Oleh :
LAILATUL
KHOIRUNNISAK
10218044
PROGAM STUDI S1
KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI
WIYATA KEDIRI
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
B. ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru kanan dan
paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta
pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks.
Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, dan memiliki fungsi
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
b. Fisiologi
Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang
banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi.
Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana
oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah
dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen
menembus membran, di ambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan
dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh.
Di paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus
membran alveoli dankapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus berakhir
sampai pada mulut dan hidung. (Saputro. R, 2013).
C. KLASIFIKASI
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris
saluran pernafasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam
saluran pernafasan (respiratory tract). Program pemberantasan penyakit (P2)
ISPA dalam 2 golongan yaitu (Cahyaningrum, 2012):
a. ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah batuk
dan pilek (common cold).
b. ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri,
yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun
tarikan dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-programpemberantasan ISPA (P2
ISPA) mengklasifikasikan ISPA(Cahyaningrum, 2012) sebagai berikut:
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian
bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60
menit.
2. Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding
dada dan bagian bawah ke dalam.
b. Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas
cepat, frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan
dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun.
c. Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada
nafas cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak
umur 2- <12 bulan dan kurang dari 40 permenit 12 bulan - <5
tahun.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise,
mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila
peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ISPA yaitu, faktor
lingkungan, individu anak (umur, jenis kelamin dan berat badan lahir), nutrisi,
imunisasi, status sosial ekonomi, dan perilaku orang tua yang merokok,
Maryunani (2010)(Syahidi, Gayatri, & Bantas, 2016)
G. PATOFISIOLOGI
Menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi
4 tahap yaitu:
a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar
sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang
efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun
partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami
yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan
gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal
yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap
rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma
imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag
banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi
infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh
bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi
setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan
di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi
saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan
(imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan
yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA
dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
H. WOC
Bakteri, virus dan jamur
I. PENATALAKSANAAN
1. Upaya pencegahan
Menurut Wijayaningsih tahun 2013, hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain:
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya
dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung
cukup gizi.
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA.
2. Upaya perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
a. Meningkakan istirahat minimal 8 jam per hari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat
f. Bila anak terserang ISPA tetap berikan makanan dan ASI
3. Penatalaksaan medis : pemberian antibiotik sesuai jenis
kuman penyebab.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014):
1. Identitas Pasien
2. Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA
dari pada usia yang lebih lanjut.
3. Jenis kelamin
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana
angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di
negara Denmark.
4. Alamat
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Diketahui bahwa
penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah
rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara
biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna
dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe
akan mempermudah terjadinya ISPA anak.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah,
nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
2. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
3. Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
4. Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya. (Nursing Student, 2015).
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
4. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak
5. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/
tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
6. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam
penciuman
7. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/
tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
8. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi
vena jugularis.
9. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d sputum
berlebihan
2. Hipertermia b.d proses penyakit d.d takipnea
3. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologi d.d pola nafas berubah
4. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d membran mukosa kering
5. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan
6. Intoleransi aktivitas b.d ketidakmampuan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d merasa lemah
ANALISA DATA
No Data Etiolgi Masalah Keperawatan
DS Bakteri, virus dan jamur Bersihan jalan napas
↓
→ Pasien tidak efektif b.d sekresi
Terhisap masuk ke
mengatakan sulit saluran pernapasan yang tertahan d.d
↓
bernafas sputum berlebihan
Menempel pada hidung,
→ Pasien sinus, faring, laring,
mengatakan sulit bronkus
↓
berbicara ISPA
DO : ↓
1. Menginvasi sel
→ RR = 36 x/mnt ↓
→ Ronchi (+) Respon pertahanan sel
↓
→ Pasien tampak Produksi mukus ↑
gelisan ↓
Kongesti pada hidung
→ Sianosis ↓
→ Pola nafas Kesulitan bernafas
↓
berubah Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif
DS: Bakteri, virus dan jamur Hipertermia b.d proses
↓
→ Pasien penyakit d.d takipnea
Terhisap masuk ke
mengatakan saluran pernapasan
↓
tubuh nya panas
Menempel pada hidung,
→ Pasien sinus, faring, laring,
mengatakan bronkus
2. ↓
kulitnya terasa ISPA
panas ↓
Invasi kuman
DO : ↓
→ Suhu = 390C Merangsang tubuh
melepas zat pirogen
→ Kulit tampak ↓
merah Hipotalamus ke bagian
termoregulator
→ Kulit terasa ↓
↓
hangat
Hipertermia
aktivitas
INTERVENSI
Diagnosis
No Tujuan SLKI SIKI
Keperawatan
c. Kemerahan (3 Terapeutik
sedang) → Persiapan materi dan edukasi
→ Jadwalkan waktuyang tepat unt
memberikan pendidikan keseh
sesuai kesepakatan dengan
pasi dan keluarga
→ Berikan kesempatan pasien dan
keluarga untuk bertanya
Edukasi
→ Jelaskan kontraindikasi fisiotera
dada
→ Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada
→ Ajarkan mengeluarkan sekret
melalui pernapasan dalam
→ Ajarkan batuk selama dan setel
prosedur
Penghisapan Jalan Napas
Definisi : membersihkan sekret
den kateter suction bertekanan
negatif k dalam mulut
nasofaring,trakea dan
Tindakan/observasi
→ Indikasi kebutuhan dilakukan
penghisapan
→ Monitor dan catat warna, jumla
konsistensi sekret
Terapeutik
→ Gunakan teknik aseptik
→ Gunakan prosedural streril dan
disposibel
→ Lakukan hisapan lebih dari 15
Edukasi
Anjurkan bernapa dalam dan pela
selama insersi kateter suction
2. Hipertermia Setelah Termoregulasi Manajemen Hipertermia
b.d proses dilakukan Observasi
penyakit d.d intervensi a. Kulit merah → Identifikasi penyebab hiperterm
(3
takipnea selama 4 sedang) (mis. Dehidrasi, terpapar
x
24jam maka b. Pucat (4 Lingkungan panas, penggunaan
cukup
Demam akan meningkat) inkubator)
membaik c. Suhu tubuh (3 → Monitor suhu tubuh
sedang) → Monitor kadar elektrolit
d. Suhu kulit (3 → Monitor komplikasi akibat
sedang)
hipertermi
e. Tekanan darah
Terapuetik
(3 sedang)
→ Sediakan lingkungan yang ding
→ Longgarkan atau leapaskan pak
→ Basahi dan kipasi permukaan tu
→ Berikan cairan oral
→ Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
→ Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian cairan da
elektrolit intravena
Regulasi
Temprature
Observasi
→ Monitor suhu tiap dua jam sek
jika perlu
→ Monitor tekanan darah, frekuan
fernapasan dan nadi
→ Monitor warna dan suhu kulit
→ Monitor dan catat
tanda/gejala hipertermia
Teraupetik
→ Pasang alat pemantau suhu
kuti jika perlu
→ Tingkatkan asupan nutrisi dan c
yang adekuat
→ Sesuaikan suhu lingkungan den
kebutuahan pasien
Edukasi
→ Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik, ji
perlu
3. Nyeri Akut b.d Setelah Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
agen pencedera dilakukan → Keluhan nyari (4 Tindakan/Observasi
fisiologi d.d intervensi cukup menurun) → Identifikasi lokasi, karakte
pola nafas selama 4 x 24 → Gelisah (3 sedang) durasi, frekuensi, kualitas, inte
berubah jam maka → Pola napas (4 cukup nyeri
nyeri akan membaik ) → Identifikasi skala nyeri
menurun → Tekanan darah (3 → Identifikasi respons nyeri non v
sedang) → Identifikasi faktor
memperberat dan memper
nyeri
→ Identifikasi pengetahuan
keyakinan tentang nyeri
→ Identifikasi pengaruh
b terhadap
respon nyeri
→ Identifikasi pengaruh
nyeri kualitas
hidup
→ Monitor keberhasilan
komplementer yang sudah
dibe
→ Monitor efek samping pengg
analgetik
Terapeutik
→ Berikan teknik nonfarma
untuk mengurangi rasa
(akupresur, terapi
m
biofeedback, terapi
aromaterapi, teknik
ima
terbimbing, kompres hangat d
terapi bermain
→ Kontrol lingkungan
memperberat rasa nyeri (mis.
ruangan, pencahayaan, kebising
→ Fasilitasi istirahat dan tidur
→ timbangkan jenis dan sumber
dalam pemilihan strategi mere
nyeri
Edukasi
→ Jelaskan penyebab,
periode, pemicu
nyeri
→ Jelaskan strategi meredakan ny
→ Anjurkan memonitor nyeri s
mandiri
→ Anjurkan menggunakan
ana
secara tepat
→ Ajarkantekniknonfarmak untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian analgetik perlu
Pemantauan
Cairan Observasi:
→ Monitor frekuensi dan kekuatan
→ Monitor frekuensi nafas
→ Monitor berat badan
→ Monitor elastisitas atau turgor k
→ Monitor warna, jumlah dan ber urin
→ Monitor kadar albumin dan pro total
→ Monitor intake dan output caira
→ Identifikasi tanda tanda hypervolemia
→ Identifikasi factor ketidakseimbangan cairan
Teraupetik :
→ Atur interval waktu pemantaua
→ Dokumentasikan hasil pemanta
Edukasi :
→ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantuan
→ Informasikan hasil pemantauan perlu
I. IDENTITAS
Imunisasi :
BCG (umur 3 Bulan ) Polio 4x (umur 1,2,3,4 bulan) DPT 3x (umur 2,4 dan
6 bulan) Campak (umur 18 Bulan) Hepatitis 3x (umur 2,3,4 bulan )
ada
Riwayat nutrisi :
BB sebelum sakit : 20 Kg
Panjang lahir : 50 cm
Riwayat perkembangan :
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
Penampilan umum :
Fontanela : Anterior : Posterior :
Palatum : Bibir :
Warna kulit :
Ekstremitas :
Genitalia :
IV. B1 (BREATH)
Sesak : Ya Tidak
Batuk : Ya
Substernal Intraklavikula
Flow..........................Lpm
Lain-lain : ..................................................................................
V. B2 (BLOOD)
Lain-lain : ..................................................................................
VI. B3 (BRAIN)
Penglihatan (mata):
: Strabismus
Pendengaran (telinga):
Penciuman (hidung):
Jelaskan : Lain-lain:
...................................................................................
VII. B4 (BLADDER)
Kandung kemih :
Membesar : Ya Tidak
Lain-lain : ..................................................................................
VIII. B5 (BOWEL)
Kesulitan menelan
Pembesaran
tonsil
Lain-lain : .......................................................
Abdomen :
Peristaltik usus:...........x/menit
Teratur : Ya Tidak
Frekuensi : 1x/hr
Lain-lain : ..................................................................................
IX. B6 (BONE)
susedanum Kulit :
Pucat Hiperpigmentasi
Turgor : Baik Sedang
Lain-lain : ..................................................................................
X. ENDOKRIN
Hiperglikemi : Ya Tidak
Hipoglikemi : Ya Tidak
Lain-lain : ..................................................................................
XII. PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Tidak ada
Tidak ada
(Lailatul Khoirunnnisak)
ANALISA DATA
→ Suhu =370C ↓
Menginvasi sel
→ RR = 36 x/mnt
↓
→ Nadi 100 x/mnt
Respon pertahanan sel
→ TD=110/80 mmHg
↓
→ Ronchi (+) Produksi mukus ↑
→ Pasien tampak
↓
lemas Kongesti pada hidung
↓
Kesulitan bernafas
↓
Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif
2. DS : Bakteri, virus dan jamur Risiko defisit nutrisi d.d
↓
→ Ibu pasien ketidakmampuan
Terhisap masuk ke saluran
mengatakan pernapasan menelan makanan
anaknya
mengalami ↓
penurunan nafsu Menempel pada hidung,
makan sinus, faring, laring,
→ Ibu pasien bronkus
mengatakan badan
↓
anaknya mulai ISPA
kurus sejak sakit
↓
DO Aktivitas sistem imun
→ Suhu =370C ↓
Limfadenopati regional
→ RR = 36 x/mnt
→ Nadi 100 x/mnt ↓
Menyumbat makanan
→ TD=110/80 mmHg
→ BB saat sakit 19 kg ↓
Nyeri saat menelan (disfgia)
BB sebelum sakit
20 kg ↓
→ Pasien tampak Risiko Defisit Nutrisi
lemas
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kep. Hasil
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx Medis : Ispa
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
III. MATERI
a. Pengertian Edukasi Fisioterapi Dada
2. Tujuan Edukasi Fisioterapi Dada
3. Kontraindikasi dari Edukasi Fisioterapi Dada
4. Prosedur tindakan Edukasi Fisioterapi Dada
IV. PENGORGANISASIAN
a. PenanggungJawab : Paramitha Ratna Gayatri, S.Kep., Ns.,
M.Kep
b. Moderator : Lailatul Khoirunnisak
c. Penyaji : Lailatul Khoirunnisak
e. Fasilitator& dokumentasi : Lailatul Khoirunnisak
V. KEGIATAN PENYULUHAN
NO TAHAP PENYULUH AUDIEN WAKTU
1 Pendahuluan → Memberisalam - Menjawab salam 2 menit
→ Memperkenalkan diri - Mendengarkan
2 Kegiatan Inti → Menjelaskan Pengertian -Mendengarkan 10 Menit
Edukasi Fisioterapi Dada
→ Menjelaskan Tujuan -Mendengarkan
Edukasi Fisioterapi Dada
→ Menjelaskan Kontraindikasi -Mendengarkan
dari Edukasi Fisioterapi
Dada
→ Menjelaskan Prosedur -Mendengarkan
tindakan Edukasi
Fisioterapi Dada
3 Evaluasi → Memberi kesempatan - Bertanya
kepada peserta untuk
bertanya tentang materi 5 Menit
yang di sampaikan
→ Memberi pertanyaan - Menjawab pertanyaan
kepada Keluarga tentang
materi yang di
→ sampaikan Memberi - Mendengarkan 3 menit
→ kesimpulan - Menjawab salam
Memberi salam penutup
VI. MEDIA
1. Leaflet
a. Lampiran
VIII. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
b. Evaluasi
Proses
c. Evaluasi Hasil
MATERI PENYULUHANTERAPI KOMPLEMENTER
2) Perkusi
Perkusi merupakan penepukkan ringan pada dinding dada
dengan tangan dimana tangan membentuk seperti mangkuk
(Kusyati, 2006). Dimana tujuan dari terapi clapping ini adalah
jalan nafas bersih, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang
melekat pada dinding bronkus dan mempertahankan fungsi otot-
otot pernafasan (Potter dan Perry, 2006).
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat
postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara
umum adalah indikasi perkusi
Prosedur pelaksanaan :
a. Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunakan
handuk
b. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat
untuk meningkatkan relaksasi
c. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk
mangkuk
d. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan secara cepat menepuk dada
e. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1 -2 menit,
jangan pada area yang mudah cedera
f. Kembalikan pasien keposisi yang nyaman
g. Membereskan alat-alat
h. Mencuci tangan
DAFTAR PUSTAKA