
hemat biaya namun mereka tidak
banyak digunakan sebagai perawatan.
4. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir 1. Perilaku gelisah menurun (5)
dengan aktibat dari kondisi yang dihadapi, tampak 2. Keluhan pusing menurun (5)
gelisah, mengeluh pusing. 3. Perasaan ketidakberdayaan membaik (5)
KASUS PEMICU
Ibu B, berusia 45 tahun, dirawat dengan keluhan Badan lemas, gelisah, nyeri kepala pada
bagian kanan, perasaan berputar bila berdiri. Ibu B pernah terjatuh di kamar mandi dengan
kepala membentur tembok bak mandi 6 bulan yang lalu dan sering mengalami vertigo
kurang lebih 2 bulan sebelum masuk RS. Ibu B. Sangat cemas dengan penyakitnya karena
ia tidak bisa lagi bekerja berjualan di pasar dan meninggalkan anaknya yang masih kecil.
Pada pengkajian fisik didapat data; tampak meringis kesakitan, TD 100/70 mmHg, RR 20
x/menit, Nadi 80 x/menit, Suhu 36,5 C.
DAFTAR PUSTAKA
Alghadir, A. H., Iqbal, Z. A., & Whitney, S. L. (2013). An update on vestibular physical
therapy. Journal of the Chinese Medical Association, 76(1), 1-8.
Alyono, J. C. (2018). Vertigo and dizziness: understanding and managing fall
risk. Otolaryngologic Clinics of North America, 51(4), 725-740.
Dewi, N. K. A. S. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Vertigo Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasanyaman Di Wilayah Upt Puskesmas Dawan I Klungkung
Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan).
Diah Ayu Prameswari, D. (2021). Asuhan keperawatan pada pasien vertigo dalam
pemenuhan kebutuhan Aman dan Keselamatan (Doctoral dissertation, Universitas
Kusuma Husada Surakarta).
Fransisca. (2013). Pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo di klinik sinergy mind health
Surakarta
Laksmidewi, dkk (2016). Bali Neurology Update. Denpasar: Udayana University
Melinda, V. V. (2021). Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. M dengan Vertigo di
Ruang Kunti Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang (Doctoral
dissertation, Universitas Pekalongan).
Putri, C. M., & Sidharta, B. (2016). Hubungan antara cedera kepala dan terjadinya vertigo
di rumah sakit Muhammadiyah lamongan. Saintika Medika, 12(1), 1-6.
Sielski, G., Sielska, M., Podhorecka, M., Gębka, D., Sucharska-Szymkowiak, M.,
Ciesielska, N., ... & Kędziora-Kornatowska, K. (2015). Dizziness in older people.
Soenarto, dkk. 2019. Pengkajian Nyeri Kronik Modul Pelatihan Keterampilan Dasar Untuk
Mahasiswa Dan Profesional Kesehatan. Jakarta : SIMUBEAR
Triyanti, N. C. D. I., Nataliswati, T., & Supono, S. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi
Fisik Brandt Daroff Terhadap Vertigo Di Ruang UGD Rsud Dr. R Soedarsono
Pasuruan. Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan), 4(1), 59-64.
Widiyanthi, R. 2021. Pemantauan Tekanan Intrakrnial
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5817/4379 (Diakses Kamis, 23
Februari 2023 Pukul 12.00 WIB)
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4603/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
http://repository.unissula.ac.id/23637/2/40901800025_fullpdf.pdf
http://repository.unikal.ac.id/156/3/BAB%20II%20Vamela.pdf
https://eprints.umm.ac.id/77940/4/BAB%20II.pdf