Anda di halaman 1dari 15

Konstitusi Undang – Undang Dasar 1945

disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pancasila
Dosen :
RISTIANI GANI MENDROFA, SH., MH.
Oleh:
Kelompok 10
Azlikah Wulandari (352016002)
Meirius Kolihar (352016048)
Narik Yimin Tabuni (372016021)

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA


SALATIGA
2017

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………..1
Daftar Isi………………………………………………………………...2
Kata Pengantar…………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………........4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………...5
1.3 Tujuan……………………………………………………………….6
BAB II ISI
2.1
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………………..
Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kelompok kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Konstitusi Undang-Undang Dasar 1945”
dengan baik tanpa kendala yang berarti. Kelompok kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Ristiani Gani Mendrofa,SH.,MH. Selaku dosen yang telah
membimbing kepada kelompok kami.
2. Seluruh anggota kelompok 10 yang sudah berkenan ikut serta
dan bekerjasama dalam pembuatan makalah ini, sehingga
makalah dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kelompok kami
menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari pembaca, kami butuhkan untuk
penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Salatiga, Juli 2017

Kelompok 10

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Undang – Undang Dasar 1945 didalam tata kenegaraan Indonesia
memiliki kedudukan sebagai sumber hukum yang tertinggi. Pada era
reformasi yang serba modern ini, pelanggaran – pelanggaran hukum
banyak terjadi di negara Indonesia yang tidak sesuai dengan Undang –
Undang Dasar 1945. Warga negara di negeri ini banyak yang melanggar
hukum yang ada dipasal – pasal dalam Undang – Undang Dasar 1945.
Pelanggaran yang di lakukan yaitu diantara seperti korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat negara yang tercantum dalam pasal 33 ayat 3
UUD 1945. Fungsi Undang – Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar
tertulis yang tertinggi, kini tak diindahkan lagi, pasalnya pejabat
negaranya sendiri pun juga melakukan pelanggaran terhadap hukum
pasal yang ada di undang – undang dasar 1945. Dalam hukum pidana,
korupsi berarti perbuatan buruk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok dan lain – lain. Tindakan korupsi juga dapat merampas hak
orang lain, karena korupsi banyak sekali warga negara Indonesia yang
hidup dalam kemiskinan dan serba kekurangan. Hal itu disebabkan
karena korupsi uang negara sama saja merampas hak yang semestinya
dapat dijadikan bantuan bagi warga negara yang tidak mampu. Hukum
yang seharusnya dijadikan batasan dari kekuasaan pemerintahan agar
tidak terjadi penindasan kini telah berubah. Pada zaman ini, warga negara
kurang menghayati hukum sebagai pengatur dan pembatas perilaku –
perilaku kita. Siapa yang memiliki jabatan yang tinggi maka ia memiliki
kuasa, akibat dari rasa hedonis yang tinggi,
4
tindakan pindana korupsi banyak terjadi di negeri ini. Sebagai generasi
penerus bangsa alangkah baiknya kita harus mematuhi hukum yang ada,
karena hukum ada untuk ditaati. Setiap berbuat hendaknya senantiasa
mengingat bahwa kita hidup bukan di negara buatan sendiri namun kita
hidup dinegara banyak orang. Jadi taatilah aturan yang ada dalam UUD
1945 sebagai sumber hukum tertinggi dan jadikan Pancasila sebagai
pedoman dalam kehidupan bangsa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana menjelaskan tentang konstitusi Undang – Undang
Dasar 1945 ?
2. Apakah Undang – Undang Dasar sebagai hukum tertulis tertinggi
di Indonesia masih berjalan sebagaimana mestinya ?
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan tentang kontitusi Undang –Undang Dasar 1945
2. Menjelaskan tentang pelanggaran – pelanggaran hukum yang
tidak sesuai dengan UUD 1945
5
BAB II ISI
2.1 Konsep Konstitusi Undang – Undang Dasar 1945
Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya berarti
pertama lebih luas dari undang – undang dasar karena pengertian undang
– undang dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja padahal masih
terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang –
undang dasar. Keduanya sama pengertiannya dengan undang – undang
dasar karena hanya berisi aturan tertulis. Dalam praktek ketatanegaraan
Republik Indonesia konstitusi sama dengan pengertian undang – undang
dasar. Di Indonesia Undang – Undang Dasar pada dasarnya adalah suatu
hukum dasar tertulis (konstitusi negara). Pengertian hukum dasar adalah
aturan – aturan dasar yang dipakai sebagai landasan dasar sebagai
sumber bagi berlakunya seluruh hukum/peraturan/perundang – undangan
dan penyelenggaraan pemerintahan pada suatu negara. Sebagai hukum
tertulis Undang – Undang Dasar di negara Indonesia bersifat Rigid atau
kaku karena tidak mudah diubah. Undang – Undang Dasar menentukan
cara – cara bagaimana pusat – pusat kekuasaan ini bekerja sama dan
menyesuaikan diri satu sama lain dan Undang – Undang Dasar juga
merekam hubungan – hubungan kekuasaan satu sama lain (Miriam
Budiarjo, 1981:95-96). Dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya
berisi 37 pasal, maka sifat undang – undang dasar adalah singkat dan
supel. Maknanya undang – undang dasar hanya memuat aturan – aturan
pokoknya saja. Supel mengandung makna masyarakat itu selalu berubah
dan mengalami perkembangan, maka kita harus menjaga supaya tidak
ketinggalan zaman. Undang – undang dasar 1945 dalam tertib hukum
6
Indonesia merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi, disamping
sebagai alat kontrol terhadap norma – norma hukum positif yang lebih
rendah dan hierarkis tertib hukum Indonesia. Undang – undang dasar
1945 merupakan sebuah naskah yang meliputi:
1. Pembukaan, yang terdiri dari 4 alinea; batang tubuh, yang terdiri
atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan
tambahan dan penjelasan, yang terdiri dari penjelasan umum dan
penjelasan pasal demi pasal.
2. Ditetapkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.
3. Diundangkan dalam berita RI tahun II nomor 7 tanggal 15 Februari
1946
Dinamakan Undang – Undang Dasar 1945 karena Undang – Undang
Dasar tersebut disusun dan ditetapkan pada tahun 1945. Undang –
Undang Dasar 1945 bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar.
Sebagai hukum dasar maka Undang – Undang Dasar merupakan sumber
hukum. Setiap produk hukum seperti Undang – Undang, Peraturan atau
keputusan pemerintah, dan setiap tindakan kebijakan pemerintah
haruslah berlandaskan dan bersumber pada ketentuan – ketentuan
Undang – Undang Dasar 1945.
Dalam pergerakan pelaksanaannya Undang – Undang Dasar 1945
memiliki beberapa masa, yakni:
1. Masa awal kemerdekaan (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
Pada awal kemerdekaan UUD 1945 yang disyahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 belum
dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya selain itu juga banyak
7
penyimpangan dari UUD 1945 tersebut.
2. Masa UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
Sejak diberlakukan UUD KRIS maka Indonesia menjadi negara
federal. Akan tetapi semangat dan kesetiaan pada negara kesatuan
Republik Indonesia mengakibatkan negara – negara bagian
tersebut satu persatu meleburkan diri dalam negara RI kembali.
3. Masa Orde Lama
Sejak dekrit presiden 5 Juli 1945 negara Indonesia kembali ke
UUD 1945. Masa itu yang disebut ORLA banyak pula terjadi
penyimpangan – penyimpangan dan sistem pemerintahan tidak
dijalankan sesuai UUD 1945.
4. Masa Orde Baru
Pada masa ORBA UUD 1945 akan dilaksanakan secara murni dan
konsekuen. Pada kenyataannya orde baru juga telah menyimpang
dari perjuangan dan cita – cita semula.
5. Masa Reformasi
Masa reformasi adalah masa yang berisikan perbaikan,
pembaharuan atau pemilihan kembali bidang – bidang tertentu
dalam ketatanegaraan Indonesia yang dimulai tanggal 21 Mei 1998
sampai sekarang. Masa ini UUD 1945 mengalami perubahan
dengan sebutan amandemen UUD 1945 dan telah dilaksanakan
sebanyak 4 kali yaitu tahun 1999,2000,2001, dan 2002.
8
2.2 CONTOH KASUS
Banyak sekali penyimpangan – penyimpangan konstitusi yang terjadi
di Indonesia salah satunya seperti kasus tindak pidana korupsi E-KTP
yang sedang hangat dibicarakan di khalayak publik. Separuh dari
anggaran pengadaan KTP elektronik (E-KTP) senilai Rp 2,3 triliun
diduga dikorupsi. Progam yang sedianya bertujuan untuk memperbaiki
pelayanan publik dengan menyediakan kartu identitas tunggal
kependudukan itu terancam gagal. Berdasarkan hasil pemeriksaan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), korupsi E-KTP diduga, selain
melibatkan 63 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari berbagai
unsur, juga mengalir ke tiga partai politik, PDI Perjuangan, partai
GOLKAR, dan partai Demokrat (Media Indonesia, 10/3/2017).
Baru – baru ini Global Corruption Barometer merilis survei yang
menyimpulkan bahwa DPR adalah lembaga terkorup di Indonesia.
Korupsi yang melibatkan mereka yang berprofesi sebagai anggota DPR
bukan hal baru, namun perilaku suap ini selalu berulang meski KPK tiada
henti melakukan pencegahan dan penindakan. Penegakan hukum atas
tindak pidana korupsi selama ini seolah gagal membuat koruptor jera.
Menurut penelitian Indonesia Corruption Watch (ICW), rata – rata
koruptor hanya divonis 2 tahun 2 bulan penjara selama 2016. Pada 2013,
rata – rata vonis 2 tahun 11 bulan, pada 2014, selama 2 tahun 8 bulan,
pada 2015 selama 2 tahun 2 bulan. Vonis itu artinya hanya 1/8 hukuman
maksimal. Padahal mereka “wakil rakyat” telah mengkhianati mandat
dan kepercayaan rakyat. Anggota DPR yang terbukti korupsi harus
dihukum seberat – beratnya, termasuk dengan mencabut hak politiknya.
Sedangkan
9
atas dugaan aliran dana korupsi E-KTP ke partai politik, bisa diusulkan
pembubaran partai politik ke Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan pasal
24C ayat (1) UUD 1945, MK diberikan kewenangan diantaranya untuk
memutus pembubaran partai politik. Tindak pidana korupsi ini juga
bukan hanya berdampak serius pelanggaran UU tipikor, tapi juga
pelanggaran pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Kasus korupsi ini merupakan
pelanggaran konstitusi karena adanya penyalahgunaan wewenang,
memperkaya diri sendiri atau orang lain, menerima suap dam sebagainya.

2.3 ANALISIS KASUS


Dalam ketatanegaraan Indonesia, Undang – Undang Dasar 1945
memiliki kedudukan sebagai sumber hukum dasar yang tertinggi.
Undang – undang dasar 1945 memiliki fungsi sebagai pembatasan
kekuasaan pemerintah agar tidak terjadi penindasan terhadap warga
negara. Dizaman era modern hukum seolah – olah hanya dipandang
sebelah mata oleh masyarakat bahkan oleh para pejabat tinggi. Mereka
terlalu menyelepekan hukum. Oleh sebab itu, banyak terjadi pelanggaran
– pelanggaran hukum yang tidak sesuai dengan dasar hukum yaitu
Undang – Undang Dasar 1945. Pelanggaran itu salah satu satunya yaitu
tindak pidana korupsi yang kini tengah merajalela di negara ini.
Penegakan hukum telah dianggap gagal dalam memberikan efek jera
kepada para koruptor, justru malah kasus korupsi semakin membabi buta.
Korupsi merupakan tindakan pidana yang sama sekali tidak bermoral
bahkan dapat merusak citra bangsa Indonesia. dalam hukum pidana
korupsi merupakan perbuatan buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok, dan lain – lain. Korupsi justru
10
selalu menjerat para pejabat tinggi negara, diantaranya yang sering tejadi
yaitu pada anggota DPR. Perbuatan tindak pidana korupsi juga dapat
merampas hak orang lain, hak rakyat Indonesia karena akibat adanya
korupsi kemiskinan dan kekurangan melanda rakyat kecil membuat
mereka semakin tertindas karena tidak mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya. Korupsi merupakan pelanggaran pidana maupun pelanggaran
pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang bunyinya; “ Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar – besar kemakmuran rakyat.” Namun bunyi
pasal tersebut tak dihayati dengan baik oleh para tindak pidana korupsi.
Fungsi UUD 1945 sebagai pembatas kekuasaan pemerintah agar tidak
terjadi penindasan kepada warga negara kini telah berubah. Siapa yang
memiliki jabatan tertinggi maka ia berhak berkuasa. Betapa
mengerikannya negeri ini apabila yang menjadi tindak pidana koruptur
adalah “wakil rakyat.” Mengapa tidak? wakil rakyat yang seharusnya
mampu mengupayakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia kini
justru membalikkan fungsi dari sebagai pelindung ke perampasan hak
rakyat. Pembukaan UUD 1945 potongan alinea ke empat yang berbunyi “
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum….”
kini belum diamalkan dengan sebagaimana mestinya oleh para koruptor.
Perilaku hidup yang hedonis merupakan faktor yang dapat menimbulkan
tindakan korupsi. Penyalahgunaan wewenang, memperkaya diri sendiri
atau orang lain, menerima suap, dan sebagainya merupakan pelanggaran
konstitusi.
11
Sebagai warga negara Indonesia yang taat sebaiknya menghindari
perilaku seperti korupsi yang tidak bermoral tersebut, dengan menjalani
kehidupan sehari – hari dengan pengamalan Pancasila sebagai pedoman
hidup dan dasar negara, serta selalu mengingat UUD 1945 sebagai
sumber dasar hukum yang terwujud dalam aturan – aturan yang harus
ditaati sebagai alat pengatur norma – norma yang ada.
12
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Undang – Undang Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi di negara
Indonesia yang berisi aturan – aturan yang harus ditaati bersama, dan
juga sebagai pembatas kekuasaan pemerintah agar tidak terjadi
penindasan pada rakyat kecil. Pelanggaran – pelanggaran hukum yang
tidak sesuai dengan UUD 1945, perlu kita jadikan pelajaran untuk
memperbaiki diri dan lebih berperilaku yang taat hukum. Dalam
mengantisipasi terjadi pelanggaran hukum, dapat dilakukan dengan cara
belajar memahami UUD 1945 sebagai dasar hukum dan taati aturan yang
ada dan jadikan Pancasila sebagai pedoman dalam kita bertindak sehari –
hari.

3.2 SARAN
Demikian makalah ini kami buat. Apabila ada kesalahan dalam penulisan
kalimat atau kesalahan dalam penulisan ejaan kata kami mohon maaf.
Penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami meminta
saran yang membangun dari pembaca baik berupa masukan ataupun
kritik, untuk memperbaiki dan menyempurnakan penulisan makalah
berikutnya. Terimakasih
13
DAFTAR PUSTAKA
Teguh, Prasetyo.2014.Pancasila Materi Pengayaan Matakuliah
Pancasila.Salatiga: Tisara Grafika.
Budiarjo, Miriam.1981.Dasar – Dasar Ilmu Politik.Jakarta: Gramedia.
https://geotimes.co.id
14

Anda mungkin juga menyukai