Anda di halaman 1dari 11

TUGAS DISKUSI KELOMPOK MATA KULIAH

KEPERAWATAN HIV/AIDS

Dosen Pengampu:
Sri Widiyati, SKM,M.Kes

Oleh:
Kelompok I

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020
PENTINGNYA KEPATUHAN KONSUMSI OBAT ARV PADA PASIEN HIV/AIDS

PENDAHULUAN

Di dunia terjadi sekitar 36,7 juta orang di seluruh dunia saat ini hidup dengan HIV, di
antaranya 52% tinggal di sub-Sahara Afrika. Dengan diperkenalkannya terapi antiretroviral
(ARV), HIV semakin menjadi penyakit kronis yang dapat ditangani. jumlah orang yang hidup
dengan HIV dan menerima ART meningkat sepertiga sejak 2013 dan 2015 sekitar 17 juta orang
menerima ARV secara globally. Keberhasilan pengobatan membutuhkan suplai ARV yang
berkelanjutan ke klinik dan kepatuhan Pasien terhadap pengobatan seumur hidup . Hasil
penelitian tentang Gambaran Kepatuhan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam minum obat
ARV di kota Bandung, yang menyatakan bahwa adanya faktor–faktor yang dapat menghambat
tingkat kepatuhan penderita HIV yang salah satunya adalah kejenuhan. Biasanya kejenuhan
mulai terjadi bila penderita HIV sudah 6 bulan minum obat ARV karena penderita HIV harus
setiap hari minum obat dan sudah merasa bosan atau sudah merasa sehat. Kemudian Kurangnya
tingkat kepatuhan pada anak HIV yang berobat lebih dari 7 bulan bisa juga karena faktor-faktor
penghambat lainnya seperti biaya berobat, efek samping obat, dan stigma dari lingkungan yang
membuat sebagian besar penderita HIV merasa kurang nyaman.

MANFAAT KEPATUHAN ARV


Adapun beberapa manfaat dari kepatuhan konsumsi obat ARV :
1. ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus untuk menggandakan
diri, mencegah virus menghancurkan sel CD4 dan dapat menekan laju peningkatan viral
load. Kepatuhan mengonsumsi ARV juga dapat mengurangi resiko resistensi obat,
mengurangi resiko penularan, mencegah infeksi oportunistik dan yang paling utama adalah
meningkatkan kualitas hidup.
2. Mengalami perbaikan Kesehatan ART, peningkatan kepercayaan diri dalam pengobatan,
badan Berat dan mampu kembali bekerja positif berhubungan dengan kepatuhan.
Penggunaan alat bantu memori seperti ponsel,radio alarm, jam tangan, jam, pengingat
dikaitkan dengan kepatuhan, begitu juga dengan penerapan ART dalam rutinitas sehari-hari;
tidak bisa melakukannya dikaitkan dengan ketidakpatuhan. Memiliki pasangan pengobatan
atau teman klinik diamati dikaitkan dengan kepatuhan. Mendapat dukungan dari lembaga
swadaya masyarakat atau pemerintah dan kepatuhan diri-efficacy juga dilaporkan sebagai
penentu kepatuhan.
3. Mempertahankan viral load yang tidak terdeteksi dan mencegah munculnya resistansi obat.
Ini akan memastikan bahwa semua obat yg di minum berada pada tingkat yang cukup tinggi
untuk mengendalikan HIV selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Jika level ini turun terlalu
rendah, maka akan meningkatkan risiko resistensi

FAKTOR KEPATUHAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasein HIV dalam ARV:
1. Dukungan Sosial
Faktor pendukungnya adalah dukungan sosial, keyakinan diri sendiri bahwa melalui
pengobatan kualitas hidup semakin meningkat, hubungan yang baik dengan penyedia
perawatan kesehatan dan peran pendamping minum obat. Kepatuhan pasien akan
mempengaruhi perencanaan manajemen logistik obat ARV sehingga perilaku dalam
pengobatan menjadi faktor penting bagi pasien sendiri dan keberhasilan program pengobatan
HIV-AIDS. Dukungan sosial adalah bantuan yang diterima seseorang dari orang-orang di
jejaring sosialnya. Anggota keluarga dan teman dapat memberikan dukungan kepada orang
yang hidup dengan HIV atau AIDS dengan berbagai cara yang memungkinkan mereka
untuk mematuhi pengobatan ARV mereka. Anggota keluarga telah terbukti memberikan
dukungan dengan mengingatkan pasien untuk minum obat mereka dan mendapatkan isi
ulang dan menemani mereka saat janji temu. Penelitian yang dilakukan di Thailand telah
menunjukkan bahwa komunikasi keluarga adalah prediktor kepatuhan yang signifikan.
Anggota keluarga telah ditemukan sebagai sumber utama dukungan materi (makanan,
pakaian dan keuangan) bagi orang yang hidup dengan HIV atau AIDS. Studi yang dilakukan
di Uganda, Tanzania dan Botswana tidak menemukan perbedaan kepatuhan antara mereka
yang memiliki dukungan sosial dan mereka yang tidak memiliki. Peneliti lain telah
menemukan dukungan sosial bukanlah prediktor signifikan dari kepatuhan. Pasien yang
melaporkan bahwa mereka dapat mengingat jadwal rutin minum obat mereka dengan
bantuan orang lain memiliki tingkat kepatuhan lebih tinggi ≥ 95% dibandingkan mereka
yang tidak mendapat dukungan ini. Studi kualitatif menunjukkan bahwa pasien cenderung
mengasosiasikan dukungan sosial dan kepatuhan. Usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan
tidak terkait secara independen dengan kepatuhan. Kami menunjukkan bahwa pasien yang
merasa dirinya memiliki lebih banyak dukungan sosial, pasien yang memiliki lebih sedikit
efek samping dan perceraian cenderung menjadi penganut yang lebih baik (Tessa
Heestermans, 2015).
2. Motivasi Diri
Movitasi diri, dukungan dari keluarga, dukungan dari teman dan dukungan dari
komunitas dukungan sosial dari keluarga, teman dan tenaga kesehatan memberikan
pengaruh penting terhadap kepatuhan ODHA dalam minum ARV. Motivasi diri ini adalah
keinginan untuk dapat bertahan hidup dan tidak ingin sakit bagi. Motivasi dari dalam diri
ODHA untuk sembuh atau bertahan hidup merupakan faktor pendukung kepatuhan yang
paling sering dinyatakan oleh penderita. Faktor utama yang mempengaruhi optimisme hidup
ODHA adalah motivasi hidup yang kuat dalam diri penderita. Dengan adanya optimisme
hidup, ODHA mempunyai semangat untuk bekerja, motivasi untuk hidup, dan pikiran yang
positif. Dukungan dari keluarga (orangtua, suami/istri dan saudara) adalah memberikan
motivasi kepada ODHA dan mengingatkan kepatuhan untuk minum obat kepada ODHA.
Dari hasil penelitian yang saya baca, menunjukkan bahwa ODHA yang memiliki dukungan
keluarga cukup memiliki kualitas hidup yang baik, berbanding terbalik dengan ODHA yang
mendapatkan dukungan yang kurang. Dukungan dari orangtua dan keluarga dapat
meningkatkan kepatuhan minum obat ARV bagi ODHA. Bagi ODHA yang sudah diketahui
statusnya oleh keluarga dan keluarganya dapat menerima kondisi mereka, maka faktor
keluarga biasanya menjadi pendukung utama. Biasanya orang tua, suami/istri, anak menjadi
orang-orang terdekat yang mengingatkan untuk minum obat. Keluarga dalam hal ini bisa
berfungsi menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi ODHA.
3. Keterbatasan Sarana dan Biaya
Keterbatasan sarana dan biaya untuk mendapatkan ARV, artinya meskipun obat
ARV digratiskan namun pasien dengan ekonomi rendah sering kali susah untuk datang ke
fayankes mengambil obat, karna dibutuhkan biaya transportasi. Oleh karena itu, kerjasama
antar pihak sangat dibutuhkan dalam membantu meningkatkan kepatuhan ODHA terhadap
pengobatan ARV, terutama kita sebagai salah satu tenaga kesehatan yang berperan juga
sebagai konselor, harus senantiasa melakukan terobosan terbaru dalam hal mengingatkan
pasien akan pengobatan contohnya, membuat sistem pengingat obat atau organizer pill agar
pasien mengingat dosis obat yang dimakan serta tepat waktunya. Selain itu, dukungan
psikososial juga sangat dibutuhkan dalam meningkat kepatuhan, baik dari dalam diri pasien
itu sendiri untuk senantiasa memiliki motivasi tinggi dalam pengobatan dan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan motivasi dari luar seperti dukungan keluarga
dan fayankes.
4. Konseling dan intervensi Pendidikan dari petugas Kesehatan
Transmisi dari first-line ART-tahan HIV strain meningkat permintaan untuk
pengobatan lini kedua sering dikaitkan dengan hasil kesehatan pasien miskin dan
meningkatkan biaya kesehatan. Untuk alasan ini, pemahaman yang menyeluruh tentang
faktor penentu kepatuhan terhadap ART adalah yang terpenting. Studi pada kepatuhan ART
menunjukkan bahwa prediktor dan faktor risiko berbeda per wilayah di dunia, memerlukan
pengembangan non-kepatuhan profiles. Ini akan memungkinkan penyedia layanan kesehatan
untuk menawarkan perawatan yang disesuaikan untuk pasien yang berisiko tidak patuh
(Tessa Heestermans,2015).
5. Pengetahuan
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang untuk
dapat patuh melakukan terapi ARV pada penderita HIV/AIDS seseorang juga perlu
pengetahuan yang cukup terlebih dahulu, kepatuhan terapi ARV telah diketahui sebagai
komponen penting untuk mencapai keberhasilan suatu program terapi yang optimal, ODHA
yang mempunyai pengetahuan tentang faktor risiko resistensi, efek yang terjadi apabila tidak
patuh minum obat serta efek samping dari obat ARV mereka cenderung mempunyai
kepatuhan yang lebih tinggi daripada seseorang yang mempunyai pengetahuan lebih rendah.
Pada pasien HIV/AIDS yang tidak mengalami efek samping dari ARV juga mempunyai
kepatuhan yang lebih tinggi, daripada pasien yang mengalami efek samping seperti mual,
mengantuk, gatal, diare, muntah sulit tidur dan tanpa edukasi dari pelayanan kesehatan
sehingga tidak mngetahui bagaimana cara menanganinya mereka enggan melakukan terapi
sesuai aturan bahkan memutuskan untuk stop obat, selain hal tersebut dukungan untuk patuh
dalam menjalani terapi ARV juga diperlukan dukungan dari keluarga, dukungan teman
sebaya, dukungan manajer kasus, dukungan dokter tim HIV/AIDS. Dengan melakukan
terapi ARV sesuai dengan peraturan maka akan memastikan kombinasi ARV yang di minum
mempunyai kadar yang cukup dalam darah orang dengan HIV/ AIDS tersebut untuk
melindungi dalam waktu 24 jam, apabila kadar dalam darahnya terlalu rendah akan
meningkatkan resistensi obat. Pasien HIV/AIDS yang lupa minum obat ARV satu kali atau
dua kali seminggu bisa menyebabkan tujuan dari obat menjadi gagal, terutama pada awal
pengobatan.
6. Depresi dan Gangguan Mental
Terkadang pasien tidak patuh minum obat dikarenakan depresi dan gangguan mental,
gangguan neurokognitif, rendahnya pengetahuan tentang kesehatan, rendahnya support
social, hidup penuh stres, konsumsi alkohol berlebihan, pengguna napsa aktif, tunawisma,
kemiskinan, menjaga rahasia status HIV, penolakan, stigma. Beberapa penderita HIV/AIDS
memutuskan berhenti menjalani terapi ARV karena adanya persepsi keparahan/kesakitan
yang dirasakan.
7. Sistem layanan kesehatan dan kepuasan pelayanan pada layanan terapi ARV
Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kepatuhan menurut studi Suryaningdiah
(2016) adalah sistem layanan kesehatan dan kepuasan pelayanan pada layanan terapi ARV,
hal ini berhubungan dengan kemudahan akses ARV, ketersediaan sumber daya yang
berkualitas, berkompeten dan mampu memberikan layanan yang tidak diskriminatif,
ketersediaan ruangan layanan yang nyaman bagi ODHA dan tidak memicu timbulnya stigma
di layanan. Sistem layanan dapat juga ditingkatkan dengan memberikan pembinaan dan
pengawasan khusus kepada petugas kesehatan dalam memberikan layanan serta melakukan
monitoring kepuasan layanan melalui survei dan keluhan pasien, sehingga ODHA akan
nyaman dan mudah dalam akses pengobatan ARV serta dapat mempertahankan motivasi diri
dalam pengobatan dari petugas layanan yang berkualitas dalam memberikan
pelayanan.Memperhatikan dan meningkatkan sistem layanan kesehatan dan kepuasan
pelayanan pada layanan terapi ARV memungkinkan dapat meningkatkan pula kepatuhan
ODHA atau bahkan jumlah ODHA yang melakukan pengobatan ARV.
8. Jarak tempat tinggal dengan faskes
Jarak domisilih dengan faskes yang jauh menjadi salah satu faktor kepatuhan dalam
menjalankan program ARV, sehingga pasien HIV sulit menjangkau layanan kesehatan
karena jarak tempuh/ akeses yang sulit atau jauh.
9. Panduan terapi ARV
Dikatakan bahwa semakin sederhana panduan obat ARV maka akan semakin tinggi
angka kepatuhan. Panduan terapi ARV, baik dalam bentuk FDC maupun bukan FDC,
meliputi jenis obat yang digunakan, jumlah pil yang harus diminum, kompleksnya panduan
(frekuensi minum dan pengaruhnya terhadap makanan), karakteristik obat, serta efek
samping.
10. Efek samping ARV
Salah satu alasan utama yang menyebabkan pasien HIV menunda atau menghentikan
pengobatan sehingga tingkat kepatuhan rendah. Berdasarkan penuturan ODHA yang kami
temui, efek samping yang muncul akibat terapi seringkali menjadi beban tersendiri bagi
mereka. Rasa jenuh dan rasa tidak nyaman akibat efek samping yang mengganggu menjadi
beban dan alas an untuk tidak melanjutkan terapi. Efek samping ini tidak hanya
menimbulkan sakit fisik dan ketidaknyamanan tetapi juga memengaruhi banyak aspek
kehidupan sehari-hari seperti pekerjaan yang terkendala. Efek samping yang paling sering
terjadi adalah terkait sistem saraf pusat yang tidak spesifik sehingga menyebabkan mual,
pusing, vertigo dan sakit kepala. Pasien yang mengalami efek samping lebih memilih
pengobatan alternatif dan pelengkap. Manajemen terhadap gejala efek samping secara efektif
meningkatkan kepatuhan, baik itu dengan perubahan perilaku dan diet ataupun dengan upaya
farmakologi
11. Stigma sosial
Stigma sosial yang diterima pasien juga sangat mempengaruhi kepatuhan. Banyak
orang melabeli mereka dengan stigma seksual negatif sehingga pasien merasa terhina dan
malu. Hal ini membuat pasien tidak semangat untuk menjalani pengobatan, menyerah dan
tidak patuh.
12. Pekerjaan dan aktivitas
Pekerjaan dan aktivitas pasien HIV yang padat dan terlalu sibuk dapat
mempengaruhi kepatuhan dalam menjalankan ARV dikarenakan pasien terlalu sibuk dan
lupa meminum obat. Pasien dikarenakan pasien terlalu sibuk dan lupa meminum obat. Selain
itu sebanyak 12,4% pasien HIV melewatkan jadwal kunjungan rutin ke dokter dari kesibukan
dalam bekerja
13. Spiritual
Spiritual merupakan keyakinan dalam hubungan dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Tuhan sebagai Pencipta atau
sebagai Maha Kuasa. Spiritual mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap status
kesehatan, rasa percaya diri dalam mengambil keputusan, serta isolasi sosial, sumber
dukungan natural yang sangat efektif dalam proses perawatan ODHA.
Motivasi spiritual berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat di karenakan motivasi dapat
meningkatkan keyakinan sikap dan kepatuhan sehingga ada perubahan sikap dan tingkah
laku dalam mengkonsumsi obat. Dengan di beri motivasi aqidah, ibadah, muamalat
responden lebih tenang dalam menghadapi sakit dan optimis untuk sembuh dengan sholat
dan puasa. Selain itu responden lebih bisa menerima ujian yang dihadapi sehingga responden
hatinya terbuka untuk teratur minum obat ARV. Motivasi spiritual bisa di dapat dari, teman,
dan tenaga profesioanl dapat meningkatkan keterampilan dan sumber-sumber coping bagi
pasien HIV/AIDS

DAMPAK KETIDAKPATUHAN

Dampak yang akan ditimbulkan dari ketidakpatuhan ini seperti kehilangan kontrol
virologi, menyebabkan resistensi obat, serta memperparah penyakit HIV ini sendiri. Pengobatan
ARV merupakan pengobatan yang continue atau berkelanjutan. Apabila terjadi resistensi obat
yang disebabkan oleh ketidakpatuhan meminum obat secara tepat waktu dan benar dosis, maka
ditakutkan virus HIV akan semakin berkembang pesat serta semakin meningkatkan kekebalan
virus terhadap obat ARV, sehingga penggunaan dosis menjadi semakin tinggi. Sebaliknya,
ketidakpatuhan meminum obat ARV mengakibatkan kegagalan terapi hingga penurunan kondisi
klinis pasien dan terjadi resistensi obat. Beberapa ahli menganggap bahwa bila lebih dari dua kali
sebulan lupa minum obat, maka jenis virus yang resistan dapat muncul. Bila ini terjadi, terapi
akan mulai gagal sehingga mungkin harus mengganti semua obat yang kita pakai. Obat baru ini
kemungkinan lebih mahal atau lebih sulit diperoleh. Menurut studi, untuk ODHA yang berhenti
atau memutuskan berhenti dalam mengikuti terapi pengobatan ARV, maka akan memperbesar
resiko kematian, karena sistem imun yang sebelumnya dikendalikan terapi ARV ketika
mengikuti pengobatan, akan semakin buruk ketika terapi diberhentikan, sehingga ODHA lebih
rentan terhadap infeksi oportunistik dan berakibat pada kematian.
KESIMPULAN
Kepatuhan terhadap terapi antiretroviral ( ARV ) adalah kunci keberhasilan pengobatan
infeksi HIV, karena ARV berkelanjutan mampu menekan HIV hingga tak terdeteksi, mengurangi
risiko resistensi obat, meningkatkan kualitas dan kelangsungan hidup, meningkatkan kesehatan
secara keseluruhanserta mengurangi risiko penularan HIV. Sebaliknya, ketidakpatuhan terhadap
pengobatan merupakan penyebab utama kegagalan terapi. Kepatuhan terhadap ARV dipengaruhi
oleh sejumlah faktor, seperti faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan, motivasi pasien dan
faktor ekonomi. Dampak dari ketidakpatuhan minum obat ARV akan kehilangan kontrol
virologi, menyebabkan resistensi obat, serta memperparah penyakit HIV ini sendiri. ODHA yang
berhenti atau memutuskan berhenti dalam mengikuti terapi pengobatan ARV, maka akan
memperbesar resiko kematian, karena sistem imun yang sebelumnya dikendalikan terapi ARV
ketika mengikuti pengobatan, akan semakin buruk ketika terapi diberhentikan, sehingga ODHA
lebih rentan terhadap infeksi oportunistik dan berakibat pada kematian.
Referensi

Abdul Kharis Sisyahid. 2016. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Ketidakpatuhan Terapi
Antireteroviral (ARV) pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten
Pemalang. Skripsi. Dipublikasikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Aji, H.S. 2010. Kepatuhan Pasien HIV Dan AIDS Terhadap Terapi Antiretroviral Di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Volume 5, Nomor 1, Januari 2010. Diakses pada tanggal 4 september
2020.

Dewi Puspasari, Dkk. 2018. Gambaran Efek Samping dan Kepatuhan Terapi Antiretroviral
pada Pasien HIV di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015
Hayatiningsih, A., Alam, A., & Sitorus, T. D. 2017. Hubungan Lamanya Terapi ARV dengan
Kepatuhan Minum Obat pada Anak HIV di Klinik Teratai. Jurnal Sistem
Kesehatan, 3(2), 80–83. https://doi.org/10.24198/jsk.v3i2.15007
Heestermans T.2016, Determinant of Adherence ART of Adult Poditive- HIV in Sahara
Africa:sistemic Aproach.BMJ Global Health 2016.DOI: 10.1136/bmjgh-2016-
000125

Irmawati, 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Odha Dengan Ketidakpatuhan Terapi


Antiretroviral (Arv) Di Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya Kota Makassar.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4, No. 1, Mei 2018 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN:
2541-4542
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi
Aniretroviral Pada Orang Dewasa. Jakarta.
Khairunnisa dkk. 2017. Gambaran Kepatuhan Pengobatan ARV (Antiretroviral) (Studi Pada
Wanita Pekerja Seks Positif HIV/AIDS Di Kabupaten Batang). Volume 5, Nomor 4,
Oktober 2017, ISSN:2356-3346. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php.jkm. Diakses
pada tanggal 4 September 2020.
Mary T, Anne M, 2017. Factors contributing to antiretroviral drug adherence among adults living
with HIV or AIDS in a Kenyan rural community. African Journal of Primary
Health Care & Family Medicine ISSN: (Online] 2071-2936, (Print) 2071-2928
Nasronudin. 2007. Pengembangan pengetahuan penyakit infeksi HIV dan AIDS. In: HIV dan
AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan Sosial. Editor: Barakbah J,
Soewandojo E, Suharto, Hadi U, Astuti WD. Surabaya: Airlangga University Press.
p. 279-303
Setyoadi. 2012. Strategi Pelayanan Bagi Penderita AIDS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sisyahid, A. K., & Indarjo, S. 2017. Health Belief Model dan Kaitannya Dengan Ketidakpatuhan
Terapi Antireteroviral pada Orang dengan HIV/AIDS. 6(41). Diakses pada tanggal
5 September 2020

Suryaningdiah, D. 2016. Rekomendasi Upaya Peningkatan Kepatuhan Pengobatan Arv Di Kota


Surabaya. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1,
Januari 2016 ISSN: 2086-3098

Anda mungkin juga menyukai