Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME sebagai pencipta dan pengatur kehidupan di
dunia, karena hanya dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
berterima kasih pada Bapak Drs.H.Akhiruddin Tanjung,M.Pd. selaku Dosen mata kuliah
PPKN yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Terima kasih pula kepada teman-teman di fakultas ekonomi Universitas Prima Indonesia yang telah
memberikan sumbangsih sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan sebuah tugas dalam mata kuliah Ekonomi. Konstitusi yang dibuat oleh penulis guna
menunjang proses belajar di perguruan tinggi yang kini tengah dijalani oleh penulis. Adapun judul makalah ini
adalah “Konstitusi dan UUD 1945”. Di dalam makalah ini dijelaskan tentang konstitusi yang berlaku di
Indonesia serta perubahan konstitusi yang telah berlangsung beberapa kali serta kelemahan-kelemahan yang
timbul pasca amandemen tersebut. Selain itu solusi tentang pembentukan Komisi Konstitusi juga akan dibahas
secara lebih jelas lagi. Sebagai mahasiswa ekonomi sudah menjadi kewajiban bagi penulis untuk lebih
memahami tentang konstitusi yang menjadi dasar hukum di negeri ini. Pemahaman tentang konstitusi akan
berdampak pula pada pemahaman filosofi hukum yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu dengan pembuatan
makalah ini, penulis berharap pemahaman penulis serta pembaca tentang konstitusi di Indonesia akan lebih baik.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Konstitusi dan UUD 1945. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum. Terbukti dengan adanya konstitusi yang berlaku di
Indonesia yaitu Undang – Undang Dasar 1945, seperti yang kita kenal saat ini. Tapi seolah-
olah warga negara Indonesia, tidak menganggap adanya UUD 1945 tersebut. Terbukti bahwa
mereka sangat tidak menghiraukan hukum, dengan melakukan berbagai macam
penyimpangan-penyimpangan hukum, baik hukum sosial, maupun Hak Asasi Manusia
(HAM).
Pengetahun ataupun materi tentang Undang-undang Dasar 1945 harus kita pelajari
sejak dini. Yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kita. Apalagi selaku tunas bangsa
yang nantinya akan ikut memimpin negeri ini harus mengetahui segala hal yang berkaitan
dengan kenegaraan termasuk Undang-undang Dasar 1945.
Sejak 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memulai sejarahnya sebagai sebuah bangsa yang masih
muda dalam menyusun pemerintahan, politik, dan administrasi negaranya. Landasan berpijaknya adalah
ideologi Pancasila yang diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri beberapa minggu sebelumnya dari penggalian
serta perkembangan budaya masyarakat Indonesia dan sebuah Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pra Amandemen yang baru ditetapkan keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) tersebut mengatur
berbagai macam lembaga negara dari Lembaga Tertinggi Negara hingga Lembaga Tinggi Negara. Konsepsi
penyelenggaraan negara yang demokratis oleh lembaga-lembaga negara tersebut sebagai perwujudan dari sila
keempat yang mengedepankan prinsip demokrasi perwakilan dituangkan secara utuh didalamnya. Kehendak
untuk mengejawantahkan aspirasi rakyat dalam sistem perwakilan, untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Bung
Karno, pada pidatonya tanggal 01 Juni 1945. Muhammad Yamin juga mengemukakan perlunya prinsip
kerakyatan dalam konsepsi penyelenggaraan negara. Begitu pula dengan Soepomo yang mengutarakan idenya
akan Indonesia merdeka dengan prinsip musyawarah dengan istilah Badan Permusyawaratan. Ide ini didasari
oleh prinsip kekeluargaan, dimana setiap anggota keluarga dapat memberikan pendapatnya.
Dalam rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Soepomo menyampaikan bahwa ‘’Badan
Permusyawaratan’’ berubah menjadi ‘’Majelis Permusyawaratan Rakyat’’ dengan anggapan bahwa majelis ini
merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, yang mana anggotanya terdiri atas seluruh wakil rakyat,
seluruh wakil daerah, dan seluruh wakil golongan. Konsepsi Majelis Permusyawaratan Rakyat inilahang
akhirnya ditetapkan dalam Sidang PPKI pada acara pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen).
Salah satu wewenang MPR hingga saat ini yaitu mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, anggota MPR tidak dapat mengusulkan pengubahan terhadap Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 (satu pertiga) dari jumlah anggota MPR. Setiap usul pengubahan diajukan secara
tertulis dengan menunjukkan secara jelas pasal yang diusulkan diubah beserta alasannya.
Usul pengubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan kepada
pimpinan MPR. Setelah menerima usul pengubahan, pimpinan MPR memeriksa kelengkapan persyaratannya,
yaitu jumlah pengusul dan pasal yang diusulkan diubah yang disertai alasan pengubahan yang paling lama
dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima pimpinan MPR. Dalam pemeriksaan, pimpinan MPR
mengadakan rapat dengan pimpinan fraksi dan pimpinan Kelompok Anggota MPR untuk membahas
kelengkapan persyaratan.
Jika usul pengubahan tidak memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR memberitahukan
penolakan usul pengubahan secara tertulis kepada pihak pengusul beserta alasannya. Namun, jika pengubahan
dinyatakan oleh pimpinan MPR memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR wajib menyelenggarakan
sidang paripurna MPR paling lambat 60 (enam puluh) hari. Anggota MPR menerima salinan usul pengubahan
yang telah memenuhi kelengkapan persyaratan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum dilaksanakan sidang
paripurna MPR.
Sidang paripurna MPR dapat memutuskan pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota
ditambah 1 (satu) anggota.
Selama kurun waktu sejak negara ini berdiri, UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan
(amandemen). Amandemen jelas bisa saja terjadi, dikarenakan peradaban manusia yang bisa
saja berubah. Maka dari itu amandemen dilakukan demi menyesuaikan kebutuhan manusia
berdasarkan zamannya.
Nilai konstitusi yaitu:
1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan
bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata
berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan
konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi tidak
sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak berlaku / tidsak
seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan
penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai
alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.
Macam – macam konstitusi
1. Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:
Konstitusi tertulis (dokumentary constiutution / writen constitution) adalah aturan – aturan
pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar lainnya
yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum negara.
Konstitusi tidak tertulis / konvensi (nondokumentary constitution) adalah berupa kebiasaan
ketatanegaraan yang sering timbul.
Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 terdiri dari :
1. Pembukaan (4 alinea) yang pada alinea ke-4tercantum dasar negara yaitu Pancasila;
2. Batang Tubuh (isi) yang meliputi :
1. 16 Bab;
2. 37 Pasal
3. 4 aturan peralihan;
4. 2 Aturan Tambahan.
UUD 1945 digantikan oleh Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS) pada
27 Desember 1949, pada 17 Agustus 1950 Konstitusi RIS digantikan oleh Undang-undang
Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, UUD 1945
dinyatakan berlaku kembali di Indonesia hingga saat ini. Hingga tanggal 10 Agustus 2002,
UUD 1945 telah empat kali diamandemen oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
a. Pasal 1 ayat (2) berbunyi : Kedaulatan adalah ditanag rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR
Diubah menjadi : Kedaulatan berada di tanagn rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
b. Ditambah Pasal 6A : Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat
c. Pasal 8 ayat (1) berbunyi : Presiden ialah orang Indonesai asli;
Diubah menjadi : Calon Presiden dan wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak
kelahirannya
d. Pasal 24 tentang kekuasaan kehakiman ditambah:
1. Pasal 24B: Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung
3. Pasal 24C : mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD (dan menurut
amandemen IV) UUD 1945, Komisi dan Konstitusi ditetapkan dengan ketentuan MPR
bertugas mengkaji ulang keempat amandemen UUD 1945 pada tahun 2003
4. Perubahan IV diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002 Pada amandemen IV ini, pasal-
pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu: pasal-pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat
(3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1) s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4)
dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan Peralihan Pasal I s/d III, aturan
Tambahan pasal I dan II. Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 2 ayat (1) berbunyi : MPR terdiri atas anggota-anggota dan golongan-golongan menurut
aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang;
Diubah menjadi : MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilihan
Umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
b. Bab IV pasal 16 tetang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus. Diubah
menjadi : Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam Undang-undang
c. Pasal 29 ayat (1) berbunyi : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal ini tetap
tidak berubah (walaupun pernah diusulkan penambahan 7 kata : dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya)
d. Aturan Peralihan Pasal III : Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17
Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amandemen I,II,III dan IV terhadap UUD
1945, maka sejak 10 Agustus 2002 Ketatanegaraan Republik Indonesia telah mengalami
perubahan sebagai berikut :
a. Pasal 1 ayat (2): MPR bukan lagi pemegang kedaulatan (kekuasaan tertinggi) di Indonesia,
melainkan rakyat Indonesia yang memegang kedaulatan, MPR bukan Lembaga tertinggi
Negara lagi. MPR, DPR, dan Presiden yang bertanggung jawab kepada rakyat melalui
Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden yang melangar hukum tidak akan terpilih
dalam pemilihan umum yang akan datang.
c. Pasal 5 ayat (1): Presiden bukan lagi pembentuk undang-undang, tetapi berkedudukan sebagai
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan (Lembaga Eksekutif, Pemerintahan/Pelaksana
Undang-undang)
d. Pasal 6 ayat (1) dan 6A: Presiden Indonesia tidak harus orang Indonesia asli, tetapi calon
Presiden dan Wakil Presiden harus warga Negara Indonesia sejak kelahirannya. Presdien dan
Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat (bukan secara tidak langsung oleh MPR,
sedangkan DPR dipilih rakyat)
e. Pasal 7: Presiden dan Wakil Presiden hanya dapat memegang jabatan selama paling lama 2 x
5 tahun : 10 tahun (dahulu Presiden memegang jabatan selama lebih dari 30 tahun, bahkan
seumur hidup).
f. Pasal 14: Presiden memberi :
Grasi dan Rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung
K.C. Wheare, seorang ahli hukum konstitusi Inggris, menjelaskan tentang arti penting
konstitusi berderajat tertinggi atau supreme constitution. Pada intinya, kedudukan konstitusi
dilihat dari aspek hukum mempunyai derajat tertinggi atau supremasi. Dasar pertimbangan
supremasi konstitusi terdapat beberapa hal, yakni: 1) konstitusi dibuat oleh Badan Pembuat
Undang-Undang Dasar; 2) konstitusi dibentuk atas nama rakyat, berasal dari rakyat, kekuatan
berlakunya dijamin oleh rakyat, dan ia harus dilaksanakan langsung kepada masyarakat untuk
kepentingan mereka; dan 3) konstitusi ditetapkan oleh lembaga atau badan yang diakui
keabsahannya.
Mencermati diktum pertama dasar pertimbangan supremasi konstitusi di atas, bahwa
untuk melakukan perubahan UUD 1945 merupakan sesuatu yang bersifat spesifik. Untuk
membuatnya haruslah ditangani oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan dan
kompetensi untuk itu, dilakukan seleksi yang ketat oleh MPR secara terbuka, transparan, dan
diketahui oleh publik. Jadi perubahan UUD 1945 tidak ditangani oleh MPR, karena
keterlibatan unsur partisan akan menjadikan setiap proses pembicaraan sebagai wahana untuk
mendesakkan kepentingan masing-masing. Mereka lupa untuk memikirkan kepentingan
rakyat, dan tak jarang pula menimbulkan berbagai konflik. Sebagai solusi terhadap perubahan
konstitusi haruslah deserahkan kepada Komisi Konstitusi atau Constitutional
Commission yang independen, sehingga kata “dibuat” dalam diktum pertama akan terpenuhi.
Sejalan dengan adanya Komisi Konstitusi, Haysom mengemukakan adanya empat
proses pembuatan konstitusi yang demokratis, yaitu: 1) by a democratically constituted
assembly; 2) by a democratically elected parliament; 3) by a popular referendum; dan 4) by
a popularly supported constitutional commission.
Dengan cara keempat, sebagai salah satu proses pembuatan konstitusi di atas,
merupakan konstitusi yang kokoh bagi suatu negara konstitusional (constitutional state) yang
mampu menjamin suatu demokrasi yang berkelanjutan (a sustainable democracy), juga harus
merupakan konstitusi yang legitimate, dalam arti proses pembuatannya harus secara
demokratis, diterima dan didukung sepenuhnya oleh seluruh komponen masyarakat dari
berbagai aliran dan faham, aspirasi, dan kepentingan.
Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan efektif, Komisi Konstitusi harus memiliki
tugas dan wewenang, yaitu: a) melakukan penyelidikan dalam rangka penyusunan naskah
konstitusi; b) melakukan upaya-upaya untuk memperoleh masukan dari publik dan lembaga-
lembaga negara; c) menyusun masukan di masyarakat menjadi naskah rancangan konstitusi
secara komprehensif untuk disahkan; dan d) melakukan sosialisasi naskah rancangan
konstitusi kepada publik.
Dimasukkannya tugas dan wewenang Komisi Konstitusi untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka penyusunan konstitusi dan untuk merumuskan naskah konstitusi,
merupakan tujuan utama dari pembentukan komisi ini. Tugas dan wewenang untuk
melakukan upaya guna menerima masukan dan sosialisasi naskah pada publik, dimaksudkan
untuk melibatkan secara aktif peran-serta masyarakat dalam penyusunan konstitusi.
Sementara itu, keanggotaan Komisi Konstitusi harus terdiri atas: 1) pakar dari
berbagai disiplin ilmu; 2) perwakilan dari tiap daerah di Indonesia. Secara keseluruhan,
anggota Komisi Konstitusi haruslah non-partisan, dengan komposisi yang mencerminkan
kesetaraan jender, keadilan agama dan etnis, serta mengakomodasi unsur dan kepentingan
daerah.
Keanggotaan Komisi Konstitusi di atas, diyakini dapat menjembatani secara optimal
mayoritas kepentingan-kepentingan rakyat Indonesia terhadap materi muatan konstitusi yang
akan dibuat, sekaligus meminimalisasi materi muatan konstitusi yang berorientasi jangka
pendek dan sarat kepentingan sekelompok orang atau golongan.
Komisi Konstitusi harus mendapatkan legitimasi yang kuat, baik secara konstitusional
maupun oleh rakyat, demikian pula hasilnya. Seleksi Ketua dan Angota Komisi Konstitusi –
diangkat oleh MPR dalam Sidang Tahunan – melalui proses yang transparan, partisipatif, dan
akuntabel. Waktu pelaksanaan seleksi harus memadahi, tidak terlalu singkat, untuk
mengoptimalkan partisipasimasyarakat.
Komisi Konstitusi ini diangkat oleh MPR dengan pertimbangan, bahwa MPR
merupakan lembaga yang berwenang untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang
Dasar, berdasarkan atas ketentuan Pasal 3 ayat (1) UUD 1945 setelah perubahan.
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana
pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam konstitusi itu
mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi dikatakan pula sebagai
hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara.
1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan konstitusionalisme adalah
landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit.
Konstitusi dalam arti luas meliputi undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan
perundang-undangan lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa Undang-Undang
Dasar(Astim Riyanto, 2009).
2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak
warganegara akan lebih terlindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl
Joachim Friedrich dijelaskan sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan
kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa
pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untu pemerintahan
itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah (Thaib dan Hamidi,
1999).
3. Konstitusi berfungsi:
a. membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya;
b. memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang dicitacitakan tahap
berikutnya;
c. dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraantertentu
yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya;
d. menjamin hak-hak asasi warga negara
Semua pasal tersebut berisi aturan dasar yang mengatur kekuasaan Presiden, baik sebagai kepala
negara maupun kepala pemerintahan. Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara
Indonesia didunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri -
menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas - tugas
pemerintah sehari - hari. Aturan - aturan dasar dalam UUD NRI 1945 tersebut merupakan bukti
adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Tidak dapat kita bayangkan bagaimana
jadinya jika kekuasaan pemerintah tidak dibatasi.
KONSTITUSI
1. PENGERTIAN KONSTITUSI
Konstitusi memiliki istilah lain “constitution”,
“vervasung” atau “constitute”. Sementara undang-undang
dasar (UUD) memiliki istilah lain Grondwet atau Gungesets.
Namun, dalam kehidupan sehari-hari, konstitusi terbiasa
diterjemahkan sebagai undang-undang dasar. Padhal menurut
pendapat sarjana /ahli pengertian konstitusi lebih luas dari
pada pengertian UUD. Pengertian konstitusi mencakup
keseluruhan peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang mengatur dan mengikat Cara-cara suatu
pemerintah Negara diselenggarakan. Adapun UUD adalah
naskah tertulis yang merupakan undang-undang tertinggi yang
berlaku dalam suatu Negara. Isi UUD merupakan peraturan
yang bersifat fundamental, yaitu bersifat pokok, dasar dan
asas-asas. Penjabaran dan pelaksanaan dari aturan-aturan
pokok (isi UUD) diserahkan (diatur) kepada peraturan yang
lebih rendah dari pada UUD.
Istilah konstitusi mempunyai tiga pengertian, yaitu
konstitusi dalam arti luas, arti tengah, dan konstitusi dalam arti
sempit. Berikut dijelaskan satu per satu mengenai pengertian
konstitusi tersebut.
a. Pengertian konstitusi dalam arti luas
Istilah constitutional law dalam bahasa inggris berarti
hukum tata negara.Konstitusi yang berarti hokum tata Negara
adalah keseluruhan aturan dan ketentuan (hukum) yang
menggambarkan system ketatanegaraan suatu Negara.
b. Pengertian konstitusi dalam arti tengah
Konstitusi berarti hukum dasar, yaitu keseluruhan aturan
dasar, baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan suatu
Negara. Dalam bahasa Belanda, constitutie berarti hukum
dasar yang terdiri atas grondwet (grond= dasar, wet= undang-
undang) atau UUD dan konvensi atau kebiasaan
ketatanegaraan.
c. Pengertian konstitusi dalam arti sempit
Konstitusi yang berarti undang-undang dasar adalah
satu atau beberapa dokumen yang memuat aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok atau dasar dari
ketatanegaraan suatu bangsa atau Negara. Konstitusi berarti
undang-undang dasar contohnya adalah The Constitution of
The United States of America, berarti undang-undang dasar
Amerika.
Menurut pendapat Prof. Mriam Budiardjo, Penyusun
UUD 1945 (BPUPKI) menganut pikiran membedakan antara
konstitusi dan undang-undang dasar, sebab dalam penjelasan
UUD1945 dikatakan, “Undang-undang dasar suatu Negara
ialah hanya sebagian dari hukum dasarnya Negara itu.
Undang-undang dasar ialah hokum dasar yang tertulis, sedang
disamping undang-undang dasar iti berlaku juga hukum dasar
yang tidak tertulis. Ialah aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negar, meskipun
tidak tertulis”.
2. TUJUAN KONSTITUSI
Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian
masyarakat(kontrak sosial), artinya bahwa konstitusi
merupakan konklusi dari kesepakatan masyarakat untuk
membina negara dan pemerintahanyang akan mengatur
mereka.Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak
asasi manusia dan warga negara sekaligus penentuan batas-
batas hak dan kewajibanwarga negara dan alat-alat
pemerintahannya.
Loewenstein mengatakan bahwa konstitusi merupakan
sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan.
Sementara menurut Bagir Manan, hakikatdari dari konstitusi
merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau
konstitunalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan
pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk
membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak
yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan
yang berdaulat. oleh karena itu, tujuan-tujuan adanya konstitusi
tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik.
Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan
dari penguasa itu sendiri.
Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan
bagipara penguasa dalam menjalankan kekuasaannya.
Konstitusi bertujuan melindungi hak asasi manusia (HAM).
Konstitusi merupakan pedoman penyelenggaraan
negara maksudnya tanpa adanya pedoman Negara kita tidak
akan berdiri dengan kokoh.
4. KonstitusiDemokratis
Sebagaimana dijelaskan di awal, bahwa konstitusi
merupakan aturan-aturandasar yang dibentuk untuk mengatur
dasar hubungan kerjasama antara negaradan masyarakat
(rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara.Sebagai sebuah aturan dasar yang mengatur
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara
Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan
yang demokratis bagi seluruh warga Negara. Dengan kata lain,
Negara yang memilih demokrasi sebagai pilihannya, maka
konstitusi yang dapat dikatakan demokratis mengandung
prinsip-prinsip dasar demokrasi dalam kehidupan bernegara:
1. Menempatkan warga Negara sebagai sumber utama
kedaulatan.
2. Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas.
3. Pembatasan pemerintahan.
4. Pembatasan dan pemisahan kekuasaan Negara yang
meliputi.
a. Pemisahan wewenang kekuasaan.
b. Kontrol dan keseimbangan lembaga – lembaga pemerintahan.
c. Proses hokum.
d. Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme peralihan
kekuasaaan.
1.
terima kasih
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
Konstitusi adalah hukum dasar tertulis ataupun hukum dasar tak tertulis. Konstitusi
yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-undang 1945 yang dibentuk sejak
Indonesia sukses memproklamasikan kemerdekaannya. Karena Indonesia ingin berdiri
sendiri sebagai suatu negara yang mengurus rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan
negara lain.
kekaburan dan inkonsistensi teori dan materi muatan UUD 1945. Kedua, kekacauan struktur dan sistematisasi
pasal-pasal UUD 1945. Ketiga, ketidaklengkapan konstitusi dan pasal-pasal yang multi-interpretatif, yang
menimbulkan instabilitas hukum dan politik.
Selama ini MPR dalam membahas dan memutuskan perubahan UUD 1945 sebelumnya tidak membuat
dan memiliki content draft konstitusi secara utuh sebagai langkah awal yang menjadi dasar perubahan
(preliminary) yang dapat ditawarkan kepada publik untuk dibahas dan diperdebatkan.
Sebagai solusi terhadap perubahan konstitusi haruslah deserahkan kepada Komisi Konstitusi
atau Constitutional Commission yang independen, sehingga kata “dibuat” dalam diktum “konstitusi dibuat oleh
Badan Pembuat Undang-Undang Dasar” akan terpenuhi.
B. Saran
Setelah menyimpulkan hasil pembahasan dari makalah ini berdasarkan teori-teori yang ada, maka
Kami mencoba untuk memberikan masukan atau saran sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, kami menyarankan agar berhati-hati dalam melakukan perubahan ataupun melaksanakan
Undang-Undang agar tetap terjalin keselarasan antara Dasar Negara dan Konstitusi.
2 Bagi pembaca, kami menyarankan agar dapat mengambil hal-hal positif dari makalah ini untuk pembelajaran
dan lebih banyak membaca buku yang berkaitan dengan Dasar Negara dan Konstitusi agar lebih memahami
makna dari kedua hal tersebut.
Demikianlah makalah yang berjudul ‘Konstitusi dan UUD 1945’ ini kami tulis dengan harapan dapat
menjadi manfaat bagi setiap pembaca khususnya penulis. Bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini saya
memohon maaf, karena tidak ada manusia yang sempurna dalam mengerjakan apapun.
DAFTAR PUSTAKA
http://news.detik.com/read/2006/07/12/200512/634568/10/uud-hasil-amandemen-banyak-kelemahan?
nd992203605 diakses pada tanggal 25 Maret 2012 pukul 20.19 WITA
Menurut saya hubungannya bahwa suasana kebatianan UUD1945 dan cita-cita hukum UUD
1945 tidak lain adalah bersumber kepada atau dijiwai dasar falsafah negara pancasila.
Disinilah arti dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara.
Jadi pancasila adalah jiwa, sumber dan landasan UUD 1945. secara teknis dapat dikatakan
bahwa pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam pembukaanUUD 1945 adalah garis besar
cita-cita yang terkandung dalam pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok-
pokok nilai-nilai pancasila yang disusun dalam pasal-pasal.
Perbedaan antara UUD dan Konstitusi
UUD Konstitusi
Memuat peraturan tertulis saja. Memuat peraturan tertulis dan lisan.
Bersifat dasar dan belum memiliki Bersifat dasar, belum memiliki sanksi
sanksi pemaksa atau sanksi pidana bagi pemaksa atau sanksi pidana bagi
penyelenggaraanya. penyelenggaraanya, timbul dan
terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun
tidak tertulis.
Mengandung pokok-pokok sebagai Memuat ketentuan-ketentuan sebagai
berikut: berikut:
Adanya jaminan terhadap HAM dan Organisasi negara, misalnya pembagian
warganya kekuasaan antar badan legislatif,
Ditetapkan susunan ketatanegaraan eksekutif, dan yudikatif
suatu negara yang bersifat fundamental HAM
Adanya pembagian dan pembatasan Prosedur mengubah UUD
tugas ketatanegaraan yang juga bersifat Ada kalanya memuat larangan untuk
fundamental mengubah sifat tertentu dari UUD
Contoh : UUD NKRI 1945 Contoh : Konstitusi RIS 1949