Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUTOR I

BLOK KEPERAWATAN GERONTIK

KELOMPOK 2 :
Pazela Kumala Putri G1B117003
Rika Amaliya G1B117004
Elisa Putri G1B117009
Heri Yawanto G1B117010
Mariyati Kiptiah G1B117011
Safira Angelia Saragih G1B117012
Windi Clariska G1B117022
Alda Ratika G1B117023
Fitri Yanti Rahayu G1B117024
Ditya Rahma Risky G1B117025
Rhetiya Mekiza G1B117034

Dosen Pembimbing :
Ns. Yuliana, S.Kep,. M.Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Laporan Tutor Pertama
ini, disusun dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah “Blok Keperawatan
Gerontik”. Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami mohon maaf yang setulus-tulusnya jika dalam penyusunan
laporan ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca.

Akhir kata kami berharap agar laporan ini berguna bagi semua pihak, dan
juga laporan ini bisa menambah pengetahuan bagi semua pembaca, semoga
tercapai segala tujuan yang hendak dicapai.

Jambi, 1 September 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. 2

Daftar Isi........................................................................................................... 3

Bab I. Pendahuluan........................................................................................ 5

1.1. Latar Belakang.................................................................................... 5


1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3. Tujuan ................................................................................................ 5
1.4. Manfaat .............................................................................................. 6

Bab II. Pembahasan........................................................................................ 8

2.1. Upaya Pembinaan dan Pelayanan Kesehhatan Lansia....................... 8


2.2. Tujuan dan Sasaran Pembinaan.......................................................... 9
2.3. Pelayanan Kesehatan dan Penyuluhan Masyarakat Usia Lanjut........ 10
2.4. Kebijakan dan Program Kesehatan Lansia Secara Nasional.............. 12
2.5. Posyandu Lansia................................................................................. 14
2.6. Tujuan Posyandu Lansia..................................................................... 14
2.7. Sasaran Posyandu Lansia.................................................................... 15
2.8. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia............................................ 15
2.9. Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia.............................................. 17
2.10. Jenis Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia................................. 17
Bab III. Penutup............................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 19
3.2 Saran..................................................................................................... 19

Lampiran......................................................................................................... 20

Skenario Kasus........................................................................................... 20
Step I (Klarifikasi Istilah Sulit)................................................................... 20

3
Step II (Identifikasi Masalah)..................................................................... 21
Step III (Analisa Masalah).......................................................................... 22
Step IV (Mind Mapping)............................................................................ 25
Step V (Learning Objective)....................................................................... 26

Daftar Pustaka................................................................................................ 28

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan
perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut
pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu gambaran
masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan
dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil,
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Keperawatan
sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil
bagian dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia dengan
menitikberatkan pada penanganan di bidang kesehatan dan keperawatan.
Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat
kesehatan dan tingkat ketergantungan lansia di masyarakat. Salah satu pelayanan
kesehatan di masyarakat adalah posyandu lansia.
Posyandu adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang didirikan di
desadesa kecil yang tidak terjangkau oleh rumah sakit atau klinik. Tujuan program
posyandu lansia adalah memberdayakan kelompok lansia sehingga mereka
mampu untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya
serta dapat menyumbangkan tenaga dan kemampuannya untuk kepentingan
keluarga dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam posyandu lansia akan
dikembangkan lebih bersifat mempertahankan derajat kesehatan, meningkatkan
daya ingat, meningkatkan rasa percaya diri dan kebugaran lansia).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu


bagaimana program nasional kesehatan lansia.

5
1.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana program nasional
kesehatan lansia.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dasar hukum dan pengembangan program
pembinaan kesehatan lansia
2. Untuk mengetahui pengertian dari upaya pembinaan dan
pelayanan kesehatan lansia
3. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran upaya pembinaan dan
pelayanan kesehatan lansia
4. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan dan penyuluhan
kesehatan masyarakat usia lanjut
5. Untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan dasar usia
lanjut
6. Untuk mengetahui kebijakan dan program kesehatan lansia secara
nasional
7. Untuk mengetahui tujuan posyandu lansia
8. Untuk mengetahui sasaran posyandu lansia
9. Untuk mengetahui mekanisme pelayanan posyandu lansia
10. Untuk mengetahui kendala pelaksanaan posyandu lansia
11. Untuk mengetahui jenis pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada usia lanjut di posyandu lansia

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari makalah yang ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan materi atau referensi pembelajaran dan menambah
pengetahuan khususnya mengenai program nasional kesehatan lansia

6
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi bagi institusi pendidikan khususnya Prodi
Keperawatan Universitas Jambi.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

A. Pengertian

 Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan
menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan
kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas- Puskesmas ataupun
Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya.

 Tekhnologi tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah


tekhnologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang didukung
oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat
diterima oleh masyarakat sesuai dengan azas manfaat.

 Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah peran
serta masyarakat baik sebagai pemberi pelayanan kesehatan maupun
penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam
pemecahan masalah usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan
pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia lanjut setempat.

2.2 Tujuan & Sasaran Pembinaan :

1. Tujuan Umum

Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua
yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai
dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.

8
2. Tujuan Khusus

 Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri


kesehatannya.

 Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk


keluarganya

 dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.

 Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.

 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

3. Sasaran pembinaan Secara Langsung

 Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam virilitas
dalam keluarga maupun masyarakat luas.

 Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun ) dalam


keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarajat umumnya.

 Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan usia lanjut
dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup sendiri, terpencil, hidup
dalam panti, penderita penyakit berat, cacat dan lain-lain.

4. Sasaran Pembinaan Tidak Langsung

 Keluarga dimana usia lanjut berada.

 Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut.

 Masyarakat luas.

9
2.3 Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia
Lanjut

1. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut


agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri,
keluarga maupun masyarakat.

Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan


masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program
pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :

 Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan


kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan
kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.

 Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan


kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.

 Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi


seimbang.

 Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang


Maha Esa

 Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau


hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.

 Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok


sosial.

 Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok,


alkhohol, kopi, kelelahan fisik dan mental.

 Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar

10
2. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses
ketuaan.

Upaya preventif dapat berupa kegiatan :

 Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan


secara dini penyakit-penyakit usia lanjut

 Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan


kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.

 Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata,


alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan
tetap merasa berguna

 Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya


kecelakaan pada usia lanjut.

 Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang


Maha Esa

3. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa
kegiatan:

 Pelayanan kesehatan dasar

 Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan

4. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah


menurun. Yang dapat berupa kegiatan :

 Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan


berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia
lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan
dan kemampuan. .

11
 Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
penderita

 Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam


maupun diluar rumah.

 Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.

 Perawatan fisio terapi.

2.4 Kebijakan Dan Program Kesehatan Lansia Secara Nasional

Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk


berstruktur lanjut usia (aging struktured population) karena jumlah penduduk
yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah
penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak 7% adalah di pulau Jawa dan Bali.
Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara lain disebabkan antara lain karena
1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, 2) kemajuan di bidang
pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat.

Jumlah Penduduk Lansia Indonesia


Tahun Usia Harapan Hidup Jumlah Penduduk Lansia %
1980 52,2 tahun 7.998..543 5,45
1990 59,8 tahun 11.277.557 6,29
2000 64,5 tahun 14.439.967 7,18
2006 66,2 tahun +19 juta 8,90
2010 (prakiraan) 67,4 tahun +23,9 juta 9,77
2020 (prakiraan) 71,1 tahun +28,8 juta 11,34

Jumlah penduduk Lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta,
usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta
(9,77%), usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan
sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Dari jumlah
tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan

12
sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232
(9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup besar antara Lansia yang tinggal di
perkotaan dan di perdesaan. Perbedaan ini bisa jadi karena antara lain Lansia yang
tadinya berasal dari desa lebih memilih kembali ke desa di hari tuanya, dan
mungkin juga bisa jadi karena penduduk perdesaan usia harapan hidupnya lebih
besar karena tidak menghirup udara yang sudah berpolusi, tidak sering
menghadapi hal-hal yang membuat mereka stress, lebih banyak tenteramnya
ketimbang hari-hari tiada stress atau juga bisa jadi karena makanan yang
dikonsumsi tidak terkontaminasi dengan pestisida sehingga membuat mereka
tidak mudah terserang penyakit sehingga berumurpanjang.

Namun jika dilihat pada tahun 2020 walaupun jumlah Lansia tetap
mengalami kenaikan yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), ternyata jumlah Lansia
yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%)
dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927
(11,51%).

Kecenderungan meningkatnya Lansia yang tinggal di perkotaan ini bisa


jadi disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. Karena
pemusatan penduduk di suatu wilayah dapat menyebabkan dan membentuk
wilayah urban. Suatu contoh bahwa untuk membedakan wilayah rural dan urban
di antara kota Jakarta dan Bekasi atau antara Surabaya dengan Sidoarjo serta kota-
kota lainnya kelihatannya semakin tidak jelas. Oleh karena itu benarlah kata orang
bahwa Pantura adalah kota terpanjang di dunia, tidak jelas perbatasan antara satu
kota dengan kota lainnya.

Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah


penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para
remaja yang saat ini sudah banyak mengarah menuju kota, mereka itu nantinya
sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena saudara, keluarga dan bahkan
teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber penghidupan dari
pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada
umumnya penduduk desa yang pergi mencari penghidupan di kota, pada

13
umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap sebagai sumber
penghidupankeluarganya.

Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang
penting sebagai sumber penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak
mempunyai sumber daya alam yang cukup maka di era globalisasi akan beralih
kepada sektor jasa sebagai sumber penghasilannya, contoh negara Singapura.
Pada hal sektor jasa dapat berjalan dan hidup hanya di daerah perkotaan.

2.5 Posyandu Lansia

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah


merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa
tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
dengan keberadaannya.  Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada
kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia
melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah
Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas,
dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. 

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia


lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

2.6 Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

14
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.

2.7 Sasaran posyandu lansia

a) Sasaran langsung:
-  Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
-  Usia lanjut 60-69 thn
-  Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60 thn
atau lebih dgn masalah kesehatan
b) Sasaran tidak langsung:
- Keluarga dimana usia lanjut berada
- Masyarakat di lingkungan usia lanjut
- Organisasi sosial yg peduli
- Petugas kesehatan
- Masyarakat luas

2.8 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan


yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota
penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja
seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut :
- Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan

15
- Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga
dilakukan di meja II ini.
-  Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.

2.9 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara
lain :
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. 
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman
pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu,
lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan
segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan
pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu
tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya
tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu
ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia
merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya
motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan
lansia untuk datang ke posyandu.

16
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi
atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal
posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama
lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas
kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap
yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan
yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang
adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan
merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu
apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu
respons.
e. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan
Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.

2.10 Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di


Posyandu Lansia
seperti:
a.       Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat
tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b.      Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c.       Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

17
d.      Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e.       Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f.       Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
g.      Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
h.      Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. Dan
i.        Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia,
gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan,


sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau
tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan
dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan
laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan
menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tekhnologi tepat guna dalam upaya
kesehatan usia lanjut adalah tekhnologi yang mengacu pada masa usia lanjut
setempat, yang didukung oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat. Tujuan
adanya keperawatan ini adalah Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata
kemasyarakatan.

Sasaran yang ditujukan untuk tindakan ini yaitu Sasaran Pembinaan Tidak
Langsung seperti Keluarga dimana usia lanjut berada, Organisasi sosial yang
bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut dan Masyarakat luas.
Pelayanan kesehatan dan penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut bisa
dengan melakukan upaya promotif dan upaya preventif. Dalam kegiatan ini sudah
tercantum dalam Dasar Hukum & Pengembangan program Pembinaan Kesehatan
Lansia.

3.2 Saran

Dengan disusunnya laporan ini diharapkan kepada semua pembaca agar


dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam laporan ini sehingga
sedikit banyak dapat menambah pengetahuan pembaca tentang upaya pembinaan
dan pelayanan kesehatan lansia Disamping itu kami juga mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih pada laporan kami
selanjutnya.

19
LAMPIRAN
KASUS

Kasus 1

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah


meningkatkan umur harapan hidup(UHH) manusia Indonesia, dimana pada
RPJMN kesehatan, tahun 2014 diharapkan terjadi peningkatan UHH dari 70,6
tahun pada 2010 menjadi 72 tahun 2014. Sejalan dengan meningkatnya usia
harapan hidup, akan terjadi perubahan struktur usia penduduk dengan
bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia.

Permasalahan khusus yang terjadi pada lansia adalah proses penuaan yang terjadi
secara alami dengan konsekuensi timbulnya masalah fisik, mental, dan sosial. Hal
ini bisa membuat lansia mengalami status kesehatan menurun, mulai menarik diri
dari kehidupan sosial dan penghasilan berkurang. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, pemerintah perlu membuat kebijakan nasional di sistem pelayanan
fasilitas kesehatani yaitu membuat Program Nasional Kesehatan Lansia

STEP 1
1. RPJMN
2. UHH
3. Program nasional kesehatan lansia
Jawab :
1. Rpjmn adalah rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun
2020-2024, yang selanjutnya di sebut rpjm nasional adalah dokumen
perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 tahun terhitung sejak
tahun 2020-2024. Rpjm nasional merupakan penjabaran dari visi,misi, dan
program presiden hasil pemilihan 2019.

20
2. UHH adalah salah satu indikator derajat kesehatan dan kulaitas hidup
masyrakat, dengan adanya peningkatan umur harapan hidup (UHH) saat
lahir dapat diindikasikan adanya keberhasilan pada sektor kesehatan.
3. Program nasional kesehatan lansia adalah program yang sudah di sepakati
dan di gerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
lansia.

STEP 2

1. Sebutkan apa saja contoh kinerja atau proker pemerintah terhadap


kesehatan lansia untuk mengatasi masalah yang ada pada lansia?
2. Apa saja masalah fisik, mental dan sosial yg dialami lansia?
3. apa saja indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di indonesia
selain meningkatkan umur harapan hidup?
4. Dengan masalah lansia yaitu penuaan , lansia kembali seperti anak anak,
maka program apa yang dipakai untuk mengatasi masalah tersebut?
5. Dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini, program apa yg bisa
dilakukan pemerintah?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan kesehatan lansia?
7. Batasan ranah keperawatan gerontik baik program bersama pemerintah
atau mandiri
8. Berapa persen tingkat keberhasilan dlm mengatasi masalah lansia di
program nasional kesehatan lansia yang dibuat pemerintah?
9. Sebutkan faktor-faktor kesehatan yang berhubungan dengan faktor
harapan hidup yang terjadi pada lansia!
10. Bagaimana kriteria / cara untuk mengukur umur harapan hidup pada
lansia?

STEP 3 ( Analisa Masalah)

21
1. Program Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan status
kesehatan para lanjut usia adalah peningkatan dan pemantapan upaya
kesehatan para Lanjut Usia di pelayanan kesehatan dasar, khususnya
Puskesmas dan kelompok Lanjut Usia melalui konsep Puskesmas Santun
Lanjut Usia. 
2. Seiring bertambahnya usia tubuh akan mengalami penuaan yang ditandai
dengan perubahan bentuk fisik dan fungsi tubuh yang mulai menurun.
Masalah tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Masalah fisik : Kekurangan nutrisi hal ini disebabkan karena gigi sudah
tidak optimal dalam proses mengunyah makanan, penurunan fungsi
pengecapan dan penciuman. Penyakit penyerta yaitu penyakit metabolic
seperti hipertensi diabetes mellitus dsb, dan kemampuan berpikir menurun
dikarenakan saat bertambahnya usia kemampuan kognitif seringkali
menurun bahkan tidak sedikit lansia yang menderita demensia.
b. Masalah psikologis : faktor yang mempengaruhi psikologis lansia yaitu
kehilangan pasangan hidup, teman-teman yang mulai berkurang dan anak
anak yang sudah tidak tinggal serumah. Selain itu lansia juga mengalami
post power syndrome atau kondisi dimana seseorang kehilangan posisi
atau jabatan tertentu sehingga membuat ia merasa tidak dihargai atau
dihormati yang kadang menjadi pemicu masalah psikisnya. Kemudian
munculnya penyakit yang membatasi gerak pun bisa jadi salah satu faktor
pemicu frustasi karena lansia sudah tidak bisa seaktif dulu.
c. Masalah sosial : dianggap tidak mandiri adalah permasalahan umum yang
dialami lansia karena keluarga atau orang terdekat akan memperlakukan
mereka seperti halnya anak kecil. Hal ini secara tidak langsung dapat
membuat lansia kehilangan kepercayaan dirinya sehingga lansia enggan
untuk bersosialisasi. ( Nestle health science)
3. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di indonesia adalah
sebagai berikut :
a. Menurunnya angka kematian bayi
b. Menurunnnya angka kematian ibu

22
c. Menurunnya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, Rencana Aksi
Nasional Kesejahteraan Lanjut Usia tahun 2010-2014 yang disusun
dibawah koordinasi Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat dan
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52. Tahun 2004 Tentang
Komisi Nasional Lanjut Usia. Program Kementerian Kesehatan dalam
upaya untuk meningkatkan status kesehatan para lanjut usia adalah
peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para Lanjut Usia di
pelayanan kesehatan dasar, khususnya Puskesmas dan kelompok Lanjut
Usia melalui konsep Puskesmas Santun Lanjut Usia.
5. Program yang dapat dilakukan yaitu pelayanan kesempatan bekerja yaitu
dengan mengajak para lansia dalam pembuatan masker kain dengan alat
dan bahan yang ada dirumah. Dengan begitu lansia dapat bersosialisasi
dan meningkatkan pendapatan daerah tersebut.
6. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kesehatan lansia yaitu
sebagai berikut :
a. Faktor Ekonomi sangat berpengaruh dalam penurunan kesehatan
lansia. Lansia yang tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan
resiko untuk menjadi sakit dan disabilitas.
b. Faktor Sosial : pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial
yaitu penyakit kronis, sadar akan kematian, dan ketidakmampuan
dalam melakukan aktifitas fisiknya. Kesepian akibat pengasingan dari
lingkungan social dan dari segi ekonomi akibat dari pemberhentian
kerja atau pension juga mempengaruhi kesehatan lansia
c. Faktor Lingkungan : akses dan ketersediaan transportasi umum sangat
penting untuk lansia yang memilik masalah mobilitas. Resiko- resiko
pada lingkungan fisik menyebabkan kelemahan dan cidera yang
menyakitkan diantara lansia (WHO, 2002).
7. LO
8. LO

23
9. Faktor-faktor kesehatan yang mempengaruhi dan berhubungan dengan
UHH adalah gizi, merokok, menaoupouse dan osteoporosis.
10. Cara untuk mengukur usia harapan hidup yaitu umur masing-masing yang
meninggal dijumlahkan semuanya dan kemudian dibagi dengan jumlah
orang yang meninggal pada tahun itu, yakni sebanyak 50 orang. Misalnya
ketika dijumlah kan semua orang yang meninggla diperoleh sebesar 2500
maka usia harapan hidup dapat dihitung sebagai berikut :

STEP IV ( MIND MAPPING )

24
LANSIA PROSES PENUAAN

MASALAH : STATUS
KESEHATAN
1. FISIK MENURUN
2. MENTAL
3. SOSIAL

MENARIK DIRI DARI KEHIDUPAN PENGHASILAN BERKURANG


SOSIAL

PERLUNYA MENINGKATKAN UMUR HARAPAN


HIDUP

( UHH )

PROGRAM NASIONAL KESEHATAN LANSIA

STEP 5 (LEARNING OBJECTIVE)

25
1. Berapa persen tingkat keberhasilan dalam mengatasi masalah lansia di program
nasional Kesehatan lansia yang dibuat pemerintah?
2. Batasan ranah keperawatan gerontik baik program Bersama pemerintah
maupun mandiri?
JAWAB
1. Tingkat keberhasilannya ditentukan oleh berjalan atau tidaknya program yang
telah di buat. Pada rencana nasional keasehatan lanjut usia tahun 2016-2019
dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia untuk mencapai
lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna bagi keluarga
dan masyarakat. Rencana aksi dan indicator Kesehatan lansia ini memiliki
presentase target yang berbeda-beda. Badan Pusat Statistik (2013)
memproyeksikan, jumlah penduduk lanjut usia (60+) diperkirakan akan
meningkat menjadi 27,1 juta jiwa pada tahun 2020, menjadi 33,7 juta jiwa pada
tahun 2025 dan 48,2 juta jiwa tahun 2035. Makin bertambah usia, makin besar
kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual,
ekonomi dan sosial. Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu dikembangkan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan
pemeliharaan kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan.
Untuk tercapainya hidup sehat dan dalam upaya menurunkan prevalensi
penyakit hingga 50% (lima puluh persen), di awal tahun 2016 Bappenas telah
meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang dilaksanakan
dan didukung oleh semua lintas sektor terkait. Sejalan dengan berlangsungnya
GERMAS, Kementerian Kesehatan dan jajarannya memulai program keluarga
sehat, yaitu program yang dilaksanakan oleh Puskesmas dengan sasaran utama
adalah keluarga.

2. Perawat gerontik dapat berkolaborasi atau berperan dalam program pemerintah


dalam memberikan pelayanan Kesehatan pada lanjut usia seperti Posyandu
Lansia, Puskesmas Santun Usia Lanjut dan Pelayanan Kesehatan di Panti
Werda.

26
Fokus keperawatan gerontik
a. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Upaya yang dilakukan adalah memelihara kesehatan dan mengoptimalkan
kondisi lansia dengan menjaga perilaku yang sehat. Contohnya adalah
memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada lansia,
perilaku hidup bersih dan sehat serta manfaat olah raga.

b. Pencegahan penyakit (preventif)


Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena proses penuaan dengan
melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi sedini mungkin
terjadinya penyakit, contohnya adalah pemeriksaan tekanan darah, gula
darah, kolesterol secara berkala, menjaga pola makan, contohnya makan 3
kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah porsi makanan tidak terlalu banyak
mengandung karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan mengatur aktifitas dan
istirahat, misalnya tidur selama 6-8 jam/24 jam.

c. Mengoptimalkan fungsi mental.


Upaya yang dilakukan dengan bimbingan rohani, diberikan ceramah agama,
sholat berjamaah, senam GLO (Gerak Latih Otak) (GLO) dan melakukan
terapi aktivitas kelompok, misalnya mendengarkan musik bersama lansia
lain dan menebak judul lagunya.

d. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.


Melakukan upaya kerjasama dengan tim medis untuk pengobatan pada
penyakit yang diderita lansia, terutama lansia yang memiliki resiko tinggi
terhadap penyakit, misalnya pada saat kegiatan Posyandu Lansia.

DAFTAR PUSTAKA

27
Maryam, R siti.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba
medika

Mubarak Wahid iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. 2006. Jakarta:


Sagung Seto

Situart dan Sundart. Keperawatan Medikal Bedah 1.2001. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan, 2003, Pedoman Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas


Kesehatan I, Kebijakan Program Dan II, Materi Pembinaan, Direktorat Bina
Kesehatan Keluarga, Jakarta
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 Tentang
Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019

28

Anda mungkin juga menyukai