Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP SAINS UNTUK KEPERAWATAN

“ASAM DAN BASA”

KELOMPOK 10 :

AMINA ( C12115010 )
ANDI NILAKUSUMA ( C12115514 )
AYU WARDHANI ( C12115038 )
HASNI ( C12115024 )
NURLIA RAHMA ( C12115326 )
NUR SYARQIAH ( C12115312 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
(PSIK FK UH)
NERS A 2015
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari
bahasa latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang
berarti abu. Asam dan basa secara tidak sadar merupakan bagian dari kehidupan kita.
Selain itu,asam dan basa sangat berpengaruh terHadap kondisi lingkungan.
Kebanyakan asam dan basa (yang belum tercampurdengan senyawa lain) dialam
berupa liquid (larutan). Karena bentuk ilmmiah yang mudah untuk direaksikan dengan
senyawa lainnya. Meskipun asam dan basa yang kita komsumsi sehari-hari berupa
padatan seperti makanan dan sabun namun pada akhirnya tetap butuh diencerkan juga
agar lebih muda diserap atau digunakan.
Maka dari itu,kami dari kelompok 10 membuat sebuah makalah yang berjudul
asam dan basa.
B. Tujuan
1. Mendefinisikan istilah asam dan basa
2. Mendefinisikan istilah netralisasi
3. Membedakan asam/basa kuat dan asam/basa lemah
4. Menjelaskan skala pH dalam pemgertian konsentrasi ion hidrogen
5. Menjelaskan sistem buffer utama dalam tubuh dan bagaimana sistem tersebut
mempertahankan pH tubuh
6. Menjelaskan istilah asidosis/alkalosis metabolik dan asidosis/alkalosis respiratorik
C. Manfaat
1. Mengetahui asam dan basa dalam tubuh
2. Istilah netralisasi
3. Membedakan asam/basa kuat dan asam/basa lemah
4. Mengetahui skala pH dalam pengertian konsentrasi ion hidrogen
5. Mengetahui sistem buffer utama dalam tubuh dan bagaimana sistem tersebut
mempertahankan pH tubuh
6. Mengetahui istilah asidosis/alkalosis metabolik dan asidosis/alkalosis respiratorik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Istilah Asam dan Basa


Istilah asam (acid) bersal dari bahasa latin acelum yang berarti cuka. Sebaliknya senyawa
yang memiliki sifat sangat berbeda dibanding asam yaitu senyawa alkali (basa) yang diturunkan
dari abu berbagai tanaman. Suatu senyawa dapat diketajhui bersifat asam atau basa jika berada
dalam bentuk larutannya. Istilah asam digunakan untuk senyawa yang dalam bentuk larutannya
menghasilkan ion hidrogen (H+). Sementara itu, basa digunakan untuk senyawa yang dalam
bentuk larutannya terurai menjadi ion hidroksida (OH-).

1. Teori Arrhenius
Menurut Arrhenius, asam merupakan zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+)
apabila terlarut dalam air, sedangkan basa didefinisikan sebagai zat yang menghasilkan
ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan dalam air. Contoh teraksi yang tidak dapat dijelaskan
dengan teori Arrhenius;
NH3(g) + HCl(g) NH4Cl(s)
Reaksi tersebut tidak melibatkan adanya H+ dan OH-. Proses terurainya zat menjadi
ion-ion disebut ionisasi. Beberapa contoh ionisasi asam-basa sebagai berikut:
Reaksi ionisasi pada beberapa asam:
HNO3 H+ + NO3-
H2SO4 2H+ + SO2-4
H3PO4 3H+ + PO3-4
Reaksi ionisasi pada beberapa basa:
KOH H+ + OH-
Ca(OH)2 Ca2+ + 2OH-
Ba(OH)2 Ba2+ + 2OH-

Contoh Asam Arrahenius


Asam Rumus Molekul Valensi
Asam Klorida HCl 1
Asam Sianida HCN 1
Asam Sulfida H2S 2
Asam Nitrat HNO3 1
Asam Sulfat H2SO4 2
Asam Fosfat H3PO4 3
Asam Asetat CH3COOH 1
Contoh Basa Arrahenius
Asam Rumus Molekul Valensi
Natrium Hidroksida NaOH 1
Kalium Hidroksida KOH 1
Magnesium Hidroksida Mg(OH)2 2
Kalsium Hidroksida Ca(OH)2 2
Barium Hidroksida Ba(OH)2 2
Alumunium Hidroksida Al(OH)3 3
Besi (III) Hidroksida CH3COOH 3

2. Teori Bronsted-Lowry
Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah spesi yang memberikan (donor) proton,
sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai penerima (akseptor) proton
dalam suatu reaksi transfer proton.

B. Definisi asam dan basa


 Asam
Jadi suatu asam didefinisikan sebagai donor ion hidrogen. Ion hidrogen juga dikenal
sebagai proton. Terdapat beberapa cara untuk mengenali atau menjelaskan suatu asam, yaitu :
 Memiliki rasa asam
 Bersifat korosif – membakar jaringan
 Membuat kertas lakmus menjadi merah
 Bereaksi dengan basa membentuk garam dan air – netralisasi
 Memiliki pH kurang dari 7
 Basa
Basa merupakan akseptor ion hidrogen. Basa yang dapat larut dalam air disebut
alkali.Semua alkali adalah basa tetapi tidak semua basa adalah alkali.
Alkali NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
Ion hidroksida dapat menerima ion hidrogen untuk kemudian membentuk air.
OH-(aq) + H+(aq) H2O(l)
Beberapa cara laindapat digunakan untuk mengenali atau menjelaskan suatu basa :
 Memiliki rasa sedikit pahit atau rasa logam
 Bersifat korosif – membakar jaringan
 Membuat kertas lakmus menjadi biru
 Bereaksi dengan asam membentuk garam dan air – netralisasi
 Memiliki pH lebih dari 7

 Netralisasi
Ketika asam dan basa bereaksi satu sama lain, maka akan terbentuk spesies garam yang
biasanya diikuti dengan pembentukan molekul air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi netralisasi,
yang secara umum mengikuti persamaan kimia berikut ini:

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Gangguan pencernaan disebabkan oleh berlebihnya asam klorida di lambung. Kelebihan


asam dapat terjadi dalam waktu lama pada pasien ulkus peptikum. Salah satu terapi gangguan
pencernaan dan refluks gastro- esofageal adalah netralisasi asam dengan tablet yang
mengandung basa (antasida) seperti magnesium klorida (susu magnesium) dan alumunium
hidroksida. Pemberian basa ini akan menetralkan kelebihan asam lambung dan membentuk
garam dan air.

2HCl(aq) + MgOH2(s) MgCl2(aq) + 2H2O(aq)


Jika tablet ini mengandung kalsium karbonat atau natrium bikabornat, maka reaksi
netralisasi akan membentuk garam, air, dan gas karbon dioksida. Pembentukan karbon dioksida
dapat dirasakan sebagai sendawa.

 Garam
Garam merupakan nama umum senyawa yang terbentuk pada proses netralisasi. Garam
yang larut di dalam air disebut elektrolit dalam larutan karena akan berdisosiasi menjadi ion-ion.
Eletrolit sangat esensial untuk fungsi tubuh yang baik. Implus saraf, kontraksi otot, dan regulasi
cairan tubuh tergantung dari adanya elektrolit.
Garam yang paling sering ditemukan di dalam tubuh adalah kalsium fosfat yang terdapat
pada tulang dan gigi. Minuman bersoda dan jus buah bersifat asam dan biasanya juga
mengandung banyak gula yang dapat dikonversi menjadi asam laktat oleh bakteri di mulut. Jadi
minum minuman besoda dan jus buah yang manis dapat menyebabkan karies (lubang) gigi
karena asama yang terdapat dalam minuman akan melarutkan garam kalsium di gigi.

 Asam/Basa Kuat dan Asam/Basa Lemah


 Asam kuat
Asam kuat adalah asam yang berdisosiasi dengan sempurna. Contohnya adalah
asam klorida,asam sulfat,dan asam nitrat
 Asam lemah
Asam lemah adalah asam yang berdisosiasi sebagian dalam larutan. Contoh asam
lemah yaitu, asam etanooat,asam karboonat,asam sitrat,ddann asam laktat.

CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+(aq)

 Basa kuat
Basa kuat adalah basa yang berdisosiasi dengan sempurna dalam larutan. Contoh
basa kuat yaitu, natrium hidroksida,kalium hidroksida,magnesium hidroksida,dan
kalium hidroksida.

NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)

 Basa lemah
Basa lemah adalah basa yang berdiisosiasi sebagian dalam larutan. Contohnya, Amonia.
NH3(g) + H2O NH4+(aq) + OH-(aq)
Senyawa yang bersifat asam sekaligus basa ddisebut amfoter.

 Pekat dan Encer VS Kuat dan Lemah

Asam atau basa pekat mengandung banyak asam atau basa dalam sedikit air. Asam dan
basa encer hanya mengandung sedikit asam atau basa dalam air yang banyak. Konsentrasi
menunjukkan banyaknya zat terlarut (solut) dalam larutan dan digunakan istilah pekat dan encer.
Kekuatan menunjukkan banyaknya asam yang terdisosiasi dan digunakan istilah kuat dan lemah
untuk menunjukkan kekuatan asam.

 Skala pH
Skala pH dibuat berdasarkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. semakin banyak ion
hidrogen dalam larutan, maka pH akan semakin rendah. Begitu pula jika konsentrasi ion
hidroksida semakin tinggi. Skala pH berkisar dari 0 sampai 14 dan dinyatakan secara matematis
sebagai berikut :
pH = - log10[H+]
Tanda kurung ([ ]) menunjukkan konsentrasi ion hidrogen dalam mol per liter.
Konsentrasi ion hidrogen yang normla dalam cairan tubuh sangatlah kecil, hanya 40nmol/L
(0,000000040 mol/L) sehingga digunakan skala logaritma untuk menghindari penggunaan angka
nol yang terlalu banyak.
Larutan asam : [H+] > 1,0 x 10-7 M, pH < 7,00
Larutan basa : [H+] < 1,0 x 10-7 M, pH > 7,00
Larutan netral: [H+] = 1,0 x 10-7 M, pH = 7,00

 pH Cairan Tubuh
Setiap perubahan pH akan mempengaruhi semua reaksi kimia dalam tubuh. Enzim dan
protein fungsionanl lainnya, seperti sitokrom dan hemoglobin, memiliki pH optimum untuk
bekerja dengan baik sehingga sangat terpengaruh oleh perubahan pH yang sedikit sekali pun.
Nilai pH pada lambung dan usus sangat berbeda. Enxim pepsin yang memecah protein di
lambung bekerja dalam kisaran pH 1,5 hingga 2. Jika kisaran pH ini tidak di pertahanakan, maka
terjadi gangguan pencernaan protein. pH lambung yang asam juga dapat menetralkan amilase
dari saliva yang memasuki lambung.
Kisaran pH darah yang normal adalah 7,35 – 7,45. Kisaran pH yang memungkinkan
kehidupan adalah hanya 7,0-7,8. Istilah alkalosis digunakan jika pH darah arteri meningkat
diatas 7,45. Sebaliknya bila pH turun dibawah 7,35 disebut asidosis. Perubahan kecil pH darah
dapat berakibat fatal, pasien dengan pH darah 7,25 atau 7,7 biasanya akan mengalami koma.
Ion hidrogen diproduksi secara terus menerus oleh tubuh. Dua sumber utama hidrogen
adalah:
a. metabolisme selular, misalnya respirasi anaerobik yang memproduksi asam laktat,
metabolisme lemak yang memproduksi bada keton. Juga fosfor dan sulfur yang
terdapat dalam asam amino dan lipid dimetabolisme menjadi asam fosfat dan asam
sulfat. Asam-asam ini disebut juga nonvolatil atau asam tetap.
b. Respirasi selular – dalam 24 jam di produksi 10.000-20.000 mmol karbon dioksida dan
diubah menjadi asam karbonat sebelum diekskresi oleh paru-paru.

Hal ini berarti bahwa harus terdapat sistem tubuh yang mengatur kadar asam basa. Sistem
tubuh tersebut adalah
a. Sistem buffer kimiawi
b. Sistem regulasi respirasi (paru-paru)
c. Sistem regulasi renal (ginjal)
Semua sistem ini bekerja bersama sebagai tim untuk meregulasi pH tubuh.
 Sistem Buffer Dalam Tubuh

Buffer kimiawi
Buffer atau penyangga adalah larutan kimia yang menahan perubahan pH jika terdapat
penambahan asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari : larutan asam lemah dan
garamnya,seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat atau larutan basa lemah dan
garamnya,seperti larutan amonia dan amonium klorida.

Jika pH menurun, maka garam berperan sebagai basa yang akan menerima ion hidrogen
yang ditambahkan pada larutan. Jika Ph meningkat asam lemah ( asam karbonat ) akan
mendonorkan ion hidrogen kepada larutan, sehingga perubahan pH akan “disangga”. Hal yang
sebaliknya berlaku untuk basa lemah dan garamnya.

Secara umum buffer bereaksi dengan melepaskan atau mengambil ion hidrogen:
←Penurunan konsentrasi ion hidrogen
H+ + Buffer- Hbuffer
Peningkatan konsentrasi ion hidrogen→

Perhatikan bahwa ion hidrogen tidak dibuang dari tubuh hanya “ terperangkap “ oleh buffer.
Sistem buffer kimiawi utama dalam tubuh adalah:
a. Sistem Buffer Bikarbonat
b. Sistem Buffer Fosfat
c. Sistem Buffer Protein
d. system buffer hemoglobin
e. system buffer amonia

Semua sistem buffer akan bekerja sama untuk mengembalikan pH dalam sekejap, tetapi
terdapat keterbatasan perubahan pH sebesar apa yang dapat dijaga konstan oleh buffer. Hal ini
tergantung pada cadangan buffer yang tersedia, disebut juga kapasitas buffer. Jumlah asam atau
basa yang ditambahkan sangat besar maka sistem buffer tidak bisa mengatasinya.

1) Sistem Buffer bikarbonat


Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer ekstra selular utama dan bertanggung jawab
mempertahankan pH darah. Karbondioksida yang terbentuk selama respirasi sel akan larut dalam
air plasma untuk membentuk asam karbonat. Asam Karbonat ini akan berdisosiasi sebagai
menghasilkan ion hidrogen dan ion bikarbonat. Ion bikarbonat akan berperanasebagai akseptor
ion hidrogen. Jika ion hidrogen ditambahkan kedalam tubuh, seperti asam laktat yang dihasilkan
saat berolahraga, maka ion bikarbonat dan ion hidrogen yang terbentuk dari asam laktat akan
membentuk asam karbonat.

Asam karbonat berperan sebagai donor ion hidrogen. Jika ion hidrogen hilang dari tubuh,
sepereti pada kasus muntah-muntah berat, asam karbonat akan berdisosiasi lebih banyak untuk
melepaskan ion hidrogen dan ion bikarbonat. Rasio normal bikarbonat terhadap asam karbonat
adalah 20:1. Sistem bikarbonat menyangga 90% ion hidrogen dalam darah dan sngat penting
karena jumlah karbondioksida dan ion bikarbonat juga dapat diatur oleh paru dan ginjal. Jumlah
ion bikarbonat yang tersedia untuk buffer disebut juga cadangan alkali.

2) Sistem buffer Fosfat


Sistem ini serupa dengan sistem buffer bikarbonat. Garam natrium dari dihidrogen fosfat
dan monohidrogen fosfat masing-masing akan berperan sebagai asam lemah dan basa lemah
(lihat persamaan 2). Buffer fosfat terutama mempertahankan Ph fluida intra selular dan tubulus
ginjal, sehingga tidak akan mempertahankan Ph darah, namun merupakan buffer yang penting
untuk urine.

3) Sistem Buffer Protein


Protein merupakan rantai panjang asam-asam amino yang bersatu. Asam amino
mengandung gugus amino dasar ( NH2 ) dan gugus asam (COOH). Tiga bentuk asam amino yang
ada tergantung dari Ph ( lihat persamaan 3). Buffer protein merupakan sistem yang sangat
komplek dan akan mempertahankan Ph fluida intra selular dan plasma. Protein hemoglobin
memiliki dua fungsi khusus, yaitu mentransport oksigen kejaringan dan juga menyangga ion
hidrogen yang transit dari sel ke paru.

4) Sistem Buffer Hemoglobin


Karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit (sel darah merah). Di dalam sel, karbon
dioksida akan diubah menjadi asam karbonat oleh enzim karbonat anhidrase. Asam karbonat
akan berdisosiasi sebagian menghasilkan ion hidrogen dan ion bikarbonat. Kemudian
hemoglobin dan ion hidrogen tersebut bergabung membentuk hemoglobin tereduksi.Reaksi ini
terjadi karena hemoglobin tereduksi merupakan asam yang lebih lemah dibandingkan
oksihemoglobin dan asam karbonat sehingga akan berikatan lebih kuat dengan hidrogen.
Sehingga ketika oksigen dilepas, ion hidrogen yang terbentuk dari asupan karbondioksida akan
terperangkap oleh hemoglobin, dan hal ini akan mencegah perubahan pH.

Saat ion bikarbonat terbentuk dalam eritrosit, ion bikarbonat ini akan berdifusi keluar
kedalam plasma, menjadi bagian jadangan alkali dan menyangga ion hidrogen. Pada saat ion
bikarbonat berdifusi keluar eritrosit, ion klorida akan berdifusi masuk kedalam. Hal ini terjadi
untuk mempertahankan muatan sel tetap netral atau seimbang, dan disebut juga reaksi pergeseran
klorida.

Di alveoli paru terjadi kebalikan dari seluruh proses ini, karbondioksida dan air akan
dibuang melalui proses pernafasan.

5) Sistem buffer amonia


Amonia terbentuk dalam tubulus ginjal dari pemecahan asam amino. Amonia akan
berdifusi kedalam tubulus ginjal, menyanggha ion hidrogen dalam filtrat ginjal dan membentuk
ion amonium. Ion amonium diekskresi diurin dan mencegah urin terlalu asam.
NH3 + H+ NH4+
Amonia ion hidrogen ion amonium

 Regulasi pH Melalui Respirasi


Perubahan pernapasan (ventilasi) dapat mengubah pH dengan dramatis.. Pada orang sehat
produksi karbon dioksida adalah 10mmol/menit, dan dikeluarkan melalui paru-paru dengan
kecepatan yang sama seperti kecepatan pembentukannya di jaringan. Kecepatan ventilasi
diregulasi secara tepat sesuai kadar PCO2 dan konsentrasi ion hidrogen (pH) dalam darah arteri
(PCO2 menunjukkan tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri). Kadar ini dimonitor oleh
kemoreseptor perifer (badan karotis dan aorta) dan kemoreseptor sentral di medula yang sensitif
terhadap perubahan pH cairan serebrospinal(kemoreseptor memberi respons terhadap perubahan
kimiawi disekitarnya). Respons yang diberikan adalah perubahan kecepatan dan kedalaman
ventilasi. Nilai normal PCO2 adalah 4,7-6,0 kPa atau 35-40 mmHg. Asidosis respitorik terjadi jika
terdapat akumulasi karbon dioksida dalam darah dan pengkatan PCO2 di atas normal, yaitu >6
kPa. Alkalosis respiratorik terjadi jika karbon dioksida dibuang dari darah dan PCO2 turun di
bawah normal, yaitu <4,7 kPa.

Regulasi pH oleh ventilasi terjadi melalui dua mekanisme berikut :

a. Peningkatan PCO2 atau konsentrasi ion H+ akan menurunkan pH. Sebagai akibatnya, pusat
pernapasan dimedula akan terangsang dan pernapasan menjadi lebih dalam dan cepat
(hiperventilasi). Pernapasan yang dalam dan cepat akan mengeluarkan karbon dioksida dan
menggeser kesetimbangan ke kiri dan mengembalikan nilai ke kadar yang normla. Hal ini
juga merupakan mekanisme umpan balik negatif.
H2O + CO2 H2CO3 H+ + HCO3-
b. Penurunan PCO2 atau konsentrasi ion H+ akan meningkatkan pH. Sebagai akibatnya, terjadi
penekanan pusat pernapasan di medula dan pernapasan menjadi lebih dangkal dan lambat
(hipoventilasi). Kesetimbangan persamaan akan terdorong ke kanan dan menyebabkan
akumulasi karbon dioksida sehingga mengembalikan nilai normal. Hal ini juga merupakan
mekanisme umpan balik negatif.

Reaksi sitem respirasi lebih lambat dibandingkan sitem buffer, yaitu sekitar 1-3 menit,
sedangkan sistem buffer bekerja dalam hitungan detik. Namun demikian, sistem respirasi tidak
seperti sistem buffer yang akan mengeluarkan ion hidrogen dari tubuh, sehingga tidak ada
batasan untuk kapasitas sistem respirasi.

Regulasi pH Oleh Ginjal


Terdapat sekitar 1,3 juta nefron pada setiap ginjal. Fungsi nefron adalah filtrasi, sekresi
dan reabsorbsi. Ginjal meregulasi pH secara selektif dengan membuang atau mengembalikan
ion-ion dan produk lainnya ke darah. Ginjal memfiltrasi 1,2 L darah per menit.

Ginjal bertanggung jawab membuang asam-asam tetap seperti asam laktat dan asam
fosfat yang terbentuk selama metabolisme. Penurunan pH karena akumulasi asam-asam ini
disebut juga asidosis metabolik. Regulasi ion bikarbonat hanya dilakukan oleh ginjal. Reabsorbsi
ion bikarbonat memungkinkan pembaruan sistem buffer. Akumulasi ion bikarbonat di darah
akan menyebabkan alkalosis metabolik. Selama asidosis metabolik, ginjal mempertahankan pH
dengan mensekresi ion hidrogen dan mereabsorbsi ion bikarbonat. Pada alkalosis metabolik,
terjadi reaksi sebaliknya.

 Asidosis/Alkalosis Metabolik dan Asidosis/Alkalosis Respiratorik

 Asidosis
Asidosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri dibawah 7.4. Asidosis ini terbagi
menjadi dua jenis yaitu Asidosisrespiratorik dan asidosis metablolik.
a. Asidosis respiratorik
Secara umum asidosis repiratorik disebabkan karena naiknya PCO2 dalam darah. Hal ini
terjadi akibat hipoventilasi. Dengan peningkatan PCO2 akan mengakibatkan terjadi peningkatan
konsentrasi H2CO3 dan H+..

b. Asidosis metabolik
Pada asidosis metabolik, kelebihan H+ melebihi HCO3- yang terjadi di dalam cairan
tubulus secara primer disebabkan oleh penurunan filtrasi HCO3-. Penurunan ini dikarenakan
penurunan konsentrasi HCO3- cairan ektrasel. Penurunan kadar HCO3 ini dapat dikarenakan
hilang melalui ekresi ginjal maupun karena diare.

Selain karena penurunan kadar HCO3-, asidosis metabolik dapat juga disebabkan oleh
penambahan asam di CES, sebagai contoh asidosis laktat, ketogenesis, asam dari TGI.
Penambahan asam ini akan meningkatkan kadar H+ secara langsung. Inti dari penyebab asidosis
metabolik yaitu terjadi penurunan rasio HCO3-/H+. baik terjadi kekurang HCO3-maupun
peningkatan H+.
 Alkalosis
Alkalosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri diatas 7.4. Alkalosis ini terbagi
menjadi dua jenis yaitu Alakalosis respiratorik dan alkalosis metablolik.
a. Alkalosis respiratorik
Terjadi akibat hiperventilasi alveolar yang menyebabkan PCO2 turun secara drastis.
Selain terjadi karena rangsangan saraf pusat, seperti hiperventilasi psikogenik, keadaan
hipermetabolik, ataupun karena gangguan CNS, dapat juga karena hipokisia. Hipoksia ini dapat
berupa pneumonia, gagal jantung kongestif, fibrosis paru, ataupun tinggal di tempat tinggi yang
kadar o2nya rendah. Dikarenakan organ tubuh kekurangan o2 maka secara fisiologis tubuh akan
berusaha mengembalikannya ke keadaan homeostasis dengan cara meningkatkan ventilasi untuk
memenuhi kebutuhan o2, namun hal ini menyebabkan banyak CO2 banyak keluar dari tubuh.
Kompensasi yang dilakukan tubuh yaitu dengan menurunkan ventilasi alveoli. Dengan
penurunan ventilasi ini diharapkan kadar CO2 di darah meningkat, sehingga dapat menurunkan
pH. Mekanisme peningkatan H+ ini seperti ini, sel tubulus akan memberi respons secara
langsung terhadap penurunan PCO2 darah. Penurunan PCO2 akan menurunkan PCO2 sel tubulus,
menyebabkan mengurangi pembentukan H+ dalam sel tubulus, yang kemudian penurunan sekresi
H+. Dengan penurunan ekresi ini berarti H+yang direabsorbsi akan meningkat, sehingga kadar
H+ didalam darah meningkat.

Kompensasi kedua yaitu dengan cara meningkatkan ekskresi HCO3-. Dimana dengan
peningkatan eksresi HCO3- akan mengakibatkan banyak ion H+ yang tidak berikatan yang
nantinya akan direabsobsi tubulus yang kemudian didifusikan ke aliran darah. Dengan
peningkatan konsentrasi H+ di dalam darah nantinya akan menurunkan pH darah.

b. Alkalosis metabolik
Pada alkalosis terjadi kebalikannya yaitu terjadi peningkatan rasio antara HCO3-/H+. Hal
ini dapat disebabkan oleh beberapa hal , diantaranya yaitu peningkatan konsentrasi HCO3-
dan/atau penurunan konsentrasi H+.

Hal –hal yang menyebabkan terjadi peningkatan HCO3- salah satunya karena konsumsi
bikarbonat yang berlebihan. Sebagai contoh penambahan natrium bikarbonat yang berlebihan.
Hal-hal yang dapat menyebabakan konsentrasi H+ turun diantaranya yaitu
a. Pemberian diuretika(kecuali penghambat karbonik anhidrase)
b. Kelebihan alddosteron
c. Muntah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asam dan basa merupakan substansi yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
asam dan basa juga ditemukan dalam tubuh. Di dalam tubuh kadar asam dan basa harus
diregulasi terus menerus. Jika kadar asam atau basa terlalu tinggi dapat menyebabkan pasien
sakit berat atau bahkan meninggal. Kadar asam yang terlalu tinggi dinamakan asidosis
sedangkan kadar basa yang terlalu tinggi disebut dengan istilah alkalosis.
Jika asam bereaksi dengan basa akan membentuk garam dan air, reaksi ini dinamakan
dengan netralisasi. Netralisasi berguna untuk menetralkan racun yang ada di dalam tubuh. Yang
perlu diperhatikan bahwa asam dan basa bersifat kororsif dan tidak boleh ditelan.
Selain itu setiap perubahn pH akan mempengaruhi semua reaksi kimia dalam tubuh, hal
ini berarti harus ada sitem tubuh yang mengatur kadar asam-basa. Sitem itu adalah sistem buffer
kimiawi, sistem regulasi respirasi dan sistem regulasi renal (gibjal), semua sistem ini bekerja
sama untuk meregulasi pH tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

 http://ayosz.wordpress.com/2008/02/21/kesimbangan-asam-basa/
 Jomes Joyce, Colin Baker, Helen Swain

Anda mungkin juga menyukai