OLEH :
Nurhidayanti M S C12114017
Irfani Syafri C12114015
Nur Alawiyah K C12114021
Andi Nurfadilah Rezky C121140
Risma C12114029
A. Umi Hani Sahra C12114010
Sholly Maysyarah R C12114019
Fadhilatul Mar’ah C12114004
Reni Hardianti C12114013
Velicia M.V.G Tjen C12114
Pirda Alpionita C12114
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah tentang asuhan keperawatan esofagitis dan gastritis untuk
mata kuliah sistem gastrointestinal dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasnuddin.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun
isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen
pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih.Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Penyusun,
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
BAB I ............................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
A. Latar belakang .................................................................................................. 3
B. Rumusan masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4
BAB II............................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
A. Pengertian Esofagitis ........................................................................................ 5
B. Etiologi Esofagitis ............................................................................................ 5
C. Manifestasi klinis Esofagitis ............................................................................ 5
D. Patofisiologi Esofagitis .................................................................................... 6
E. Penatalaksanaan Medis .................................................................................... 7
F. Pemeriksaan Diagnostik Esofagitis .................................................................. 7
G. Asuhan Keperawatan Esofagitis....................................................................... 8
H. Pengertian Gastritis ........................................................................................ 16
I. Etiologi Gastritis ............................................................................................. 16
J. Manifestasi klinis Gastritis ............................................................................. 16
K. Klasifikasi Gastritis ........................................................................................ 17
I. Patofisiologi Gastritis...................................................................................... 17
L. Penatalaksanaan medis Gastritis .................................................................... 18
M. Pemeriksaan Diagnostik Gastritis .................................................................. 19
N. Asuhan Keperawatan Gastritis ....................................................................... 20
BAB III ........................................................................................................................ 27
PENUTUP.................................................................................................................... 27
A. Kesimpulan..................................................................................................... 27
B. Saran ............................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 28
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Esofagitis dan gastritis merupakan penyakit yang terjadi pada saluran cerna
bagian atas. Esofagitis adalah suatu penyakit peradangan pada dinding saluran
kerongkongan. Esofagitis merupakan penyakit yang sering muncul pada pasien
dengan penyakit gastroesophageal refluks (PRGE). Refluks esofagitis didefinisikan
sebagai inflamasi yang disebabkan oleh kontak antara dinding esophagus dengan
refluksat yang mengandung asam lambung dengan atau tanpa cairan yang berasal
dari duodenum dan atau dari pancreas (Yan Li, Robert C. G. Martin II, 2007).
Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat dari refluks yag cukup lama anatar bahan
refluksat dengan mukosa esophagus dan terjadinya penurunan resistensi jaringan
mukosa esophagus, walaupun waktu kontak antara bahan refluksat dengan
esophagus tidak cukup lama ( Aru W. Sudoyo, 2009 ).
Gastritis adalah peradangan yang terjadi dinding lambung. Keluhan Gastritis
merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Tidak jarang kita jumpai penderita Gastritis kronis selama bertahun-tahun
pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mengobati keluhan Gastritis
tersebut.
Esofagitis dan gastritis dapat ditimbulkan akibat dari tingginya kadar asam
lambung. Asam lambung yang tinggi dapat memicu terjadinya luka pada organ
pencernaan tersebut. Kedua penyakit ini jika dibiarkan terus menerus dalam waktu
lama tanpa adanya pemberian terapi, dampaknya akan terjadi pengikisan dinding
saluran cerna tersebut sehingga akan timbul pendarahan yang ditandai dengan
muntah warna hitam atau BAB berwarna hitam. Warna hitam tersebut merupakan
darah yang tercampur dengan cairan asam lambung.
Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional diharapkan
mampu mengerti serta melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
dengan berdasarkan etiologi atau faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit
tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah ada yakni pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
3
B. Rumusan masalah
a. Apakah pengertian dari Esofagitis?
b. Apa etiologi dari Esofagitis?
c. Bagaimanakah manifestasi klinis Esofagitis?
d. Bagaimanakah Patofisiologi Esofagitis?
e. Apa saja penatalaksanaan medis Esofagitis?
f. Apa saja pemeriksaan diagnostik Esofagitis?
g. Bagaimanakah asuhan keperawatan dari Esofagitis?
h. Apakah pengertian dari Gastritis?
i. Apa etiologi dari Gastritis?
j. Bagaimanakah manifestasi klinis dari Gastritis?
k. Bagaimanakah Patofisiologi dari Gastritis?
l. Apa saja penatalaksanaan medis dari Gastritis?
m. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari Gastritis?
n. Bagaimanakah asuhan keperawatan dari Gastritis?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dari Esofagitis
b. Untuk mengetahui etiologi dari Esofagitis
c. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Esofagitis
d. Untuk mengetahui bagaimana Patofisiologi dari Esofagitis
e. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan medis dari Esofagitis
f. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik dari Esofagitis
g. Untuk mengetahui bagaimanakah asuhan keperawatan dari Esofagitis
h. Untuk mengetahui pengertian dari Gastritis
i. Untuk mengetahui etiologi dari Gastritis
j. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Gastritis
k. Untuk mengetahui bagaimana Patofisiologi dari Gastritis
l. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan medis dari Gastritis
m. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik dari Gastritis
n. Untuk mengetahui bagaimanakah asuhan keperawatan dari Gastritis
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Esofagitis
Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami
peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. Respon peradangan pada
mukosa esophagus disebabkan oleh multifactor (Muttaqin, 2013).
B. Etiologi Esofagitis
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya esofagitis seperti
makanan, kafein, lemak, coklat, minuman alkohol, obat-obatan, preparat antikolinergik,
teofilin, progesteron, preparat antagonis kalsium,diazepam, preparat agonis beta-
adrenergis, preparat antagonis alpha-adrenergis, merokok.
Etiologi dari kerusakan esophagus bersifat kompleks, mulai dari refluks asam
lambung, cairan empedu, cairan pancreas, serta terdapat pengaruh dari faktor eksternal
seperti konsumsi alcohol, penggunaan obat NSAID (Norimasa Yoshida, 2007, Yan Li,
Robert C. G. Martin II, 2007).
5
f. Esofagitis karena obat Gejala yang timbul berupa odinofagia, rasa sakit retrosternal
yang terus-menerus, disfagia atau kombinasi dari ketiga gejala ini.
D. Patofisiologi Esofagitis
a. Esofagitis Refluks (Esofagitis Peptik)
Inflamasi terjadi pada epitel skuamosa di esofagus distal, disebabkan oleh kontak
berulang dan dalam waktu yang cukup lama dengan asam yang mengandung pepsin
ataupun asam empedu. Kelainan yang terjadi dapat sangat ringan, sehingga tidak
menimbulkan cacat, dapat pula berupa mukosa mudah berdarah, pada kelainan yang
lebih berat terlihat adanya lesi erosif, berwarna merah terang. Hal ini menunjukkan
esofagitis peptik.
b. Esofagitis refluks basa
Peradangan terjadi karena adanya enzim proteolitik dari pankreas, garam-garam
empedu, atau campuran dari kedua zat tersebut, atau adanya asam hidroklond yang
masuk dan kontak dengan mukosa esofagus sehingga terjadi esofagitis basa.
c. Esofagitis Kandida
Pada stadium awal tampak mukosa yang irreguler dan granuler, pada keadaan lebih
berat mukosa menjadi edema dan tampak beberapa tukak. Bila infestasi jamur
masuk ke lapisan sub mukosa, maka edema akan bertambah parah, tukak yang kecil
makin besar dan banyak sampai terlihat gambaran divertikel, sehingga terjadi
esofagitis Kandida (Moniliasis).
d. Esofagitis Herpes
Seseorang dengan daya tahan tubuh menurun seperti pada penderita yang lama
dirawat di RS, pengobatan dengan imunosupresor. Penderita dengan penyakit
stadium terminal yang terkena virus herpes zoster dengan lesi pada mukosa mulut
dan kulit, mengakibatkan esofagitis herpes, dimana lesi awal yang klasik berupa
popula atau vesikel atau tukak yang kecil kurang dari 5 mm dengan mukosa di
sekitarnya hiperemis. Dasar tukak berisi eksudat yang berwarna putih kekuningan,
jika tukak melebar akan bergabung dengan tukak di dekatnya menjadi tukak yang
besar.
e. Esofagitis Korosif
Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair. Secara histologik dinding
esofagus sampai lapisan otot seolah-olah mencair. Asam kuat yang tertelan akan
menyebabkan nekrosis menggumpal secara histologik dinding esofagus sampai
6
lapisan otot seolah-olah menggumpal. Zat organik (lisol, karbol) menyebabkan
edema di mukosa atau sub mukosa. Asam kuat menyebabkan kerusakan pada
lambung lebih berat dibandingkan dengan kerusakan di esofagus. Sedangkan basa
kuat menimbulkan kerusakan di esofagus lebih berat dari pada lambung.
f. Esofagitis Karena Obat
RL atau kapsul yang ditelan kemudian tertahan di esofagus mengakibatkan
timbulnya iritasi dan inflamasi yang disebabkan oleh penyempitan lumen esofagus
oleh desakan organ-organ di luar esofagus. Obstruksi oleh karena peradangan, tumor
atau akalasia, menelan pil dalam posisi tidaur dapat menyebabkan esofagitis karena
obat.
E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dilakukan berdasarkan penyebab esofagitis. Pada pasien
dengan trauma kimia pada esofagus,penatalaksanaan pada fase akut dilakukan
perawatan umum berupa perbaikan keadaan umum pada pasien dengan menjaga
keseimbagan elektrolit, serta jalan nafas. Jika kejadian terjadi sebelum 6 jam dapat
diberikan netralisasi dengan menggunakan air susu dengan air jeruk untuk asam kuat.
Untuk mencegah pengecilan esofagus dapat dibantu dengan menggunakan selang
nasogastrik.
Pada pasien dengan esofagus eosinofil dapat diberikan intervensi sebagai berikut (Lee,
Meyer, & Brennan, 2004).
1. Manajemen diet, bertujuan untuk menurunkan stimulus peradangan pada mukosa
esofagus.
2. Kortikosterouid, mempunyai fungsi untuk menghambat sintesis sitokin yang
dipercaya mengaktivasi eosinofil.
3. Terapi endoskopik, bertujuan untun mendalitasi lumen esofagus yang menyempit.
4. Penyakit leukotokrin, bertujuan untuk menghambat kontraksi otot polos yang
mempersempit lumen esofagus.
7
2. Pengukuran pH intra esofagus selama 24 jam. Dikatakan terjadi refluks apabila pH
esofagus didapati kurang dari 4 selama 24 jam pengawasan.
3. Manometri esofagus
Pengukuran kekuatan otot-otot esofagus. Pemeriksaan dilakukan dengan
memasukkan tabung kecil melalui lubang hidung, lalu dilewatkan ke tenggorokan
dan kerongkongan. Tekanan otot-otot esofagus saat beristirahat lalu diukur. Tes ini
bermanfaat untuk mengevaluasi gastroesophageal reflux (GERD) dan gangguang
menelan.
4. Tes Bernstein atau tes ‘infus asam’
Tes perfusi asam dari Bernstein merupakan tes sederhana dan akurat untuk menilai
kepekaan mukosa esofagus terhadap asam.
5. Kapsul endoskopi
Kapsul Endoskopi adalah alat diagnostik yang terdiri atas kamera nirkabel
yang berada di dalam kapsul. Ini adalah alat yang tidak menimbulkan rasa sakit dan
non-invasif yang memberikan gambar usus kecil. Kapsul ditelan dan kapsul ini akan
mengalir sepanjang esofagus, perut hingga ke usus kecil. Kapsul ini mengambil
puluhan ribu gambar yang dapat direkam pada hard disk yang pakai sebagai ikat
pinggang oleh pasien. Kapsul dikeluarkan melalui pembuangan tinja. Image
kemudian diperiksa oleh dokter untuk menentukan gangguan atau kelainan pada usus
kecil.
8
Tanda : Takikardi, takipnea
c. Sirkulasi
Gejala: Hipotensi
Kelembaban kulit/membran mukosa: berkeringat (menunjukan status
nyeri akut, respon psikologik)
d. Integritas ego
Gejala: faktor stres akut atau kronis, perasaan tak berdaya
Tanda: tanda ansietas, mis: gelisah, berkeringat
e. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah
Masalah menelan
Penurunan berat badan
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit
buruk
(Doenges, 2000)
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esofagus, spasme esofagus,
peradangan mukosa esofagus, serta refluks asam lambung atau secret empedu
keesofagus.
b. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya intake makanan yang adekuat.
c. Anxietas berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi,
rencana pembedahan.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
perawatan rumah.
9
3. Rencana keperawatan
10
nyeri muncul. menurunkan nyeri
sekunder dan iskemia
intestinal.
5. Ajarkan tehknik distraksi 5. Distraksi (pengalihan
pada saat nyeri. perhatian ) dapat
menurunkan stimulus
internal
6. Lakukan manajemen 6. Manajemen sentuhan
sentuhan. pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan
psikologis dapat
membantu menurunkan
nyeri
2 Ketidakseimbangan Tujuan 1. Kaji status nutrisi pasien, 1. Memvalidasi dan
nutrisi kurang dari Dalam waktu 2 x 24 jam turgor kulit, berat badan , menetapkan derajat
kebutuhan tubuh setelah diberikan asupan derajat penuruana berat masalah untuk
berhubungan dengan nutrisi, kebutuhan nutrisi badan, integritas mukosa menetapkan pilihan
kurangnya intake pasien terpenuhi. oaral, kemampuan menelan, intervensi yang tepat.
makanan yang adekuat. riwayat mual/ muntah, dan
Kriteria hasil diare.
Pasien dapat mempertahan 2. Pantau intake dan output. 2. Berguna dalam mengukur
11
status nutrisi yang adekuat keefektifan nutrisi dan
Pasien dapat dukungan cairan, makanan
mempertahankan status dan cairan tidak diijinkan
nutrisi yang adekuat melalui mulut selama
Pernyataan motivasi kuat beberapa jam atau beberapa
untuk memenuhi hari sampai gejala akur
kebutuhan nutrisinya. berkurang.
3. Kolaborasi dengan ahli diet 3. Merencanakan diet
untuk menetapakan dengan kandungan nutrisi
komposisi dan jenis diet yang yang adekuat untuk
tepat. memenuhi peningkatan
kebutuhan energy dan
kalori sehubungan dengan
status hipermetabolik
pasien.
4. Kolaborasi untuk pemberian 4. Pemberian antiemtik atau
anti muntah. anti muntah dimaksudkan
untuk menurunkan respons
muntah yang bisa
memberikan kondisi
ketidaknyamanan
12
abdominal yang cenderung
memberikan manifestasi
anoreksia.
3 Anxietas berhubungan Tujuan 1. Monitor respons fisik fisik, 1. Digunakan dalam
dengan prognosis Secara subjektif melaporkan seperti ; kelemahan, mengevaluasi derajat /
penyakit,misinterpretasi rasa cemas berkurang perubahan tanda vital, dan tingkat kesadaran /
informasi, rencana gerakan yang berulang-ulang. konsentrasi khusnya
pembedahan. Kriteria hasil Catat kesesuaian respons ketika melakukan
Pasien mampu verbal dan non verbal selam komunikasi verbal.
mengungkapkan komunikasi. 2. Memberikan kesempatan
perasaannya kepada 2. Anjurkan pasien dan untuk berkonsentrasi,
pasien keluarga untuk kejelasan dari rasa takut,
Pasien dapat mengungkapkan dan dan menguragi cemas
mendemonstrasiskn mengekspresikan yang berlebihan.
keterampilan pemecahan kecemasannya. 3. Anggota keluarga dengan
masalahnya dan 3. Catat reaksi dari pasien/ responsnya pada apa yang
perubahan koping yang keluarga. Berikan terjadi dan kecemasannya
digunakan untuk sesuai kesempatan untuk dapat disampaikan kepada
situasi yang dihadapi. mendiskusikan perasaannya, pasien.
Pasien dapat mencatat konsentrasinya, dan harapan
penurunan kecemasan / massa depan. 4. Sejumlah aktivitas baik
13
ketakutan dibawah 4. Anjurkan aktivitas secara sendiri maupun
standar . pengalihan perhatian sesuai dibantu selama dirawat
Pasien dapat rileks dan kemampuan individu. dapat membuat pasien
tidur / istirahat dengan merasa berkualitas dalam
baik. hidupnya.
14
menyelesaikan administrasi
dan mengetahui secara
financial biaya
pembedahan. Pasien sudah
mendapat penjelasan dan
menandatangani informed
consent.
2. Beritahu pasien dan keluarga 2. Pasien akan mendapat
kapan pasien sudah bisa manfaat bila mengetahui
dikunjungi. kapan keluarga dan
temannya bisa berkunjung
setelah pembedahan.
15
H. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster
(Hadi, 2002).Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal (Price 2005). Gastritis akut
adalah inflamasi mukosa lambung, sering diakibatkan dari pola diet yang sembrono.
Sedangkan gastritis kronik adalah inflamasi mukosa lambung yang berkepanjangan
yang disebabkan baik oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh
bakterihelicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2002) Dari keempat definisi
diatas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu inflamasi atau peradangan
yang sering terjadi pada dinding lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau
lokal.
I. Etiologi Gastritis
1. Pola makan yang tidak teratur: tidak tepat waktu.
2. Iritasi yang disebabkan oleh rangsangan makanan, mislanya makanan pedas,
terlalu asam, dan alkohol.
3. Perokok: kandungan dari rokok seperti fenol, metanol, kadmiun, aseton, an
lain-lain yang dapat berdampak terhadap erosi dan mukosa lambung.
4. Infeksi oleh bakteri (toksin) atau infeksi virus.
5. Obat-obatan seperti aspirin, obat anti inflamasi non steroid yang dapat
berdampak terhadap erosi pada mukosa lambung.
6. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, luka bakar, sepsis. (Arif,
1999).
16
Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan kadar asam lambung didalam tubuh khususnya pada organ
lambung.
3. Melena dan Hematemesis
Hal ini dapt disebabkan karena adanya suatun proses perdarahan yang berawal dari
adanya iritasi dan erosi pada mukosa lambung.
K. Klasifikasi Gastritis
a. Gastritis akut
Gastritis akut dapt disebabkan oleh karen astress, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stress akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus)
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) dalam lambung. Adanya
HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muantah dan
anoreksia.
b. Gatriris kronik
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang
sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah
respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan
metaplasia.Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap
iritasi, metapalasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan
lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darahb lapisan
mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price,
2005).
I. Patofisiologi Gastritis
c. Gastritis Akut
Membrane mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan
jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini mensekresi
sejumlah gerah lambung, yang mengandung sangat sedikit asam tetai banyak
mukus. Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis
(Smeltzer, 2008) .
d. Gastritis Kronis
17
Faktor utama ditandai oleh kondisi progesif epitel kelenjardisertai sel parietal
dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa memunyai permukaan
yang rata.
Gastritis kronis dapat diklarifikasikan sebagai tipe A dan tipe B. tipe A
(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal,
yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Tipe B (kadang disebut gastritis H.
pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat
duodenum) dihubungkan dengan bakteri H.Pylori; faktor diet seperti munuman
panas atau pedas ; penggunaan obat-obatan dan alcohol ; merokok ; refluks isi usus
ke dalam lambung (Smeltzer, 2008) .
18
Faktor utama ditandai oleh kondisi progesif epitel kelenjar disertai sel
parietal dan chief cell. Dionding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai
permukaan yang rata, Gastritis kronis ini digolong menjadi dua kategori Tipe A
(Altrofik atau Fundal) dan tipe B (Antral).
Gastritis kronis tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal, karena
gastritis terjadi pada bagian fundus lambung. Gastritis kronis Tipe A merupakan
suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibodi terhadap sel
parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsic. Tidak adanya sel parietal dan Chief
cell dapat menurunkan sekresi dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umumnya
mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
Gastritis kronis tipe A. penyebab utama Gastritis Tipe B adalah infeksi kronis oleh
Helicobacter Pylory. Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol
yang berlebihan, merokok, dan refluks yang dapat mencetuskan terjadinya ulkus
peptikum dan karsinoma.
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang
dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotik untuk member
Helicobacter Pylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis
kronis. Alkohol dan obat diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi
anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini
harus diobati. Pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B12 dan
terapi yang sesuai. Gastritis kronis ditandai dengan memodifikasi diet dan
meningkatkan istrahat serta memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat
diatasi dengan antibiotic (seperti Tetraskilin atau Amoxcilin) dan garam bismuth
(prepto bismol). Pasien dengan Gstritis Tipe A biasanya mengalami malabsorbsi
vitamin B12.
19
2. Pemeriksaan pernapasan : Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi
oleh bakteri H.pylori atau tidak
3. Pemeriksaan feces : Tes ini memeriksa aakah terdapat H.pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
4. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas : Dengan tes ini dapat terlihata
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat
dari sinar-X
5. Ronsen saluran cerna bagian atas : Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit penceranaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan
barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran
cerna dan akkan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
20
disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin
dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih dll.
e. Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion (ROM), riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas riwayat
penyakit paru.
f. Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif.Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,
tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain).Tingkat pendidikan, persepsi
nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala
0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau
fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan,
pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain.
g. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi. Jumlah jam
tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk,
penggunaan obat, mengeluh letih.
h. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas
dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan bagian
manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai system
terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan
dalam pandangan secara holistik.Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian
terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat non verbal,
ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau relaks.
i. Pola Peran dan Hubungan
21
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.Pekerjaan, tempat tinggal,
tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif terhadap orang lain,
masalah keuangan dll.
j. Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan
dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid,
pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual, pemeriksaan
genital.
k. Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan
systempendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan
orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa
digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stress.
l. Pola Keyakinan Dan Spiritual
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya.Agama, kegiatan keagamaan dan
budaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan,
mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama
sakit(Perry,2005)(Asmadi,2008)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan cairan tidak cukup dan dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake
makanan.
c. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster
22
3. Rencana Keperawatan
Turgor kulit baik (intake) dan pengeluaran 5. untuk menurunkan kerja gaster
Pengisian kapiler < 3 detik cairan (output) cairan sehingga mencegah terjadinya
5. Pertahankan tirah baring muntah
6. Tinggikan kepala tempat 6. mencegah refluks gaster dan
tidur selama pemberian aspirasiantasid
antacid
7. Berikan cairan peroral 2 7. menetralisir sam llambung
liter/hari 8. kafein merangsang produksi
8. Jelaskan kepada kiln asam lambung
agar menghindari kafein 9. untuk penggantian cairan sesuai
23
9. Berikan cairan intravena derajat hipovolemi
sesuai program terapi dankehilangan cairan
medic
10. Pasang nasogastric tube 10. untuk membersihkan lambung
(NGT) pada klien yang yang berisidarah supaya tidak
mengalami perdarahan terbentuk ammonia
akut
11. Pantau hasil
11. untuk mengidentifikasi adanya
pemeriksaan
anemia
haemoglobin (Hb)
12. untuk mengatasi masalah
12. Berikan terapi
gastritis dan hematemesis
antibiotic, antisida,
vitamin K sesuai
program medic
2 Nutrisi kurang Tujuan : 1. Kaji status nutrisi 1. Pengkajian penting dilakukan
dari kebutuhan Kebutuhan nutrisi terpenuhi pasien untuk mengetahui status nutrisi
tubuh pasien sehingga dapat
berhubungan Kriteria hasil : menentukan intervensi yang
dengan kurangnya Penngkatan berat badan diberikan
intake makanan sesuai dengan tujuan 2. Mulut yang bersih dapat
Berat badan ideal sesuai meningkatkan nafsu makan
24
dengantinggi 2. Jaga kebersihan mulut 3. Untuk membantu memenuhi
Tidak terjadi penurunan anjurkan untuk selalu kebutuhan nutrisi yang
berat badan melakukan oral hygiene dibutuhkan pasien
3. Delegatif pemberian 4. Informasi yang diberikan dapat
nutrisi yang sesuai memotivasi pasien untuk
dengan kebutuhan meningkatkan intake nutrisi
pasien
4. Berikan informasi yang 5. Makan sedikit demi sedikit dapat
tepat terhadap pasien meningkatkan intake nutrisi
tentang kebutuhan
nutrisi yang tepat dan
sesuai
5. Anjurkan untuk makan
porsi sedikit tapi sering
3 Nyeri Tujuan : 1. Kaji dan catat keluhan 1. Untuk menentukan intervensi
berhubungan Nyeri teratasi nyeri termasuk local, dan mengetahui efek terapi
dengan iritasi Kriteria hasil : lamanya, intensitas
mukosa gaster klien rileks skala nyeri (0-10) 2. Makanan sebagai penetralisir
klien tidak menyeringai 2. Berikan makan sedikit asam lambung
kesakitan tapi sering 3. Makanan yang merangsang dapat
skala nyeri 0-2 3. Jelaskan agar klien mengiritasi lambung
25
menghindari makanan
yang merangsang
lambung, seperti
makanan pedas, asam
dan mengandung gas
4. Atur posisi tidur yang 4. Posisi yang nyaman dapat
nyaman bagi pasien menurunkan nyeri
5. Anjurkan klien 5. Teknik relaksasi dapat
melakukan tehnik mengalihkan perhatian klien
relaksasi, seperti nafas sehingga dapat menurunkan
dalam, mendengarkan nyeri
music, nonton TV, 6. Untuk menghilangkan nyeri
membaca lambung
6. Berikan terapi analgetik
dan antacid
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Esofagitis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa esophagus yang
disebabkan oleh refluks dari cairan lambung dan atau duodenum dan pancreas. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pengaruh dari makanan dan minuman
serta obat-obatan yang dikonsumsi. Terapi utama pada pasien dengan esofagitis
adalah dengan pemberian PPI untuk mengurangi terjadinya peradangan dan
diharapkan perbaikan yang cepat dari mukosa esophagus.
Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang
berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau
peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang
terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Gastritis dibagi menjadi dua yaitu: gastritis
akut dan kronis. Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan
oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang
terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk
alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Inflamasi lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri
Helicobacter pylori. Manifestasi klinis gastritis antara lain Anorexia, mual, muntah,
nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena.
Gastritis bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total. Gastritis adalah
penyakit yang dapat kambuh apabila si penderita tidak makan teratur, terlalu banyak
makan, atau sebab lain. Biasanya untuk meredakan atau menyembuhkannya penderita
harus meminum obat jika diperlukan. Tetapi gastritis dapat di cegah, yaitu dengan
cara makan teratur, makan secukupnya, cuci tangan sebelum makan dan jangan jajan
sembarangan.
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Aru, S. W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II (5th ed.). Jakarta: Interna Publishing.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien .
Jakarta: Salemba Medika.
Brunner, & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah (8th ed., Vol. II). Jakarta: EGC.
Lee, T. H., Meyer, G. S., & Brennan, T. A. (2004). Eosinophilic Esophagitis. The New England Journal
of Medicine, 940-941.
Li, Y., C.G, R., & II, M. (2007). Reflux injury of esophageal mucosa: experimental studies in animal
models of esophagitis, Barrett's esophagus and esophageal adenocarcinoma. The
internasional society for Disease of the esophagus, 372-378.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Perry, & Potter. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik (4th ed.).
Jakarta: EGC.
Price, & Wilson. (2005). Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah (8th ed.). Jakarta: EGC.
28