Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN ELIMINASI

PADA TN.S DI RUANG RAJAWALI RSUP KARIADI, SEMARANG

Oleh :
Nurbaeti Susanti
NIM : G2A015029

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
BAB I
PEMBAHASAN

A. Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan dapat melalui urine ataupun bowel.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal,
ureter, bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk
urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung
sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.

B. Anatomi-Fisiologi Saluran Perkemihan


Saluran perkemihan terdiri atas ginjal,ureter, kandung kemih,dan uretra.
1. Ginjal
Bentuknya seperti biji kacang,ju,lahnya ada dua di kiri dan kanan.Ginjal
terletak di kedua sisi medula spinalis,di balik rongga peritoneum.Ginjal
kiri lebih besar dari ginjal kanan,dan pada umumnya ginjal laki – laki
lebih panjang dari pada ginjal perempuan ( Syaifuddin,1994).Ginjal
terdiri atas satu juta unit fungsional nefron yang bertugas menyaring
darah dan membuang limbah metabolik.Selain itu,ginjal juga bertugas
mempertahankan homeostatis cairan tubuh melalui beberapa cara,yakni :
a. Pengaturan volume cairan.jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh
berfluktuasi.Proses ekskresi ini diatur oleh ginjal.Jika seseorang
minum banyak,urinenya akan encer dan volumenya akan
bertambah.sebaliknya,jika orang tersebut minum sedikit,urinenya
akan pekat dan volumenya berkurang.
b. Pengaturan jumlah elektrolit tubuh.Kandungan elektrolit dalam
tubuh cenderung konstan.Kondisi ini dipertahankan melalui dua
proses,yaitu laju filtrasi glomerulus ( GFR ) dan proses reabsorbsi
yang selektif di tubulus ginjal akibat pengaruh hormon.Saat jumlah
ion Na+ meningkatkan laju filtrasi glomerulus ( GFR) dan
menghambat sekresi hormon aldosteron sehingga reabsorsi Na+
berkurang ,demikian pula sebaliknya.
c. Pengaturan keseimbangan asam – basa tubuh.Ginjal merupakan
mekanisme ppengaturan keseimbangan asam – basa yang paling
kuat.Dalam menjalankan fungsinya,ginjsl tidak hanya mengubah –
ubah peengeluaran H+,tetapi juga menahan atau membuang HCO3-
sesuai dengan status asam – basa tubuh.
d. Ekskresi sisa – sisa metabolisme.Ginjal mengekskresikan zat – zat
racun ( misal ureum,asam urat,kreatinin,sulfat,fosfat ) dan obat –
obatan dari tubuh.
e. Reabsorpsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh.Normalnya,bahan
– bahan darah,dan biasanya tidak diekskresikan ke dalam
urine.upaya ini mencegah hilangnya nutrien – nutrien penting dari
tubuh.
f. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon
renin untuk mempertahankan keseimbangan cairan – elektrolit dan
tekanan darah ( sistem renin – angiotensin – aldosteron ).Selain
itu,ginjal juga berperan dalam proses metabolisme zat – zat tertentu (
misalnya obat )
Fungsi utama ginjal ialah mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan
obat-obatan,. Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh.
Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam-garam serta asam
dan basa. Menghasilkan renin, enzim untuk membantu pengaturan
tekanan darah. Menghasilkan hormon eritropoitin yang menstimulasi
pembentukan sel-sel darahmerah di sumsum tulang. Membantu dalam
pembenrtukan vitamin D.

2. Ureter
Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung
kemih. Panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.Bagian atas
ureter berdilatasi dan melekat pada hilus ginjal,sedangkan bagian
bawahnya memasuki kandung kemih pada sudut posterior dasar kandung
kemih.Urine didorong melewati ureter dengan gelombang peristalsis
yang terjadi sekitar 1 – 4 kali per menit.Pada pertemuan antara ureter dan
kandung kemih,terdapat lipatan membran mukosa yang bertindak sebagai
katup guna mencegah refluks urine kembali ke ureter sehingga mencegah
penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.

3. Kandung kemih
Kandung kemih ( vesika urinaria ) adalah kantung muskular tempat urine
bermuara dari ureter.Ketika kosong atau seetengah terisi,kandung kemih
terletak di belakang simfisis pubis.Pada pria,kandung kemih terletak di
antara kelenjar prostat dan rektum ; pada wanita,kanddung kemih terletak
di antara uterus dan vagina.Dinding kandung kemih sangat elastis
sehingga mampu menahan regangan yang sangat besar.Saat
penuh,kandung kemih bisa melebihi simfisis pubis,bahkan bisa setinggi
umbilikus.

4. Uretra
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra.Panjang
uretra pada pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih
sampai ujung penis.Uretra pria terdiri atas tiga bagian,yaitu uretra pars
prostatika,uretra pars membranosa,dan uretra pars spongiosa.Pada
wanita,pamjamg uretra ssekitar 3 cm dan membentang dari kandung
kemih sampai lubang di antara labia minora 2,5 cm di belakang
klitoris.Karen uretranya yang pendek,wanita lebih rentan mengalami
infeksi saluran kemih.

C. Refleks Miksi
Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sakral 2 (S-2) dan sakral 3 (S-3).
Saraf sensorik dari kendung kemih dikirimkan kemedula spinalis bagian
sakral 2 sampai dengan sakral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada
susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirimkan sinyal kepada otot kandung
kemih (destrusor) untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi
spinter interna relaksasi dan spinter eksterna yang dibawah kontrol kesadaran
akan berperan. Apakah mau miksi atau ditahan/ditunda. Pada saat miksiotot
abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih.
Biasanya tidak lebih dari 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang
disebut dengan urine residu.

D. Urine
1. Ciri-ciri urine normal
a. Jumlah dalam 24 jam ± 1.500 cc,bergantung pada banyaknya asupan
cairan
b. Berwarna oranye bening,pucat,tanpa endapan
c. Berbau tajam
d. Sedikit asam ( pH rata – rata 6 )
2. Proses pembentukan urine
Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine : filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.
a. Filtrasi glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih
besar dari permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah. Saat
darah melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas – protein
menembus membran kapiler glomerulus ke dalam kapsul Bowman.
Filtrasi yang lolos tersebut terdiri atas air, glukosa, natrium, klorida,
sulfat, dan bikarbonat yang kemudian diteruskan ke tubulus ginjal.
b. Reabsorpsi tubulus. Pada tubulus bagian atas, terjadi penyerapan
kembali sebagian besar zat – zat penting, seperti glukosa, natrium,
klorida, sulfat, dan ion bikarbonat. Proses tersebut berlangsung secara
pasif yang dikenal dengan istilah reabsorpsi obligator. Apabila
diperlukan, tubulus bawah akan menyerap kembali natrium dan ion
bikarbonat melalui proses aktif yang dikenal dengan istilah reabsorpsi
fakultatif. Zat – zat yang direabsorpsi tersebut diangkut oleh kapiler
peritubulus ke vena dan kemudian ke jantung untuk kembali
diedarkan.
c. Sekresi tubulus. Mekanisme ini merupakan cara kedua bagi darah
untuk masuk ke dalam tubulus di samping melalui filtrasi glomerulus.
Melalui sekresi tubulus, zat – zata tertentu pada plasma yang tidak
berhasil disaring di kapiler tubus dapat lebih cepat dieliminasi.

E. Fisiologi Berkemih
Fisiologi berkemih secara umum menurut Gibson (2003)
Faktor yang memengaruhi eleminasi urine
Faktor – faktor yang memengaruhi eliminasi urine meliputi :
1. Pertumbuhan dan perkembangan. Jumlah urine yang diekskresikan
dapat dipengaruhi oleh usia dan berat badan seseorang. Normalnya, bayi
dan anak – anak mengekskresikan 400 – 500 ml urine setiap harinya.
Sedangkan orang dewasa mengekskresikan 1500 – 1600 ml urine per
hari. Dengan kata lain, bayi yang beratnya 10% orang dewasa mampu
mengekskresikan urine 33% lebih banyak dari orang dewasa. Seiring
penuaan, lansia juga mengalami perubahan pda fungsi ginjal dan
kandung kemihnya sehinggga mengakibatkan perubahan pada pola
eliminasi urine ( misal : nokturia, sering berkemih, residu urine).
Sedangkan ibu hamil dapat mengalami peningkatan keinginan miksi
akibat adanya penekanan pada kandung kemih.
2. Asupan cairan dan makanan. Kebiasaan mengkonsumsi jenis
makanan atau minuman tertentu (misal : teh, kopi, coklat, alkohol)
dapat menyebabkan peningkatan ekskresi urine karena dapat
menghambat hormon antidiuretik (ADH).
3. Kebiasaan/gaya hidup. Gaya hidup ada kaitanya dengan kebiasaan
seseorang ketika berkemih. Sebagai contoh, seseorang yang terbiasa
buang air kecil di sungai atau di alam bebas akan mengalami kesulitan
ketika harus berkemih di toilet atau menggunakan pispot pada saat sakit.
4. Faktor psikolgis. Kondisi stres dan kecemasan dapat menyebabkan
peningkatan stimulus berkemih, di samping stimulus buang air besar
(diare) sebagai upaya kompensasi.
5. Aktiitas dan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan kerja ( kontaksi
) otot – otot kandung kemih, abdomen, dan pelvis. Jika terjadi gangguan
pada kemampuan tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan
berkurang. Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan metabolisme dan
produksi urine secara optimal.
6. Kondisi patologis. Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan
penurunan produksi urine akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan
melalui penguapan kulit. Kondisi inflamasi dan iritasi organ kemih dapat
menyebabkan retensi urine.
7. Medikasi. Penggunaan obat – obat tertentu ( misal : diuretik) dapat
meningkatkan haluaran urine, sedangkan penggunaan antikolinerrgik
dapat menyebabkan retensi urine.
8. Proses pembedahan. Tindakan pembedahan menyebabkan stres yang
akan memicu sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisi anterior akan
melepaskan hormon ADH sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan
menurunkan haluaran urine. Selain itu, respons stres juga meningkatkan
kadar aldosteron yang mengakibatkan penurunan haluaran urine.
9. Pemeriksaan diagnostik. Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan,
seperti pielogram intravena dan urogram,tidak membolehkan pasian
mengkonsumsi cairan per oral sehingga akan memengaruhi haluaran
urine. Selain itu, pemeriksaan diagnostik yang bertujuan melihat
langsung struktur perkemihan (misal : sitoskopi) dapat menyebabkan
edema pada outlet uretra dan spasme pada sfingter kandung kemih. Ini
menyebabkan kien sering mengalami retensi urine dan mengeluarkan
urine berwarna merah muda akibat adanya perdarahan.
F. Masalah Pada Pola Berkemih
1. Perubahan eliminasi urine
Meskipun produksi urine normal,ada sejumlah faktor atau kondisi yang
dapat memengaruhi eliminasi urine. Beberapa perubahan yang terjadi
pada pola eliminasi urine akibat kondisi tersebut antara lain
inkontinensia, retensi, enuresis, frekuensi, urgensi, dan disuria.
a. Inkontinensia urine. Inkontinensia urine adalah kondisi ketika
dorongan berkemih tidak mampu dikontrol oleh sfingter eksternal.
Sifatmya bisa menyeluruh (inkontinensia parsial).
Ada dua jenis inkontinensia, yakni inkontinensia stres dan
inkontinensia urgensi.
a) Inkontinensia stres. Inkontinensia stres terjadi saat tekanan
intraabdomen meningkat dan menyebabkan kompresi kandung
kemih. Kondisi ini biasanya terjadi ketika seseorang batuk atau
tertawa. Penyebabnya antara lain peningkatan tekanan
intraabdomen, perubahan degeneratif terkait usia, dan lain – lain.
b) Inkontinensia urgensi. Inkontinensia urgensi terjadi saat klien
mengalami pengeluaran urine involunter karena desakan yang
kuat dan tiba – tiba untuk berkemih. Penyebabnya antara lain
infeksi saluran kemih bagian bawah, spasme kandung kemih,
overdistensi, penurunan kapasitas kandung kemih, peningkatan
konsumsi kafein atau alkohol, serta peningkatkan konsentrasi
urine (Taylor,1989).
b. Retensi urine. Retensi urine adalah kondisi tertahannya urine di
kandung kemih akibat terganggunya proses pengosongan kandung
kemih sehingga kandung kemih menjadi regang. Kondisi ini antara
lain disebabkan oleh obstuksi (Misal : hipertrofi prostat),
pembedahan, otot sfingter yang kuat, peningkatan tekanan uretra
akibat otot detrusor yang lemah.
c. Enuresis (mengompol). Enuresis adalah peristiwa berkemih yang
tidak disadari pada anak yang usianya melampaui batas usia normal
kontrol kandung kemih seharusnya tercapai. Enuresis lebih banyak
terjadi pada anak – anak di malam hari (enuresis nokturnal ). Faktor
penyebabnya antara lain kapasitas kandung kemih yang kurang dari
normal, infeksi saluran kemih, konsumsi makanan yang banyak
mengandung garam dan mineral, takut keluar malam, dan gangguan
pola miksi.
d. Sering berkemih (frekuensi). Sering berkemih (frekuensi) adalaah
meningkatnya frekuensi berkemih tanpa disertai peningkatan asupan
cairan. Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita hamil (tekanan rahim
pada kandung kemih), kondisi stres, dan infeksi saluran kemih.
e. Urgensi. Urgensi adalah perasaan yang sangat kuat untuk berkemih.
Ini biasa terjadi pada anak – anak karena kemampuan kontrol sfingter
mereka yang lemah. Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi stres
psikologis dan iritasi uretra.
f. Disuria. Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini
biasanya terjadi pada kasus infeksi uretra, infeksi saluran kemih,
trauma kandung kemih.
2. Perubahan produksi urine
Selain perubahan eliminasi urine, masalah lain yang kerap dijumpai pada
pola berkemih adalah perubahan produksi urine. Perubahan tersebut
meliputi poliuria, oliguria, dan anuria.
a. Poliuria. Poliuria adalah produksi urine yang melebihi batas normal
tanpa disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini dapat terjadi
pada penderita diabetes, ketidakseimbangan hormonal (misal : ADH),
dan nefritis kronik. Poliuria dapat menyebabkan kehilangan cairan
yang berlebihan yang mengarah pada dehidrasi.
b. Oliguria dan anuria. Oliguria adalah produksi urine yang rendah,
yakni 100 – 500 ml/24 jam. Kondisi ini bisa disebabkan oleh asupan
cairan yang sedikit atau pengeluaran cairan yang abnormal, dan
terkadang ini mengindikasikan gangguan pada aliran darah menuju
ginjal. Sedangkan anuria adalah produksi urine kurang dari 100 ml/24
jam.

Anda mungkin juga menyukai