Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN
DEMAM TYPHOID
KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
Anggota Kelompok :

 Lailyani Khoirun N. ( G2A015028 )


 Nurbaeti Susanti ( G2A015029 )
 Muhammad Sigit S. ( G2A015030 )
 Helmi Nafista N. ( G2A015031 )
Definisi
Demam typhoid atau sering disebut dengan tifus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran
pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multi
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi (Muttaqin,
A & Kumala, S. 2011).
Etiologi
 MenurutWidagdo (2011), penyebab dari demam typhoid yaitu
bakteri salmonella typhi, bakteri ini termasuk dalam genus
salmonella yang tergolong dalam family enterobacteriaceae.
Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk
spora, tidak berkapsul, gram (-).Tahan terhadap berbagai bahan
kimia, tahan beberapa hari/ minggu pada suhu kamar, bahan
limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonela
mati pada suhu 54.4º C dalam 1 jam, atau 60º C dalam 15 menit.
Salmonela mempunyai antigen O (stomatik), adalah komponen
dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti
gen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S.
typhi, juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat anti gen Vi
yaitu poli sakarida kapsul.
Patofisiologi
 Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal
akan di telan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa
dan oleh makrofag yang ada di dalam laminaprophia. Sebagian
dari salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus halus
mengadakan invaginasi kejarinagn limfoid usus halus (lakpeyer)
dan jaringan limfoid mesenterika.Kemudian salmonella typhi
masuk melalui folikel limfa ke saluran limphatik dan sirkulasi
darah sistemik sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-
tama menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati,
limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ
di dalam tubuh antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan
jaringan limpa (Curtis, 2006 dalam Muttaqin & Sari, 2011)
 Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang
bagian lain usus halus dan kolon proksimal juga di hinggapi.Pada
mulanya, plakatpeyer penuh dengan vagosit, membesar,
menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia
dimukosa usus (Hidayat, 2005 dalam Muttaqin & Sari, 2011).
Patofisiologi
 Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan
tukak.Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di kolon sesuai
dengan ukuran plakpeyer yang ada disana.Kebanyakan tukaknya
dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan
perdarahan.Perforasi terjadi pada tukak yang menembus
serosa.Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa
meninggalkan jaringan parut dan fibrosis (Brusch, 2009 dalam
Muttaqin & Sari, 2011).
 Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama
dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu
akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi
hari. Demam yang terjadi pada masa ini di sebut demam
interminten (suhu yang tinggi, naik turun, dan turunnya dapat
mencapai normal). Disamping peningkatan suhu tubuh, juga akan
terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas suhu, namun
hal ini tidak selalu terjadi dan dpat pula terjadi sebalinya.
Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke
sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang
sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada ERS seperti nyeri perut
kanan atas, splenomegali, dan hepatomegali (Chaterjee, 2009
dalam Muttaqin & Sari, 2011).
Patofisiologi
 Pada minggu selanjutnya dimana infeksi fokal intestinal terjadi
dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi
nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus
menerus (deman kontinu), lidah kotor, tepi lidah hiperemesis,
penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorpsi sehingga
akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman.
Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi, dan
peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltik
menurun bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan kesadaran
(Parry, 2002 dalam Muttaqin & Sari, 2011).
Manifestasi Klinis
 Masa inkubasi demam typhoid berlangsung antara 10-14
hari.
 Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan
keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
lain yaitu:
 Demam
 nyeri kepala
 Pusing
 nyeri otot
 Anoreksia
 Muntah
 obstipasi atau diare
Manifestasi Klinis
 Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala
prodromal ( gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang
tidak khas ) yaitu:
 Perasaan tidak enak badan
 Nyeri kepala
 Anoreksia
 Batuk
 Nyeri otot
 Muncul gejala klinis yang lain
Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam ritmen,
biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam
hari. Minggu kedua : demam terus. Minggu ketiga : demam mulai
turun secara berangsur-angsur, gangguan pada saluran pencernaan,
lidah kotor
Penatalaksanaan
 Tirah baring atau bed rest
 Diit lunak atau diit padat rendah selulosa
(pantang sayur dan buahan), kecuali komplikasi
pada intestinal.
 Obat-obat :
 Antimikroba
 Antipiretik seperlunya
 Vitamin B kompleks dan vitamin C
 Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam
Pengkajian Fokus
a. Pengkajian
Identitas : umur, alamat (daerah endemis, lingkungan rumah
/ sekolah ada yang menderita demam tifoid).
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan yang lalu
4. Riwayat kesehatan keluarga
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori :
1) Penglihatan : edema palpebra, air mata ada / tidak, cekung / normal
2) Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering
3) Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
4) Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping
hidung, odem pulmo, krakles
5) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba,
kapilary refill lambat, akral hangat / dingin, epistaksis, sianosis perifer,
nyeri dada
6) Sistem gastrointestinal :
o Mulut : membran mukosa lembab / kering, lidah kotor, perdarahan
gusi
o Perut : turgor , kembung / meteorismus, distensi, nyeri, asites,
lingkar perut, skibala.
o Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau,
konsistensi, darah, melena
7) Sistem integumen : RL test (+) , petekie, ekimosis, kulit kering /
lembab, perdarahan bekas tempat injeksi.
8) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria
9) Pola Fungsi Kesehatan
 pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi,
 Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah
 Pola eleminasi
 Pola aktifitas dan latihan
 Pola tidur dan istirahat
 Pola kognitif dan perceptual
 Pola toleransi dan koping stress
 Pola nilai dan keyakinan
 Pola hubungan dan peran
 Pola seksual dan reproduksi
 Pola percaya diri dan konsep diri
PATHWAYS
Salomonella typhi

Masuk ke saluran pencernaan

nvasi pada saluran cerna

Inflamasi

Inflamasi pada Merangsang pelepasan Inflamasi kuman


lambung zat pirogen oleh leukosit pada usus halus

Zat pirogen dalam


Peningkatan darah Illeum terminalis
produksi asam
lambung
Hipotalamus
Menetap dan hidup
Mual, muntah di Illeum terminalis
Merespon dengan
peningkatan suhu
Penurunan tubuh Perdarahan dan
nafsu makan perforasi

Hipertermia
Nutrisi kurang dari Tubuh banyak
kebutuhan kehilangan cairan

Kehilangan volume
cairan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Menurut Mutaqin & kumala (2011) diagnosa keperawatan
yang dapat muncul pada penyakit demam typhoid adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal.
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan infeksi.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan
asupan nutrisi.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhn
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
5. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit, mis
interpretasi informasi.
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Intervensi :
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Monitor intake output pasien
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang di butuhkan pasien.
d. Berikan makanan yang sudah di konsultasikan dengan ahli
gizi.
e. Berikan infoermasi tentang kebutuhan nutrisi.
f. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang di
butuhkan.
FOKUS INTERVENSI RASIONAL
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
c. Berikan lingkungan yang kondusif.
d. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
e. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
(teknik nafas dalam)
f. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan
infeksi.
Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam
b. Monitor TD, nadi, dan RR
c. Monitor suhu kulit dan warna
d. Monito tanda – tanda hipertermi dan hipotermi
e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
f. Ajarkan pasien cara mencegah keletihan akibat panas
g. Ajarkan indikasi dari hipotermi da penanganan
yang diperlukan
h. Kolaborasi dengan dokter pemberian antipiretik
 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kekurangan asupan cairan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji intake dan output pasien.
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
c. Monitor vital sign.
d. Monitor status nutrisi.
e. Kolaborasi pemberian cairan IV.
f. Dorong masukan oral.
 Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit,
mis interprestasi informasi.
Tujuan : secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang.
Intervensi :
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan.
b. Kaji tingkat kecemasan.
c. Jelaskan semua prosedur
d. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan.
e. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi.
f. Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
g. Temanipasien untuk memberikan kenyamanan dan
mengurangu takut.
h. Dorong keluarga untuk menemani anak.
i. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
Kasus
 PENGKAJIAN FOKUS
 Pengkajian
 Identitas Pasien
• Nama Lengkap : Ny. J
• Umur : 45 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Status Perkawinan : Kawin
• Warga Negara : Indonesia
• Suku : Jawa
• Bahasa yang dipakai : Jawa/Indonesia
• Agama : Islam
• Pendidikan : SMP
• Pekerjaan : IRT
• Alamat : Mranggen
 Identitas Penanggung Jawab
 Nama : Tn. R
 Hubungan dengan Pasien : Suami Klien
 Umur : 50 Tahun
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Wiraswasta

 Keluhan Utama
 Klien mengeluh demam.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dating ke IGD RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang dengan
keluhan demam naik turun, dan sekarang di rawat di ruang Nakula
2. Menurut penuturan klien demam sudah dirasakan sejak 3 hari
yang lalu, sebelum masuk rumah sakit dan demam nya tinggi pada
waktu siang dan Malam hari, disertai mual, muntah, keluhan
bertambah berat bila beraktivitas, dan berkurang bila istirahat dan
minum obat. Klien juga mengeluh nyeri ulu hati, sulit BAB, pusing
dan nafsu makan menurun, serta BB mengalami penurunan. Klien
tampak lemah, cemas.
P : Nyeri meningkat saat terkena air dan berkurang saat
istirahat
Q : ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada ulu hati
S : 4 (sedang)
T : Berkala tak menentu
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut Klien, klien dan Keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit seperti yang dideritanya sekarang dan tidak pernah
dirawat sebelumnya di Rumah Sakit.
 Keadaan Umum
Cara Masuk : Brangkar
KeadaanSakit : Klien Tampak Lemah
Tanda-tanda Vital :
Kesadaran : Composmentis (GCS 15)
Suhu : 38,4C
Nadi : 84 x/m
TD : 140/80 mmHg
Pernafasan : 114 x/m
Hasil tes widal : (+) 1/80
 Pengkajian Pola Kesehatan
 Nutrisi
Di Rumah : klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk
dan sayur
Di RS : Klien Makan 2x sehari dengan komposisi
bubur, lauk pauk dan buah, porsi tidak
dihabiskan.
 Minum
Di Rumah : kebiasaan klien minum 6-8 gelas/hari, jenis
minum air putih
Di RS : minum 5-6 gelas/hari
 Eliminasi
BAK
Di Rumah : 5-6x sehari, berwarna kuning
Di RS : 4-5x sehari warna kuning
BAB
Di Rumah : Frekuensi BAB klien 1 x sehari
Di RS : Belum ada BAB
 Istirahat Tidur
Di Rumah : klien mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam
sekitar jam 21.00. Waktu tidur ± 7-8 jam
Di RS : tidur tidak menentu.

 Aktivitas
Di Rumah : Klien dapat beraktivitas dengan baik
Di RS :Aktivitas klien terganggu karena harus istirahat di tempat
tidur karena keadaan klien lemah.

 KebersihanDiri
Di Rumah : Klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, klien mencuci
rambut 2x sehari dan memotong kukunya jika panjang.
Di RS : klien tidak pernah mandi karena kondisinya lemah. Karena
itu klien hanya di seka-seka (lap basah) oleh keluarganya.

 Rekreasi
Di Rumah : klien biasanya menonton TV dan mendengar music dan
terkadang kalau hari libur klien mengajak keluarganya
berjalan-jalan.
Di RS : klien tidak mempunyai hiburan apapun, jika ingin hanya
membuka youtube.
 Psikososial
 Psikologis
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya
dan klien menganggap ini adalah cobaan dan teguran dari Tuhan. Klien juga
dapat beradaptasi dengan baik di lingkugan RS dan tim kesehatan.

 Sosial
Hubungan klien dengan keluarganya tampak harmonis dilihat dari
banyaknya keluarga yang berkunjung selama klien dirawat. Klien juga
dapat berkomunikasi dengan tim kesehatan lainnya.

 Spiritual
Klien beragama islam tetapi selama klien dirawat di Rumah Sakit klien
tidak dapat melakukan shalat, klien hanya berdoa untuk minta
kesembuhannya.

 Pemeriksaan Fisik (head to toe)


 Kepala
Bentuk mesosepalus, tidak terdapat kotoran atau ketombe, pergerakan
tidak kaku dapat digerakkan ke kiri ke kanan, tidak terdapat luka pada
kulit kepala dan kulit kepala cukup bersih.

 Rambut
Rambut klien pendek ikal, warna hitam dan rambut klien terlihat bersih.
 Mata
Bentuk mata simetris, fungsi penglihatan baik hanya saja klien menggunakan
kacamata, konjungtiva tidak anemis, pupil dan reflex cahaya baik.

 Hidung
Bentuk dan posisi hidung simestris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat
secret atau benda asing yang menempel, tidak terdapat epitaksis dan tidak
ada peradangan.

 Telinga
Bentuk dan posisi simetris, ketajaman pendengaran baik, tidak terdapat
serumen dan cairan pada lubang telinga, tidak terdapat perdarahan dan klien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

 Mulut dan gigi


Bentuk bibir simetris, warna bibir tampak kehitaman, mukosa bibir tampak
kering, fungsi pengecapan baik, tidak terdapat perdarahan dan pendengaran,
mulut cukup bersih dan klien tidak menggunakan gigi palsu.

 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, tidak
terdapat peradangan dan leher dapat digerakkan secara anatomis.

 Thorax (fungsi pernafasan)


Bentuk simetris, tidak terdengar bunyi wheezing dan tidak ada penurunan
ekspansi paru kiri dan kanan.
 Abdomen
Bentuk simetris, abdomen terlihat bersih tidak terdapat luka. Abdomen klien
kembung saat perkusi, saat auskultasi bising usus 15x/menit (Normal: 8-
12x/menit).

 Reproduksi
Jenis kelamin klien adalah perempuan, mempunyai seorang suami
(pernikahan kedua) dan satu orang anak (dari pernikahan pertama).

 Ekstremitas
 Ekstremitas atas: dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas
dekstra terpasang infuse.
 Ekstremitas bawah: keduanya dapat digerakkan dengan baik tapi
keadaan klien yang lemah terpaksa klien istirahat total ditempat tidur.

 Integument
Warna kulit klien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi


penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Cemas berhubungan dengan proses penyakit
FOKUS INTERVENSI DAN
RASIONAL
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Hipertermi b.d proses Setelah di lakukan keperawatan 1. Pantau ttv. 1. Untuk
inflamasi penyakit selama 3x24 jam pasien 2. Ajarkan mengetahui
menunjukan suhu tubuh dalam pasien/ status suhu.
batas normal. keluarga dalam 2. Agar keluarga
KH: Ttv dalam batas normal. mengukur suhu dapat mengerti
untuk dan mencegah
mencegah dan dampak
mengenali komplikasi.
secara dini 3. Kompres
hipertermia hangat
3. Berikan menyebabkan
kompreshangat vasodilatasi
4. Anjurkan sehingga
asupan oral 2 terjadi
liter per hari. perpindahan
panas secara
5. Kolaborasi
evoforasi.
pemberian
4. Menghindari
antipiretik.
dehidrasi.

5. Untuk
menurunkan
panas
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
2 Nyeriakut b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri 1. Untuk
ciderafisik keperawatan selama 3 x 24 jam. 2. Berikan posisi mengetahui
Diharapkan nyeri klien hilang nyaman tingkat skala
KH : Skala nyeri 1 Klien terlihat 3. Kolaborasi nyeri
santai dengan dokter 2. Untuk
pemberian membantu
obat analgesik mengurangi
nyeri
3. Untuk
mengurangi
nyeri

3 Cemas b.d proses Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penyebab 1. Mengetahui


penyakit keperawatan selama 3x24 jam cemas. penyebab
cemas berkurang. 2. Sediakan cemas.
KH: Tingkat cemas berkurang pengalihan 2. Mengalihkan
perhatian seperti pasien agar
video,tv,dll tidak cemas.
3. Informasikan 3. Agar keluarga
kepada keluarga mengetahui
tentang gejala pasien
cemas. mengalami
4. Berikan obat cemas.
untuk 4. Membantu
menurunkan menurunkan
cemas jika ansietas.
perlu.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai