Puji syukur kita panjatkan kehadirah ALLAH SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnyalah sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.yang berjudul KODE ETIK
KEPERAWATAN AUTONOMY dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW karena beliaulah yang membawa kita dari alam gelap
gulita kea lam terang menderang dan dari zaman kebodohan ke zaman kepintaran.
kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan
usul guna penyempurnaan makalah ini terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika
berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika
berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan
salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari
kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
B. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. ETIKA KEPERAWATAN
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika
berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika
berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan
salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari
kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan, benar atau
tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal
yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari
martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.
Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang
dilayani.
Kaidah dasar (prinsip) Etika adalah aksioma yang mempermudah penalaran etik. Prinsip-
prinsip itu harus spesifik. Pada praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan dengan prinsip yang
lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan
sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan
prima facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat,
menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada 4 kaidah dasar moral (sering
disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika), 4 dasar itu antara lain:
1. Autonomy
2. Beneficence
3. Non-Maleficence
4. Justice
Empat kaidah dasar etika dalam praktik kedokteran menjadi penentu kaidah dasar mana yang
dipilih ketika berada dalam konteks tertentu yang relevan.
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan
sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan individu secara
holistik. Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk memilih rencana mereka sendiri.
Sebagai contoh, perawat memberikan inform consen tentang asuhan yang akan diberikan,
tujuan , manfaat dan prosedur tindakan. Sehingga, perawat semestinya tidak marah saat keluarga
menanyakan status kesehatan klien, karena itu merupakan kebebasan keluarga untuk mengetahui
semua tindakan yang akan dilakukan. Inform consent dilakukan saat pengkajian, sebelum
pengobatan, saat akan di obati dan setelah pengobatan. Penting bagi perawat juga untuk
memberikan health education dalam mendukung proses penyembuhan klien.
Prinsip dasar autonomy dalam kehidupan sehari-hari adalah setiap orang itu mempunyai hak
untuk memilih pilihan sendiri dan mengembangkan/merencanakan jalan hidup mereka.Tetapi
dalam konteks pelayanan kesehatan/kedokteran autonomy ini mempunyai makna prinsip dasar
informed consent,yaitu seorang pelayan kesehatan tidak akan memberikan tindakan tanpa adanya
persetujuan dari pihak pasien maupun kerabatnya,dengan pengecualian keadaan keadaan
tertentu.Untuk mensahkan autonomy maka segala tindakan harus di diskusikan bersama pasien
dalam hal preferences treatment dan untuk pengdokumentasian setiap tindakan dalam patient’s
chart.
Apa sapa yang digunakan dalam pengambilan keputusan jika pasien sama sekali tidak
kompeten?
Terdapat hierarki yang mendekati jika tidak dapat mengetahui keinginan pasien secara langsung:
1. Sejauh ini, untuk tidak mengganggu autonomi pasien,dokter harus menghormati known
prior preferences pasien.Kejadian dari known prior preferences dapat diketahui dengan
mengonsultasikan patient’s chart dan berkonsultasi dengan orang yang tahu keinginan
dari pasien.
The Prudent person rule dibutuhkan sehingga pasien mengetahui dan memahami:
1. Diagnosis
2. Maksud dan tujuan dari segala tindakan yang diambil
3. Mengetahui resiko dan konsekuensi dari segala tindakan yang diambil
4. Manfaat dari segala tindakan yang diambil dan segala kemungkinan yang akan terjadi
5. Segala tindakan penyembuhan alternative
6. Prognosis jika tindakan penyembuhan tidak diberikan
7. Semua biaya dan tanggungan dari segala tindakan penyembuhan dan tindakan alternative.
The Subjective Substantial Disclosure Rule dibutuhkan oleh pelayan kesehatan untuk
mendeskripsikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pasien,informasi yang dapat
mengubah pandangan pasien tentang tindakan penyembuhan,memberikan
pandangan,kepercayaan,dan nilai dari seorang pasien.
Apakah ada pengecualian dengan kebutuhan untuk mencari informed consent yang eksplisit
(tersurat)?
1. Implied Consent(Persetujuan tersirat)-biasanya jika prosedur tidak beresiko dan tidak
invasive
2. The raupetic privilege(Terapi hak istimewa)-jika ada alasan untuk percaya bahwa
informasi yang diberikan kepada pasien tertentu akan menghasilkan efek yang merugikan
pada kondisi dan kesehatan pasien maka informasi boleh dirahasiakan
3. Keadaan Darurat-Jika pasien tidak kompeten dan pasien tidak memiliki keluarga dan
keinginan pasien tidak diketahui dan terdapat bahaya yang mengancam keselamatan dan
nyawa nya maka harus dilakukan penyembuhan segera untuk mencegah bahaya ini
sehingga kewajiban untuk mencari informed consent dibebaskan.
4. Jika ada kasus pasien merasa bahwa tindakan penyembuhan dapat berakibat kondisi
makin memburuk karena dipengaruhi oleh perasaan,mood,dan nilai-nilai tertentu maka
tindakan dapat ditunda terlebih dahulu sampai pasien siap dan menginginkannya.
1. Medical paternalism adalah suatu tindakan tanpa peretujuan atau tanpa mengutamakan
keinginan,harapan,dan tindakan seseorang untuk menghindarkan mereka dari kecelakaan
atau untuk kebaikan pasien itu sendiri.
2. Strong paternalism adalah suatu tindakan melangkahi keinginan pasien kompeten yang
tessurat secara umum tidak dibenarkan.Dalam hal ini si dokter atau pelayan kesehatan
terlalu memaksakan kehendaknya padahal kita tahu si pasien atau keluarganya termasuk
golongan yang kompeten.Dalam hal ini dokter atau praktisi kesehatan salah mengira apa
pilihan yang terbaik untuk pasien,salah mengira ada nilai-nilai objektif yang jelas yang
mengatur penentuan pemilihan.Hasilnya si pasien mempuunyai hak untuk menolak
tindakan penyembuhan.
3. Weak paternalism adalah suatu tindakan untuk mengarahkan pasien yang tidak kompeten
dari kebingungan agar tidak membahayakan dirinya.Disinilah peran dokter dan praktisi
kesehatan tidak dapat disalahkan.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
https://zulfiprint19.blogspot.co.id