Bismilahirahmanirahim, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, Syukur
alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah Swt, yang karena
bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah berjudul "hubungan pancasila dan
UUD 1945 dan hubungan antara proklamasi kemerdekaan dengan pembukaan UUD 1945’’ shalawat
bernada salam,kami sanjung sajikan kepangkuan nabi besar Muhammad SAW,alhamdulillah sampai saat
ini kami dapat menyusun makalah ini. Makalah ini kami buat berdasarkan buku penunjang yang
miliki.dan untuk mempermudahnya kami juga menyertai berhubungan dengan kemajuan kedepan.Saya
menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu
saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Pamulang
04 April 2019
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan Indonesia sejak zaman nenek moyang sampai dewasa
ini.Berdasarkan hal tersebut terdapatlah perbedaan antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat
lain.Nilai-nilai kehidupan tersebut mewujudkan amal perbuatan dan pembawaan serta watek orang
Indonesia.Dengan kata lain masyarakat Indonesia mempunyai ciri sendiri,yang merupakan
kepribadianya. Dengan nilai-nilai tersebut rakyat Indonesia melihat dan memecahkan masalah
kehidupan ini untuk mengarahkan dan mempedomi dalam kegiatan kehidupanya
bermasyarakat.Demikianlah mereka melaksanakan kehidupan yang diyakini kebenaranya.Itulah
pandangan hidupnya,karena keyakinan yang telah mendarah daging itulah maka pancasila dijadikan
dasar negara serta ideologi negara.Itulah kebulatan tekad rakyat Indonesia yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 melalui panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. Untuk mewujudkan
masyarakat pancasila,diperlukan suatu hukum yang berisi norma-norma,aturan-aturan atau ketentuan-
ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap warga negara Indonesia.Hukum yang
dimaksud adalah UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis di Negara kita.
B. Rumusan masalah
Dengan di tulisnya makalah ini penulis bertujuan memberikan penjelasan tentang pengertian
bagaimana hubungan pancasila dengan UUD ’45. penulis berharap dapat membantu memberikan
sedikit gambaran bahwa tujuan mempelajari pancasila adalah untuk memahami makna dan arti
pancasila sebagai ideologi negara Indonesia.Kita sebagai warga negara Indonesia harus dapat
mempelajari pancasila dengan benar yakni dapat di pertanggungjawabkan baik secara yuridis
konstitusional maupun secara objektif,oleh karena itu setiap orang boleh memberikan pengertian atau
tapsiran menurut pendapat sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
· Susunan pengangkatan dan wewenang pemerintah dalam arti luas: badan legislatif, badan eksekutif,
dan badan yudikatif, pemilihan dan sistemnya.
Istilah “Undang-Undang Dasar” ekuivalen dengan istilah “Konstitusi”. Kedua istilah ini digunakan
dengan arti yang sama. Dalam ilmu hukum maupun ilmu politik, kata “konstitusi”, secara lazim
digunakan dalam dua arti, yaitu pertama untuk melukiskan “keseluruhan sistem pemerintahan suatu
negara yang berisi himpunan aturan di mana suatu pemerintahan dibentuk dan diatur “. (KC. Where,
“Modern Constitutions”). Pengertian ini ialah pengetian konstitusi dalam arti luas. Sebagian dari
himpunan aturan ini bersifat hukum, dalam arti diakui oleh lembaga peradilan dan diterapkan dalam
mengadili kasus hukum konstitusional, dan sebagian lainnya bersifat non hukum atau ekstra hukum
yang berwujud kebiasaan atau konversi, yang oleh pengadilan tidak diakui sebagai hukum, namun daya
aturnya terhadap kehidupan pemerintahan tidak kalah efektif dari aturan yang bersifat hukum. Di
kebanyakan negara, sistem pemerintahannya tersusun oleh paduan aturan hukum dan aturan non
hukum, dan paduan inilah yang sering disebut konstitusi.
Konstitusi dalam pengertian luas seperti yang telah diuraikan di atas, per definisi rumusan
pengertiannya ialah : “Keseluruhan hukum, institusi dan kebiasaan yang bersumber pada prinsip
penalaran tertentu, memiliki kualitas kepadanan dan kepastian sedemikian rupa, sehingga masyarakat
sepakat diatur olehnya. Pengertian luas inilah yang selanjutnya kita gunakan dalam usaha memahami
UUD 1945.
b) UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif
yang tertinggi, di samping itu sebagai alat kontrol terhadap norma-norma
hukum positif yang lebih rendah dalam hirarki tertib hukum Indonesia.
1. Elastis
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu dinamis. Negara Indonesia
akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena
itu, bangsa Indonesia harus tetap menjaga supaya sistem Undang-Undang Dasar
tidak ketinggalan zaman.
2. Rigid
Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-
undangan yang lain, serta hanya dapat diubah dengan cara khusus dan istimewa.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut :
“Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
untuk berdasar atas persatuan mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dalam Pembukaan ini, terdapat pengertian bahwa Negara yang melindungi dan meliputi
segenap bangsa seluruhnya. Jadi, Negara mengatasi segala paham perseorangan dan
golongan. Negara menurut pengertian “Pembukaan” tersebut menghendaki persatuan
yang meliputi segenap bangsa Indonesia. Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh
dilupakan.
“Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat”. Pokok pikiran yang
hendak diwujudkan oleh Negara bagi seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa
rakyat Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan
sosial dalam kehidupan masyarakat.
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab”. Oleh karena itu, UUD 1945 harus mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan penyelenggara Negara lainnya serta segenap bangsa Indonesia untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur sesuai dengan statusnya yakni sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
paling tinggi derajatnya. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan demikian, apabila kita memperhatikan keempat pokok pikiran tersebut tampak bahwa
pokok-pokok pikiran ini tidak lain adalah pancaran dari dasar falsafat Negara Pancasila. Pokok-pokok
pikiran ini dijelmakan kedalam pasal demi pasal Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
Pasal-pasal UUD 1945 yang menyimpulkan, mengandung dasar-dasar negara Pancasila antara
lain :
1) Pasal 1 (1) berbunyi : Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang terbentuk Republik
Indonesia sesuai dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke 3 yaitu Persatuan
Indonesia.
2) Pasal 1 (2) berbunyi : Kedaulatan adalah ditangan rakyat dst dan Pasal 2 (2) yang berbunyi :
MPR terdiri atas dst. Ketentuan dalam pasal 1 (2) dan 2 (2) ini adalah sesuai dengan sila ke 4
dari Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
3) Pasal 24 (1) : Kekuasaan Kehakiman menurut UU ; Pasal 27 (1) : Segala warga negara
bersamaan kedudukannya dst. ; Pasal 24 (1) dan 27 (1) Menunjukan adanya perikeadilan
(Adil) ; Pasal 27 (2) : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak
dst. Pasal – pasal ini sesuai dengan sila ke 2 yaitu kemanusiaan yang adil beradab.
4) Pasal 29 (1) : Negara berdasar atas ketuhanan YME. Pasal ini sesuai dengan sila pertama yaitu
Ketuhanan YME.
a. Pembukaan UUD 1945 terdiri dari empat alinea dan pada alinea keempat terdapat dasar
Negara yaitu Pancasila.
b.Batang Tubuh UUD 1945, terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat
aturan tambahan.
c. Penjelasan Resmi UUD 1945 yang terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal demi
pasal.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila terikat
oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi, 1998). Cita-cita hukum atau
suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 di mana keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila.
Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma ke
dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu
diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan perundang-undangan lainnya, seperti misalnya ketetapan
MPR, undang-undang, peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Jadi selain tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea 4,
Pancasila terangkum dalam empat pokok pikiran Pembukaan UUD 1945. Jika mencermati
Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia mengandung pula cita-cita luhur dan filosofis yang harus
menjiwai keseluruhan sistem berpikir materi Undang-Undang Dasar. Alenia pertama menegaskan
keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah hak asasi segala bangsa, dan karena itu segala
bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
peri keadilan. Alenia kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang dan
penuh penderitaan yang akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang
negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga menegaskan
pengakuan bangsa Indonesia akan ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan dorongan
spiritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan cita-cita luhurnya sehingga rakyat
Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
Terakhir alenia keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia mengenai bangunan kenegaraan
yang hendak dibentuk dan diselenggarakan dalam rangka melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa
untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah Negara Indonesia. Dalam alenia
keempat inilah disebutkan tujuan negara dan dasar negara. Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 yang
berisi latar belakang kemerdekaan, pandangan hidup, tujuan negara, dan dasar negara dalam bentuk
pokok-pokok pikiran sebagaimana telah diuraikan tersebut-lah yang dalam bahasa Soekarno disebut
sebagai Philosofische grondslag atau dasar negara secara umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945
sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD 1945 tersebut
dapat disebut sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan Undang-Undang Dasar 1945 diundangkan dalam
berita Republik Indonesia tahun II No 7, ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari
Pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV. Sebab segala aspek penyelenggaraan
pemerintah negara yang berdasarkan Pancasila terdapat dalam Pembukaan alinea IV.
Oleh karena itu justru dalam Pembukaan itulah secara formal yuridis Pancasila ditetapkan
sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Maka hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah
bersifat timbal balik sebagai berikut:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan
masyarakat Indonesia yang berasal dari pandangan hidup bangasa, yang merupakan
kepribadian bangsa, perjanjian luhur, serta tujuan yang hendak diwujudkan. Karena itu
pancasila dijadikan ideologi bangsa.
Proklamasi Kemerdekaan dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan
suatu kesatuan bulat, serta hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang
Tubuh UUD 1945 yang merupakan hubungan langsung, maka dapat disimpulkan bahwa
Proklamasi Kemerdekaan mempunyai hubungan yang erat, tidak dapat dipisahkan dan
merupakan satu kesatuan dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Meskipun Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang tidak dapat
dipisahkan dengan Batang Tubuh UUD 1945, namun antara keduanya mempunyai
kedudukan yang terpisah. Hal ini dikarenakan bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan
pokok kaidah Negara yang mendasar (staatsfundamentalnorm) yang tidak dapat
dirubah oleh siapapun kecuali oleh pembentuk Negara.
DAFTAR PUSTAKA
1. MKD IAIN Sunan Ampel surabaya, pendidikan pancasila. Surabaya, IAIN SA press, 2011
2. Trianto dan Triwulan Tutik, falsafah negara dan pendidikan kewarganegaraan. Jakarta: prestasi
pustaka,2007
3. Kaelan, pendidikan pancasila, yogyakarta: paradigma offset,2004
4. Winarno Dwi, paradigma baru pendidikan kewarganegaraan, jakarta: bumi aksara,2006