Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF

“MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN PALIATIF”

Oleh :

Kelompok 2

1. APRILIZA YANTI
2. FAHRI AMRULLAH
3. HUSNUL HOTIMAH
4. M. KHAIRUL FATIHIN ASARI
5. MALA SULFIANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM KHUSUS S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan
alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah
satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang
paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya
untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri (manajemen
nyeri) tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan
merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Nyeri dapat
diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat
subjektif membuat perawat harus mampu dalam memberikan asuhan keperawatan secara
holistic dan menanganinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nyeri?
2. Apa saja klasifikasi nyeri?
3. Apa etiologi nyeri?
4. Bagaimana patofisiologi nyeri?
5. Bagaimana penanganan nyeri (pain management)?
6. Apa tujuan penanganan nyeri (pain management)?
7. Apa faktor yang mempengaruhi respon nyeri?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian nyeri.
2. Mengetahui apa saja klasifikasi nyeri.
3. Mengetahui apa etiologi nyeri.
4. Mengidentifikasi bagaimana patofisiologi nyeri.
5. Mengidentifikasi bagaimana penanganan nyeri (pain management).
6. Mengetahui apa tujuan penanganan nyeri (pain management).
7. Mengetahui apa faktor yang mempengaruhi respon nyeri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai
“an unpleasant sensory and emotional experience which we primarily associate with tissue
damage or describe in terms of such damage, or both”. Definisi ini menyatakan bahwa nyeri
merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory, emosional, kognitif dan eksistensi dari
keadaan pathology fisik tidaklah mutlak muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri.
(The IASP, dalam Parrot,2002)
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Walaupun
demikian nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik
secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan
atau factor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain.

B. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat,
berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri berdasarkan tempatnya;
1. Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada mukosa,
kulit.
2. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada
organ-organ tubuh visceral.
3. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam
tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan daerah asal
nyeri.
4. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat,
spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya;
1. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang
lama.
3. Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasanya menetap sekitar 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat-ringannya;
1. Nyeri rendah , yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
2. Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan;
1. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang
dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin
sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit
arteriosclerosis pada arteri koroner.
2. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya
beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

C. Etiologi Nyeri
Penyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan
dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab adalah trauma
(mekanik, thermal, kimiawi maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi
darah dan lain-lain.
1. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan
akibat benturan, gesekan ataupun luka.
2. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas atau dingin.
3. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.Trauma elektrik
dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri.
4. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang
mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase.
5. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri
yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor
nyeri.
6. Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan
karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap
fisik. Nyeri karena factor ini disebut pula psychogenic pain.

D. Patofisiologi Nyeri
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti
Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan
merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga
individu mengalami nyeri. Selain d ihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat menurunkan
stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada termosensitif sehingga dapat juga
menyebabkan atau mengalami nyeri (wahit chayatin,N.mubarak,2007)

E. Penanganan Nyeri (Pain Management)


Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis
yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Management nyeri
ini menggunakan pendekatan multi disiplin yang didalamnya termasuk pendekatan
farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan psikologikal.
Setiap orang memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain terhadap nyeri yang
mungkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong perawat untuk meningkatkan
kemampuan dalam menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa
nyeri. Hal yang sangat mendasar bagi perawat dalam melaksanakannya adalah kepercayaan
perawat bahwa rasa nyeri yang dialami oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi, kesediaan
perawat untuk terlibat dalam menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan
kompetensi untuk terus mengembangkan upaya-upaya mengatasi nyeri atau pain
management.
Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi pasien
yang sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan non farmakologi. Tapi Tindakan
mengatasi nyeri – pain management, yang dapat dilakukan oleh perawat sebagai penyedia
asuhan keperawatan.
1. Managemen Nyeri Farmakologikal
Yaitu terapi farmakologis untuk menanggulangi nyeri dengan cara memblokade
transmisi stimulan nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon
kortikal terhadap nyeri. Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :
a. Analgesik Narkotik
Menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri
(misal : persepsi nyeri).
b. Analgesik Lokal
Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan langsung
keserabut saraf.
c. Analgesik yang dikontrol klien
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari impus yang diisi narotika menurut
resep, dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi intravena.
d. Obat – obat nonsteroid
Obat-obat non steroid non inflamasi bekerja terutama terhadap penghambat sintesa
prostaglandin. Pada dosis rendah obat-obat ini bersifat analgesik. Pada dosis tinggi obat
ini bersifat anti inflamatori,sebagai tambahan dari khasiat analgesik.

2. Managemen Nyeri Non Farmakologikal


Merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan menggunakan
pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain dengan distraksi, relaksasi,
massage, akupuntur oleh akupunturist, therapy music, pijatan, dan guided imaginary yang
dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya dan disebut sebagai therapist.
Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan
berbeda pada tiap orang. Dalam konteks asuhan keperawatan, perawat harus
memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami oleh
klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan.

F. Tujuan Penanganan Nyeri (Pain Management)


 Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri.
 Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang
persisten.
 Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri.
 Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri.
 Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri


1. Usia
 Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri
pada anak.
 Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi.
 Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap
nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin (Tidak terlalu signifikan)
3. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang
cemas.
4. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang
sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri
5. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola
koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
6. Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan, dll.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nyeri merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory, emosional, kognitif dan
eksistensi dari keadaan pathology fisik tidaklah mutlak muncul pada pasien yang sedang
mengalami nyeri. (The IASP, dalam Parrot,2002)
Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis
yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi pasien
yang sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan non farmakologi.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita
tentang Manajemen nyeri. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi, Terima Kasih.
Daftar Pustaka

Parrot T. 2002. Pain Management In Primary-Care Medical Practice. In: Tollison CD,
Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed. Philadelpia, PA:
Lippincott Williams & Wilkins.

Prasetyo Nian Sigit. (2010). Konsep dan proses Keperawatan Nyeri. Jakarta : Graha
Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai