Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN

PERNAFASAN AKUT ( ISPA )

Disusun Oleh :
Neng Lilis
37202000

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

A. KONSEP ISPA
1. DEFINISI
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah
masuknya miroorganisme (bakteri, virus dan riketsia) ke dalam saluran pernafasan
yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari
(Wijayaningsih, 2013). ISPA merupakan salah satu penyakit menular yang dapat
ditularkan melalui udara. Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus atau
bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala berupa
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau batuk berdahak (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a. Anatomi Pernafasan
Saluran pernapasan bagian atas
terdiri atas hidung, faring, laring, dan epiglotis, yang berfungsi menyaring,
menghangatkan, dan melembabkan udara yang dihirup. (Nursing Students, 2015)
1) Hidung
Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang
memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang bermuara ke rongga
hidung. Bagian hidung lain adalah rongga hidung yang dilapisi oleh selaput
lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dari sini.
Pada saat udara masuk melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu-bulu
yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan
serta dilembabkan.
2) Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak
sampai dengan esofagus yang terletak di belakang naso faring (di belakang
hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo faring).
3) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian
tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, yang terdiri atas dua
lamina yang bersambung di garis tengah.
4) Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring
ketika orang sedang menelan
Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, tandan bronkhus, segmen
bronkhus, dan bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi
surfaktan.
1) Trakhea
Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang kurang
lebih 9 cm dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra thorakalis
kelima. Trakhea tersebut tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran
tidak lengkap yang berupa cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput lendir yang
terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
2) Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua
percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar
dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah;
sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam
lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian
percabangan yang disebut sebagai bronkhiolus.
3) Paru

Merupakan organ pertama dalam pernafasan. Letak paru itu sendiri didalam
rongga thorax setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru
terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu parietalis dan
pleura viseralis, kemudian juga dilindungi oleh cairan pleura yang berisi
cairam surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian
(paru kanan dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat
organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan
bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis,
berpori, dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
b. Etiologi Pernafasan
Etiologi Pernafasan/respirasi adalah Pernafasan/respirasi adalah
peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh
serta menghembuskann udara yang banyak mengandung karbondioksida
sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi
dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana
oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah
dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen
menembus membran, di ambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan dari
jantung di pompakan ke seluruh tubuh.
Di paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus
membran alveoli dankapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus berakhir
sampai pada mulut dan hidung. (Saputra. R, 2013).

3. ETIOLOGI
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofilus,
bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus,
adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpes virus. Bakteri dan virus
yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung (Wijayaningsih, 2013).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun
yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke
musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.Beberapa faktor lain yang
diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan
antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Wijayaningsih,
2013).
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala ISPA pada anak antara lain (Wijayaningsih, 2013):
a. Pilek biasa
b. Keluar sekret cair dan jernih atau mukus dari hidung
c. Kadang bersin-bersin
d. Sakit tenggorokan
e. Nafas cepat
f. Batuk
g. Sakit kepala
h. Sekret menjadi kental
i. Demam
j. Nausea
k. Muntah
l. Anoreksia
m. Diare
n. Nyeri abdomen

5. KLASIFIKASI
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran pernafasan.
Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan
(respiratory tract). Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan
yaitu (Cahyaningrum, 2012):
a. ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah batuk dan
pilek (common cold).
b. ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang
ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan
dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-programpemberantasan ISPA (P2 ISPA)
mengklasifikasikan ISPA(Cahyaningrum, 2012) sebagai berikut:
1) Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat pada
dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat, frekuensi
nafas 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke
dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60 menit.
2) Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding dada dan
bagian bawah ke dalam.
b. Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan dan 40 kali per
menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun.
c. Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas
cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak umur 2- <12 bulan
dan kurang dari 40 permenit 12 bulan - <5 tahunn.

6. PATOFISIOLOGI

Menurut Nurin, dkk (2014) perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi

apa-apa.

b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh

menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala

demam dan batuk.


d. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh

sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat

pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga

untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien.

Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang

ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang

sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli dan

antibodi.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya

telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat

mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2

(polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2

konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan

dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan

kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan

mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A.
Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita
yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan
yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui
jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/
biakan kuman (swab): hasil yang didapatkan adalah biakan kuman positif sesuai
dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (diferential count): laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

8. PENATALAKSAAN MEDIS
1. Upaya pencegahan
Menurut Wijayaningsih tahun 2013, hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain:
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh
terhadap penyakit baik.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA.
2. Upaya perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
a. Meningkakan istirahat minimal 8 jam per hari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat
f. Bila anak terserang ISPA tetap berikan makanan dan ASI
3. Penatalaksaan medis : pemberian antibiotik sesuai jenis kuman penyebab.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ISPA

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
b. Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA
daripada usia yang lebih lanjut.

c. Jenis kelamin
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana
angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di
negara Denmark.

d. Alamat
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Diketahui bahwa
penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah
rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara
biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna
dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe
akan mempermudah terjadinya ISPA anak.
e. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah,
nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
f. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
g. Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
h. Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya. (Nursing Student, 2015).

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
b. Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
c. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
d. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak
e. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak,
keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
f. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan
yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
g. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak,
apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan,
apakah ada kesulitan dalam berbicara.
h. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis.
i. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing,
apakah ada gangguan dalam pernafasan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan

a) Inspeksi
Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
 Tonsil tampak kemerahan dan edema
 Tampak batuk tidak produktif
 Tidak ada jaringan parut dan leher
 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan cuping hidung
b) Palpasi
 Adanya demam
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c) Perkusi
 Suara paru normal (resonance)
d) Auskultasi
 Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

j. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri
tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising
usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
k. Genitalia

Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut


kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada
wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia
mayora.
l. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah
ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
m. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan
bentuk. (Nursing Student, 2015).

3. MASALAH KEPERAWATAN (NANDA)


Masalah keperawatan yang lazim muncul :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Ketidakefektifan pola napas
c. Nyeri
d. Hipertermia
e. Gangguan pertukaran gas
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
g. Resiko tinggi infeksi
4. INTERVENSI KEPERAWATAN (NOC dan NIC)

No Diagnosa NANDA NOC NIC


1. Hypertermia (00007) Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
Domain 11: keamanan/ perlindungan keperawatan dalam waktu 1. Monitor suhu sesering mungkin
Kelas 6: termoregulasi ….x24 jam masalah keperawatan 2. Monitor IWL
dapat diatasi dengan kriteria 3. Monitor penurunan tingkat kesadaraan
Definisi: hasil : 4. Monitor intek dan output
Perningkatan suhu tubuh di atas 1. Suhu tubuh dalam rentan 5. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
kisaran normal normal 6. Lakukan tapid sponge
2. Nadi dan RR dalam rentan 7. Kolaborasi pemberian cairan intervena
Batas karakteristik: normal 8. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
1. Konvulsi 3. Tidak ada perubahan warna 9. Tingkatkan sirkulasi udara
2. Kulit kemerahan kulit dan tidak ada pusing 10. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
3. Peningkatan suhu di atas menggigil
kisaran normal Temperature regulation
4. Kejang 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
5. Tarkikardi 2. Rencanakan monitoring suhu secara kontiyu
6. Takipnea 3. Monitor warna dan suhu kulit
7. Kulit terasa hangat 4. Monitor tanda – tanda hipertermi
Hipotermi
1. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
2. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan
Faktor- faktor yang berhubungan: tubuh
1. Anastesia 3. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat
2. Penurunan respirasi panas
3. Dehidrasi 4. Diskusikan tentang pentingny pengaturan suhu dan
4. Pemanjanan lingkungan yang kemungkinan efek negative dari kedingginan
panas 5. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang
5. Penyakit diperlukan
6. Pemakaian pakaian yang tidak 6. Berikan anti piretik jika perlu
sesuai dengan suhu lingkungan Vital sign monitoring
7. Peningkatan laju metabolisme 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
8. Medikasi 2. Catat adanya fluktuasi dan tekanan darah
9. Trauma 3. Monitor suara paru, pola pernafasan abnormal
10. Aktivitas berlebihan 4. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
5. Monitor sianosis perifer
6. Monitor adanya cushing triad(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
7. Identifikasi penyebab dari perubahan vita sign.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Airway Suction
nafas (00031) keperawatan dalam waktu 1. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning
Domain 11: keamanan/perlindungan ….x24 jam masalah keperawatan 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
Kelas 2: cedera fisik dapat diatasi dengan kriteria 3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
hasil : 4. Minta klien nafas dalam sebelum suctiondilakukan
Definisi: 1. Mendemonstrasikan batuk 5. Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk
Ketidakmampuanuntuk membersihkan efektif dan suara nafas memfasilitasi suction nasotracheal
sekresi atau obstruksi dari saluran yang bersih, tidak ada 6. Gunakan alat yang streril disetiap melakukan tindakan
pernafasan untuk mempertahankan sianosis dan dispnea 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah
kebersihan jalan nafas. (mampu mengeluarkan kateter dikeluarkan dari nasotracheal
sputum, mampu bernafas 8. Monitor status oksigen pasien
Batasan karakteristik: dengan mudah, tidak ada 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
1. Tidak ada batuk pursed lip) 10. Hentikan suction dan berika oksigen apabila pasien
2. Suara nafas tambahan 2. Menunjukkan jalan nafas menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi oksigen,
3. Perubahan frekuensi nafas yang paten (klien tidak dll
4. Perubahan irama nafas merasa tercekik, irama
5. Sianosis nafas, frekuensi pernafasan Airway Management
6. Kesulitan berbicara atau dalam rentang normal, 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
mengeluarkan suara tidak ada suara nafas bila perlu
7. Penurunan bunyi nafas abnormal). 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
8. Dispnea 3. Mampu mengidentifikasi 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
9. Sputum dalam jumlah yang dan mencegah faktor yang buatan
berlebihan dapat menghambat jalan 4. Pasang mayo bila perlu
10. Batuk yang tidak efektif nafas. 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
11. Ortopnea 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
12. Gelisah 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
13. Mata terbuka lebar 8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
Faktor yang berhubungan: 10. Berikan pelembab udara, kassa basah, NaCl lembab
Lingkungan: 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
1. Perokok pasif 12. Monitor respirasi dan status oksigen.
2. Mengisap asap
3. Merokok
Obstruksi jalan nafas:
1. Spasme jalan nafas
2. Mukus dalam jumlah berlebihan
3. Eksudat dalam jalan alveoli
4. Materi asing dalam jalan nafas
5. Adanya jalan nafas buatan
6. Sekresi bertahan/sisa sekresi
7. Sekresi dalam bronkhi
Fisiologis:
1. Jalan nafas alergik
2. Asma
3. PPOK
4. Hiperplasia dinding bronkhial
5. Infeksi
6. Disfungsi neuromuskular
3. Ketidakefektifan pola nafas (00032) Setelah dilakukan tindakan Airway Management
Domain 4: aktivitas/ istirahat keperawatan dalam waktu 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chi lift atau jaw thrust
Kelas 4: respons kardiovaskuler/ ….x24 jam masalah keperawatan bila perlu
pulmonal dapat diatasi dengan kriteria 2. Posisikan \pasien untuk memaksimalkan ventilasi
hasil : 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jlan nafas
Definisi: 1. Mendemostrasikan batuk buatan
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak efektif dan suara nafas yang 4. Pasang mayo bila perlu
memberi ventilasi adekuat bersih, tidak ada sianosis dan 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dyspneu (mampu 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Faktor resiko: mengeluarkan 7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
1. Perubahan kedalaman sputum,mampu bernafas 8. Lakukan suction pada mayo
pernafasan dengan mudah, tidak ada 9. Berikan bronkodilator bila perlu
2. Perubahan ekskursi dada pursed lips) 10. Berikan pelembab udara kassa basah Nacl lembab
3. Mengambil posisi tiga titik 2. Menunjukkan jalan nafas 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
4. Bradipnea yang paten (klien tidak 12. Monitor respirasi dan status O2
5. Penurunan tekanan ekspirasi merasa tercekik, irama nafas,
6. Penurunan tekanan inspirasi frekuensi pernafasan dalam OxygenTherapy
7. Penurunan ventilasi semenit rentang normal, tidak ada 1. Bersihkan mulut,hidung dan sekret trakea
8. Penurunan kapasitas vital suara nafas abnormal) 2. Pertahankan jalan napas yang paten
9. Dispnea 3. Tanda tanda vital dalam 3. Atur peralatan oksigenasi
10. Peningkatan diameter anterior- rentang normal (kanan darah, 4. Monitor aliran oksigen
posterior nadi, pernafasan) 5. Pertahankan posisi pasien
11. Pernafasan cuping hidung 6. Observasi adanya tanda hipoventilas
12. Ortopnea 7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
13. Fase ekspirasi memanjang
14. Pernafasan bibir Vital Sign Monitor
15. Takipnea 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
16. Penggunaan otot aksesorius 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Faktor yang berhubungan: 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
1. Ansietas 5. Monitor TD, nadi RR sebelum,selama,sesudah aktivitas
2. Posisi tubuh 6. Monitor kualitas nadi
3. Deformitas tulang 7. Monitor frekuensi dna irama pernafasan
4. Deformitas dinding dada 8. Monitor suara paru
5. Keletihan 9. Monitor pola pernafasan abnormal
6. Hiperventilasi 10. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit
7. Sindrom hipoventilasi 11. Monitor sianosis perifer
8. Gangguan muskuloskeletal 12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
9. Kerusakan neurologis melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
10. Imaturitas neurologis 13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
11. Disfungsi neuromuskular
12. Obesitas
13. Nyeri
14. Keletihan otot pernafasan
15. Cedera medula spinalis

4. Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan tindakan Pain management


Domain 12: kenyamanan keperawatan dalam waktu 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
Kelas 1: kenyamanan fisik ….x24 jam masalah keperawatan lokasi, karakteristrik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
dapat diatasi dengan kriteria faktor presipitasi.
Definisi: hasil : 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Pengalaman sensori dan emosional 1. Mampu mengontrol nyeri 3. Gunakan tehnik komunikasi teraupetik untuk mengetahui
yang tidak menyenangkan yang (tahu penyebab nyeri, pengalaman nyeri pasien
muncul akibat kerusakan jaringan yang mampu menggunakan teknik 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
aktual atau potensial atau digambarkan nonfarmakologi untuk 5. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
dalam hal kerusakan sedemikian rupa mengurangi nyeri, mencari ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
(international association fot the study bantuan) 6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
of pain) : awitan yang tiba-tiba atau 2. Melaporkan bahwa nyeri menemukan dukungan
lambat dari intenstitas ringan hingga berkurang dengan 7. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
berat dengan akhir yang dapat menggunakan manajemen sperti suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan
diantisipasi atau prediksi dan nyeri 8. Kurangi faktor predisposisi
berlangsung < 6 bulan. 3. Mampu mengenali nyeri 9. Pilih dan lakukan penanganan nyeri(farmakologi,
(skala, intensitas, frekuensi nonfarmakologi dan interpersonal)
dan tanda nyeri) 10. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Batasan karakteristik: 4. Menyatakan rasa nyaman 11. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
1. Perubahan selera makan setelah nyeri berkurang. 12. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
2. Perubahan tekanan darah 13. Tingkatkan istirahat
3. Perubahan frekuensi jantung 14. Kolaborasikan dengan dokter jika ada tindakan nyeri
4. Perubahan frekuensi tidak berhasil
pernafasan 15. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
5. Laporan isyarat
6. Diaforesis Analgesic administration
7. Perilaku distraksi ( misalnya 1. Tentukan lokasi, karakteristrik, kualitas, dan derajat nyeri
berjalan mondar-mandir sebelum pemberian obat
mencari orang lain dan atau 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
aktivitas lain, aktivitas yang frekuensi
berulang). 3. Cek riwayat alergi
8. Mengekspresikan perilaku 4. Pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari
(misalnya gelisah, merengek, analgetik ketika pemberian lebih dari satu
menangis) 5. Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya
9. Masker wajah (misalnya mata 6. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian secara IV,
kurang bercahaya, tampak IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur
kacau, gerakan mata terpencar 7. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
atau tetap pada satu fokus analgetik pertama kali
meringis) 8. Berikan analgesik tapat pada waktu terutama saat nyeri
10. Sikap melindungi area nyeri hebat
11. Fokus menyempit (misalnya 9. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala.
gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
12. Indikasi nyeri yang dapat
diamati
13. Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
14. Sikap tubuh melindungi
15. Dilatasi pupil
16. Melaporkan nyeri secara verbal
17. Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan:


1. Agen cedera fisik ( misalnya
biologis, zat kimia, fisik,
psikologis).
5. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Airway Management
Definisi: kelebihan atau defisit pada keperawatan dalam waktu 1. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
oksigenasi dan/atau eliminasi karbon ….x24 jam masalah keperawatan bila perlu
dioksida pada membrane alveolar- dapat diatasi dengan kriteria 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
kapiler hasil : 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas
Batasan karakteristik: 1. Mendemonstrasikan buatan
1. pH darah arteri abnormal peningkatan ventilasi dan 4. Pasang mayo bila perlu
2. pH arteri abnormal oksigenasi yang adekuat 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. pernapasan abnormal (mis. 2. Memelihara kebersihan 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Kecepatan, irama, kedalaman) paru-paru dan bebas dari 7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
4. warna kulit abnormal (mis, tanda-tanda distress 8. Lakukan suction pada mayo
pucat, kehitaman) pernafasan 9. Berikan bronkodilatorbila perlu
5. konfusi 3. Mendemonstrasikan batuk 10. Berikan pelembab udara
6. sianosis (pada neonates saja) efektif dan suara nafas yang 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
7. penurunan karbon dioksida bersih, tidak ada sianosis 12. Monitor respirasi dan status O2
8. diaforesis dan dyspneu (mampu
9. dispnea mengeluarkan sputum, Respiratory Monitoring
10. sakit kepala saat bangun mampu bernafas dengan 1. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
11. hiperkapnia mudah, tidak ada pursed 2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan
12. hipoksemia lips) otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
13. hipoksia 4. Tanda-tanda vital dalam intercostal
14. iritabilitas rentang normal (tekanan 3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
15. napas cuping hidung darah, nadi, pernapasan). 4. Monitor pola nafas: bradipnea, takipnea, kusmaul,
16. gelisah hiperventilasi, cheyne stokes, biot
17. samnolen 5. Catat lokasi trakea
18. takikardi 6. Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)
19. gangguan penglihatan 7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
Faktor yang berhubungan: 8. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
20. perubahan membrane alveolar- crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
kapiler 9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
21. ventilasi-perfusi hasilnya
6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang Setelah dilakukan tindakan Nutrition management
dari kebutuhan tubuh keperawatan dalam waktu 1. Kaji adanya alergi makanan
….x24 jam masalah keperawatan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
Definisi: dapat diatasi dengan kriteria kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Asupan nutrisi tidak cukup untuk hasil : 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
memenuhi kebutuhan metabolik 1. Adanya peningkatan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
Batasan karakteristik: berat badan sesuai C
1. Kram abdomen dengan tujuan 5. Berikan substansi gula
2. Nyeri abdomen 2. Berat badan ideal sesuai 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
3. Menghindari makanan dengan tinggi badan untuk mencegah konstipasi
4. Berat badan 20% atau lebih 3. Mampu mengidentifikasi 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
dibawah berat badan ideal kebutuhan nutrisi dengan ahli gizi)
5. Kerapuhan kapiler 4. Tidak ada tanda-tanda 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
6. Diare malnutrisi harian
7. Kehilangan rambut berlebihan 5. Menunjukkan 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
8. Bising usus hiperaktif peningkatan fungsi 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
9. Kurang makanan pengecapan dari menelan 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
10. Kurang informasi 6. Tidak terjadi penurunan dibutuhkan
11. Kurang minat pada makanan berat badan yang berarti
12. Penurunan berat badan dengan Nutrition monitoring
asupan makanan adekuat 1. BB pasien dalam batas normal
13. Kesalahan konsepsi 2. Monitor adanya penurunan berat badan
14. Kesalahan informasi 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
15. Membran mukosa pucat 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
16. Ketidakmampuan memakan 5. Monitor lingkungan selama makan
makanan 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
17. Tonus otot menurun makan
18. Mengeluh gangguan sensasi 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
rasa 8. Monitor turgor kulit
19. Mengeluh asupan makanan 9. Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah pecah
kurang dari RDA 10. Monitor mual dan muntah
(recommended daily 11. Monitor kadar albumin, protein, Hb, dan kadar Ht
allowance) 12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
20. Cepat kenyang setelah makan 13. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan
21. Sariawan rongga mulut konjunctiva
22. Steatorea 14. Monitor kalori dan intake nutrisi
23. Kelemahan otot pengunyah 15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
24. Kelemahan otot untuk menelan dan cavitas oral
16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Faktor-faktor yang berhubungan:
1. Faktor biologis
2. Faktor ekonomis
3. Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
4. Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
5. Ketidakmampuan menelan
makanan
6. Faktor psikologis
7. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection control:
Definisi: mengalami peningkatan keperawatan dalam waktu 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
resiko terserang organisme patogenik. ….x24 jam masalah keperawatan 2. Pertahankan teknik isolasi
Faktor resiko: dapat diatasi dengan kriteria 3. Batasi pengunjung bila perlu
1. Penyakit kronis: diabetes hasil : 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
mellitus, obesitas berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
2. Pengetahuan yang tidak cukup 1. Pasien bebas dari tanda 5. Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
untuk menghindari pemajanan gejala infeksi 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
patogen 2. Mendeskripsikan proses keperawatan
3. Pertahanan tubuh primer yang penularan penyakit, 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
tidak adekuat : gangguan faktor yang 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
peristaltis, kerusakan integritas mempengaruhi penularan 9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
kulit (pemasangan kateter serta penatalaksanaannya dengan petunjuk umum
intravena, prosedur invasif), 3. Menunjukkan 10. Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan infeksi
perubaha sekresi pH, kemampuan untuk kandung kemih
penurunan kerja siliaris, pecah mencegah timbulnya 11. Tingkatkan intake nutrisi
ketuban dini, pecah ketuban infeksi 12. Berikan antibiotik bila perlu
lama, merokok, statis cairan 4. Jumlah leukosit dalam
tubuh, trauma jaringan batas normal Infection protection:
(misalnya trauma destruksi 5. Menunjukkan perilaku 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistematik dan lokal
jaringan) hidup sehat 2. Montior hitung granulosit, WBC
4. Ketidakadekuatan pertahanan 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
sekunder: penurunan Hb, 4. Batasi pengunjung
imunosupresi (misalnya 5. Sharing pengunjung terhadap penyakit menular
imunitas didapat tidak adekuat, 6. Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang beresiko
agen farmaseutical termasuk 7. Pertahankan teknik isolasi k/p
imunosupresan, steroid, 8. Berikan perawatan kulit pada area epidema
antibodi monoklonal, 9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
imunomodulator), supresi kemerahan, panas, drainase
respon inflamasi. 10. Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
5. Vaksinasi tidak adekuat 11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
6. Pemajanan terhadap patogen 12. Dorong masukkan cairan
lingkungan meningkat: wabah 13. Dorong istirahat
7. Prosedur invasif 14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
8. Malnutrisi 15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Cahyaningrum, P. F. (2012). Hubungan Kondisi Faktor Lingkungan dan Angka


Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Pasca
Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Herdman, T. H. (2013). NANDA International: Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC (Edisi Revi). Yogyakarta: Mediaction.

Nurin, Amalia, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ISPA.
Poltekes Kemenkes Riau : DIIIKeperawatan

Saputra R. 2013. Bersihan Jalan Nafas. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakatra: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai