Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM INTEGUMEN
PSIORIASIS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KeperawatanMedikalBedah
(KMB)

Dosen Pembimbing : Saurmian Sinaga, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh:
Novita Natasya Makahity
(1490121054)

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2021
A. Pendahuluan
Penyakit psioriasis merupakan penyakit kulit yang tidak memandang usia baik
anak- anak hingga usia lanjut. Penyakit ini disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat
yaitu perawatan diri. Psioriasis ini membuat perubahan pada kulit akibat gangguan pada
jaringan kulit. Prevalensi penderita psioriasis Penyakit ini juga tidak memandang usia.
Menurut National Institute of Health, jumlah penderita psoriasis di seluruh dunia
mencapai lebih dari 125 juta pasien. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2000-2001 terdapat
2.3 persen penderita psoriasis yang terdiagnosis di RSCM. Saat ini diperkirakan pasien
psoriasis mencapai 2.5-3 persen dari populasi penduduk, bahkan kemungkinan di atas
angka itu dan belum mendapat penanganan medis (Izzati Aida dkk, 2012).
Berdasarkan data diatas penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai masalah
keperawatan Psioriasis mulai dari pengertianya, anatomi fisiologisnya, etiologinya,
patofisiologisnya, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan serta menyusun asuhan
keperawatanya.

B. Pengertian
Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronis dengan karakteristik berupa
plak eritematosa berbatas tegs, skuma kasar, berlapis, dan berwarna putih keperakat.
Penyakit ini bersifat kronis dan rekuren, dimana pasien akan terus mengalami periode
remisi dan ekaserbasi secara bergantian (Coimbra dan Santos-Silva,2014). Psoriasis
merupakan suatu penyakit inflamasi kulit kronik yang ditandai dengan terjadinya
hiperproliferasi keratinosit.Etiologi psoriasis belum dimengerti sepenuhnya, namun
tampaknya faktor genetik, defek imun, lingkungan, dan hormonal berperan pada
terjadinya penyakit ini. (Permatasari,2015) .
C. Anatomi Fisiologis
Anatomi kulit secara histopatologik
1.Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus-
menerus mengalami mitosis, dan bergantian dengan yang baru sekitar 30 hari.
Epidermis mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran, dan
nyeri. Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang dihasilkan oleh sel-sel
yang disebut keratinosit.Keratin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya tahan tinggi,
serta tidak larut dalam air. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi
epidermis dari iritan atau mikroorganisme penyebab infeksi. Keratin adalah komponen
utama apendiks kulit,rambut dan kuku.Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar
epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap
rangsangan hormone hipofisis anterior, hormone perangsang melanosit (melonacyte
stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang
terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut.
Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Melanin diyakini dapat menyerap
cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya. Sel-sel imun, yang disebut sel
langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel langerhans mengenali partikel asing atau
mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Stress
dapat mempengaruhi fungsi sel langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis.
Radiasi ultraviolet dapat merusak sel langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah
kanker.Penampang kulit :
a. Stratum korneum (lapisan tanduk)merupakan lapisan kulit yang paling luar da terdiri
dari beberapa lapis sel-sel gepengyangmati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah
berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum lusidumTerdapat dibawah stratum korneum, merupakan lapisan sel-sel
gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut
eleidin.
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin)Merupakan bagian dengan 2-3 lapis sel-sel
gepeng dengan sitoplasma berbutir-butir kasar yang terdiri atas keratohialin dan
terdapat inti di antaranya
d. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk paligonal yang
besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena
banyak mengandung gikogen dengan inti terletak di tengah-tengah.
e. Stratum basale terdiri dari sel-sel berbentuk kubus / kolumnar yang tersusun vertikal
pada pembatasan dermo epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini
berfungsi reproduksi dengan adanya mitosis. Terdapat pula sel pembentuk melanin
(melanosit) yang merupakan sel-sel berwarna muda dengan sitoplasma basofilik dan
inti gelap dan mengandung butir pigmen (melanosomes).
2.Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit di bawah epidermis yang
membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada
kulit.Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis dan tersusun terutama
dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen. Dermis juga t
ersusun dari pembuluhdarah dan linfe, serabut saraf, kelenjar keringat dan sebasea, serta
akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan
ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki
turgor (tengangan), sel mast juga terdapat di dermis.Lapisan dermis (korium, kutis vera,
true skin),Lapisan ini terdiri atas lapisan elastisdan fibrosa padat dengan elemen-elemen
seluler dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:
a. Pars papilare: bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
b. Pars retikulare: bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan.
3. Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri dari atas lemak dan
jaringan ikat di mana berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan kulitstruktur
internal seperti otot dan tulang, serta sebagai peredam kejut dan insulator panas. Jaringan
subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan
suhu tubuh.
4. Rambut
Rambut di bentuk dari keratin melalui proses diferensiasi, sel-sel epidermis
tertentu akan membentuk folikel-folikel rambut. Folikel rambut di sokong oleh matriks
kulit dan akan berdiferensiasi menjadi rambut. Kemudian suatu saluran epitel akan
terbentuk, melalui saluran inilah rambut akan keluar ke permukaan tubuh. Pada kulit
kepala, kecepatan pertumbuhan rambut biasanya 3 mm per hari. Setiap folikel rambut
melewati siklus: pertumbuhan (rambut anagen), stadium intermidia (rambut katagen) dan
involusi (rambut telogen). Stadium anagenkulit kepala dapat bertahan selama kurang kebih
3 tahun, sedangkan telogen hanya bertahan 3 bulan saja. Begitu folikel rambut mencapai
stadium telogen, maka rambut akan rontok. Pada akhirnya rambut akan mengalami
regenerasi menjadi stadium anagen dan akan terbentuk rambut baru.Warna rambut
ditentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam batang rambut. Rambut yang
berwarna kelabu atau putih mencerminkan tidak adanya pigmen tersebut. Pada bagian
tubuh tertentu, pertumbuhan rambut dikontrol oleh hormo-hormon seks. Kuantitas dan
distribusi rambut rambut dapat dipengaruhi olehkondisi endokrin. Pada banyak kasus,
kemoterapi dan terapi radiasi pada kanker akan menyebabkan penipisan rambut atau
pelemahan batang rambut sehingga terjadi alopesia (kerontokan rambut) yang parsial atau
total dari kulit kepala maupun bagian tubuh yang lain.
5. Kuku
Kuku kulit merupakan lempeng keratin mati yang di bentuk oleh sel-sel epidermis
matriks kuku. Yang di sebut lunula yang tertutup oleh lipatan kuku bagian proksimal dan
kutila. Maka rammbut dan kuku tidak mempunyai ujung saraf dan tidak mempunyai
aliran darah .Pertumbuhan kuku berlangsung terus panjang hidup dengan pertumbuhan
rata-rata 0,1 mm per hari. Pertumbuhan ini berlangsung lebih cepat pada kuku jari tnagan
dari pada kuku jarikaki dan cenderung melambat bersamaandengan proses penuaan.
Kelenjar pada kulit
1. Kelenjar sebasea menyertai folikel rambut. Kelenjar ini mengeluarkan bahan
berminyak yang disebut sebum ke saluran di sekitarnya. Untuk setiap lembar rambut
terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat
rambut menjadi lunak, serta lentur.
2. Kelenjar keringat ditemukan pada kulit di sebagian besar permukaan tubuh.
Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian
tepi bibir, telingaluar, dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat.
Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Kelenjar merokrin ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya
bermuara langsung ke permukaan kulit.
b. Kelenjar apokrin terdapat di daerah aksila, anus, skrotum, dan labia mayora.
Saluran keluarnya padaumumnya bermuara ke dalam folikel rambut. Kelenjar
apokrin yang khusus dandinamakan kelenjar seruminosa di jumpai pada telinga
luar, tempat kelenjar tersebut memproduksi serumen.
 Fungsi kulit
Kulit juga memiliki peran dalam komunikasi nonverbal, sebagai contoh dalam
kaitannya dengan emosi, misalnya wajah kemerahan dalam menahan marah atau malu
dan petunjuk tentang kondisi usia seseorang dan status kesehatan.
1. Proteksi Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar
1 atau 2 mm yang memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap
trauma fisik, kimia, dan biologis dari invasi bakteri.
2. Sensasi Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh
untuk memantau secara terus-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya.fungsi
utama reseptor pada kulit adalah mengindra suhu, rasa nyeri, sentuhan
yang ringan dan tekanan (atau sentuhan yang berat).
3. Termoregulasi Peran kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagai penyekat
tubuh, vasokontriksi (yang memengaruhi aliran darah dan hilangnya panas ke
kulit), dan sensasi suhu. Perpindahan suhu dilakukan pada sistem vascular,
melalui mekanisme penghilangan panas. Pengeluaran dan produksi panas
terjadi secara simultan. Pengeluaran panas secara normal melalui radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi.
a. Radiasi adalah perpindahan panas dari dari permukaan suatu objek ke
permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan.
b. Konduksi merupakan pengeluaran panas dari satu objek ke objek lain
melalui kontak langsung.
c. Konveksi merupakan suatu perpindahan panas akibat adanya gerakan
udara yang secara langsung kontak dengan kulit.
d. Evaporasi perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Kira-kira 600-900 ml sehari menguap dari kulit dan paru, yang
mengakibatkan yang mengakibatkan kehilangan air dan
panas.
4. Metabolisme sinar matahari dengan jumlah yang dapat ditoleransi sangat
diperlukan tubuh manusia. Ketika radiasi sinar ultraviolet memberikan
paparan, maka sel-sel epidermal di dalam stratum spinosum dan stratum
germinativum akan mengonversipelepasan steroid kolesterol menjadi
vitamin D3 atau kolekalsiferol. Organ hati kemudian mengonversi
kolekalsiferol menjadi produk yang digunakan organ ginjal untuk mensintesis hormon
kalsitriol. Kalsitriol merupakan komponen yang penting untuk membantu absorpsi kalsium
dan fosfor di dalam usus halus. Ketidakadekuatandari pengirimankalsitriol akan
menghambat pemeliharaan dan pertumbuhan tulang.
5. Keseimbangan airStratum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan
demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian
internal tubuh dan mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan.
6. Penyerapan zat atau obat Berbagai senyawa lipid (zat lemak) dapat diserap lewat
stratum korneum, termasukvitamin (A dan D) yang larut lemak dan hormon-hormon
steroid. Obat-obat dan substansi lain dapat memasuki kulit lewat epidermis melalui jalur
transepidermal atau lewat lubang-lubang folikel.

D. Etiologi
Psioriasis dianggap sebagai penyakit autoimun, namun antigen pemicunya hingga
kini belum dapat diidentifikasi. Faktor predisposisi genetic yang kompleks ditambah
dengan faktor pemiu dari lingkungan dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini.
Belakangan telah dilaporkan bahwa fenomena genetic yang bertanggung jawab atas
timbulnya psioriasis adalah mutasi pada gen caspase rectruiment domain 14
(CARD14) yang berfungsi mengkode protein untuk fosforilasi BCL10, Promotor
apoptosis, dan mengaktivasi NF-KB (Abdelnoor,2013)
Faktor lingkungan yang dapat memicu psioriasis anatara lain adalah infeksi viral
dan bahkterial speerti HIV dan faringitis streptokokal. Trauma fisik, tingkat stress yang
berlebihan, obesitas, serta komsumsi obat- obatan seperti beta bloker, ACE inhibitor,
lithium dan hidroksiklorokuin juga telah diasosiasikan dengan timbulnya psioriasis (
Abdelnoor,2013).
E. Manifestasi Klinis
Penyakit ini dalam bentuk lesi biasanya merupakan plak eritematosa oval,
berbatas tegas, meninggi, dengan skuama berwarna keperakan, hasil proliferasi epidermis
maturasi premature dan kornifikasi inkomplet keratinosit dengan retensi nuclei di stratum
korneum ( parakeratosis). Meskipun terdapat beberapa pridiksi khas seperti pada siku, lutut,
serta sacrum, lesi dapat ditemukan di seluruh tubuh. (Yuliastuti,2015).
F. Patofisiologi

Ada kondisi Psoriasis, sel induk/basal memiliki perubahan kemampuan lebih besar
jika dibandingkan dengan epidermis normal. Keadaan hiperproliferatif ini dicirikan dengan
adanya peningkatan jumlah sel epidermis, peningkatan jumlah sel yang mengalami sintesis
DNA, pemendekan waktu pergantian siklus (36 jam berbanding 311 jam pada kulit
normal),

Penurunan waktu pergantian epidermis (4 hari migrasi dari sel basal ke stratum
korneum,berbanding 27 hari pada kulit normal). Selain itu, terdapat perubahan reaktif
melalui mekanisme inflamasi jalur terprogram baik pada sirkulasi darah atau pun pada
lapisan dermis dan epidermis. Pada pasien psoriasis dengan luas lesi permukaan tubuh 20%
melalui pemeriksaan antibody memiliki 8 miliar sel T di darah dan 20 miliar sel T di
lapisan epidermis dan dermis. Sebagian besar sel T adalah sel T memori yang
mengekspresikanantigen CLA. Terdapat fraksi sel mononuclear seperti neutrofil dan sel
pembawa pesan.

Langerhans Cell yang berada disekitar jaringan epidermis diduga karena infiltrat sel
T(Krueger & Bowcock, 2005).Mekanisme peradangan kulit psoriasis cukup kompleks,
yang melibatkan berbagaisitokin kemokin maupun faktor pertumbuhan yang
mengakibatkan gangguan regulasikeratinosit, sel-sel radang, dan pembuluh darah sehingga
lesi tampak menebal dan berskuamatebal berlapis (Djuanda, 2011). Patogenesis psoriasis
secara rinci digambarkan padaGambar.3 dengan gangguan biokimiawi dan sistem
kekebalan tubuh yang mencetuskanberbagai mediator perusak mekanisme fisiologis kulit
dan mempengaruhi gambaran klinis.Pada jaringan limfoid terdapat sebuah regulator
kemokin yang biasa disebut denganLymphoid Organizing Chemokines (COL) baik berupa
Antigen Presenting cell (APC)maupun ko-stimulator (IL-2,IL-12,IL-15).

Sel dendritik bekerja melepaskan IL-23 dan IL-12yang bekerja sebagai sitokin
penginduksi langsung inflamasi (Direct InflammatoryCytokines) dan kunci utama regulator
sel TH-1 untuk memulai reaksi immunologis. Melaluisebuah analisis genetic
menegidentifikasi peningkatan ekspresi produk genetic pencetussitokin pro-inflamasi dan
regulator imun. Diawali dengan aktivasi sel TH-1 yang mencobamengenalkan ke Sel B
untuk membangun memori dan melepaskan IFN-ƴ. Pelepasan IFN-ƴmenginduksi STAT-1
(Signal Transductor and Activator of Transcription-1) yangmeningkatkan transkripsi gen-
gen pro-inflamasi, seperti IP-10, I-TAC 1, dan MIG yangberperan sebagai sitokin
kemotaksik untuk sel sitotoksik, aktivasi Inducible Nitric OxideSynthase (INOS) sebagai
vasodilator, aktivasi IL-8 kemotaksis neutrophil dan ICAM-1sebagai induktor adhesi dan
migrasi leukosit. (Krueger & Bowcock, 2005).Pada lesi plak dan darah pasien psoriasis
dijumpai sel Th1 CD4+, sel T sitoksik1/Tc1CD8+, IFN-y, TNF-alfa, dan IL-12 yang
merupakan produk yang ditemukan padakelompok penyakit yang diperantarai oleh sel Th-
1. Pada tahun 2003 dikenal IL-17 yangdihasilkan oleh sel Th-17. IL-23 adalah sitokin yang
dihasilkan sel dendritik bersifatheterodimer terdini atas p40 dan p19. Sitokin p40
merupakan bagian dari IL-12, sedangkanIL-17A, IL-17 F, IL-22, IL- 21 dan TNF-a adalah
mediator turunan Th-17. Telah dibuktikanIL-17A mampu meningkatkan ekspresi keratin 17
yang merupakan karakteristik psoriasis.Injeksi intradermal IL-23 dan IL-21 pada mencit
memicu proliferasi keratinosit danmenghasilkan gambaran hiperplasia epidermis yang
merupakan ciri khas psoriasis. IL-22 danIL-17A seperti juga kemokin CCR6 dapat
menstimulasi timbulnya reaksi peradangan psoriasis (Djuanda, 2011).
E. Pemeriksaan diagnostic

Bila terdapat keraguan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang histopatologi kulit


atau kuku.1,22. Pemeriksaan ASTO (anti-streptolysin titer O), pemeriksaan faktor
rheumatoid, foto rontgen tulang sendi.

F. Penatalaksanaan

 Methotrexate (MTX) dapat digunakan selama efektif dan ditoleransi dengan baik
 Siklosporin secara umum digunakan secara berselang dengan periode singkat untuk
menginduksi respon klinis selama 3-6 bulan
 Transisi dari terapi sistemik konvensional ke agen biologi dapat dilakukan langsung
atau secara bersamaan jika transisi diperlukan karena efikasi yang kurang, atau
dengan interval bebas terapi jika transisi diperlukan untuk alasan keamanan
 Terapi berkelanjutan direkomendasikan untuk pasien yang mendapatkan agen
biologi
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

(Nurarif & Kusuma, 2015)

Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, No
Medrec, Diagnosa medis.
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama penanggung jawab, hubungan dengan klien, alamat
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan Utama
Keluhan saat dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan klien sejak timbulnya gejala (sebelum masuk RS) dan
penanganan yang dilakukan dirumah dan di RS sampai dengan menjadi kasus
kelolaan.
3) Riwayat Penyakit Masa Lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita, terutama yang berhubungan dengan
penyakit sekarang
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Catat riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit yang diderita
saat ini. Apakah ada predisposisi genetik terhadap penyakit yang diderita saat ini
atau perilaku yang didapat (memiliki kepribadian tipe A, gaya hidup yang penuh
stress)
5) Genogram;
Dibuat dalam 3 generasi

c. Pola Aktifitas Sehari-hari


(Dapat menggunakan pola fungsi kesehatan dari sumber lain/Gordon)

Jenis aktifitas klien ditulis sebelum dan sesudah klien sakit


1. Pola Makan dan Minum
Makan
Jenis makanan
Frekuensi
Jumlah Makanan
Bentuk Makanan
Makanan Pantangan
Gangguan/Keluhan
Minum
Jenis minuman
Frekuensi
Jumlah Minuman
Gangguan/keluhan
2. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi
Jumlah
Konsistensi dan Warna
Bau
Gangguan/Keluhan
BAK
Frekuensi
Jumlah
Warna
Bau
Gangguan/Keluhan

3. Pola istirahat/tidur
- Siang : (waktu, lama, kualitas/gangguan istirahat & tidur)
- Malam : (waktu, lama, kualitas/gangguan istirahat & tidur)
4. Personal Hygiene
- Mandi
- Cuci rambut
- Gosok gigi
- Ganti Pakaian
- Gunting Kuku
- Gangguan / Masalah
5. Pola Aktifitas/latihan fisik
- Mobilisasi /Jenis aktifitas
- Waktu/lama/frekuensi
- Gangguan/masalah
6 Kebiasaan Lain
- Merokok
- Alkohol
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Tingkat Kesadaran:
o Kualitatif : Compomentis/ apatis/ Somnolent/ Sopor/ Soporocomatus/
Coma
o Kuantitatif : GCS (EMV)
b) Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
2) Data fisik Head To Toe
a) Sistem pernafasan
Inspeksi : melihat apakah ada gangguan pernapasan, apakah ada pernapasan
cuping hidung, ada penumpukan sekret atau tidak
Palpasi : lakukan pemeriksaan taktil premitus
Auskultasi : kaji apakah ada suara napas tambahan atau tidak
Perkusi : dilakukan untuk mengetahui area di bawah lokasi yang diperkusi
berisi jaringan paru dengan suara sonor, berisi cairan dengan suara redup, berisi
padat atau darah dengan suara pekak, atau berisi udara dengan suara hipersonor
b) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : kaji apakah terdapat sianosis atau tidak
Palpasi : biasannya denyut nadi meningkat akral hangat CRT < 2detik
Perkusi : pada pemeriksaan normal pemeriksaan perkusi yang didapatkan
pada thorax adalah redup.
c) Sistem persarafan
Inspeksi : apakah 12 saraf nervus cranial berfungsi dengan baik atau adanya
perubahan
d) Sistem perkemihan
Inspeksi : apakah klien mengeluh nyeri saat berkemih, apakah adanya
perubahan pada warna dan bau BAK, apakah ada tanda-tanda infeksi (kalor,
rubor, dolor, tumor, function laesa), terdapat massa padat dibawah abdomen
bawah (distensi kandung kemih)
Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau tidak, apakah kandung kemih teraba
penuh atau tidak, apakah teraba benjolan pada kelamin klien atau tidak, apakah
teraba massa ginjal yang membesar atau tidak
Perkusi : dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin terdapat
suara redup dikandung kemih karena terdapat residual (urin).
e) Sistem pencernaan
Inspeksi : mukosa mulut bagian dalam lembab/kering, lidah bersih atau
tidak, gigi klien utuh atau tidak, terdapat karies gigi atau tidak, apakah terjadi
pembesaran tonsil atau tidak, bentuk abdomen kembung/datar
Auskultasi : mendengarkan peristaltik usus normal atau tidak
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat pembesaran permukaan
halus.
Perkusi : kesembilan regio abdomen jika perkusi terdengar tympani berarti
perkusi dilakukan diatas organ yang berisi udara, jika terdengar pekak berarti
perkusi mengenai organ padat.
f) Sistem integument
Inspeksi : turgor kulit kering atau lembab, apakah ada luka atau tidak, apakah
ada tahi lalat atau tidak, apakah adanya bulu pada kulit, warna kulit,
apakah ada kelainan di kulit
Palpasi : apakah ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak.
g) Sistem musculoskeletal
Inspeksi : ekstremitas kanan dan kiri simetris atau tidak, ada tidaknya kelainan
pada bentuk tulang dan sendi, apakah ada fraktur atau tidak, kekuatan
tonus otot ekstremitas atas dan bawah normal atau tidak, mampu
menggerakan persendian atau tidak
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan, ada edema atau tidak
h) Sistem Reproduksi
Inspeksi : tampak bersih, tidak terdapat luka pada alat kelamin klien, tidak
adanya keputihan. tidak ada ruam kemerahan pada labia minora dan
mayora,
i). Sistem imun
Apakah ada riwayat alergi (udara dingin, ac, debu, zat kimia) atau tidak

j). Sistem endokrin

Inspeksi : apakah ada pembesaran pada kelenjar tiroid, apakah ada kelainan atau
tidak

k). Sistem Pengindraan


Inspeksi : apakah pada fungsi perasa makanan baik atau tidak, apakah ada
gangguan penglihatan atau tidak, apakah dapa mencium bau atau
tidak

e. Data psikologis
Apakah pasien merasa minder atau tidak, apakah nyaman dengan kondisinya
atau tidak, apakah klien percaya diri atau tidak, apakah klien tau mengenai
penyakit yang dideritanya dan apakah klien punya cara tersendiri dalam
mengatasi penyakitnya, bagaimana cara klien dalam mengelola stressnya.
f. Data social
Apakah klien menolak atau menerima interaksi dengan orang lain atau tidak,
apakah klien berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau tidak, apakah klien
berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat
sekitar klien.
g. Data spiritual
Keyakinan dari klien apa, apakah klien taat beribadah atau tidak, ritual apa
yang dilakukan oleh klien (berdoa bersama dirumah atau pergi ke tempat ibadah)

2. Analisa Data
Analisa data berupa semua hasil pengkajian yang abnormal, untuk mendapatkan
masalah keperawata
3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit
2. Gangguan citra tubuh
3. Gangguan rasa nyaman
4. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o keperawat Keperawatan
an
1. Kerusakan TUPEN : Setelah 1. Identifikasi 1. Mengetahu
Integritas dilakukan penyebab i penyebab
Kulit tindakan gangguan dan
keperawatan integritas menghinda
1x24 jam kulit. rinya
diharapkan :
- Klien 2. Gunakan 2. Agar
dapat produk kulit
menghida berbahan tidak
ri ringan/alami mengala
penyebab dan mi iritasi
gangguan hipoalergik
integritas pada kulit
kulit yang sensitive
dialaminy 3. Anjurkan 3. Agar

a minum air klien

- Kebutuha yang cukup tidak

n nutrisi mengala

dan cairan mi

terpenuhi dehidrasi

TUPAN :Setelah 4. Anjurkan 4. Agar

dilakukan meningkatka dapat

tindakan n asupan meregen

keperawatan buah dan erasi

3x24 jam dengan sayur kulit

kriteria hasil : yang

- Tidak baru.

menimbul
5. Anjurkan 5. Agar
kan luka
menggunaka melingdu
baru
n tabir surya ngi kulit
- Luka
spf minimal dari sinar
dapat
30 saat uva dan
sembuh
berada di uvb yang
- Dapat
luar rumah merusak
mengunak
kulit
an
6. Anjurkan 6.
sunscreen
mandi dan
untuk menggunaka Mencegah
melingdu n sabun kulit
ngi secukupnya. kering
kulitnya. akibat
pemakaian
sabun
yang
berlebihan
2. Gangguan TUPEN : 1. Identifikasi 1. Dapat
citra tubuh Setelah harapan citra menumbuh
dilakukan tubuh kan niat
tindakan 1x 24 berdasarkan bagi klien
jam tahap dalam
diharapakan : perkembang menerima
- Klien dapat an keadaan
menerima fisiknya.
kenyataan akan
kondisinya 2. Diskusikanla 2. dapat
- Klien dapat h cara mengemba
lebih percaya mengemban ngkan
diri dengan gkan potensi
kemampuan harapan citra yang klien
yang ada pada tubuh secara miliki.
dirinya realistis

TUPAN :
Setelah dilakukan 3. Anjurkan 3. dengan

tindakan 3x 24 mengikuti dukungan


jam dengan kelompok klien dapat
kriteria hasil : pendukung lebih
- verbalisas bersemang
i perasaan at dalam
negatif menjalani
tentang hidupnya.
perubahan
4. Latih
tubuh 4. Dapat
peningkatan
menurun membangu
penampilan
- verbalissi n
diri
kekhawati kepercayaa
ran pada n diri klien
penolakan dalam
/ reaksi lingkungan
orang lain social.
- Focus
pada
penampila
n masa
lalu
menurun
- Hubungan
social
baik.

3. Gangguan TUPEN : Setelah 1. Identifikasi 1. Dapat


rasa dilakukan 1x24 kondisi kulit mengkomp
nyaman jam yang akan res pada
diharapkan :masa dilakukan daerah
lah teratasi kompres yang tepat
TUPAN : Setelah dingin
dilakukan 3x24
jam diharapkan : 2. Monitor 2. Mengetahu

- Klien iritasi kulit i besarnya

merasa atau kerusakan

nyaman kerusakan pada kulit

- Klien jaringan
tidak selama 5
gelisah menit
- Gatal pertama
berkurang
3. Untuk
. 3. Pilih lokasi
penangana
kompres
n yang
tepat

4. Jelaskan 4. Agar klien

prosedur dapat

penggunaan mengetahu

kompres i prosedur

dingin yang
dilakukan
oleh
perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelnoor AM. Factors involved in the pathogenesis of psoriasis. Advanced
Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:
Aida Izzati, O. T. (2012). Gambaran Penerimaan Diri Pada Penderita Psiroiasis.Jurnal
Psikologi, 10, 69 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 3-4, 7-8

Izzati Aida,dkk. 2012. Gambaran penerimaan diri pada penderita psoriasis. Jurnal Psikologi
Esa Unggul Vol 10(2)

Permatasari.2015. Kadar Prolaktin Serum Penderita Psoriasis Vulgaris dengan Score


Psoriasis Area and Severity Index. J Agromed Unila 2015; 2(4):396-401 Studies in Medical
Sciences 2013;1: 75-94

PPNI.2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta

Yuliastuti Dwinidya. 2015. Psioriasis. CDK-235/ vol. 42 (12)

Anda mungkin juga menyukai