Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME sebagai pencipta dan pengatur kehidupan di
dunia, karena hanya dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
berterima kasih pada Bapak Drs.H.Akhiruddin Tanjung,M.Pd. selaku Dosen mata kuliah
PPKN yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Terima kasih pula kepada teman-teman di fakultas ekonomi Universitas Prima Indonesia yang telah
memberikan sumbangsih sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. 
Makalah ini merupakan sebuah tugas dalam mata kuliah Ekonomi. Konstitusi yang dibuat oleh penulis guna
menunjang proses belajar di perguruan tinggi yang kini tengah dijalani oleh penulis. Adapun judul makalah ini
adalah “Konstitusi dan UUD 1945”. Di dalam makalah ini dijelaskan tentang konstitusi yang berlaku di
Indonesia serta perubahan konstitusi yang telah berlangsung beberapa kali serta kelemahan-kelemahan yang
timbul pasca amandemen tersebut. Selain itu solusi tentang pembentukan Komisi Konstitusi juga akan dibahas
secara lebih jelas lagi. Sebagai mahasiswa ekonomi sudah menjadi kewajiban bagi penulis untuk lebih
memahami tentang konstitusi yang menjadi dasar hukum di negeri ini. Pemahaman tentang konstitusi akan
berdampak pula pada pemahaman filosofi hukum yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu dengan pembuatan
makalah ini, penulis berharap pemahaman penulis serta pembaca tentang konstitusi di Indonesia akan lebih baik.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Konstitusi dan UUD 1945. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
      Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum. Terbukti dengan adanya konstitusi yang berlaku di
Indonesia yaitu Undang – Undang Dasar 1945, seperti yang kita kenal saat ini. Tapi seolah-
olah warga negara Indonesia, tidak menganggap adanya UUD 1945 tersebut. Terbukti bahwa
mereka sangat tidak menghiraukan hukum, dengan melakukan berbagai macam
penyimpangan-penyimpangan hukum, baik hukum sosial, maupun Hak Asasi Manusia
(HAM).
Pengetahun ataupun materi tentang Undang-undang Dasar 1945 harus kita pelajari
sejak dini. Yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kita. Apalagi selaku tunas bangsa
yang nantinya akan ikut memimpin negeri ini harus mengetahui segala hal yang berkaitan
dengan kenegaraan termasuk Undang-undang Dasar 1945.
Sejak 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memulai sejarahnya sebagai sebuah bangsa yang masih
muda dalam menyusun pemerintahan, politik, dan administrasi negaranya. Landasan berpijaknya adalah
ideologi Pancasila yang diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri beberapa minggu sebelumnya dari penggalian
serta perkembangan budaya masyarakat Indonesia dan sebuah Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pra Amandemen yang baru ditetapkan keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) tersebut mengatur
berbagai macam lembaga negara dari Lembaga Tertinggi Negara hingga Lembaga Tinggi Negara. Konsepsi
penyelenggaraan negara yang demokratis oleh lembaga-lembaga negara tersebut sebagai perwujudan dari sila
keempat yang mengedepankan prinsip demokrasi perwakilan dituangkan secara utuh didalamnya. Kehendak
untuk mengejawantahkan aspirasi rakyat dalam sistem perwakilan, untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Bung
Karno, pada pidatonya tanggal 01 Juni 1945. Muhammad Yamin juga mengemukakan perlunya prinsip
kerakyatan dalam konsepsi penyelenggaraan negara. Begitu pula dengan Soepomo yang mengutarakan idenya
akan Indonesia merdeka dengan prinsip musyawarah dengan istilah Badan Permusyawaratan. Ide ini didasari
oleh prinsip kekeluargaan, dimana setiap anggota keluarga dapat memberikan pendapatnya.
Dalam rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Soepomo menyampaikan bahwa ‘’Badan
Permusyawaratan’’ berubah menjadi ‘’Majelis Permusyawaratan Rakyat’’ dengan anggapan bahwa majelis ini
merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, yang mana anggotanya terdiri atas seluruh wakil rakyat,
seluruh wakil daerah, dan seluruh wakil golongan. Konsepsi Majelis Permusyawaratan Rakyat inilahang
akhirnya ditetapkan dalam Sidang PPKI pada acara pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen).
Salah satu wewenang MPR hingga saat ini yaitu mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, anggota MPR tidak dapat mengusulkan pengubahan terhadap Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 (satu pertiga) dari jumlah anggota MPR. Setiap usul pengubahan diajukan secara
tertulis dengan menunjukkan secara jelas pasal yang diusulkan diubah beserta alasannya.
Usul pengubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan kepada
pimpinan MPR. Setelah menerima usul pengubahan, pimpinan MPR memeriksa kelengkapan persyaratannya,
yaitu jumlah pengusul dan pasal yang diusulkan diubah yang disertai alasan pengubahan yang paling lama
dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima pimpinan MPR. Dalam pemeriksaan, pimpinan MPR
mengadakan rapat dengan pimpinan fraksi dan pimpinan Kelompok Anggota MPR untuk membahas
kelengkapan persyaratan.
Jika usul pengubahan tidak memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR memberitahukan
penolakan usul pengubahan secara tertulis kepada pihak pengusul beserta alasannya. Namun, jika pengubahan
dinyatakan oleh pimpinan MPR memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR wajib menyelenggarakan
sidang paripurna MPR paling lambat 60 (enam puluh) hari. Anggota MPR menerima salinan usul pengubahan
yang telah memenuhi kelengkapan persyaratan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum dilaksanakan sidang
paripurna MPR.
Sidang paripurna MPR dapat memutuskan pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota
ditambah 1 (satu) anggota.

Selama kurun waktu sejak negara ini berdiri, UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan
(amandemen). Amandemen jelas bisa saja terjadi, dikarenakan peradaban manusia yang bisa
saja berubah. Maka dari itu amandemen dilakukan demi menyesuaikan kebutuhan manusia
berdasarkan zamannya.

Tujuan dan Manfaat                                                     


Adapun tujuan penulisan makalah Konstitusi dan Dasar Negara  ini adalah:
☻    Lebih meningkatkan pengetahuan tentang Konstitusi.
☻    Lebih mengetahui tentang UUD 1945
☻    Mengerti dan menghayati setiap butir-butir pasal yang terdapat pada Undang-Undang Dasar
1945.
☻    Meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme terhadap NKRI.
☻    Menjadikan konstitusi NKRI ( UUD 1945 ) menjadi konstitusi yang kuat, kokoh, dan dapat
diterapkan oleh warga negara Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
☻    Menyadarkan setiap warga negara agar hukum yang berlaku.
☻    Menjelaskan tentang kelemahan UUD 1945 Pasca-empat kali amandemen.
☻    Menjelaskan urgensi pembentukan Komisi Konstitusi sebagai upaya penguatan UUD 1945.
BAB II
PEMBAHASAN
http://pelangi1996.blogspot.com/2015/05/makalah-konstitusi-dan-uud-1945.html
Pengertian Konstitusi
Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk..
Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti bersama
dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan
sesuatu, sehingga menjadi “constitution”. Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi
memiliki makna yang lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah
keseluruhan dari peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.  Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan
sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar
sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
Definisi Konstitusi menurut para ahli
 Herman Heller. Konstitusi mempunyai arti yang lebih luas daripada undang-undang
Dasar. Konstitusi tidah hanya bersifat yuridis, tetapi mengandung pengertian sosiologisdan
politis.
 Oliver Cromwell. Undang-undang Dasar itu merupakan “instrumen of govermen”,
yaitu bahwa Undang-undang dibuat sebagai pegangan untuk memerintah. Dalam arti ini,
Konstitusi identik dengan Undang-undang dasar.
 F. Lassalle. Konstitusi sesungguhnya menggambarkan hubungan antara kaekuasaan
yang terdapat didalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata
didalam masyarakat, misalnya kepala negara, angkatan perang, partai politik, buruh tani,
pegawai, dan sebagainya.
 Prayudi Atmosudirdjo. Konstitusi adalah hasil atau produk sejarah dan proses
perjuangan bangsa yang bersangkutan, Konstitusi merupakan rumusan dari filsafat, cita-cita,
kehendak dan perjuangan suatu bangsa. Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran,
mentalitas dan kebudayaan suatu bangsa.
 K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara
yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam
pemerintahan suatu negara.
 L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak
tertulis.
 Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang
berarti bersama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi
berarti menetapkan secara bersama.

2.2 Tujuan Konstitusi


Tujuan konstitusi yaitu:
1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang maksudnya
tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa
saja kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak.
2. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain
dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
3. Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi
negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.
  Fungsi Dan Ruang Lingkup Konstitusi
.      Fungsi UUD 1945
Sebagi Konstitusi tentulah UUD 1945 memiliki fungsi, bila dijabarkan fungsi UUD
1945 adalah sebagai berikut:
-           Sebagai sumber hukum dalam tertib hukum, merupakan perundang-undangan yang
tertinggi.
-        Sebagai alat kontrol bagi hukum yang berada di bawahnya.
-        Sebagai pedoman yang memberi arah bangsa.
-        Sebagai kerangka dasar dalam pembagian dan penyelenggaraan pemerintah negara.
Fungsi tersebut adalah suatu acuan dalam melakukan segala kehidupan berbangsa dan
keseimbangan dalam berprilaku bila diterapkan dengan baik.
            Dalam berbagai literature hokum tata Negara maupun ilmu politik ditegaskan bahwa
fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat untuk membentuk system politik
dan hokum Negara. Oleh karena itu ruang lingkup undang-undang dasar sebagai konstitusi
tertulis sebagaimana dikemukakan oleh A.A.HY Struycken memuat tentang :
1) Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu lampau.
2) Tingkat-tingkat tinggi pembangunan ketatanegaraan bangsa.
3) Pandangan tokoh bangsa yang hendak di wujudkan, baik sekarang maupun masa yang akan
dating.
4) Suatu keinginan yang mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak
dipimpin.

Nilai konstitusi yaitu:
1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan
bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata
berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan
konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi tidak
sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak berlaku / tidsak
seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan
penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai
alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.
 Macam – macam konstitusi
1. Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:
         Konstitusi tertulis (dokumentary constiutution / writen constitution) adalah aturan – aturan
pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar lainnya
yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum negara.
         Konstitusi tidak tertulis / konvensi (nondokumentary constitution) adalah berupa kebiasaan
ketatanegaraan yang sering timbul.

 Adapun syarat – syarat konvensi adalah:


1.      Diakui dan dipergunakan berulang – ulang dalam praktik penyelenggaraan negara.
2.      Tidak bertentangan dengan UUD 1945.
3.      Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.
4.      Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi:
         Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan negara,
hubungan rakyat dengan pemerintah, hubuyngan antar lembaga negara.
         Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita – cita sosial bangsa, rumusan
filosofis negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin dikembangkan
bangsa itu.

Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu: Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku


1) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
a. Elastic
b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
2) Cirri-ciri konstitusi yang kaku
a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan undang-undang yang lain.
b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan persyaratan yang berat.
Menurut Sri Sumantri konstitusi berisi 3 hal pokok yaitu
         Jaminan terhadap Ham dan warga negara.
         Susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
         Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.
Menurut Miriam Budiarjo, konstitusi memuat tentang
         Organisasi negara.
         HAM.
         Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hukum.
         Cara perubahan konstitusi.
Menurut Koerniatmanto Soetopawiro, konstitusi berisi tentang
         Pernyataan ideologis.
         Pembagian kekuasaan negara.
         Jaminan HAM (Hak Asasi Manusia).
         Perubahan konstitusi.
         Larangan perubahan konstitusi.
 Syarat terjadinya konstitusi yaitu:
1. Agar suatu bentuk pemerintahan dapat dijalankan secara demokrasi dengan
memperhatikan kepentingan rakyat.
2. Melindungi asas demokrasi.
3. Menciptakan kedaulatan tertinggi yang berada ditangan rakyat.
4. Untuk melaksanakan dasar negara.
5. Menentukan suatu hukum yang bersifat adil.
 Kedudukan konstitusi/UUD yaitu:
1. Dengan adanya UUD baik penguasa dapat mengetahui aturan / ketentuan pokok
mendasar mengenai ketatanegaraan.
2. Sebagai hukum dasar.
3. Sebagai hukum yang tertinggi.
 Perubahan konstitusi/UUD yaitu:
Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini yang kadang – kadang
membuat sesuatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan rakyat. Secara evolusi,
UUD/konstitusi berubah secara berangsur – angsur yang dapat menimbulkan suatu UUD,
secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.
 Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi yaitu:
Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi nampak pada gagasan dasar, cita – cita dan
tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD suatu negara. Dasar negara sebagai
pedoaman penyelenggaraan negara secara tertulis termuat dalam konstitusi suatu negara.
 Keterkaitan konstitusi dengan UUD yaitu:
Konstitusi adalah hukum dasar tertulis dan tidak ter tulis sedangkan UUD adalah hukum
dasar tertulis. UUD memiliki sifat mengikat oleh karenanya makin elastik sifatnya aturan itui
makin baik, konstitusi menyangkut cara suatu pemerintahan diselenggarakan.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa konstitusi memiliki dua pengertian yaitu :
1. Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang
Dasar.
2. Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang
Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat :
 Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan Negara.
 Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-Undang Dasar dan
bearjalan sejajar.
 Diterima oleh rakyat negara.
 Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak
terdapat dalam Undang-undang Dasar.
Konstitusi sebagai hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu
dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.
Apabila dikaitkan dengan teori jenjang norma hukum dari Hans Nawiaski, maka dasar
negara pancasila sebagai Staatfundamentalnorm/norma fundamental negara, dan undang-
undang dasar negara 1945 sebagai staatgrundgesetz atau aturan dasar atau pokok negara.
Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting biasanya dikeluarkan oleh
kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum konon untuk menandakan keputusan
subsitusi tertentu terutama dari Paus.Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu
sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi
pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian
tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum
maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara,
kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi Konstitusi bagi
organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas
strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti
konstitusi ekonomi.
Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu
negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution) dan
konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini diartikan seperti halnya “Hukum
Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak
Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan “Constitution
of Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia mempunyai
konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan Kanada.
Sejarah Perkembangan Konstitusi Dinegara Indonesia
Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu sejak
zaman yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam kitab hokum pada 624 –
404 SM) sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal
sebagai UUD 1945 yang telah dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan
penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas
pokok badan ini sebenarnya menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik
persidangannya berjalan berkepanjangan khususnya pada saat membahas masalah dasar
Negara.diakhir siding I BPUPKIberhasil membentuk panitia kecil yang disebut panitia
sembilang, panitia ini pada tanggal 22 juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk
menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam siding II
BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal
16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD dan
membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang.
Sehingga UUD atau konstitusi Negara republic Indonesia diatukan ditetapkan oleh PPKI
pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi
suatu Negara modern karena telah memiliki suatu system ketatanegaraan yaitu dalam UUD
1945.
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali
pergantian baik nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.
2) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan konstitusi RIS (17
Desember 1949 – 17 Agustus 1950).
3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).
4) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia dengan masa
berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 – Sekarang.
2.4  Konstitusi Sebagai Piranti Kehidupan Negara Yang Demokrasi
Sebagaimana dijelaskan diawal, bahwa konstitusi berpesan sebagai sebuah aturan
dasar yang mengatur kehidupan dalam bernegara dan berbangsa maka aepatutnya konstitusi
dibuat atas dasar kesepakatan bersama antara negra dan warga Negara .
Kontitusi merupakan bagian dan terciptanya kehidupan yang demokratis bagi
seluruh warga Negara. Jika Negara yang memilih demokrasi, maka konstitusi demokratis
merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi dinegara tersebut. Setiap
konstitusi yang digolongkan sebagai konstitusi demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip
dasar demokrasi itu sendiri.

Amandemen UUD 1945


Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang
memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus
memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan
semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga
perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem
penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah menjadi otoriter
karena terjadi perubahan dalam konstitusinya.
Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan konstitusi merupakan suatu
hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan negara
yang diatur dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan aspirasi
rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya juga mengandung ketentuan mengenai perubahan
konstitusi itu sendiri, yang kemudian prosedurnya dibuat sedemikian rupa sehingga
perubahan yang terjadi adalah benar-benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan
semena-mena dan bersifat sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang belaka.
Sejak Proklamasi hingga sekarang telah berlaku tiga macam Undang-undang Dasar
dalam delapan periode yaitu :

1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 desember 1949


2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
4. Periode 5 Juli 1959 – 19 Oktober
5. Periode 19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000
6. Periode 18 Agustus 2000 – 9 November 2001
7. Periode 9 November 2001 – 10 Agustus 2002
8. Periode 10 Agustus 2002 – sampai sekarang

Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 terdiri dari :
1. Pembukaan (4 alinea) yang pada alinea ke-4tercantum dasar negara yaitu Pancasila;
2. Batang Tubuh (isi) yang meliputi :
1.    16 Bab;
2.    37 Pasal
3.    4 aturan peralihan;
4.    2 Aturan Tambahan.
UUD 1945 digantikan oleh Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS) pada
27 Desember 1949, pada 17 Agustus 1950 Konstitusi RIS digantikan oleh Undang-undang
Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, UUD 1945
dinyatakan berlaku kembali di Indonesia hingga saat ini. Hingga tanggal 10 Agustus 2002,
UUD 1945 telah empat kali diamandemen oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Perubahan UUD 1945 dilakukan pada :


1. Perubahan I diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999; Pada amandemen ini, pasal-pasal
UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal yaitu: Pasal 5 ayat (1), 7, 9 ayat (1) dan (2), 13 ayat (2)
dan (3),14 ayat (1) dan (2), 15, 17 ayat (2) dan (3), 20 ayat (1), (2), (3) dan (4), 21 ayat (1).
Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 5 ayat (1) berbunyi : Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan
persetujuan DPR;
Diubah menjadi : Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.
b. Pasal 7 berbunyi : Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali;
Diubah menjadi : Preseiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali
masa jabatan.
c. Pasal 14 berbunyi : Presiden memberi grasi, amnesty, abolisi dan rehabilitasi
Diubah menjadi :
(1) Presiden memberi grasi dan rehabili dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung;
(2) Presiden memberi Amnesti dan Abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
d. Pasal 20 ayat 1 : Tiap-tiap Undang-udang menhendaki persetujuan DPR;
Diubah menjadi : DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-undang.

2. Perubahan II diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000;


Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24 pasal yaitu:
Pasal 18 ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19 ayat (1) s/d (3), 20
ayat (5), 20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26 ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat
(1) dan (2), 28D ayat (1) s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3), 28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1)
s/d (4), 28I ayat (1) s/d (5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.

Beberapa perubahan yang penting adalah :


a. Pasal 20 berbunyi : Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan DPR;
Diubah menjadi : Pasal 20A; DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.
b. Pasal 26 ayat (2) berbunyi : Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan Negara ditetapkan
dengan Undang-undang Diubah menjadi : Penduduk ialah warga Negara Indonesia dan
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia
c. Pasal 28 memuat 3 hak asasi manusia diperluas menjadi 13 hak asasi manusia.

3. Perubahan III diadakan pada tanggal 9 November 2001;


Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19 pasal yaitu: Pasal 1
ayat (2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat (1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B ayat
(1) s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11 ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4), 22D
ayat (1) s/d (4), 22E ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat (1)
dan (2), 24A ayat (1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d (6). Beberapa perubahan
yang penting adalah :

a. Pasal 1 ayat (2) berbunyi : Kedaulatan adalah ditanag rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR
Diubah menjadi : Kedaulatan berada di tanagn rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
b. Ditambah Pasal 6A : Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat
c. Pasal 8 ayat (1) berbunyi : Presiden ialah orang Indonesai asli;
Diubah menjadi : Calon Presiden dan wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak
kelahirannya
d. Pasal 24 tentang kekuasaan kehakiman ditambah:
1. Pasal 24B: Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung
3.      Pasal 24C : mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD (dan menurut
amandemen IV) UUD 1945, Komisi dan Konstitusi ditetapkan dengan ketentuan MPR
bertugas mengkaji ulang keempat amandemen UUD 1945 pada tahun 2003

4. Perubahan IV diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002 Pada amandemen IV ini, pasal-
pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu: pasal-pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat
(3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1) s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4)
dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan Peralihan Pasal I s/d III, aturan
Tambahan pasal I dan II. Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 2 ayat (1) berbunyi : MPR terdiri atas anggota-anggota dan golongan-golongan menurut
aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang;
Diubah menjadi : MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilihan
Umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
b. Bab IV pasal 16 tetang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus. Diubah
menjadi : Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam Undang-undang
c. Pasal 29 ayat (1) berbunyi : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal ini tetap
tidak berubah (walaupun pernah diusulkan penambahan 7 kata : dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya)
d. Aturan Peralihan Pasal III : Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17
Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amandemen I,II,III dan IV terhadap UUD
1945, maka sejak 10 Agustus 2002 Ketatanegaraan Republik Indonesia telah mengalami
perubahan sebagai berikut :

a. Pasal 1 ayat (2): MPR bukan lagi pemegang kedaulatan (kekuasaan tertinggi) di Indonesia,
melainkan rakyat Indonesia yang memegang kedaulatan, MPR bukan Lembaga tertinggi
Negara lagi. MPR, DPR, dan Presiden yang bertanggung jawab kepada rakyat melalui
Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden yang melangar hukum tidak akan terpilih
dalam pemilihan umum yang akan datang.

b. Pasal 2 ayat (1): MPR terdiri dari :


1. Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representatives : di Amerika Serikat)
2. Dewan Perwakilan Daerah (Senate : di Amerika Serikat)
MPR merupakan lembaga yang memiliki dua badan (Bicameral) seperti di Amerika
Serikat; Anggota DPR dipilih dalam pemilihan umum oleh seluruh rakyat, sedangkan DPD
dipilih oleh rakyat di daerah (Provinsi) masing-masing. Dengan ditetapkannya DPR dan DPD
sebagai anggota MPR, maka utusan golongan termasuk TNI/POLRI dihapuskan dari MPR.
Selain itu, MPR bukan lagi pemegang kedaulatan (kekuasaan tertinggi) di Indonesia,
melainkan rakat Indonesia yang memegang kedaulatan.

c. Pasal 5 ayat (1): Presiden bukan lagi pembentuk undang-undang, tetapi berkedudukan sebagai
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan (Lembaga Eksekutif, Pemerintahan/Pelaksana
Undang-undang)
d. Pasal 6 ayat (1) dan 6A: Presiden Indonesia tidak harus orang Indonesia asli, tetapi calon
Presiden dan Wakil Presiden harus warga Negara Indonesia sejak kelahirannya. Presdien dan
Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat (bukan secara tidak langsung oleh MPR,
sedangkan DPR dipilih rakyat)

e. Pasal 7: Presiden dan Wakil Presiden hanya dapat memegang jabatan selama paling lama 2 x
5 tahun : 10 tahun (dahulu Presiden memegang jabatan selama lebih dari 30 tahun, bahkan
seumur hidup).
f. Pasal 14: Presiden memberi : 
    Grasi dan Rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung

Kelemahan Hasil Amandemen UUD 1945


Setelah empat kali melakukan amandemen UUD 1945, yang sejatinya dilakukan
untuk menutupi kelemahan sebelumnya namun ternyata hasil dari amandemen tersebut
menimbulkan beberapa kelemahan lagi. Hal ini menyebabkan terjadi pengelompokan sikap
masyarakat. Satu kelompok menghendaki UUD 1945 dikembalikan kepada yang asli,
kelompok lainnya menginginkan diadakan lagi perubahan atau amendemen kelima UUD
1945, dan kelompok terakhir tetap pada UUD 1945 pasca-amendemen.
Ada beberapa faktor menyangkut kelemahan UUD 1945 pasca-amendemen. Pertama,
adanya kekaburan dan inkonsistensi teori dan materi muatan UUD 1945. Kedua, kekacauan
struktur dan sistematisasi pasal-pasal UUD 1945. Ketiga, ketidaklengkapan konstitusi dan
pasal-pasal yang multi-interpretatif, yang menimbulkan instabilitas hukum dan politik.
Dalam hal ini, Komisi Konstitusi yang dibentuk berdasarkan Ketetapan MPR No
1/2002 dan Keputusan MPR No 4/2003 dengan tugas melakukan pengkajian secara
komprehensif tentang perubahan UUD NKRI Tahun 1945 oleh MPR, juga menyebutkan hal
sama. Setelah bertugas selama tujuh bulan dan menyerahkan hasil kerjanya, berupa Naskah
Kajian Akademis Perubahan UUD NKRI Tahun 1945 dan Naskah Perubahan UUD NKRI
Tahun 1945 kepada Ketua MPR Amien Rais pada 24 April 2003, Komisi Konstitusi
menyatakan terdapat 31 butir kekurangan, kelemahan, dan ketidaksempurnaan UUD 1945
pasca-amendemen.
Dimulai dengan tawar-menawar atau bargaining, kompetisi, dan kompromi politik
berdasarkan kepentingan politik fraksi-fraksi di MPR dalam empat kali amandemen UUD
1945. Contohnya ketika MPR mulai membicarakan lembaga DPD, tanggal 7 November
2001, sebanyak 190 anggota MPR menyatakan tidak setuju terhadap lembaga DPD. Mereka
lebih memilih untuk tetap pada struktur ketatanegaraan UUD 1945 yang berdasarkan negara
kesatuan dengan sistem satu kamar atau uni-cameral.
Ketidaksetujuan itu disebabkan adanya kekhawatiran bahwa lembaga DPD akan
merubah struktur negara kesatuan menjadi negara federal dengan sistem dua kamar atau bi-
cameral. Padahal, banyak negara kesatuan atau unitary state di dunia mempunyai sistem
perwakilan dua kamar. Lalu, kompromi politik menghasilkan rumusan Pasal 22D UUD 1945
di mana kewenangan dan kekuasaan DPD, sebagai spatial representation, tidak seimbang dan
bersifat asimetrik dengan kewenangan DPR. Hal ini disebut sistem dua kamar yang lunak
atau soft bi-cameral.z
Kewenangan dan kekuasaan DPD, sesuai dengan sistem checks and balances
seharusnya bersifat seimbang dan simetrik dengan DPR dalam sistem perwakilan dua kamar
yang seimbang atau balanced bi-cameral. Dengan pertimbangan bahwa DPD, yang
anggotanya dipilih melalui sistem distrik dengan keanggotaan majemuk atau multi-member
district, dapat menjalankan fungsi integrasi sesuai Sila Ketiga Pancasila, yakni Persatuan
Indonesia, dengan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah dalam koridor NKRI.
Selanjutnya, ketidaksempurnaan UUD 1945 pascaperubahan, berdasarkan fenomena
dominasi kekuasaan DPR atau legislative heavy. Salah satu bukti adalah Pasal 13 ayat (3)
UUD 1945, yakni Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR. Biasanya kewenangan menerima duta negara lain adalah domain
eksekutif atau Presiden, maka ketentuan adanya pertimbangan DPR menunjukkan dominasi
kekuasaan DPR yang telah memasuki domain Presiden.
Kemudian inkonsistensi dan kekaburan teori UUD 1945 yang berhubungan dengan
sistem pemerintahan presidensial. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 20 ayat (5) UUD 1945 yang
berisikan, “Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan”.
Pasal ini, bersifat inkonsisten dan kabur, sebab dalam sistem pemerintahan
presidensial segenap legislasi (pembuatan UU) merupakan wewenang badan legislatif.
Sehingga Presiden tidak mengambil keputusan terhadap hasil akhir legislasi walaupun
Presiden berhak mengajukan suatu RUU kepada DPR dan DPD untuk sektor hubungan pusat
dan daerah.
Oleh karena itu, Presiden berhak menolak RUU atau hak veto, dengan ketentuan
bahwa bobot keputusan parlemen yang menentukan validitas dari RUU tersebut. Misalnya,
dengan 2/3 dukungan suara di DPR atau 2/3 suara pada masing-masing kamar untuk
menghasilkan rancangan undang-undang yang tidak boleh ditolak oleh Presiden. Oleh sebab
itu, bisa dikatakan bahwa Pasal 20 ayat (5) UUD 1945 adalah legislative heavy.
Selanjutnya, masalah penyebutan dengan perubahan atau amandemen UUD 1945
yang berarti mengubah pasal-pasal tertentu tanpa mengubah teks asli, tetapi memberi
tambahan terhadap pasal-pasal yang sudah ada. Seperti diketahui, setelah dilakukan
perubahan oleh MPR, dari 37 Pasal UUD 1945, ditambah empat pasal Aturan Peralihan dan
dua ayat Aturan Tambahan serta Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal demi Pasal UUD
1945 yang diputuskan oleh Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18
Agustus 1945, hanya 6 pasal (sekitar 16,21%) yang belum diubah.
Pasal-pasal tersebut adalah, 1) Pasal 4 tentang Presiden memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang Undang Dasar; 2) Pasal 10 tentang Presiden memegang
kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara; 3) Pasal
12 tentang kewenangan Presiden menyatakan keadaan bahaya; 4) Pasal 22 tentang
kewenangan Presiden mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang; 5)
Pasal 25 tentang syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim; dan 6)
Pasal 29 tentang agama.
Sedangkan pasal-pasal yang diubah berjumlah 31 Pasal (83,79%) ditambah dengan
pasal-pasal baru dengan sistem penomoran pasal lama ditambah huruf A, B, C, D, dan
seterusnya beserta ayat-ayat yang baru dalam pasal-pasal lama. Dengan pasal-pasal baru yang
berjumlah 36 pasal atau 97,30% dari UUD 1945 asli, patut dipersoalkan bahwa MPR telah
mengganti konstitusi lama dengan yang baru, dan bukan amandemen UUD 1945.
Kemudian, masalah inkonsistensi yang menyangkut bagian mana dari UUD 1945
pasca-amandemen yang tidak dapat diubah atau dapat diubah dengan persyaratan tertentu.
Dalam UUD 1945 pasca-amandemen yang tidak dapat diubah adalah hanya bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini berarti bahwa terhadap landasan dasar filosofis
kehidupan bangsa dan negara yakni Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila, secara teoritis,
terbuka penafsiran untuk dapat diubah sekalipun diperlukan persyaratan sesuai Pasal 37 ayat
(1) UUD 1945, karena Pasal 37 ayat (5) UUD 1945 tidak mencantumkannya. Sedangkan,
Pembukaan UUD 1945 yang berisikan Pancasila, adalah perjanjian luhur bangsa atau pacta
sunt seranda.
Kelemahan, kekurangan, dan ketidaksempurnaan yang bersifat mendasar dari UUD
1945 pasca-amandemen itulah yang menyebabkan UUD 1945 tidak bisa berlaku sebagai
konstitusi yang hidup, yang berlaku puluhan tahun ke depan. Oleh karena itu dibutuhkan
sebuah solusi untuk mencegah kelemahan-kelemahan ini kembali bermunculan di masa yang
akan datang, karena tidak menutup kemungkinan amandemen UUD 1945 kembali akan
dilakukan. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk Komisi
Konstitusi dalam membuat draft konstitusi sebelum dibahas dalam rapat paripurna MPR.

Pembentukan Komisi Konstitusi Sebagai Upaya Penguatan UUD 1945


Selama ini MPR dalam membahas dan memutuskan perubahan UUD
1945 sebelumnya tidak membuat dan memiliki content draft konstitusi secara utuh sebagai
langkah awal yang menjadi dasar perubahan (preliminary) yang dapat ditawarkan kepada
publik untuk dibahas dan diperdebatkan. Content draft yang didasari paradigma yang jelas
yang menjadi kerangka (overview) tentang eksposisi ide-ide kenegaraan yang luas dan
mendalam mengenai hubungan Negara dengan warga negara, negara dan agama, negara
dengan Negara hukum, negara dalam pluralitasnya, serta negara dengan sejarahnya. Juga
eksposisi yang mendalam tentang esensi demokrasi, apa syaratnya dan prinsip-prinsipnya
serta check and balancesnya bagaimana dilakukan secara mendalam.
MPR lebih menekankan perubahan itu dilakukan secara adendum, dengan memakai
kerangka yang sudah ada dalam UUD 1945. Cara semacam ini membuat perubahan itu
menjadi parsial, sepotong-sepotong dan tambal sulam saja sifatnya. MPR tidak  berani keluar
dari kerangka dan sistem nilai UUD 1945 yang relevansinya sudah tidak layak lagi
dipertahankan. Proses Amandemen secara parsial seperti diatas tidak dapat memberikan
kejelasan terhadap konstruksi nilai dan bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk.
Sehingga terlihat adanya paradoks dan inkonsistensi terhadap hasil-hasilnya yang telah
diputuskan. Hal ini bisa dilihat dari pasal-pasal yang secara redaksional maupun
sistematikanya yang tidak konsisten satu sama lain. Seperti misalnya, penetapan prinsip
sistem Presidensial namun dalam elaborasi pasal-pasalnya menunjukkan sistem Parlementer
yang memperkuat posisi dan kewenangan MPR/DPR.
Selain itu MPR yang dikarenakan keanggotaannya terdiri dari fraksi-fraksi politik
menyebabkan dalam setiap pembahasan dan keputusanamat kental diwarnai oleh kepentingan
politik masing-masing.Fraksi-fraksi politik yang ada lebih mengedepankan kepentingandan
selera politiknya dibandingkan kepentingan bangsa yang lebihluas. Hal ini dapat dilihat dari
pengambilan keputusan finalmengenai Amandemen UUD 1945 dilakukan oleh
sekelompok kecil elit fraksi dalam rapat Tim Lobby dan Tim Perumus tanpaadanya risalah
rapat.
Mengapa hal itu terjadi? Penulis berpendapat, di samping kepentingan politik fraksi-
fraksi di MPR ditambah beberapa faktor seperti minimnya pengalaman para anggota MPR,
juga akibat tidak adanya kerangka acuan dan/atau naskah akademik yang dipersiapkan
dengan matang oleh suatu Tim Pembuat Draft Amandemen yang terdiri dari para ahli
konstitusi dan ahli-ahli lainnya serta wakil-wakil dari daerah.

K.C. Wheare, seorang ahli hukum konstitusi Inggris, menjelaskan tentang arti penting
konstitusi berderajat tertinggi atau supreme constitution. Pada intinya, kedudukan konstitusi
dilihat dari aspek hukum mempunyai derajat tertinggi atau supremasi. Dasar pertimbangan
supremasi konstitusi terdapat beberapa hal, yakni: 1) konstitusi dibuat oleh Badan Pembuat
Undang-Undang Dasar; 2) konstitusi dibentuk atas nama rakyat, berasal dari rakyat, kekuatan
berlakunya dijamin oleh rakyat, dan ia harus dilaksanakan langsung kepada masyarakat untuk
kepentingan mereka; dan 3) konstitusi ditetapkan oleh lembaga atau badan yang diakui
keabsahannya.
Mencermati diktum pertama dasar pertimbangan supremasi konstitusi di atas, bahwa
untuk melakukan perubahan UUD 1945 merupakan sesuatu yang bersifat spesifik. Untuk
membuatnya haruslah ditangani oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan dan
kompetensi untuk itu, dilakukan seleksi yang ketat oleh MPR secara terbuka, transparan, dan
diketahui oleh publik. Jadi perubahan UUD 1945 tidak ditangani oleh MPR, karena
keterlibatan unsur partisan akan menjadikan setiap proses pembicaraan sebagai wahana untuk
mendesakkan kepentingan masing-masing. Mereka lupa untuk memikirkan kepentingan
rakyat, dan tak jarang pula menimbulkan berbagai konflik. Sebagai solusi terhadap perubahan
konstitusi haruslah deserahkan kepada Komisi Konstitusi atau Constitutional
Commission yang independen, sehingga kata “dibuat” dalam diktum pertama akan terpenuhi.
Sejalan dengan adanya Komisi Konstitusi, Haysom mengemukakan adanya empat
proses pembuatan konstitusi yang demokratis, yaitu: 1) by a democratically constituted
assembly; 2) by a democratically elected parliament; 3) by a popular referendum; dan 4) by
a popularly supported constitutional commission.

Dengan cara keempat, sebagai salah satu proses pembuatan konstitusi di atas,
merupakan konstitusi yang kokoh bagi suatu negara konstitusional (constitutional state) yang
mampu menjamin suatu demokrasi yang berkelanjutan (a sustainable democracy), juga harus
merupakan konstitusi yang legitimate, dalam arti proses pembuatannya harus secara
demokratis, diterima dan didukung sepenuhnya oleh seluruh komponen masyarakat dari
berbagai aliran dan faham, aspirasi, dan kepentingan.
Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan efektif, Komisi Konstitusi harus memiliki
tugas dan wewenang, yaitu: a) melakukan penyelidikan dalam rangka penyusunan naskah
konstitusi; b) melakukan upaya-upaya untuk memperoleh masukan dari publik dan lembaga-
lembaga negara; c) menyusun masukan di masyarakat menjadi naskah rancangan konstitusi
secara komprehensif untuk disahkan; dan d) melakukan sosialisasi naskah rancangan
konstitusi kepada publik.
Dimasukkannya tugas dan wewenang Komisi Konstitusi untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka penyusunan konstitusi dan untuk merumuskan naskah konstitusi,
merupakan tujuan utama dari pembentukan komisi ini. Tugas dan wewenang untuk
melakukan upaya guna menerima masukan dan sosialisasi naskah pada publik, dimaksudkan
untuk melibatkan secara aktif peran-serta masyarakat dalam penyusunan konstitusi.
Sementara itu, keanggotaan Komisi Konstitusi harus terdiri atas: 1) pakar dari
berbagai disiplin ilmu; 2) perwakilan dari tiap daerah di Indonesia. Secara keseluruhan,
anggota Komisi Konstitusi haruslah non-partisan, dengan komposisi yang mencerminkan
kesetaraan jender, keadilan agama dan etnis, serta mengakomodasi unsur dan kepentingan
daerah.
Keanggotaan Komisi Konstitusi di atas, diyakini dapat menjembatani secara optimal
mayoritas kepentingan-kepentingan rakyat Indonesia terhadap materi muatan konstitusi yang
akan dibuat, sekaligus meminimalisasi materi muatan konstitusi yang berorientasi jangka
pendek dan sarat kepentingan sekelompok orang atau golongan.
Komisi Konstitusi harus mendapatkan legitimasi yang kuat, baik secara konstitusional
maupun oleh rakyat, demikian pula hasilnya. Seleksi Ketua dan Angota Komisi Konstitusi –
diangkat oleh MPR dalam Sidang Tahunan – melalui proses yang transparan, partisipatif, dan
akuntabel. Waktu pelaksanaan seleksi harus memadahi, tidak terlalu singkat, untuk
mengoptimalkan partisipasimasyarakat.

         Komisi Konstitusi ini diangkat oleh MPR dengan pertimbangan, bahwa MPR
merupakan lembaga yang berwenang untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang
Dasar, berdasarkan atas ketentuan Pasal 3 ayat (1) UUD 1945 setelah perubahan.

           

Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara [PKn Semester 1]


- Maret 18, 2018
http://nadzirfikrialwali.blogspot.com/2018/03/konsep-dan-urgensi-konstitusi-dalam.html

Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara

Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana
pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam konstitusi itu
mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi dikatakan pula sebagai
hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara.
1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan konstitusionalisme adalah
landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit.
Konstitusi dalam arti luas meliputi undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan
perundang-undangan lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa Undang-Undang
Dasar(Astim Riyanto, 2009).
2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak
warganegara akan lebih terlindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl
Joachim Friedrich dijelaskan sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan
kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa
pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untu pemerintahan
itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah (Thaib dan Hamidi,
1999).
3. Konstitusi berfungsi:
a.         membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya;
b.         memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang dicitacitakan tahap
berikutnya;
c.          dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraantertentu
yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya;
d.        menjamin hak-hak asasi warga negara

Aturan dasar yang terdapat dalam UUD NRI 1945


Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.
UUD NRI TAHUN 1945 yang melakukan pembatasan kekuasaan pemerintah atau penguasa negara,
tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara memuat aturan - aturan dasar sebagai berikut:
1.      Pedoman bagi Presiden dalam memegang kekuasaan pemerintahan (Pasal 4, Ayat 1).
2.      Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon Presiden dan calon Wakil Presiden (Pasal 6Ayat
1).
3.      Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 7).
4.      Pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya (Pasal 7A dan 7B).
5.      Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR (Pasal 7C).
6.      Pernyataan perang, membuat pedamaian, dan perjanjian dengan negara lain (Pasal 11 Ayat 1,
Ayat 2, dan Ayat 3).
7.      Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12)
8.      Mengangkat dan menerima duta negara lain (Pasal 13 Ayat 1, Ayat 2, dan Ayat 3).
9.      Pemberian grasi dan rehabilitasi (Pasal 14 Ayat 1).
10.  Pemberian amnesti dan abolisi (Pasal 14 Ayat 2).
11.  Pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lan tanda kehormatan (Pasal 15).
12.  Pembentukan dewan pertimbangan (Pasal 16)

Semua pasal tersebut berisi aturan dasar yang mengatur kekuasaan Presiden, baik sebagai kepala
negara maupun kepala pemerintahan. Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara
Indonesia didunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri -
menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas - tugas
pemerintah sehari - hari. Aturan - aturan dasar dalam UUD NRI 1945 tersebut merupakan bukti
adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Tidak dapat kita bayangkan bagaimana
jadinya jika kekuasaan pemerintah tidak dibatasi.

Pengertian dan Pentingnya Konstitusi Secara Umum


Pengertian Konstitusi merupakan jaminan yang paling efektif dalam menjaga agar kekuasaan yang
ada dalam Negara tidak salah gunakan dan hak asasi manusia/warga Negara tidak dilanggar,
konstitusi sangat penting artinya bagi suatu Negara karena kedudukannya dalam mengatur dan
membatasi kekuasan dalam suatu Negara.
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Perancis,yaitu constituer artinya membentuk.Beberapa istilah
dari konstitusi seperti gronwet ( bahasa Belanda ) artinya, yaitu wet berarti undang-undang dan
ground berarti tanah. Beberapa Negara yg menggunakan istilah constitution ( bahasa Inggris ) untuk
mengartikan konstitusi.
Dalam bahasa Indonesia , kontitusi diartikan sebagai hukum dasar atau undang-undang dasar. Istilah
itu menggambarkan keseluruhan system ketatanegaraan suatu Negara.

Berbagai Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia


Sejak proklamasi kemerdekaan bangsa indonesia sudah menciptakan tiga buah konstitusi serta
memberlakukannya dalam masa yang berbeda-beda. Pemberlakuan ketiganya tidak lepas dari
perubahan kehidupan ketatanegaraan indonesia akibat terjadinya berbagai perkembangan politik
tetapi, pergantian konstitusi itu juga sekaligus menunjukan pergulatan bangsa indonesia dalam
mencapai dan menemukan konstitusi yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi bangsa indonesia.
Konstitusi yang pernah berlaku di indonesia adalah :
A.  Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
B.  Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
C.  UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
D.  UUD 1945 (5 Juli 1959 – 11 Maret 1966)
E.   UUD 1945 setelah Amandemen (19 Oktober 1999 – Sekarang )
Macam Macam Konstitusi yang ada di Indonesia
Berikut ini adalah beberapa Macam Macam Konstitusi undang undang 1945 :
1) Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and unwritten
constitution).
Suatu konstitusi disebut tertulis bila berupa suatu naskah (Doumentary Constitution), sedangkan
konstitusi tidak tertulis tidak berupa suatu naskah (Non- Doumentary Constitution) dan banyak di
pengaruhi oleh tradisi konvensi.
2) Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution).
Pengertian konstitusi fleksibel adalah konstitusi yang di amandemen tanpa adanya prosedur khusus
sedangkan konstitusi yang kaku adalah konstitusi yang mensyaratkan suatu adanya prosedur khusus
dalam melakukan amandemen. Dikatakan konstitusi itu flexible apabila konstitusi itu memungkinkan
adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan msyarakat (contoh konstitusi Inggris dan
Selandia baru).
Sedangkan Pengertian konstitusi rigid apabila konstitusi itu sulit diubah sampai kapan pun (contoh :
USA, Kanada, Indonesia dan Jepang).
Ciri-ciri konstitusi fleksibel
 Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah
 Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah undang-undang
Ciri ciri Konstitusi rigid mempunyai ciri-ciri pokok, antara lain:
 Memiliki tingkat dan derajat yang lebih tinggi dari undang-undang
 Hanya dapat diubah dengan tata cara khusus/istimewa
3) Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme and not
supreme constitution).
Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan
peraturan perundang-undangan). Sedangkan konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak
mempunyai kedudukan serta derajat seperti konstitusi derajat tinggi.
4) Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary Constitution).
Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang bersangkutan. Dalam suatu negara
serikat terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara
bagian. Hal itu diatur di dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam
konstitusi negara kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah
pusat.
5) Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executive
and Parliamentary Executive Constitution).
Ciri ciri Konstitusi sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain:
 Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga memiliki kedudukan
sebagai Kepala Pemerintahan
 Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih
 Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat memerintahkan
pemilihan umum
Ciri ciri Konstitusi sistem pemerintahan parlementer memiliki ciri-ciri (Sri Soemantri) :
 Kabinet dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang dibentuk berdasarkan kekuatan yang
menguasai parlemen
 Anggota kabinet sebagian atau seluruhnya dari anggota parlemen
 Presiden dengan saran atau nasihat Perdana menteri dapat membubarkan parlemen dan
memerintahkan diadakan pemilihan umum.
Tujuan-tujuan konstitusi Negara Indonesia tersebut secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi
tiga tujuan, yaitu:
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaliguspengawasan terhadap
kekuasaan politik;
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan daripenguasa itu sendiri;
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagipara penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya

Lembaga-Lembaga Negara Republik Indonesia Menurut UUD NRI Tahun 1945.


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai konstitusi Indonesia
mengatur keberadaan lembaga-lembaga negara mulai tugas, fungsi, wewenang sampai pada
susunan dan kedudukannya. Aturan dalam konstitusi ini dijabarkan oleh undang-undang, yaitu dalam
UU Nomor
42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, UU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah
Agung, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Mahkamah Konstitusi, UU Nomor 18 Tahun
2011 tentang Komisi Yudisial, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang BPK, Kekuatan suprastruktur
politik yang tergolong ke dalam lembaga tinggi negara Indonesia adalah sebagai berikut.
Kekuatan Suprastruktur Politik dalam Lembaga Tinggi Negara Indonesia
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
4. Presiden/Wakil Presiden
5. Mahkamah Agung
6. Mahkamah Konstitusi
7. Komisi Yudisial
8. Badan Pemeriksa Kekuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
1. Anggota MPR terdiri dari DPR dan DPD (Pasal 2 (1) UUD 1945).
2. Anggota MPR berjumlah sebanyak 550 anggota dan DPD berjumlah sebanyak 4x jumlah
provinsi anggota DPD (UU Nomor 22 tahun 2003).
3. MPR adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, bukan lembaga
tertinggi negara.
4. Tugas dan wewenang MPR adalah berwenang mengubah dan menetapkan UUD, melantik
Presiden dan/atau Wakil Presiden dan hanya dapat memberhentikan Presiden dan Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD NRI Tahun 1945 sesuai Pasal 3 ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3).
5. MPR juga memiliki hak dan kewajiban seperti diatur dalam UU Nomor 22 tahun 2003 tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.
Presiden
a.         Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam satu pasangan calon (Pasal 6
A ayat (1) UUD NRI Tahun 1945).
b.        Syarat menjadi presiden diatur lebih lanjut dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 6 ayat (2) UUD
NRI Tahun 1945.
c.         Kekuasaan presiden menurut UUD NRI Tahun 1945.
1.  Membuat Undang-Undang bersama DPR (Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20)
2. Menetapkan Peraturan Pemerintah (Pasal 5 (2))
3. Memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, laut dan udara (Pasal 10)
4. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain atas
persetujuan DPR (Pasal 11)
5. Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12)
6. Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan pertimbangan DPR
(Pasal 13)
7. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA (Pasal 14 ayat (1))
8. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14 ayat (2))
9. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan (Pasal 15)
10. Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberikan pertimbangan dan nasihat
kepada presiden (Pasal 16)
11. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara (Pasal 17)
12. Mengajukan RUU APBN (Pasal 23)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
1. Anggota DPR dipilih melalui Pemilu (Pasal 19 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945).
2. Fungsi DPR adalah fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan (Pasal 20 ayat
(1) UUD NRI Tahun 1945).
3. Hak anggota DPR adalah hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat (Pasal
20 A ayat (2) UUD NRI Tahun 1945).
4. Hak anggota DPR, hak mengajukan pertanyaan, hak menyampaikan usul/pendapat dan hak
imunitas (Pasal 20 A ayat (3) UUD NRI Tahun 1945).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
a)      BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri dengan tugas khusus untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (Pasal 23E ayat (1) UUD NRI Tahun 1945).
b)      Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD (Pasal 23E ayat (2) UUD
NRI Tahun 1945).
Mahkamah Agung (MA)
a.       MA merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman di samping sebuah
Mahkamah Konstitusi di Indonesia (Pasal 24 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945).
b.      MA membawahi peradilan di Indonesia (Pasal 24 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945).
c.       Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakan hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945).
Mahkamah Konstitusi
       I.  Mahkamah konstitusi memiliki kewenangan :
1)      Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir UU terhadap UUD NRI Tahun 1945
2)      Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
NRI Tahun 1945.
3)      Memutus pembubaran partai politik.
4)      Memutus hasil perselisihan tentang Pemilu (Pasal 24C ayat (1) UUD NRI Tahun 1945)
5)      Memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai pelanggaran Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut UUD (Pasal 24C ayat (2) UUD NRI Tahun 1945).
    II.  Mahkamah Konstitusi beranggotakan sembilan orang, 3 anggota diajukan MA,   3 anggota
diajukan DPR dan tiga anggota diajukan Presiden.
Komisi Yudisial (KY)
a.       KY adalah lembaga mandiri yang dibentuk Presiden atas persetujuan DPR (Pasal 24B ayat (3)
UUD NRI Tahun 1945).
b.      KY berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung serta menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim (Pasal 24 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945).
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
a.       DPD merupakan bagian keanggotaan MPR yang dipilih melalui Pemilu dari setiap provinsi.
b.      DPD merupakan wakil-wakil provinsi.
c.       Anggota DPD berdomisili di daerah pemilihannya, selama bersidang bertempat tinggal di
ibukota negara RI (UU Nomor 22 tahun 2003).
d.      DPD berhak mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah
dan yang berkaitan dengan daerah
KESIMPULAN
Saat ini negara Indonesia menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi. UUD 1945 berisi hal-hal
prinsip negara Indonesia. Hal-hal itu mencakup tentang dasar negara, tujuan negara, bentuk negara,
bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan dan pembagian kekuasaan. Sampai saat ini pun
Indonesia tetap menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi negara karena Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik seperti yang dijelaskan di UUD 1945. Menurut UUD 1945 Sistem
pemerintahan negara Indonesia adalah Kabinet Presidensial menurut sistem ini presiden adalah
penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi dibawah MPR.
Negara Indonesia sudah benar menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi karena Indonesia
berbentuk republik dan di pimpin oleh seorang presiden seperti yang tercantum dalam UUD 1945.
http://pusatpintar.blogspot.com/2012/04/pengertian-konstitusi-tujuan-konstitusi.html
pengertian konstitusi , tujuan konstitusi , pentingnya konstitusi ,
konstitusi demokratis

KONSTITUSI
1.    PENGERTIAN KONSTITUSI
Konstitusi memiliki istilah lain “constitution”,
“vervasung” atau “constitute”. Sementara undang-undang
dasar (UUD) memiliki istilah lain Grondwet atau Gungesets.
Namun, dalam kehidupan sehari-hari, konstitusi terbiasa
diterjemahkan sebagai undang-undang dasar. Padhal menurut
pendapat sarjana /ahli pengertian konstitusi lebih luas dari
pada pengertian UUD. Pengertian konstitusi mencakup
keseluruhan peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang mengatur dan mengikat Cara-cara suatu
pemerintah Negara diselenggarakan. Adapun UUD adalah
naskah tertulis yang merupakan undang-undang tertinggi yang
berlaku dalam suatu Negara. Isi UUD merupakan peraturan
yang bersifat fundamental, yaitu bersifat pokok, dasar dan
asas-asas. Penjabaran dan pelaksanaan dari aturan-aturan
pokok (isi UUD) diserahkan (diatur) kepada peraturan yang
lebih rendah dari pada  UUD.
Istilah konstitusi mempunyai tiga pengertian, yaitu
konstitusi dalam arti luas, arti tengah, dan konstitusi dalam arti
sempit. Berikut dijelaskan satu per satu mengenai pengertian
konstitusi tersebut.
a.     Pengertian konstitusi dalam arti luas
Istilah constitutional law dalam bahasa inggris berarti
hukum tata negara.Konstitusi yang berarti hokum tata Negara
adalah  keseluruhan aturan dan ketentuan (hukum) yang
menggambarkan system ketatanegaraan suatu Negara.
b.    Pengertian konstitusi dalam arti tengah
Konstitusi berarti hukum dasar, yaitu keseluruhan aturan
dasar, baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan suatu
Negara. Dalam bahasa Belanda, constitutie berarti hukum
dasar yang terdiri atas grondwet (grond= dasar,  wet= undang-
undang) atau UUD dan konvensi atau kebiasaan
ketatanegaraan.
c.     Pengertian konstitusi dalam arti sempit
Konstitusi yang berarti undang-undang dasar adalah
satu atau beberapa dokumen yang memuat aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok atau dasar dari
ketatanegaraan suatu bangsa atau Negara. Konstitusi berarti
undang-undang dasar contohnya adalah The Constitution of
The United States of America, berarti undang-undang dasar
Amerika.
Menurut pendapat Prof. Mriam Budiardjo, Penyusun
UUD 1945 (BPUPKI) menganut pikiran membedakan antara
konstitusi dan undang-undang dasar, sebab dalam penjelasan
UUD1945 dikatakan, “Undang-undang dasar suatu Negara
ialah hanya sebagian dari hukum dasarnya Negara itu.
Undang-undang dasar ialah hokum dasar yang tertulis, sedang
disamping undang-undang dasar iti berlaku juga hukum dasar
yang tidak tertulis. Ialah aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negar, meskipun
tidak tertulis”.
2.    TUJUAN KONSTITUSI
Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian
masyarakat(kontrak sosial), artinya bahwa konstitusi
merupakan konklusi dari kesepakatan masyarakat untuk
membina negara dan pemerintahanyang akan mengatur
mereka.Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak
asasi manusia dan warga negara sekaligus penentuan batas-
batas hak dan kewajibanwarga negara dan alat-alat
pemerintahannya.
Loewenstein  mengatakan bahwa konstitusi merupakan
sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan.
Sementara menurut Bagir Manan, hakikatdari dari konstitusi
merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau
konstitunalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan
pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk
membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak
yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan
yang berdaulat. oleh karena itu, tujuan-tujuan adanya konstitusi
tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
       Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik. 
       Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan
dari penguasa itu sendiri.
       Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan
bagipara penguasa dalam menjalankan kekuasaannya.
       Konstitusi bertujuan melindungi hak asasi manusia (HAM).
       Konstitusi merupakan pedoman penyelenggaraan
negara maksudnya tanpa adanya pedoman Negara kita tidak
akan berdiri dengan kokoh.

3.  PentingnyaKonstitusi dalam Suatu


Negara
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan
suatu Negara merupakan sesuatu hal yang sangat krusial,
karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah
negara. Dalam lintasan sejarah hingga awal abadke-21 ini,
hampir tidak ada negara yang tidak memiliki konstitusi. Hal
ini menunjukkan betapa urgennya konstitusi sebagai suatu
perangkat negara. Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata
uang yang satu sama lain tidak terpisahkan. Konstitusi atau
Undang-undang Dasar merupakan suatu hal yang sangat
penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas,
sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur
bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Bagir Manan
mengatakan bahwa hakikat konstitusi merupakan perwujudan
paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme yaitu
pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satupihak dan
jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap
penduduk dipihak lain.Sejalan dengan perlunya konstitusi
sebagai instrumen untuk membatasi kekuasaan dalam suatu
Negara.
Miriam Budiardjo mengatakan:“Di dalam negara-negara
yang mendasarkan dirinya atas demokrasikonstitusional,
Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi yang khas,yaitu
membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa
sehinggapenyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-
wenang. Dengandemikian diharapkan hak-hak warga negara
akan lebih terlindungi.”(Budiardjo, 1978: 96).
Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi
batas kekuasaan tersebut, Kusnardi menjelaskan bahwa
konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi ke dalam 2 (dua)
bagian, yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan
membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam
negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang
memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap
sebagai organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat
dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang
menetapkan bagaimana kekuasaan dibagai di antara beberapa
lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga
digunakan sebagaialat untuk menjamin hak-hak warga negara.
Hak-hak tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak untuk
hidup, kesejahteraan hidup, dan hak kebebasan.Mengingat
pentingnya konstitusi dalam suatu negara ini, Struycken dalam
bukunya “Het Staatsrecht van Het Koninkrijk der Nederlander ”
menyatakan bahwa Undang-undang Dasar sebagai konstitusi
tertulis merupakan dokumen formal yang berisikan: 
     Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau. 
      Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan
bangsa.  
     Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik
untuk waktu sekarang maupun untuk waktu yang akan dating.
 Suatu keinginan, di mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin. Keempat materi yang
terdapat dalam konstitusi atau undang-undang tersebut,
menunjukkan arti pentingnya suatu konstitusi yang menjadi
barometer kehidupan bernegara dan berbangsa, serta
memberikan arahan dan pedoman bagi generasi penerus
bangsa dalam menjalankan suatu negara. Dan pada
prinsipnya, semua agenda penting kenegaraan serta prinsip-
prinsip dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara, telah tercover  dalamkonstitusi (Thaib, 2001: 65).
Dari beberapa pakar yang menjelaskan mengenai
urgensi konstitusi dalam sebuah negara, maka secara umum
dapat dikatakan bahwa eksistensi konstitusi dalam suatu
negara merupakan suatu keniscayaan, karena dengn adanya
konstitusi akan tercipta pembatasan kekuasaan melalui
pembagian wewenang dan kekuasaan dalam menjalankan
negara. Selain itu, adanya konstitusi juga menjadi suatu hal
yang sangat penting untuk menjamin hak-hak asasi warga
negara, sehingga tidak terjadi penindasan dan
perlakuansewenang-wenang dari pemerintah.

4. KonstitusiDemokratis
Sebagaimana dijelaskan di awal, bahwa konstitusi
merupakan aturan-aturandasar yang dibentuk untuk mengatur
dasar hubungan kerjasama antara negaradan masyarakat
(rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara.Sebagai sebuah aturan dasar yang mengatur
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara
Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan
yang demokratis bagi seluruh warga Negara. Dengan kata lain,
Negara yang memilih demokrasi sebagai pilihannya, maka
konstitusi yang dapat dikatakan demokratis mengandung
prinsip-prinsip dasar demokrasi dalam kehidupan bernegara:
1.   Menempatkan warga Negara sebagai sumber utama
kedaulatan.
2.   Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas.
3.   Pembatasan pemerintahan.
4.   Pembatasan dan pemisahan kekuasaan Negara yang
meliputi.
a.     Pemisahan wewenang kekuasaan.
b.    Kontrol dan keseimbangan lembaga – lembaga pemerintahan.
c.      Proses hokum.
d.    Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme peralihan  
kekuasaaan.

Posted by wenang at 8:16 PM 


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: kewargabegaraan
1 comment:

1.

Eufrond PaduansiMarch 14, 2019 at 4:20 PM

terima kasih

PENUTUP

Kesimpulan
            Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
            Konstitusi adalah hukum dasar tertulis ataupun hukum dasar tak tertulis. Konstitusi
yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-undang 1945 yang dibentuk sejak
Indonesia sukses memproklamasikan kemerdekaannya. Karena Indonesia ingin berdiri
sendiri sebagai suatu negara yang mengurus rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan
negara lain.

            Dengan terjadinya perkembangan sistem kenegaraan, maka baik perubahan,


pertambahan, maupun pengurangan, atau yang biasa disebut amandemenpun dilakukan
terhadap isi UUD 1945. Hingga akhirnya menjadi Undang-undang Dasar 1945 Hasil
Amandemen.1.      Setelah empat kali melakukan amandemen UUD 1945, yang sejatinya dilakukan untuk
menutupi kelemahan sebelumnya namun ternyata hasil dari amandemen tersebut menimbulkan beberapa
kelemahan lagi. Hal ini menyebabkan terjadi pengelompokan sikap masyarakat. Satu kelompok menghendaki
UUD 1945 dikembalikan kepada yang asli, kelompok lainnya menginginkan diadakan lagi perubahan atau
amendemen kelima UUD 1945, dan kelompok terakhir tetap pada UUD 1945 pasca-amendemen.
                        Ada beberapa faktor menyangkut kelemahan UUD 1945 pasca-amendemen. Pertama, adanya

kekaburan dan inkonsistensi teori dan materi muatan UUD 1945. Kedua, kekacauan struktur dan sistematisasi
pasal-pasal UUD 1945. Ketiga, ketidaklengkapan konstitusi dan pasal-pasal yang multi-interpretatif, yang
menimbulkan instabilitas hukum dan politik.
 Selama ini MPR dalam membahas dan memutuskan perubahan UUD 1945 sebelumnya tidak membuat

dan memiliki content draft konstitusi secara utuh sebagai langkah awal yang menjadi dasar perubahan
(preliminary) yang dapat ditawarkan kepada publik untuk dibahas dan diperdebatkan.
 Sebagai solusi terhadap perubahan konstitusi haruslah deserahkan kepada Komisi Konstitusi

atau Constitutional Commission yang independen, sehingga kata “dibuat” dalam diktum “konstitusi dibuat oleh
Badan Pembuat Undang-Undang Dasar” akan terpenuhi.

B.     Saran
Setelah menyimpulkan hasil pembahasan dari makalah ini berdasarkan teori-teori yang ada, maka
Kami mencoba untuk memberikan masukan atau saran sebagai berikut:
1.                  Bagi pemerintah,  kami menyarankan agar berhati-hati dalam melakukan perubahan ataupun melaksanakan
Undang-Undang agar tetap terjalin keselarasan antara Dasar Negara dan Konstitusi.
2             Bagi pembaca, kami menyarankan agar dapat mengambil hal-hal positif dari makalah ini untuk pembelajaran
dan lebih banyak membaca buku yang berkaitan dengan Dasar Negara dan Konstitusi agar lebih memahami
makna dari kedua hal tersebut.
Demikianlah makalah yang berjudul ‘Konstitusi dan UUD 1945’ ini kami tulis dengan harapan dapat
menjadi manfaat bagi setiap pembaca khususnya penulis. Bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini saya
memohon maaf, karena tidak ada manusia yang sempurna dalam mengerjakan apapun.

DAFTAR PUSTAKA

http://pandidikan.blogspot.com/2011/04/sejarah-konstitusi-dan-amandemen-uud.html diakses pada tanggal 25


Maret 2012 pukul 20.13 WITA

http://news.detik.com/read/2006/07/12/200512/634568/10/uud-hasil-amandemen-banyak-kelemahan?
nd992203605 diakses pada tanggal 25 Maret 2012 pukul 20.19 WITA

http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Permusyawaratan_Rakyat diakses pada tanggal 25 Maret 2012 pukul 20.27


WITA

http://jakarta45.wordpress.com/2009/08/25/politik-amandemen-kelima-uud-1945/ diakses pada tanggal 25


Maret 2012 pukul 20.54 WITA

http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Konstitusi_Indonesia diakses pada tanggal 25 Maret 2012 pukul 21.19


WITA

http://www.scribd.com/doc/23377266/makalah-pancasila diakses pada tanggal 25 Maret 2012 pukul 21.48


WITA

PERSAMAAN dan PERBEDAAN UUD dan KONSTITUSI


Persamaan UUD & Konstitusi adalah sama- sama peraturan yang ditetapkan lembaga hukum
remsi (Pemerintah).
PERBEDAANNYA
UUD adalah peraturan yang menjadi dasar seluruh peraturan ,konstitusi, atau  Perundang-
undangan disebuah negara, Tidak sah sebuah konstitusi tanpa mengacu pada UUD.sedangkan
KONSTITUSI adalah Semua ketentuan,peraturan, atau perundang-undangan, termasuk
didalamnya UUD itu sendiri.

Menurut saya hubungannya  bahwa suasana kebatianan UUD1945 dan cita-cita hukum UUD
1945 tidak lain adalah bersumber kepada atau dijiwai dasar falsafah negara pancasila.
Disinilah arti dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara.
Jadi pancasila adalah jiwa, sumber dan landasan UUD 1945. secara teknis dapat dikatakan
bahwa pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam pembukaanUUD 1945 adalah garis besar
cita-cita yang terkandung dalam pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok-
pokok nilai-nilai pancasila yang disusun dalam pasal-pasal.

 
Perbedaan antara UUD dan Konstitusi

UUD Konstitusi
Memuat peraturan tertulis saja. Memuat peraturan tertulis dan lisan.
Bersifat dasar dan belum memiliki Bersifat dasar, belum memiliki sanksi
sanksi pemaksa atau sanksi pidana bagi pemaksa atau sanksi pidana bagi
penyelenggaraanya. penyelenggaraanya, timbul dan
terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun
tidak tertulis.
Mengandung pokok-pokok sebagai Memuat ketentuan-ketentuan sebagai
berikut: berikut:
  Adanya jaminan terhadap HAM dan   Organisasi negara, misalnya pembagian
warganya kekuasaan antar badan legislatif,
  Ditetapkan susunan ketatanegaraan eksekutif, dan yudikatif
suatu negara yang bersifat fundamental   HAM
  Adanya pembagian dan pembatasan   Prosedur mengubah UUD
tugas ketatanegaraan yang juga bersifat   Ada kalanya memuat larangan untuk
fundamental mengubah sifat tertentu dari UUD
Contoh : UUD NKRI 1945 Contoh : Konstitusi RIS 1949

Anda mungkin juga menyukai