OLEH :
NURHIDAYANTI
NIM : 70900122028
( ) ( )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.w.t, karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan terkait gangguan nyeri dan kebutuha kenyamanan ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Penulis sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai gangguan pemenuhan dasar
khususnya kenyamanan (nyeri). Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan yang
telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
4) Berdasarkan penyebab
Nyeri juga dapay diklasifikasikan berdasarakn penyebabnya yang sangat
bervariasi seperti :
a. Nyeri neuropatik
Nyeri yang terjadi akibat cedera atau fungsi abnormal pada system saraf
pusat atau system saraf perifer. Nyeri neuropatik biasanya berlangsung
singkat ataupun lama dan seringkali digambarkan seperti rasa terbakar
dan tertusuk-tusuk
b. Nyeri phantom (nyeri hantu)
Nyeri yang biasa timbul pada pasien yang diamputasi dimana reseptor
dan saraf yang sudah tidak ada namun masih dapat dirasakan oleh pasien.
Nyeri ini juga biasa disebut sebagai Phantom Limb Pain dan tanpa
menunjukkan substansi fisilogia maupun patologis. Suatu teori
mennyatakan jika penggambaran sensorik dari anggota tubuh yang hilang
masih tetap tersimpan didalam otak sehingga menyebabkan nyeri
phantom.
B. Fisiologi Nyeri
Mekanisme timbunya nyeri didasari oleh proses multiple yaitu nosisepsi,
sentisasi perifer, perubahan fenotip, sentisisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi structural, dan penurunan inhibisi. Nyeri terdapat 4 proses
tersendiri yaitu:
1. Tranduksi
Tranduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf eferen
menerjemahkan stimulus kedalam impuls nosiseptif. Dorsalis
memotong medula spinalis dan naik keotak dicabang
neospinotalamikus yang di aktifkan oleh eferen perifer A delta,
bersinap di nucleus ventropostero lateralis (VPN) thalamus dan
melajutkan diri secara langsung ke kortek somato sensorik girus pasca
sentralis, ketempat nyeri dipresepsikan sebagai sensai yag tajam.
2. Transmisi
Transmisi adalah suatu proses dimana implus disalurkan menuju
kornu dorsalis medulla spinalis, kemudian sepajang traktus sensorik
menuju otak. Neuro aferen primer merupakan pengiriman dan
penerima aktif . akson berakhir di kornu dorsalis medua spialis dan
selanjutnya berhubunga dengan banyak neuron spinal.
3. Modulasi
Proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri. Proses ini terjadi
dikornu dorsalis medulla spinalis. System nosiseptif mempunyai jalur
desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak
lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medulla oblongata dan
selajutnya menuju medulla spinalis.
4. Presepsi
Presepsi nyeri adalah Kesadaran akan pengalaman nyeri, Presepsi
merupakan hasil interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi,
aspek psikologis dan karakteristik individu lainya. Reseptor nyeri
adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerma rangsangan nyeri,
dan organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
syaraf bebas dalam kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat
secara potensial merusak
C. Klasifikasi Nyeri
Secara umum nyeri dibedakan menjadi 2 yakni: nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
Yang termasuk dalam nyeri kronis ini adalah nyeri terminal, sindrom nyeri
kronis, dan nyeri psikosomatis. Bila ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dibagi
menjadi nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Tabel Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, satu eksistensi
Sumber Sebab eksternal/penyakit Tidak diketahui atau pengobatan yang terlalu lama
dari dalam
Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang dan terselubung
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan sampai bertahun tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya, sehingga
diketahui dengan pasti sulit dievaluasi
Gejala-gejala klinis Pola respon yang khas Pola respon yang bervariasi dengan sedikit gejala
dengan gejala yang lebih (adaptasi)
jelas
Pola Terbatas Berlangsung terus, dengan bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat setelah beberapa saat
setelah beberapa saat
D. Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya nyeri, diantaranya (Barbara C
Long, 1989) :
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory)
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medula spinalis melalui kornu
dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur
dan menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks
sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu
respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri,
serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas dari reaksi sel T.
3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Teorinya menyatakan itu terdapat serat saraf, yang berdiameter kecil,
melakukan rangsangan nyeri rangsang ke otak, tetapi serat saraf dengan
diameter besar dapat menghambat transmisi impuls nyeri dari sumsum
tulang belakang ke otak. Tindakan keperawatan, seperti pijatan atau kompres
hangat ke daerah punggung yang sakit dapat merangsang serat saraf besar
untuk menutup gerbang, sehingga menghalangi impuls nyeri dari daerah
tersebut. (Taylor, 2011)
4. Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls
saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter
yang spesifik. Kemudian inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-
impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut
lamban dan endogen opiate sistem supresif.
E. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri
1. Budaya
Norma budaya menentukan sebagian besar perilaku, sikap, dan nilai-nilai
kita sehari-hari. Oleh karena itu, wajar jika budaya memengaruhi respons
individu terhadap rasa sakit
2. Lingkungan dan Dukungan orang terdekat
Lingkungan individu dan ada atau tidak adanya dukungan dari orang
terdekat dapat memengaruhi pengalaman rasa sakit. Beberapa penelitian
bahwa kondisi lingkungan perawatan terutama lampu, kebisingan, kurang
tidur, dan aktivitas konstan dari unit perawatan kritis, dapat menambah
pengalaman rasa sakit. Rasa ketidakberdayaan juga dapat menurunkan
kemampuan individu untuk mengatasi rasa sakit. Bagi sebagian orang,
kehadiran anggota keluarga atau teman yang dicintai sangat berpengaruh
penting bagi kondisi psikologi individu.
3. Kecemasan
Stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbic yang diyakini
mengendalikan emosi seseorang khususnya ansietas (Taylor,2011)
Hubungan antara nyeri dengan kecemasan bersifat kompleks. Kecemasan
terkadang meningkatkan persepsi terhadap nyeri, tetapi nyeri juga
menyebabkan perasaan cemas. Dalam teorinya melaporkan bahwa
stimulus nyeri yang mengaktivasi bagian dari sistem limbic dipercaya
dapat mengontrol emosi, terutama kecemasan. Sistem limbik memproses
reaksi emosional terhadap nyeri, apakah dirasa mengganggu atau berusaha
untuk mengurangi nyeri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
1. Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian
arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak,
dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia,
jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, dan pengalaman.
2. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif tempatnya pada
korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh
faktor yang dapat memicu stimuli nociceptor.
3. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain: alkohol, obat-
obatan, hipnotis, dan lain-lain. Sedangkan factor yang dapat menurunkan
toleransi nyeri antara lain: kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri
yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap
nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua
ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai
budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia
dan lain-lain.
BAB II
RENCANA ASUHAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR
NYERI DAN KENYAMANAN
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi Keadaan Umum pasien
yang terdiri atas tingkat kesadaran, apakah pasien tampak lemah, gelisah
ataupun kelelahan. Pengkajian dilakukan dengan mengidentifikasi
keluahan utama pasien. Pada pasien yang mengalami nyeri biasanya dapat
ditandai dengan ekspresi wajah yang tampak kesakitan atau
meringis,pucat, tampak menahan kesakitan.ataupun mengerutkan alis.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital, hasil yang biasa didapatkan berupa
peningkatan frekuensi pernapasan, dilatasi pupil, dilatasi saluran
bronkiolus dan penurunan mobiltas cerna
2. Pemeriksaan fisik (Data Fokus)
a. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
1) Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superficial
2) Posisi atau lokasi nyeri
f. Perilaku Nonverbal
Beberapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain :
ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan lain-lain
g. Faktor Prepitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri :
lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan
emosi.
B. Diagnosis Keperawatan dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI)
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d/d mengeluh nyeri
a. Defenisi
Pengelaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat.
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi ( mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, trauma, latihan
fisik berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif,
Pasien mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari
nyeri)
c) gelisah
d) frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur.
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
(tidak tersedia)
2) Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) pola nafas berubah
c) nafsu makan berubah
d) proses berpikir terganggu
e) menarik diri
f) berfokus pada diri sendiri
g) diaforesis.
e. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) glaukoma
2. Nyeri Kronis b/d infiltarasi tumor d/d mengeluh nyeri
a. Defenisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
b. Penyebab
1) Kondisi dan muskuloskeletal kronis
2) Kerusakan sistem saraf
3) Penekanan saraf
4) Infiltrasi tumor
5) Ketidak seimbangan neurotransmiter, neuromodulator, dan
reseptor
6) Gangguan imunitas (mis. Neuropati terkait HIV, virus
varicella-zoster)
7) Gangguan fungsi metabolik
8) Riwayat posisi kerja statis
9) Peningkatan indeks massa tubuh
10) Kondisi pasca trauma
11) Tekanan emosional
12) Riwayat penganiayaan (mis. Fisik, psikologis seksual)
13) Riwayat penyalahgunaan obat/zat
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh nyeri
b) merasa depresi (tertekan).
2) Objektif
a) Tampak meringis
b) gelisah
c) tidak mampu menuntaskan aktivitas.
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif : Merasa takut mengalami cedera berulang.
2) Objektif
a) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
b) Waspada
c) pola tidur berubah
d) anoreksia, fokus menyempit
e) berfokus pada diri sendiri.
e. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi kronis (mis. Arthritis reumatoid)
2) Infeksi
3) Cedera medula spinalis
4) Kondisi paca trauma
5) Tumor
C. Perencanaan (SIKI, 2018 ; SLKI, 2019)
1. Nyeri Akut dan Nyeri Kronik
Manajemen Nyeri
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambar dan berintraksi ringan hingga berat
Kriteria Hasil
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar dan
berintraksi ringan hingga berat dan konstan dapat menurut dengan kriteria
hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis dapat menurun
3) Gelisah dapat menurun
4) Sikap protektif dapat menurun
5) Kesulitan tidur menurun
b. Intervensi keperawatan dan rasional
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
Rasional : mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri dari pasien
b) Identifikasi skala nyeri
Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien
c) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : mengetahaui hal-hal yang dapat memperberat ataupun
memperingan nyeri yang dirasakan pasien
d) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Rasional : mengetahui seberapa besar rasa nyeri mempengarui
kualitas hidup pasien
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi napas
dalam)
Rasional : mengurangi tingkat nyeri pasien/ mengalihkan pasien
dari rasa nyerinya
b) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Rasional : mengurangi resiko factor yang dapat memperberat
nyeri/menimbulkan nyeri
c) Fasilitasi isterahat dan tidur
Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istrahat pasien
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Rasional : memberikan informasi terkait nyeri yang dirasakan
pasien
b) Jelaskan strategi mengatasi nyeri
Rasional : membantu pasien mengatasi saat rasa nyeri muncul
c) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
Rasional : pasien dapat mengetahui sendiri karakteristik, penyebak,
lokasi saat nyeri muncul
d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional : memudahkan pasien untuk mengotrol nyeri dengan cara
sederhana
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional : mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan
pasien
DAFTAR PUSTAKA
Taylor, C.R., Lilis, C., Lemone, P., Lynn, P., 2011. Fundamentals of Nursing: The
Art and Science of Nursing Care, 7th ed. Wolters Kluwer, China
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI