Anda di halaman 1dari 8

REVIEW JURNAL PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien Fraktur


Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang Tahun 2012

DI SUSUN OLEH :

DIAH AULIA NOFIASARI

G2A015015

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018
REVIEW JURNAL PENELITIAN

A. JUDUL : Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien


Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang Tahun 2012

B. PENELITI : Devi Mediarti, Rosnani, Sosya Mona Seprianti

C. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu masalah yang banyak dijumpai pada pusat-pusat pelayanan kesehatan
diseluruh dunia saat ini adalah penyakit muskuluskeletal. Kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab fraktur (patah tulang) terbanyak (Anonim, 2010). Fraktur
atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan
umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta orang
mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki
prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari
insiden kecelakaan yang terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi
diintegritas pada tulang. Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi
factor lain seperti proses degeneratif dan osteoporosis juga dapat berpengaruh
terhadap terjadinya fraktur (Depkes RI, 2011). Keluhan utama yang sering
ditemukan pada pasien fraktur adalah nyeri (Helmi, 2013).
Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Nyeri tidak
lagi dipandang sebagai kondisi alami dari cidera atau trauma yang akan berkurang
secara bertahap seiring waktu, karena nyeri yang tak mereda dapat menyebabkan
komplikasi, peningkatan lama rawat inap di rumah sakit dan distress (Helmi,
2013).
Perawat mempunyai peran penting dalam pemberian pereda nyeri yang adekuat,
yang prinsipnya mencakup mengurangi ansietas, mengkaji nyeri secara regular,
memberi analgesik dengan tepat untuk meredakan nyeri secara optimal, dan
mengevaluasi keefektifannya (Kneale, 2011).Penatalaksanaan nyeri yang efektif
adalah aspek penting dalam asuhan keperawatan (Kozier & Erb, 2009).
Penatalaksanaan nyeri meliputi dua tipe dasar intervensi keperawatan: intervensi
farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi
melibatkan penggunaan obat. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi,
meliputi stimulasi kutaneus (Kozier & Erb, 2009). Stimulasi kutaneus atau terapi
berbasis suhu ini berupa kompres panas dan kompres dingin. Kompres pada tubuh
bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Efek panas
dapat meredakan nyeri dengan meningkatkan relaksasi otot sedangkan efek dingin
dapat meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf dan
menghambat impuls saraf (Kozier & Erb, 2009).
Berbagai tindakan bisa dilakukan di antaranya rekognisi, reduksi, retensi, dan
rehabilitasi. Meskipun demikian masalah pasien fraktur tidak bisa berhenti sampai
itu saja dan akan berlanjut sampai tindakan setelah atau post operasi. Peran
perawat sangat penting dalam perawatan pasien pre dan post operasi terutama
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk mentelaah jurnal dengan judul “Pengaruh Pemberian Kompres
Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH
Palembang Tahun 2012”.

D. REVIEW PENELITIAN
1. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres dingin terhadap
nyeri pada pasien fraktur ekstremitas tertutup.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian secara purposive sampling dengan desain one group pre
test-post test.

3. SAMPEL :

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 orang. Dimana 1 kelompok yang


berjumlah 15 orang terlebih dahulu diobservasi dan kemudian kelompok yang
berjumlah 15 orang tersebut diberikan perlakuan. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dengan menggunakan non random sampling dengan
metode porposive sampling. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:
Kriteria inklusi sampel dalam penelitian :
1. Semua pasien fraktur estremitas tertutup yang mengeluh nyeri
2. Laki-laki yang berusia ≥ 14 tahun
3. Pasien yang dirawat dalam 12-24 jam pasca trauma
4. Pasien tidak dalam pengaruh obat analgetik (kompres dingin dilakukan 4
jam setelah pemberian analgetik).
5. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan
sebagai responden
6. Jika terjadi diskolorasi tindakan kompres dingin dihentikan dan tidak di
ikut sertakan kembali menjadi responden penelitian.
7. Bisa berkomunikasi dengan baik dan mengikuti prosedur penelitian sampai
tahap akhir.

Di dalam penelitian jurnal ini tidak dijelaskan bagaimana kriteria


eksklusi atau yang tidak bisa dijadikan sampel dalam penelitian. Kriteria ekslusi
adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi kriteria
dari studi (Nursalam, 2008).
4. TEMPAT PENELITIAN :
Penelitian ini bertempat di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang
E. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Hasil Penelitian
Rata-rata nyeri sebelum dilakukan kompres dingin adalah 6,40 (95% CI: 5,85-
6,95), median 6,00 dengan standar seviasi 0,986. Nyeri terendah adalah 5 dan nyeri
tertinggi adalah 8. Dan hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa ratarata nyeri sebelum dilakukan kompres dingin adalah diantara
5,85 sampai dengan 6,95. Rata-rata skala nyeri setelah dilakukan kompres dingin
adalah 3,53 (95% CI: 2,81- 4,25), median 3,00 dengan standar deviasi 1,302. Nyeri
terendah adalah 2 dan nyeri tertinggi adalah 6. Dan hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata nyeri sebelum dilakukan
kompres dingin adalah diantara 2,81 sampai dengan 4,25. Ada perbedaan
intensitas nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres dingin pada pasien fraktur
ektremitas tertutup di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2012.
Analisis
Hasil analisis data yang dilakukan menggunakan uji T berpasangan atau Paired T-
test, ada perbedaan antara nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres dingin
pada pasien fraktur ektremitas tertutup.
Pembahasan
1. Rata-rata nyeri sebelum dilakukan kompres dingin adalah 6,40 (95% CI: 5,85-
6,95), median 6,00 dengan standar seviasi 0,986. Nyeri terendah adalah 5 dan
nyeri tertinggi adalah 8. Dan hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
95% diyakini bahwa rata-rata nyeri sebelum dilakukan kompres dingin adalah
diantara 5,85 sampai dengan 6,95.
2. Rata-rata skala nyeri setelah dilakukan kompres dingin adalah 3,53 (95% CI:
2,81-4,25), median 3,00 dengan standar deviasi 1,302. Nyeri terendah adalah
2 dan nyeri tertinggi adalah 6. Dan hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata nyeri sebelum dilakukan kompres dingin
adalah diantara 2,81 sampai dengan 4,25.
Ada perbedaan intensitas nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres
dingin pada pasien fraktur ektremitas tertutup di Instalasi Gawat Darurat
RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012 Pvalue =0,000.

F. KEMUNGKINAN DITERAPKAN DI KLINIK

Berdasarkan telaah jurnal “pemberian kompres dingin pada pasien fraktur


ektremitas tertutup di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2012. Pada pasien fraktrur ekstremitas tetutup yang diberikan
kompres dingin sebagian besar responden mengalami perbedaan intensitas skala
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan pemberian kompres dingin pasien fraktrur
ekstremitas tetutup. Jadi dapat di simpulkan terdapat perbedaan intensitas nyeri
pada pasien fraktur ektremitas tertutup dengan teknik dilakukan pemberian
kompres dingin di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Mohammad Hoesin
Palembang
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha


Ilmu: Yogyakarta.
Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Khodijah, S. (2011). Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pasien Fraktur Di Rindu B RSUP H. Adam Malik
Medan. (online). (http://repository.usu.ac.id/bitstream/Abstract.pdf,
diakses 12 Maret 2012).
Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Masyarakat
Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Novelandi, R. (2009). Karakteristik penderita fraktur yang dirawat inap
di RSUD Dr. Pirngadi Medan. (online).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter%20I.pdf, diakses 14
maret 2012).
Dinas Kesehatan Prov. Sumsel. (2008).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22361/5/Chapter%
20I.pdf, diakses 14 April 2012)
Rahman. (2012). Medikal Record Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin
Palembang.
Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Jakarta: EGC.
Kozier, B, et all. (2010). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan
Praktik (Edisi 7 Vol 2). Jakata: EGC.
Notoadmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Dahlan, M. (2009). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai