Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM RESPIRASI
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KeperawatanMedikalBedah
(KMB)

Dosen Pembimbing : Saurmian Sinaga, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh:
Novita Natasya Makahity
(1490121054)

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2021
A. Pendahuluan
Infeksi saluran pernapasan atas ini terjadi akibat infeksi virus yang dihirup
melalui hidung kemudian masuk melewati saluran pernapasan dan mengakibatkan
terjadinya infeksi pada organ pernapasan yaitu paru- paru sehingga, penderita mengalami
flu yang berkepanjangan. Penyakit ini diderita dalam kalangan semua umur baik anak-
anak sampai pada dewasa.
Hal ini dilihat Berdasarkan World Health Organization, ISPA masih menjadi
masalah kesehatan dunia, hampir 4 juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun 98%
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan. Insiden ISPA di negara berkembang ialah 2-
10 kali lebih banyak dari pada negara maju. Period prevalence ISPA Indonesia menurut
Riskesdas 25,0% (Riskesdas, 2013 dalam Taarelluan Tapianus Kusnanto 2016)
Berdasarkan data diatas penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai masalah
keperawatan Infeksi saluran pernapasan atas mulai dari pengertianya, anatomi
fisiologisnya, etiologinya, patofisiologisnya, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan
serta menyusun asuhan keperawatanya.

B. Pengertian
Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah
terjadinya infeksi yang parah pada bagian sinus, tenggorkan, saluran udara, atau paru-
paru. ( Oktami R.S,2017) dalam Imaniyah Ervi, 2019).
Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyakit slauran pernapasan atas atau
bawah yang dapat menimbulkan berbagai spectrum penyakit yang berkisar dari penyakit
tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang mematikan. (Burhan Hamzah,
2020).

C. Anatom Fisiologis
 Anatomi Sistem Pernafasan

Saluran nafas adalah tabung atau pipa yang mengangkut udara antara atmosfer dan kantong
udara (alveolus). Saluran pernafasan terdiri dari (Sherwood, 2014):
1. Hidung (nasal)
2. Faring
3. Laring (kotak suara)
4. Plica vocalis
5. Epiglotis
6. Bronkus
7. Bronkiolus
8. Alveolus
Udara memasuki hidung dan melewati permukaan konka nasalyang luas.
Permukaan yang luas dan bergelombang ini berfungsi untukmenghangatkan,
melembabkan dan menyaring udara yang masuk. Sekret yang berasal dari sinus
paranasal dialirkan ke dalam faring oleh gerakan mukosilier epitel respiratorik
bersilia. Jaringan limfoid (adenoid) dapat menyebabkan obstruksi orifisium tuba
eustachi yang menghubungkantelinga tengah dengan bagian posterior nasofaring.
Epiglotis membentuk melindungi laring saat proses menelan
denganmengarahkan makanan ke arah esofagus. Kartilago aritenoid yang membantu
proses pembukaan dan penutupan glotis kurang jelas pada anakdaripada orang
dewasa. Sebuah struktur berbentuk V dibentuk oleh pitasuara. Di bawah pita suara,
dinding ruang subglotis menyempit ke arah krikoid yang merupakan bagian dari
trakea, pada anak usia kurang dari 3tahun, cincin krikoid merupakan bagian
tersempit jalan nafas. Cincin tulangrawan melingkupi kurang lebih 320 derajat jalan
nafas berfungsi untukmenyangga trakea dan bronkus utama. Dinding posterior
trakea merupakanjaringan membran. Saluran respiratori yang berada di bagian distal
daribronkus lobaris tidak lagi memiliki tulang rawan penyangga (Carter dan
Marshall, 2014).
Paru kanan memiliki tiga lobus (superior, media dan inferior), parukiri
memiliki dua lobus (superior dan inferior). Paru memiliki kapasitas luarbiasa untuk
tumbuh. Bayi cukup bulan memiliki kurang lebih 25 jutaalveoli, orang dewasa
memilki 300 juta alveoli. Sebagian besarpertumbuhan alveoli tersebut terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan danselesai pada usia 8 bulan ketika volume paru
bertambah sesuai pertumbuhanlinear namun alveoli paru biasanya tidak terbentuk
(Carter dan Marshall,2014)
 Fisiologi Sistem Pernafasan
Fungsi utama respirasi adalah memperoleh oksigen untuk digunakan
oleh sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida yang diproduksi oleh sel.
Paru memiliki peran utama dalam proses pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida antara udara dan darah. Anatomi jalan nafas, mekanik otot pernafasan
dan kerangka costae, sifat alami alveolus kapiler.
Sirkulasi pulmonal, metabolisme jaringan dan kontrol neuromuscular
terhadap ventilasi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertukaran
gas. Udara memasuki paru saat tekanan di dalam rongga thoraks lebih rendah
dibandingkan tekanan atmosfer. Saat inspirasi, tekanann negatif didalam
rongga thorax terjadi akibat kontraksi dan gerakan diafragma ke arah bawah.
Otot - otot aksesori pernafasan tidak digunakan saat seseorang bernafas tenang,
namun digunakan saar olahraga atau dalam keadaan sakit untuk memperbesar
rongga toraks. Ekshalasi pada umumnya merupakan suatu proses pasif tetapi
pada ekshalasi aktif, otot-otot abdomen dan intercostal internal ikut terlibat
(Carter dan Marshall, 2014).
Resistensi jalan napas dipengaruhi oleh diameter dan panjangsaluran
respiratori, viskositas gas daan sifat alami aliran udara. Saatbernafas tenang,
aliran udara di saluran respiratori kecil biasanya bersifatlaminar dan resistensi
berbanding terbalik dengan pangkat empat daridiameter saluran pernafasan.
Pada frekuensi respiratori yang lebih tinggialiran turbulen terutama di saluran
pernafasan besar, meningkatkanresistensi. Perubahan yang relatif kecil pada
diameter saluran respiratoridapat menyebabkan perubahan resistensi yang
besar. Volume gas yang adadi dalam paru disebut dengan residual fungsional
(KRF). Volume gas inimempertahankan pertukaran oksigen selama ekshalasi.
Daya mengembangparu merupakan besaran yang menyatakan sejauh mana
paru mudah untukdikembangkan. Kondisi-kondisi yang yang menurunkan
daya mengembangparu dapat menyebabkan penurunan KRF. Sebaliknya, KRF
dapatmeningkat pada penyakit paru obstruktif akibat terperangkapnya gas di
dalam paru. Selama pernafasan tidak normal, volume paru biaanya berada
direntang tengah inflasi. Volume residual (VR) adalah volume gas yangtersisa
dalam paru di akhir ekshalasi maksimal, sedangkan kapasitas parutotal (KPT)
adalah volume gas di dalam paru di akhir inhalasi maksimal.Kapasitas vital
adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru dan
merupakan selisih antara KPT dan VR (Carter dan Marshall,2014).

D. Etiologi
Penyakit ispa dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti : bahkteri, virus,
dan riketsia. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian
bawah dapat disebabkan oleh bahkteri, virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah
disebabkan oleh bahkteri umumnya mempunyai manifestasi klinik yang berat sehingga
menimbulkan beberapa masalah dalam penangananya. Bahkteri penyebab ISPA anatara
lain : Diploocus pneumonia, Pneumococcus, Streptoocus aureus, Haemophilus Influenza
dan lain- lain. Virus peneybab ISPA antara lain adalah golongan Influenza, Adenovirus (
Sinuraya, 2017).

E. Manifestasi Klinis
Menurut Rosana, 2016)
1. Batuk
2. Kesulitan Bernafas
3. Sakit tenggorokan
4. Pilek
5. Sakit Telinga
6. Demam
F. Patofisiologi

Terjadinya infeksi antara bahkteri dan flora normal di slauran nafas. Infeksi oleh bahkteri,
virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bahkteri. Timbul mekanisme pertahanan pada
jalan nafas seperti filtrasi udara, inspirasi dirongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglottis,
pemebrsihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunya daya tahan tubuh penderita maka
bahkteri pathogen dapat melewati mekanisme system pertahanan tersebut, akibatnya terjadi
invasi didaerah- daerah slauran pernapasan atau maupun bawah.

Penularan ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk
kedalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu, maka penyakit ISPA ini termasuk golongan
Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi
tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan
melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang
sebagian besar penularanya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab
atau mikroorganisme penyebab ( Masriadi,2017)
F. Patofisiologi

ISPA

Paparan udara ( debu)

Mengandung virus/bahkteri /
patogen

Fungsi hidung dalam fungsi


filterisasi

Ukuran besar tersaring ukuran


kecil akan masuk

Silia mendorong debu ke faring Menyebarke tonsil

( Tonsilitis )

Spasmus laring gagal melakukan Silulitis peritonsiler


tangkapan refleks

Virus/ Bahkteri/ patogen dalam Abses peritonsiler


debu merusak lapisan epitel
dan lapisan mukosa saluran
pernapasan
Resiko Infeksi

Reaksi Peradangan

Reaksi mucus meningkat


Hipotalamus berespon
dengan memakai set
point
Batuk Sesak napas

Tubuh Demam
Ketidakefektifan
Hipertermia bersihan jalan napas
G. Pemeriksaan diagnostic

1. Pemeriksaan darah di labotorium

2. Pengambilan sampel dahak untuk diperiksa di labotorium

3. Pencitraan dengan x-ray atau CT scan untuk menilai kondisi paru- paru

H. Penatalaksanaan

 Keperawatan

1.Mengoptimalkan peran kader dalam melanjutkan informasi dari tenaga kesehatan


kepada masyarakat (Sigit Nanta dkk, 2021).

2.Mendeteksi secara dini dengan memilah masalah kesehatan sesuai dengan


penyakitnya dan dibuat kelompok khusus sehingga, perawat dengan mudah dalam
bertindak (Ainiyah Nur,2019)

3. Istrirahat Total

4. Peningkatan intake cairan

5. Memberikan penyuluhan sesuai penyakit

6. Memberikan kompres hangat bila demam

7. Pencegahan infeksi lebih lanjut

 Medis

1. Sistomatik

2. Obat kumur

3. Antihistamin

4. Vitamin C

5. Espektoran
6. Vaksinasi

( Suriani Yenilis, 2018)


ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, No Medrec, Diagnosa medis.
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama penanggung jawab, hubungan dengan klien, alamat
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan Utama
Keluhan saat dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan klien sejak timbulnya gejala (sebelum masuk RS) dan penanganan
yang dilakukan dirumah dan di RS sampai dengan menjadi kasus kelolaan.
3) Riwayat Penyakit Masa Lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita, terutama yang berhubungan dengan penyakit
sekarang
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Catat riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit yang diderita saat ini.
Apakah ada predisposisi genetik terhadap penyakit yang diderita saat ini atau perilaku
yang didapat (memiliki kepribadian tipe A, gaya hidup yang penuh stress)
5) Genogram;
Dibuat dalam 3 generasi
c. Pola Aktifitas Sehari-hari
(Dapat menggunakan pola fungsi kesehatan dari sumber lain/Gordon)

Jenis aktifitas klien ditulis sebelum dan sesudah klien sakit


1. Pola Makan dan Minum
Makan
Jenis makanan
Frekuensi
Jumlah Makanan
Bentuk Makanan
Makanan Pantangan
Gangguan/Keluhan
Minum
Jenis minuman
Frekuensi
Jumlah Minuman
Gangguan/keluhan
2. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi
Jumlah
Konsistensi dan Warna
Bau
Gangguan/Keluhan
BAK
Frekuensi
Jumlah
Warna
Bau
Gangguan/Keluhan
3. Pola istirahat/tidur
- Siang : (waktu, lama, kualitas/gangguan istirahat & tidur)
- Malam : (waktu, lama, kualitas/gangguan istirahat & tidur)
4. Personal Hygiene
- Mandi
- Cuci rambut
- Gosok gigi
- Ganti Pakaian
- Gunting Kuku
- Gangguan / Masalah
5. Pola Aktifitas/latihan fisik
- Mobilisasi /Jenis aktifitas
- Waktu/lama/frekuensi
- Gangguan/masalah
6 Kebiasaan Lain
- Merokok
- Alkohol

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Tingkat Kesadaran:
o Kualitatif : Compomentis/ apatis/ Somnolent/ Sopor/ Soporocomatus/
Coma
o Kuantitatif : GCS (EMV)
b) Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
2) Data fisik Head To Toe
a) Sistem pernafasan
Inspeksi : melihat apakah ada gangguan pernapasan, apakah ada pernapasan
cuping hidung, ada penumpukan sekret atau tidak
Palpasi : lakukan pemeriksaan taktil premitus
Auskultasi : kaji apakah ada suara napas tambahan atau tidak
Perkusi : dilakukan untuk mengetahui area di bawah lokasi yang diperkusi berisi
jaringan paru dengan suara sonor, berisi cairan dengan suara redup, berisi padat atau
darah dengan suara pekak, atau berisi udara dengan suara hipersonor
b) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : kaji apakah terdapat sianosis atau tidak
Palpasi : biasannya denyut nadi meningkat akral hangat CRT < 2detik
Perkusi : pada pemeriksaan normal pemeriksaan perkusi yang didapatkan pada
thorax adalah redup.
c) Sistem persarafan
Inspeksi : apakah 12 saraf nervus cranial berfungsi dengan baik atau adanya
perubahan
d) Sistem perkemihan
Inspeksi : apakah klien mengeluh nyeri saat berkemih, apakah adanya perubahan
pada warna dan bau BAK, apakah ada tanda-tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor,
function laesa), terdapat massa padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung
kemih)
Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau tidak, apakah kandung kemih teraba
penuh atau tidak, apakah teraba benjolan pada kelamin klien atau tidak, apakah teraba
massa ginjal yang membesar atau tidak
Perkusi : dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin terdapat suara
redup dikandung kemih karena terdapat residual (urin).
e) Sistem pencernaan
Inspeksi : mukosa mulut bagian dalam lembab/kering, lidah bersih atau tidak, gigi
klien utuh atau tidak, terdapat karies gigi atau tidak, apakah terjadi pembesaran tonsil
atau tidak, bentuk abdomen kembung/datar
Auskultasi : mendengarkan peristaltik usus normal atau tidak
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat pembesaran permukaan
halus.
Perkusi : kesembilan regio abdomen jika perkusi terdengar tympani berarti
perkusi dilakukan diatas organ yang berisi udara, jika terdengar pekak
berarti perkusi mengenai organ padat.
f) Sistem integument
Inspeksi : turgor kulit kering atau lembab, apakah ada luka atau tidak, apakah
ada tahi lalat atau tidak, apakah adanya bulu pada kulit, warna kulit,
apakah ada kelainan di kulit
Palpasi : apakah ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak.
g) Sistem musculoskeletal
Inspeksi : ekstremitas kanan dan kiri simetris atau tidak, ada tidaknya kelainan
pada bentuk tulang dan sendi, apakah ada fraktur atau tidak, kekuatan tonus
otot ekstremitas atas dan bawah normal atau tidak, mampu menggerakan persendian
atau tidak
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan, ada edema atau tidak
h) Sistem Reproduksi
Inspeksi : tampak bersih, tidak terdapat luka pada alat kelamin klien, tidak
adanya keputihan. tidak ada ruam kemerahan pada labia minora dan
mayora,
i). Sistem imun
Apakah ada riwayat alergi (udara dingin, ac, debu, zat kimia) atau tidak

j). Sistem endokrin

Inspeksi : apakah ada pembesaran pada kelenjar tiroid, apakah ada kelainan atau tidak

k). Sistem Pengindraan


Inspeksi : apakah pada fungsi perasa makanan baik atau tidak, apakah ada
gangguan penglihatan atau tidak, apakah dapa mencium bau atau
tidak
e. Data psikologis
Apakah pasien merasa minder atau tidak, apakah nyaman dengan kondisinya atau
tidak, apakah klien percaya diri atau tidak, apakah klien tau mengenai penyakit yang
dideritanya dan apakah klien punya cara tersendiri dalam mengatasi penyakitnya,
bagaimana cara klien dalam mengelola stressnya.
f. Data social
Apakah klien menolak atau menerima interaksi dengan orang lain atau tidak,
apakah klien berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau tidak, apakah klien
berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat sekitar
klien.
g. Data spiritual

Keyakinan dari klien apa, apakah klien taat beribadah atau tidak, ritual apa yang
dilakukan oleh klien (berdoa bersama dirumah atau pergi ke tempat ibadah)

2. Analisa Data

Analisa data berupa semua hasil pengkajian yang abnormal, untuk mendapatkan
masalah keperawata
3. Diagnosa Keperawatan
1) Kebersihan bersihan jalan napas b.d sekresi berlebihan sekunder akibat
proses inflamasi
2) Hipertermia
3) Resiko infeksi b.d entry kuman
4. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o keperawatan Keperawatan
1. Ketidakefekti TUPEN : Setelah 1. Identifikasi 1. Mengetahui
fan bersihan dilakukan tindakan tanda dan penyebab
jalan napas keperawatan 1x24 gejala yang
b.d sekresi jam diharapkan : infeksi menghambat
berlebihan masalah teratasi saluran jalan nafas
sekunder TUPAN : pernapasan
akibat proses Setelah dilakukan 2. Ajarkan 2. Untuk
inflamasi tindakan latihan mengeluarka
keperawatan 3x24 batuk n dahak
jam dengan efektif yang
kriteria hasil : menghambat
- Tidak jalan nafas
kesulitan 3. Pemberian 3. Kebutuhan
berbicara oksigen oksigen
- Tidak klien
gelisah terpenuhi
- Frekuensi
napas
normal
- Pola napas
normal
- Tidak
adanya
dispnea

2. Hipertermia TUPEN : 1. Identifikasi 1. Mengetahui


Setelah dilakukan penyebab penyebab
tindakan 1x 24 jam hipertermia dan dapat
diharapakan : mengatasiny
masalah teratasi a
TUPAN : 2. Longgarkan 2. Memberikan
Setelah dilakukan pakaian ruang bagi
tindakan 3x 24 jam tubuh dalam
dengan kriteria menghirup
hasil : oksigen
- Tubuh normal alami
3. Berikan
- Suhu kulit baik 3. Agar suhu
cairan oral
- Tidak pucat tubuh klien
seimbang
4. Pemberian
4. Memenuhi
cairan dan
elektrolit cairan
intravena elektrolit
klien
3. Resiko TUPEN : 1. Monitor 1. Menghindari
infeksi b.d Setelah dilakukan tanda dan penyebab
entry kuman 1x24 jam gejala alergi dan
Diharapkan: infeksi local dapat
masalah teratasi dan mencegahny
TUPAN : sistemik a secara dini
Setelah dilakukan
3x24 jam
diharapkan : 2. Anjurkan 2. Dapat
meningkatk meningkatka
- Kebersihan
an asupan n imun klien
tangan
nutrisi
- Tidak
adanya
demam 3. Melancarkan
3. Anjurkan
- Sputum fungsi tubuh
meningkatk
tidak sehingga
an asupan
berwarna dapat
cairan
hijau terhindar
dari infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Ainiyah Nur.2019.Deteksi dini dan perawatan kesehatan pada permasalahan kesehatan kelompok
khusus di RW 06 Kelurahan karah kecamatan jambangan. UNUSA Vol. 3 (1) ISSN 2580-5282
e-ISSN 2580-5290.

Burhan Hamzah. 2020. Menginisiasi perilaupositif masyarakat tentang penyakit ISPA di deda
Muntui Timur kabupaten bolaang Mongodow. Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol II,
No 1 April 2020.

Carter, Marshall, 2014, Sistem Respiratori, In: Darmawan, Fauzie (eds), Ilmu. Kesehatan Anak,
6th edn, EGC, Jakarta, pp. 501-507 Di Desa Singgamanik Kecamatan Munte Kabupaten Karo
Tahun 2017. Lingkungan Dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Blado 1.

Masriadi, H. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Rajawali Pers, hal: 346 - 353.

Rosana, E. N. 2016. Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari

Sigit Nanta,dkk. 2021. Optimalisasi peran kader kesehatan dalam upaya penurunan jumlah
penderita ISPA di era pandemic covid-19. Jurnal Abdimasa pengabdian masyarakat Vol 4(2)
ISSN: 2621-8100

Sinuraya,L.D. 2017. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Balita

Suriani Yenilis.2018. Asuhan keperawatan pada an. R dengangangguan ispa (infeksi saluran
pernafasanakut) di wiayah kerja puskesmas air hajikecamatan linggo sari bagantikabupaten
pesisir selatan. Program Studi diploma III Keperawatan . Perintis Padang

Tarelluan.T.K,dkk.2016. Hubungan pengetahuan dan sikap masyrakat terhadap tindakan


pencegahan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Desa Tataaran 1 Kecamatan Tondano
Selatan Kabupaten Minahasa. JKKT Vol 4(1)

Anda mungkin juga menyukai