Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA

PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

DI PUSKESMAS OEBOBO

OLEH :

NAMA : Eta agustina lao

NIM : 163002720

KELAS :C

SEMESTER : IV

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

MENGETAHUI

CI KLINIK DOSEN PEMBIMBING

( ) ( )

MAHASISWA

( )
LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

A. LANDASAN TEORI
1. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
utama kematian pada balita didunia. Penyakit ini paling banyak terjadi di negara - negara
berkembang di dunia. Populasi penduduk yang terus bertambah dan tidak terkendali
mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu wilayah yang tidak tertata baik dari segi aspek
sosial, budaya dan kesehatan (Adesanya & Chiao, 2017). Kondisi ini akan bertambah buruk
dengan status sosial ekonomi keluarga yang rendah atau berada dibawah garis kemiskinan
karena tidak dapat memenuhi asupan gizi yang baik dan sehat untuk balita ditambah dengan
kondisi fisik rumah yang tidak layak tinggal (Kolawole, Oguntoye, Dam, & Chunara, 2017).
(Mahendra & Farapti, 2018).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Inveksi ini disebabkan
oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah
lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan
tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.
(Karundeng Y.M, et al. 2016)(Suriani, 2018)
2. Anatomi Fisiologi
a) Anatomi
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan epiglotis, yang
berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang dihirup. (Nursing
Students, 2015)
 Hidung
Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung)
yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang bermuara ke rongga hidung.
Bagian hidung lain adalah rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung
pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dari sini. Pada saat udara masuk melalui hidung,
udara akan disaring oleh bulu-bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung),
kemudian dihangatkan serta dilembabkan.
 Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak
sampai dengan esofagus yang terletak di belakang naso faring (di belakang hidung),
di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo faring).
 Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian
tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, yang terdiri atas dua lamina
yang bersambung di garis tengah.
 Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring
ketika orang sedang menelan.

Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, tandan bronkhus, segmen
bronkhus, dan bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
 Trakhea
Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang kurang
lebih 9 cm dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra thorakalis kelima.
Trakhea tersebut tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap
yang berupa cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium
bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
 Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua
percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada
bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah; sedangkan bronkhus
kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam lobus atas dan bawah.
Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian percabangan yang disebut sebagai
bronkhiolus.
 Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu sendiri di
dalam rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri
atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu pleura parietalis dan pleura
viseralis, kemudian juga dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.

Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru kanan dan paru kiri)
dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang
berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat
elastis, berpori, dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
b) Fisiologi
Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Oksigen diambil melalui mulut dan
hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah,
oksigen menembus membran, di ambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan
dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh. Di paru-paru karbondioksida merupakan hasil
buangan menembus membran alveoli dankapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus
berakhir sampai pada mulut dan hidung. (Saputro. R, 2013).
3. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non infeksius. Agen infeksius
yang paling umum dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut adalah virus, seperti
respiratory syncytian virus (RSV) non polio enterovirus( coxsackieviruses A dan B),
Adenovirus, parainfluenza dan human metapneumo viruses. Agen infeksius selain virus juga
dapat menyebabkan ISPA staphylococcus, haemophilus influenza, clamedia trachomatis,
micoplasma dan pneumococcus (Wilson, 2015).
Misnadiarly (2016) menyebutkan selain bahwa agen infeksius, selain agen non
infesius juga dapat meyebabkan ISPA sepeti inhalasi zat – zat asing seperti racun atau bahan
kimia, asap rokok, debu dan gas.
4. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia
yang terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah
faring atau dengan suatu rangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut
gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan.
Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri.
Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga
hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena
menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati
mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran
pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2016).
5. Patway

ISPA

Paparan Udara(debu)

mengandung virus/bakteri

Ukuran besar akan disaring dan yang kecil akan


masuk

Suhu mendorong debu masuk ke faring

Spasmus laring gagal melakukan tanggapan refleks

Virus / bakteri/patogen dalam debu merusak lapisan epitel dan


lapisan mukosa saluran pernapasan

Reaksi peradangan

Hipotalamus berespon dengan menaikan set Rereaksi mucus meningkat


poin

Tubuh demam Reaksi mucus meningkat

Hipertermia Batuk Sesak napas


6. Klasifikasi
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran
pernafasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan
(respiratory tract).
a. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:
 Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat pada
dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60 kali
per menit atau lebih.
 Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke
dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60 menit.
b. Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun diklasifikasikan atas:
 Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding dada dan bagian
bawah ke dalam.
 Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat, frekuensi nafas
50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12
bulan - <5 tahun.
 Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas cepat, frekuensi
kurang dari 50 kali per menit pada anak umur 2- <12 bulan dan kurang dari 40 permenit 12
bulan - <5 tahun.
7. Manifestasi Klinis
 Gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas. Gejala yang sering timbul yaitu
pengeluaran cairan nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair,
konjungtivitis ringan, sakit tenggorokan yang ringan sampai berat, sakit kepala,
malaise, batuk sring kali terjadi, terkadang timbul demam.
 Gejala infeksi saluran pernapasan bawah. Pada pemeriksaan fisik biasanya akan
ditemukan suara wheezing atau ronkhi yang dapat terdengar jika produksi sputum
meningkat.
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim :
 Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab). Hasil yan didapatka adalah biakan
(+) sesuai dengan jenis kuman.
 Pemeriksaan hitung darah (deferentialcount) laju endapan darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
torombositopenia.
 Pemeriksaan foto torach
9. Penatalaksanaan
Menurut WHO (2017), penatalaksanaan ISPA meliputi :
1. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian
multivitamin
2. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.

b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus

c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½ sendok


teh, amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin
prokain 1 mg.

d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab
puyer/x bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.

e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll.

f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x ½


sendok teh. Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti
antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik teruskan antibiotik
sampai 3 hari (Kepmenkes RI, 2017).
B. Konsep Asuhan Keperawatan

A. pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien seperti nama, umur, jenis kelamin,
berat badan, tinggi badan, panjang badan, tanggal lahir.

 Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan
sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
2. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
3. Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.
4. Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya.
 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau
lesi pada kepala
4. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak
5. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan
pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
6. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar,
ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
7. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada
kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan
dalam berbicara.
8. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis.
9. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing,
apakah ada gangguan dalam pernafasan.

Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan


a. Inspeksi
→ Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
→ Tonsil tampak kemerahan dan edema
→ Tampak batuk tidak produktif
→ Tidak ada jaringan parut dan leher
→ Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping
hidung
b. Palpasi
→ Adanya demam
→ Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
→ Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
→ Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
→ Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
10. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan
pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah
terjadi peningkatan bising usus/tidak.
11. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada
wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
12. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada
nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
13. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan di tandai
dengan sputum berlebihan.

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit di tandai dengan takipnea.


C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah keperawatan

1 DS Bakteri, virus dan jamur Bersihan jalan napas tidak


→ ibu mengatakan ↓ efektif berhubungan
anak sulit Terhisap masuk ke dengan sekresi yang
bernafas saluran pernapasan tertahan di tandai dengan
DO : ↓ sputum berlebihan.
→ RR = 36 x/mnt Menempel pada hidung,
→ Ronchi (+) sinus, faring, laring,
→ Pasien tampak bronkus
gelisan ↓
→ Sianosis ISPA
→ Pola nafas ↓
berubah Menginvasi sel

Respon pertahanan sel

Produksi mukus ↑

Kongesti pada hidung

Kesulitan bernafas

Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif

2 DS: Bakteri, virus dan jamur Hipertermia berhubungan


→ ibu mengatakan ↓ dengan proses penyakit di
Tubuh anak panas Terhisap masuk ke tandai dengan takipnea.
→ ibu mengatakan saluran pernapasan
Kulit anak terasa ↓
panas Menempel pada hidung,
DO : sinus, faring, laring,
→ Suhu = 38 ℃ bronkus
→ Kulit tampak ↓
Merah ISPA
→ Kulit terasa ↓
hangat Invasi kuman

Merangsang tubuh
melepas zat pirogen

Hipotalamus ke bagian
Termoregulator

Hipertermia

D. Intervensi

Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses


keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien.
Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
(Wong, 2016).
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, tujuan
keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat diukur, didengar,
diraba, dirasakan, dicium. Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas.
E. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau melaksanakan
rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan intervensi
keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana
keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu
rencana menjadi tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan

b. Pelaksanaan intervensi keperawatan

c. Pendokumentasian tindakan keperawatan

d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon pasien


terhadap intervensi keperawatan

F. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan

Anda mungkin juga menyukai