Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“NYERI”

OLEH :
NAMA: ANASTHASIA FALLIA LAHEBA
NIM : 19142010264
KELAS : A3/IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Kesehatan merupakan salah satu keinginan setiap orang untuk mempertahankan
hidupnya. Didunia kesehatan, para medis yang bertugas dalam menangani kesehatan
masyarakat menyimpulkan berbagai penyakit kedalam penyebab timbulnya masalah
dalam kehidupan.
Untuk itu, kita sebagai manusia yang perlu akan kesehatan sebaiknya waspada
terhadap ancaman berbagai penyakit yang datang. Disini salah satu penyebab sakit itu
adalah factor lingkungan, genetic, makanan, dan lainnya. Kebanyakan individu
terserang penyakit mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Disisi lain, penyakit
dapat menyebar begitu cepat dalam tubuh melalui perantara biologis dan nonbiologis.
Kelainan tubuh terjadi dan beberapa gejala fungsi organ terganngu akibat
kesalahan manusia itu sendiri contohnya, nyeri. Seperti yang ktia ketahui bahwa
nyeri tersebut merupakan suatu gejala yang mengakibatkan muskulus atau otot
menjadi tersendat akibat adanya ketidaknormalan darah melewati pembuluh darah
seperti keadaan normalnya.
Selain itu, nyeri juga bisa dikatakan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui sebagai keadaan yang tak nyaman. Biasanya
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual seperti otot dan system peredaran darah.
Untuk itu kami mengangkat tema nyeri sebagai bahan acuan dalam penulisan makalah
yang memiliki harapan dan kegunaan bagi diri sendiri dan para pembaca khususnya.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
 Dapat mendiskripsikan apa sebenarnya nyeri yang
dimaksud.
 Agar kita dapat mengetahui secara mendalam mengenai
nyeri dan hasilnya itu diinformasikan didalam masyarakat
serta menerapkan tata cara pendiagnosaannya.
b. Tujuan khusus
 Mempelajari dengan seksama apa sebenarnya nyeri itu
 Dapat mengetahui bagaimana mekanisme nyeri itu
berlangsung.
C. MANFAAT
1. Dapat mengetahui secara pasti apa sebenarnya nyeri itu.
2. Menambah pengetahuan dibidang pembelajaran mengenai
kesehatan secara menyeluruh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi nyeri
 Nyeri adalah perasaan dan pengalaman sensoris atau emosional yang tidak
menyenangkan, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang aktual
maupun potensial, nyeri selalu bersifat subjektif. (Tarcy (2005) Dikutip dari
International Association for the Study of Pain (IASP, 1994),
 Nyeri adalah sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasanya berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri dirasakan apabila
reseptor nyeri spesifik teraktivasi (Elizabeth Crowin, 2007).
 Nyeri adalah perasaan yang menimbulkaan distres ketika ujung-ujung saraf
tertentu (nosiseptor) di rangsang. (Kamus Keperawatan)
 Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam serabut
saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun
emosional.
B. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis
(Long, 1989) :
 Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang,
yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot
(Long, 1989).
Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah
keadaan pulih pada araea yang rusak
( Potter & Perry, 2005).
 Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang
termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis,
dan nyeri psikosomatis (Long, 1989).
C. Reseptor nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, yang merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar
pada kulit mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan
kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi
atau rangsangan.
D. Stimulus nyeri
Seseorang dapat mentoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali
jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Ada beberapa jenis
stimulus nyeri menurut Alimul (2006) diantaranya adalah :
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan
jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik Trauma pada jaringan tubuh, Gangguan
pada jaringan tubuh, Tumor
E. Kecepatan sensasi
Fast pain (nyeri cepat) dirasakan selama kurang dari satu detik (biasanya jauh
lebih singkat) setelah aplikasi stimulus nyeri (mis, menyentuh kompor panas). Nyeri
cepat terlokalisasi dengan baik pada suatu tempat dan sering digambarkan sebagai
tusukan ataau tajam. Nyeri cepat biasanya dirasakan pada atau dekat dengan
permukaan tubuh.
Slow pain (nyeri lambat) dirasakan selama satu detik atau lebih setelah aaplikasi
stimulus nyeri (mis, nyeri yang terus terasa setelaah kepala terbentur). Nyeri lambat
sering digambarkaan sebagai tumpul, berdenyut, atau terbakar. Nyeri ini dapat
meningkat dalam beberapa menit dan dapat terjadi di kulit atau semua jaringan dalam
di tubuh. Nyeri lambat dapat menjadi kronis dan menimbulkan disabilitas yang berat.
F. Teori nyeri
 Teori Pemisahan (Specivicity Theory)
Teori ini digambarkan oleh “Descartes’ pada abad ke-17. teori ini didasarkan pada
kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara khusus mentransmisi rasa
nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri dan mentransmisikanya
melalui ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke thalamus, yang akhirnya akan
dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi sehingga timbul respons nyeri
(Tamsuri, 2006).
Menurut teori ini, rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal cord)
melalui dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus
lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks
sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan (Long, 1989).
 Teori Pola (Pattern theory).
Teori ini menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri,yaitu serabut yang mampu
menghantarkan rangsangan dengan cepat; dan mampu menghantarkan rangsangan
dengan lambat. Kedua serabut saraf tersebut bersinapsis pada medulla spinalis dan
meneruskan informasi ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input sensori
nyeri yang menafsirkan karakter dan kuantitas input sensori nyeri (Tamsuri,
2006).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang aktivitas sel T. hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang
ke bagian yang lebuh tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan
persepsi dan otot berkontraksi sehingga minimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi
oleh modalitas respo dari reaksi sel T (Long, 1989) Flynn & Heffron, 1984).
Sereblum dan thalamus disebut sebagai pusat control nyeri oleh melzak & Wall
(1965). Pesan sensori yang berbeda dialirkan langsung ke serebrum. Pusat control
memproses informasi dari 3 sumber, yakni informasi sensori-diskriminatif,
informasi motivasi-afektif dan informasi kognitif-evaluatif. Karena rangsangan
nyeri diproses dalam konteks yang individual, variasi yang luas dari respon nyeri
dapat diamati (Flynn & Heffron, 1984 ; marie, 2002).
 Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls syaraf,
sehingga transmisi impuls menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik.
Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut
besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate
system supresif (Long, 1989).
G. Mekanisme nyeri
Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi, dimana
hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimulasi
oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanisme, listrik, thermal,dan
radiasi.
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu serabut
saraf A-Delta), sedangkan slow plain (nyeri lambat) biasanya dicetuskan oleh serabut
saraf C).
Karakteristik Serabut A-delta yaitu :

 Menghantar nyeri dengan cepat

 Bermielinasi

Karakteristik Serabut C, yaitu :

 Tidak bermielinasi

 Berukuran sangat kecil

 Bersifat lambat dalam menghantarkan nyeri

Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas dalam


melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C menyampaikan
impuls yang terlokalisasi (bersifat difusi), viseral, dan terus-menerus. Sebagai contoh
mekanisme kerja serabut A-delta dan serabut C dalam suatu trauma adalah ketika
seseorang menginjak paku, sesaat telah kejadian orang tersebut dalam waktu kurang
dari 1 detik akakn merasakan nyeri yang terlokalisasi dan tajam, yang merupakan
transmisi dari serabut A. dalam beberapa detik selanjutnya, nyeri menyebar sampai
seluruh kaki terasa sakit karena persarafan serabut C.
Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri kemudian
ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medula spinalis melalui dorsal horn,
dimana di sini impuls akan bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan lll).
Impuls kemudian menyeberang keatas melewati traktus spinothalamus anterior dan
lateral. Beberapa impuls yang melewati traktus spinothalamus lateral diteruskan
langsung ke thalamus tanpa singgah di formatio retikularis membawa impuls fast
pain. Di bagian thalamus dan korteks serebri inilah individu kemudian dapat
mempersepsikan, menggambarkan, melokalisasi, menginterpretasikan dan mulai
berespon terhadap nyeri.
Beberapa impuls nyeri ditransmisikan melalui traktus paleospinothalmaus pada
bagian tengah medula spinalis. Impuls ini memasuki formatio retikularis dan sistem
limbik yang mengatur perilaku emosi dengan kognitf, serta integretasi dari sistem
saraf otonom. Slow pain yang terjadi akan membangkitkan emosisehingga timbul
respon terkejut, marah, cemas, tekanan darah meningkta, keluar keringat dingin, dan
jantung berdebar-debar.
H. Pengkajian nyeri

Pengkajian nyeri yang tepat adalah awal dari penanganan nyeri dan merupakan proses
lanjut yang meliputi faktor-faktor multidimensional perumusan manajemen nyeri
terhadap rencana keperawatan. Pengkajian ini sangat penting dalam mengidentufikasi
sindrom nyeri atau penyebab nyeri dan memasukkan pengkajian pada intensitas dan
karakteristik nyeri, pengkajian fisik yang berhubungan dengan pemeriksaan sitem
saraf akan dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf. Psikososial dan pengkajian
kebudayaan menggunakan diaknosa yang tepat dalam menentukan penyebab nyeri
(Suza, 2007).\

Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :

1. P (pemacu), yaitu faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya nyeri

2. Q (quality), yaitu kualitas dari nyeri itu sendiri. Seperti apakah rasanya : tajam,
tumpul, atau tersayat

3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri

4. S (severity), adalah keparahan atau intensitas nyeri

5. T (time), yaitu lamanya nyeri/waktu serangan atau frekuensi nyeri


Pengkajian nyeri meliputi berbagai aspek yaitu :

1. Lokasi

Anatomi diagnosa adalah sebuah ilustrasi yang tepat untuk menentukan lokasi nyeri,
banyak pasien tidak dapat menentukan letak nyeri secara tepat, banyak yang
mengindikasikan letak dengan dengan huruf seperti ABC. Pasien boleh
menggambarkan lokasi nyeri dalam bentuk atau bekas lokasi pada tubuhnya dan
anggota keluarga dapat memberi tanda bilangan atau angka pada bentuk pengkajianya
(Suza, 2007).

2. Intensitas

Seseorang dalam mengekspresikan nyeri mereka hanya mampu menilai suatu


intensitas nyeri secara akurat, dua jenis skala penilaian intenstas nyeri yang
digunakan adalah skala verbal dan skala numerical.

a. Face Rating Scale

Skala ini diatur secara visual dengan ekspresi guratan wajah untuk
meunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan. Skala penilaian wajah pada
dasarnya digunakan pada anak-anak tetapi juga bias bermanfaat ketika orang
dewasa yang mempinyai kesulitan dalam menggunakan angka-angka dari
skala visual analog (VAS) yang merupakan alat penilaian pengkajian nyeri
secara umum (Suza, 2007)

Wong dan Baker (1988) mengembangkan skala wajah untuk mengkaji nyeri
pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun
yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum “tidak merasa
nyeri” kemidian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia,
wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan “nyeri yang
sangat” (Potter & Perry, 2005)

b. Flowsheets (Kartu Pencatatan)

Kartu ini digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan yang bertujuan


mempertahankan keberhasilan dalam manajemen nyeri. Dokter menggunakan
flowsheets untuk mencatat waktu, menilai nyeri dan mengontrol penggunaan
obat penghilang rasa nyeri dan efek sampingnya. Informasi yang ada dalam
manajemen Flowsheet dapat disatukan dalam bentuk bentuk format yang lain
untuk menghindari terjadinya kesalahan pada waktu pencatatan.

c. Graphic Rating Scale

Graphic rating sacale dikembangkan oleh VAS untuk menambah kata-kata


atau angka diantara awal dan akhir skala. Penambahan kata-kata seperti tidak
nyeri, nyeri sedang dan nyeri berat disebut verbal graphic rating scale
sedangkan jika huruf seperti 0 sampai 10 menjadi numerical graphic rating
scale (Suza, 2007)

d. Numerical Rating Scale

Skala penilaian numeric (Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan


sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10 (Potter & Perry, 2005). Skala ini digunakan
secara verbal atau visual dari 0 sampai 10 dan menambahkan kata-kata dan
huruf sepanjang garis vertical dan horizontal, 0 menunjukkan hasil dari tidak
ada nyeri dan 10 menunjukkan hasil dari nyeri yang tak terbayangkan (Suza,
2005)

e. Simple Descriptor Scale (Verbal Descriptor Scale, VDS)

Skala ini menggunakan daftar kata-kata untuk mendeskripsikan perbedaan


tingkat intensitas nyeri, mudah dan sangat sederhana dalam menggunakannya
sebagai contoh tidak ada nyeri, nyeri ringan , nyeri sedang dan nyeri barat
(Suza, 2007).

Skala deskriptif merupaka alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
objektif. Skala pendeskripsian verbal merupakan sebuah garis yang terdiri dari
tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di
sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai
“nyeri yang tidak tertahankan” (Potter & Perry, 2005).

f. Visual Analog Scale (VAS)


Visual analog scale tidak melabel subsidi. VAS merupakan suatu garis lurus,
yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan
penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan
pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitive karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu
kata atau satu angka (McGuire, 1984).

Visual Analog Scale digunakan dengan garis horizontal 10 cm dengan


menambahkan kata-kata pada garisnya seperti tidak ada nyeri, dan nyeri
sangat berat. Pasien membuat sebuah tanda sepanjang garis untuk
mengungkapkan intensitas nyeri, angka diperoleh dengan mengukur
millimeter dari awal sampai akhir pengukuran dan pasien akan langsung
menandainya (Suza, 2007).

Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian identitas
a. Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis
b. Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pengkajian fungsional gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola personal hygine
f. Pola aktivitas dan latihan
g. Pola manajemen kesehatan
h. Pola konsep diri
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola seksual dan reproduksi
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan kesadaran umum
b. Tanda-tanda vital berupa tekanan dara, nadi, pernapasan dan suhu
c. Pemeriksaan fisik
d. Data penunjang
e. Program terapi
f. Data fokus
5. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan
a. P (Provocate) : respon paliatif meliputi factor pencetus nyeri
b. Q (Quality) : kualitas nyeri meliputi nyeri luka post operasi
c. R (Region) : lokasi nyeri, meliputi nyeri luka post operasi
d. S (Skala) : skala nyeri ringan, sedang, berat atau sangat nyeri
e. T (Time) : waktu meliputi kapan, berapa lama dan terakhir dirasakan
6. Diagnosa keperawatan
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penyakit terkait
7. Perencanaan keperawatan
Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan 1. Memonitor 1. Mengetahui
tindakan TTV pasien TTV dan
keperawatan 3x24 2. Mengkaji perkembangan
jam diharapkan nyeri skala nyeri pasien
dapat teratasi dengan pasien 2. Mengetahui
KH : 3. Ajarkan skala nyeri
1. Skala nyeri teknik pasien
dalam rentang relaksasi nafas 3. Membantu
1-3 dalam pasien
2. TTV dalam 4. Memberi mengontrol
rentang posisi nyaman nyeri dan
normal 5. Kolaborasi membantu
3. Mengatakan dengan dokter mengurangi
rasa nyaman dalam nyeri
telah pemberian 4. Agar pasien
berkurang obat rileks
4. Melaporkan 5. Memberikan
bahwa nyeri kenyamanan
berkurang pada pasien

8. Implementasi
Beberapa prosedur tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat sebelumnya
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara menilai kemampuan dalam merespon tindakan
yang telah diberikan oleh perawat
BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan

Dari pembahasan yang kami telah uraikan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan:

Bahwa mekanisme nyeri diawali dengan tahap transduksi, dimana hal ini terjadi
ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimulasi oleh berbagai
stimulus, seperti faktor biologis, mekanisme, listrik, thermal,dan radiasi.

Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri kemudian


ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medula spinalis melalui dorsal horn,
dimana di sini impuls akan bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan lll).

 Saran

Demi lengkapnya isi dan pembahasan mengenai makalah ini, maka kami
sebagai penulis mengharapkan saran dari para pembaca dan pendengar demi
kelengkapan isinya. Untuk itu kami mohonkan sarannya yang besifat membangun .

Daftar Pustaka

Sigit Nian Prasetyo 2010, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Penerbit Buku Erlangga

Crowin Elizabeth, 2007, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC
Uliyah Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat, 2008, Ketrampilan Dasar Praktik Klinik,
Jakarta : Penerbit Salemba Medika

A, Aziz Alimul H, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai