Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

PENGELOLAAN NYERI PADA KLIEN PALIATIF

Disusun oleh :

Septi Mauulina (P1337420619095)

Nahar Willy Harso (P1337420619105)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN

PROFESI NERSJURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

1
2019

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
kasih sayang-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah dengan
judul “Manajemen Nyeri” dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Paliatif di semester genap (II). Terima kasih kami ucapkan kepada
seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini baik secara
moril maupun materil. Besar harapan kami makalah ini dapat memberi kontribusi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang bisa bermanfaat
bagi pembaca dan masyarakat luas nantinya. Sebagai penyusun, kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan. Terima kasih

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penyusun

Kelompok VI

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan

maupun berat. Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak

menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Setiap individu pasti pernah

mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu.

Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan

kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering

terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit

dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya

untuk menghilangkannya.

Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien

karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya

berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan

kepada klien di berbagai situasi dan keadaan dengan memberikan

intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori

keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan

tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh

Kolcaba (2007) yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu

keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

3
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat mengurangi nyeri

(manajemen nyeri) tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat

tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri

bersifat subjektif. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau

isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu

dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian nyeri?

2. Apa saja klasifikasi nyeri?

3. Apa etiologi nyeri?

4. Bagaimana patofisiologi nyeri?

5. Bagaimana penanganan nyeri (pain management)?

6. Apa tujuan penanganan nyeri (pain management)?

7. Apa faktor yang mempengaruhi respon nyeri?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa pengertian nyeri.

2. Mengetahui apa saja klasifikasi nyeri.

3. Mengetahui apa etiologi nyeri.

4. Mengidentifikasi bagaimana patofisiologi nyeri.

5. Mengidentifikasi bagaimana penanganan nyeri (pain management).

6. Mengetahui apa tujuan penanganan nyeri (pain management)

7. Mengetahui apa faktor yang mempengaruhi respon nyeri

4
BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Nyeri

The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan

nyeri sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience which we

primarily associate with tissue damage or describe in terms of such damage, or

both”. Definisi ini menyatakan bahwa nyeri merupakan phenomena kombinasi

dari aspek sensory, emosional, kognitif dan eksistensi dari keadaan pathology

fisik tidaklah mutlak muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri.

(The IASP, dalam Parrot,2002)

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat

individual. Walaupun demikian nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu

sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang

berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain,

sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan

mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain.

B Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada

tempat, sifat, berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangannya.

1. Nyeri berdasarkan tempatnya :

5
a. Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya

pada mukosa,kulit.

b. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang

lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.

c. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh

didaerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada

system saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.

2. Nyeri berdasarkan sifatnya :

a. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.

b. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

dalam waktu yang lama.

c. Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan

kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap sekitar 10-15 menit, lalu

menghilang, kemudian timbul lagi.

3. Nyeri berdasarkan berat-ringannya :

a. Nyeri rendah , yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

b. Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

c. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

4. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :

a. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat

dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri

6
diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari

luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit

arteriosclerosis pada arteri koroner.

b. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri

kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan - bulan bahkan

bertahun – tahun

C Etiologi Nyeri

Penyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu

penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.

Secara fisik misalnya, penyebab adalah trauma (mekanik, thermal, kimiawi

maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain -

lain.

1. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung - ujung saraf bebas

mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka.

2. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor

mendapat rangsangan akibat panas atau dingin.

3. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang

kuat.Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik

yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri Neoplasma menyebabkan nyeri

karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung

reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase.

4. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung - ujung saraf

reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.

7
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor

fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri.

5. Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang

dirasakan bukan karena penyebab organic, melainkan akibat trauma

psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Nyeri karena factor ini disebut

pula psychogenic pain.

D Patofisiologi Nyeri

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah

zat -zat kimia seperti bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian

zat - zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan

rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf

asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga individu

mengalami nyeri. Selain d ihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat

menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada

termosensitif sehingga dapat juga

menyebabkan atau mengalami nyeri (wahit chayatin,N.mubarak,2007).

E Penanganan Nyeri (Pain Management)

Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari

displin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya - upaya menghilangkan nyeri

atau pain relief. Management nyeri ini menggunakan pendekatan multi

disiplin yang didalamnya termasuk pendekatan farmakologikal ( termasuk

pain modifiers ), non farmakologikal dan psikologikal. Setiap orang memiliki

8
persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain terhadap nyeri yang mungkin

sedang dialami.

Perbedaan inilah yang mendorong perawat untuk meningkatkan

kemampuan dalam menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi klien dan

mengatasi rasa nyeri. Hal yang sangat mendasar bagi perawat dalam

melaksanakannya adalah kepercayaan perawat bahwa rasa nyeri yang dialami

oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi, kesediaan perawat untuk terlibat

dalam menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan

kompetensi nuntuk terus mengembangkan upaya - upaya mengatasi

nyeri atau pain management.

Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa

nyaman bagi pasien yang sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan

non farmakologi. Tindakan mengatasi nyeri - pain management, yang dapat

dilakukan oleh perawat sebagai penyedia asuhan keperawatan.

a. Managemen Nyeri Farmakologikal

Managemen nyeri farmakologokal yaitu terapi farmakologis untuk

menanggulangi nyeri dengan cara memblokade transmisi stimulan nyeri

agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal

terhadap nyeri. Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :

a. Analgesik Narkotik

Menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari

pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri).

b. Analgesik Lokal

9
Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan

langsung keserabut saraf.

c. Analgesik yang dikontrol klien

Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari impus yang diisi narotika

menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi intravena.

d. Obat - obat nonsteroid

Obat - obat non steroid non inflamasi bekerja terutama terhadap

penghambat sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat - obat ini

bersifat analgesik. Pada dosis tinggi obat ini bersifat anti

inflamatori,sebagai tambahan dari khasiat analgesik.

b. Managemen Nyeri Non Farmakologikal

Merupakan upaya - upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri

dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya - upaya tersebut

antara lain dengan distraksi, relaksasi nafas dalam, massage, akupuntur oleh

akupunturist, therapy music, dan guided imaginary yang dilakukan oleh

seseorang yang ahli dibidangnya dan disebut sebagai therapist. Setiap

individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini

dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Dalam konteks asuhan

keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa

nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami oleh klien diatasi oleh

perawat melalui intervensi keperawatan.

Berikut ini pengelolan nyeri non-farmakologis yang dapat dilakukan

oleh pasien paliatif:

10
a. Relaksasi nafas dalam

Teknik relaksasi adalah suatu teknik merilekskan ketegangan otot

yang dapat menunjang nyeri. Teknik relaksasi merupakan metode yang

efektif terutama pada pasien dengan penyakit kronis. Teknik relaksasi

nafas dalam mampu meningkatkan aliran darah ke daerah yang

mengalami trauma sehingga dapat menurunkan nyeri selain itu, teknik ini

dipercaya mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endogen

yaitu endorphin dan enkfalin. Keuntungan teknik ini yaitu dapat

dilakukan kapan saja, dimana saja, dan caranya yang mudah sehingga

dapat dilakukan secara mandiri oleh klien tanpa membutuhkan media

lain. (Brunner and Sudarth,2002 dalam Yusrizal, 2012).

b. Guided Imagery

Guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan

tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang

menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan klien memasuki

keadaan atau pengalaman relaksasi. Guided imagery menggunakan

imajinasi seseorang dalam suatu yang dirancang secara khusus untuk

mencapai efek positif tertentu. manfaat dari guided imagery yaitu sebagai

intervensi perilaku untuk mengatasi kecemasan, stres dan nyeri. Imajinasi

terbimbing dapat mengurangi tekanan dan berpengaruh terhadap proses

fisiologi seperti menurunkan tekanan darah, nadi dan respirasi. Hal itu

karena teknik imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi sistem saraf

parasimpatis. Teknik ini membutuhkan waktu lama agar pasien dapat

11
mengerti saat diberi penjelasan dan mempraktikkannya (Smeltzer & Bare,

2002).

c. Terapi music

Musik dan suara-suara alam terbukti dalam beberapa penelitian

dapat menurunkan nyeri dan kecemasan pada pasien. Musik dan suara

alam dapat meminimalkan persepsi pasien terhadap suara-suara di

lingkungan sekitarnya atau pikiran-pikiran yang membuat cemas dan

meningkatnya nyeri pada pasien tersebut. Beberapa penelitian tentang

musik sebagai terapi dikatakan bahwa ada konvergensi yang terjadi

antara input sensorik seperti halnya terapi musik relaksasi, suara alam

serta kombinasi keduanya dan output saraf yang mengatur rasa sakit dan

respon stress (Sussane, 2011).

F Tujuan Penanganan Nyeri (Pain Management)

Penanganan nyeri memiliki berberapa tujuan, antara lain:

1. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri

2. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri

kronis yang persisten.

d. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri.

e. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri.

f. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan

pasien untuk menjalankan aktivitas sehari – hari.

G Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri

12
1. Usia

a. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji

respon nyeri pada anak.

b. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan

mengalami kerusakan fungsi.

c. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka

mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan

mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri

diperiksakan.

2. Jenis kelamin (Tidak terlalu signifikan)

3. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa

menyebabkan seseorang

Cemas.

4. Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini

nyeri yang

sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah

tidaknya seseorang

mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

5. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan

sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang

13
mengatasi nyeri. Support keluarga dan social Individu yang mengalami

nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat

untuk memperoleh dukungan dan perlindungan, dll.

H Pengkajian Nyeri (Data Fokus)

Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang

efektif. Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara

berbeda pada masing – masing individu" maka perawat perlu mengkaji semua

faktor yang mempengaru'i nyeri" pengkajian nyeri terdiri atas :

1. Pengkajian

Mengkaji riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien, observasi

langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah

untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif.

a. Hal – hal yang perlu dikaji berdasarkan karakteristiknyeri :

1) Precipitate / Provokes (situasi yang menimbulkan nyeri) :

a) Aktifitas

b) Stres

c) Setelah makan

d) Bagian tubuh yang terganggu

2) Quality (kualitas nyeri) :

a) Nyeri tumpul

b) Nyeri tajam / menusuk

c) Nyeri tekan

d) Nyeri dalam

14
e) Nyeri permukaan

3) Radiation atau Relief (Penyebaran atau perbaikan nyeri) :

a) Punggung

b) Tangan

c) Kaki

d) Rahang

e) Kepala

f) Perut

g) Dada

h) Pergerakan

4) Severity ( Tingkat nyeri )

a) Skala nyeri Numerik (0-10)

Tidak Nyeri Nyeri Sedang Nyeri Berat

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

b) Skala nyeri Numerik

 Nyeri ringan: 1 – 3

 Nyeri sedang: 4 – 6

 Nyeri berat: 7 – 10

5) Time (waktu terjadinya nyeri) :

 Pagi.

 Siang.

 Malam.

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Nyeri merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory, emosional,

kognitif dan

eksistensi dari keadaan pathology fisik tidaklah mutlak muncul pada pasien

yang sedang mengalami nyeri. (The IASP, dalam Parrot,2002)

Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin

ilmu medis yang berkaitan dengan upaya - upaya menghilangkan nyeri atau pain

relief. Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa

nyaman bagi pasien yang sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan non

farmakologi.

16
Daftar Pustaka

Baresford, Larry.1998. A piece of pain Relief. Chicago.Hospital and Health Network.

Hilton. A.P.2004.Fundamental Nursing Skills. USA: Whurr Publisher Ltd

Khalsa,Singh M.D. 2004. Cameron Stauth.

Konsep dan proses Keperawatan Nyeri.Jakarta : Graha Ilmu.

Kozier,et.al.2004.  Fundamentals of nursing ; concepts, process and practice


Seventh  edition. United States: Pearson Prentice Hall

Parrot T. 2002. Pain Management In Primary - Care Medical Practice. In:


Tollison CD, Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain
Management. 3rded. Philadelpia, PA: Lippincott.

Smeltzer S. C., Bare G. B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8
Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Susanne et al. 2011. Effect of the Combination of Music and Nature Sounds on Pain
and Anxiety in Cardiac Surgical Patients: A Randomized Study. Alternative
Therapy Health Med.

Yusrizal, dkk. 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase. Jurnal.
Universitas Andalas.

17

Anda mungkin juga menyukai