Anda di halaman 1dari 6

DISCOVERY LEARNING

TEORI AGING

DI SUSUN OLEH :
DIAH AULIA NOFIASARI
G2A015015

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
TEORI AGING
A. Definisi Aging Process
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenararif
(Constantinides, 1994 dalam Maryam,2012).
Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya
cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara teori
perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua, dan akhirnya
akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun. Pada usia ini terjadilah proses
penuaan secara alamiah. Perlu persiapan untuk menyambutb hal tersebut agar nantinya tidak
menimbulkan fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghlangnya secara perlahan-lahan kemapuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam
Nugroho, 2000)
Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana tahap
pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan disertai mulai
menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh. Sehingga
fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang biasanya disertai
masalah atau gangguan pada kesehatan.
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan)
secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzhur/tua. Pada usia lansia ini
biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit demi sedikit. Secara individu, pengaruh proses
menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-biologis.
Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan pada beberapa sistem, seperti sistem organ dalam,
sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan sistem saraf yang tidak
dapat diganti karena rusak atau mati. Ditambahkan, terutama sel otak yang berkurang 10-20%
dalam setiap harinya dna sel ginjal yang tidak bisa membelah, sehingga tidak ada regenerasi
sel. Berkurangnya jumlah sel saraf (neuron) dan kematian sel secara terus-menerus
menyebabkan seseorang menjadi demensia (Khalid, 2012)

B. Tahapan Aging Process


Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan kemampuan sel untuk
memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu penurunan fisiologik (kehilangan fungsi tubuh
dan sistem organnya) dan peningkatan penyakit (Fowler, 2003).
Menurut Fowler (2003), aging adalah suatu penyakit dengan karakteristik yang terbagi
menjadi 3 fase yaitu :
1. Fase subklinik (usia 25-35 tahun)
Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, growth hormone (GH), dan estrogen.
Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi
tubuh, seperti diet yang buruk, stress, polusi, paparan berlebihan radiasi ultraviolet dari
matahari. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar. Individu akan tampak dan merasa
“normal” tanpa tanda dan gejala dari aging atau penyakit. Bahkan, pada umumnya rentang
usia ini dianggap usia muda dan normal.
2. Fase transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Kehilangan massa otot
yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan energi serta komposisi lemak tubuh yang
meninggi. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit
jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini mulai muncul gejala klinis, seperti
penurunan ketajaman penglihatan- pendengaran, rambut putih mulai tumbuh, elastisitan
dan pigmentasi kulit menurun, dorongan seksual dan bangkitan seksual menurun.
Tergantung dari gaya hidup, radikal bebas merusak sel dengan cepat sehingga individu
mulai merasa dan tampak tua. Radikal bebas mulai mempengaruhi ekspresi gen, yang
menjadi penyebab dari banyak penyakitaging.

1. Fase Klinik (usia 45 tahun keatas)


Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk DHEA
(dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron, estrogen, dan hormon tiroid.
Terdapat juga kehilangan kemampuan penyerapan nutrisi, vitamin, dan mineral sehingga
terjadi penurunan densitas tulang, kehilangan massa otot sekitar 1 kilogram setiap 3 tahun,
peningkatan lemak tubuh dan berat badan. Di antara usia 40 tahun dan 70 tahun, seorang
pria kemungkinan dapat kehilangan 20 pon ototnya, yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk membakar 800-1.000 kalori perhari. Penyakit kronis menjadi
sangat jelas terlihat, akibat sistem organ yang mengalami kegagalan. Ketidakmampuan
menjadi faktor utama untuk menikmati “tahun emas” dan seringkali adanya
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana dalam kehidupan sehari-harinya.
Prevalensi penyakit kronis akan meningkat secara dramatik sebagai akibat peningkatan
usia (Fowler, 2003).

C. Teori Aging Proces


Teori proses menua menurut Potter and Poetry 2005 adalah sebagai berikut :
1. Teori Biologi
a) Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel
tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh
dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
sedikit.. Hal ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan
menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan
perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada
jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak
atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami proses penuaan dan
mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki
diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena sistem sel
tidak dapat diganti.

b) Teori “Genetik Clock”


Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-species tertentu.
Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan
replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan
meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal. Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara
menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang
nyata. (misalnya manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing 27 tahun,
sapi 20 tahun) Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk
beberapa waktu dengan pangaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit atau tindakan-tindakan tertentu. Usia harapan hidup tertinggi di dunia
terdapat dijepang yaitu pria76 tahun dan wanita 82 tahun Pengontrolan genetik umur
rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai hal ini Hayflck (1980) melakukan
penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kamampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies.Untuk membuktikan apakan
yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka dilakukan trasplantasi
silang dari nukleus. Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan
jumla replikasi, kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya.

c) Sintesis Protein (Kolagen Dan Elastin)


Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen
perotein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein
yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada klulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. hal
ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan
elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan
pada sistem muskuloskeletal.

d) Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi,
tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidak mampuan mempertahankan diri dari toksik
tersebut membuat struktur membran sel mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi
kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien
dengan proses ekskresi zat toksik didalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran
sel yang sangat penting bagi proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis
yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh.
e) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel
darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang
berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kamampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi
somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan
dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang megalami perubahan tersebut
sebagi sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai
jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi
histoinkomtabilitas pada banyak jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah
bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia Disisi lain
sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua,
daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang meningkat sesuai dengan
meningkatnya umur.
Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan,
dalam pengertian biologis yang murni adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif
dalam kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis), untuk beradaptasi
terhadap stres biologis. Macam-macam stres dapat mencakup dehidrasi, hipotermi, dan
proses penyakit. (kronik dan akut)

2. Teori Psikologis
a) Teori Pelepasan
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu
proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk melepaskan diri
dari masyarakat.
b) Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi
mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyusuauian.

Anda mungkin juga menyukai